Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

MENDESAIN BISNIS DAN MELAKUKAN ANALISIS KELAYAKAN

Di susun oleh kelompok 6 :


Firdatul Haninah (2248811050)
Putri Puspitasari (2248811079)
Annisa Makrumah (2248811055)
Roudlotul Jannah (2248811057)
Lailatus Syafaah (2248811061)

Dosen Pengampu : Octaviana Arisinta, S.Ak, M.Ak


Mata Kuliah : Kewirausahaan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


STKIP PGRI BANGKALAN
A. MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF

Sekedai membangun keunggulan bersaing tidaklah mencukupi: kunci keberhasilannya adalah


membangun keunggulan bersaing yang berkesinambungan. Dalam jangka panjang,
perusahaan memperoleh keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui
kemampuannya mengembangkan seperangkat kompetensi inti yang memungkinkan melayani
pelanggan sasarannya lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya. Kompetensi inti (core
competencies) adalah seperangkat kemampuan unik yang dikembangkan dalam bidang-
bidang kunci, seperti mutu, layanan pelanggan, inovasi, pembinaan tim, fleksibilitas, cepat
tanggap, dan bidang lainnya yang memungkinkannya melebihi pesaing. Biasanya, perusahaan
membangun kompetensi inti setidaknya dalam lima atau enam bidang (kadang-kadang lebih).
Tidak ada bisnis yang dapat melakukan semua hal untuk semua orang. Pada kenyataannya,
kelemahan terbesar yang sering dialami wirausahawan adalah gagal membedakan
perusahaannya terhadap para pesaingnya. Wirausahawan sering menghadapi tantangan dalam
membedakan perusahaan mereka dari pesaing yang lebih besar dan kuat (yang dapat dengan
mudah mengalahkan mereka) dengan cara menggunakan kreativitas dan kemampuan khusus
bisnis mereka dalam menawarkan kepada pelanggannya. Mengembangkan kompetensi nti
tidak selalu menyebabkan perusahaan mengeluarkan banyak uang. Akan tetapi untuk itu
wirausahawan harus menggunakan kreativitas, imajinasi, dan visi untuk menentukan hal-hal
terbaik dan terpenting yang dapat dilakukan perusahaan terhadap pelanggan sasarannya.
Perusahaan memiliki sejumlah cara untuk menciptakan keunggulan bersaing, tetapi
membangun strategi perusahaan di sekitar kompetensi inti menyebabkan bisnis dapat
memperoleh daya saing tinggi terhadap pesaingnya dan untuk menerapkan strateginya
menuju kemenangan.

B. PROSES MANAJEMEN STRATEGIK

Manajemen strategis dapat meningkatkan efektivitas perusahaan kecil, tetapi lebih dahulu
wirausahawan harus memiliki prosedur yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan mereka
dan sifat bisnis khususnya mereka. Merupakan tindakan yang salah jika mencoba menerapkan
teknik penyusunan strategis perusahaan besar ke perusahaan kecil karena perusahaan kecil
bukanlah perusahaan besar yang kecil. Karena ukuran dan ciri khusus mereka kekurangan
sumber daya, gaya manajemen yang fleksibel, struktur organisasi yang informal, dan
kemampuan beradaptasi terhadap perubahan-perusahaan kecil memerlukan pendekatan
berbeda terhadap proses manajemen strategisnya. Dalam mengembangkan prosedur
manajemen strategis untuk perusahaan kecil, seorang wirausahawan harus:

● Menggunakan horizon perencanaan yang relatif singkat-dua tahun atau kurang untuk
sebagian besar perusahaan kecil.
● Tidak formal dan tidak terlalu terstruktur, pendekatan informal kiranya ideal.
● Dorongan peran karyawan maupun pihak luar untuk meningkatkan keandalan dan
kreativitas rencana yang dihasilkan.
● Jangan mulai dengan menetapkan tujuan, penetapan tujuan yang berlebihan pada
awalnya malah akan mengganggu proses kreatif manajemen strategis.
● Berfokus pada berpikir strategis, bukan hanya perencanaan, dengan menghubungkan
sasaran jangka panjang dan operasi sehari-hari.

PROSES MANAJEMEN STRATEGIS

Proses manajemen strategis adalah proses berkelanjutan yang terdiri dari sembilaı langkah:

Langkah 1. Mengembangkan visi yang jelas dan mewujudkannya menjadi pernyataan misi
yang sangat berarti.

Langkah 2. Menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan

Langkah 3. Melihat-lihat lingkungan sekitar untuk mengetahui peluang dan ancaman yang
dihadapi perusahaan.

Langkah 4. Mengidentifikasi faktor-faktor kunci keberhasilan perusahaan.

Langkah 5. Analisa persaingan.

Langkah 6. Menyusun sasaran dan tujuan perusahaan.

Langkah 7. Merumuskan opsi-opsi strategi dan memilih strategi yang tepat.

Langkah 8. Mewujudkan rencana strategis ke dalam rencana tindakan

Langkah 9. Menentukan pengendalian yang tepat


C. MELAKUKAN ANALISIS KELAYAKAN

Pengertian studi kelayakan bisnis adalah penelitian dan penilaian tentang dapat tidaknya suatu
proyek dilakukan dengan berhasil (menguntungkan). Pengertian menguntungkan berhasil atau
layak, ada yang menafsirkan dalam arti sempit dan arti luas. Pengertian arti sempit, biasanya
pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomi suatu investasi. Pengertian dalam
arti luas, biasanya pemerintah atau lembaga non profit di samping
manfaat ekonomi masih ada manfaat lain yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.
Selanjutnya pengertian Studi Kelayakan Bisnis menurut Kasmir dan Jakfar (2003) adalah
suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha yang
akan dijalankan, untuk menentukan layak atau tidaknya suatu bisnis dijalankan. Pengertian
Studi kelayakan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka
waktu terbatas dengan
alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan
tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas. Misalnya: membangun pabrik, membuat
produk baru atau mengikuti pameran perdagangan.

Adapun ciri-ciri profil proyek:

1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir, atau hasil kerja


akhir
2. Biaya, jadwal kerja, sumber daya, kriteria mutu yang
diperlukan telah ditentukan
3. Kegiatan bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi
selesainya tugas. Titik awal dan akhir kegiatan-kegiatan telah
ditentukan dengan jelas.
4. Kegiatan Bersifat tidak rutin, tidak berulang-ulang. Jenis
dan intensitas kegiatan berubah hanya sepanjang proyek berlangsung.

D. FORMAT RENCANA

Merencanakan dan menganalisis proyek secara efektif dan efisien, pihak-pihak yang
berkepentingan dan bertanggung jawab terhadap proyek harus mempertimbangkan berbagai
aspek, yang pada akhirnya akan menentukan besarnya manfaat/keuntungan yang dihasilkan.
Aspek-aspek ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Gittinger (1986) menyatakan
ada 6 (enam) aspek yang harus dipertimbangkan:
1. spek Teknis, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan penyediaan input dan output
dari barang dan jasa yang akan digunakan serta dihasilkan di dalam suatu proyek.
Analisis secara teknis akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam
suatu proyek yang diusulkan. Misalnya dalam proyek pertanian, keadaan tanah di
daerah proyek dan potensinya bagi pembangunan pertanian; ketersediaan air baik
secara alami (hujan dan penyebaran hujan) maupun kemungkinan untuk
pembangunan irigasi; varietas benih tanaman dan ternak; pengadaan produksi;
potensi dan keinginan penggunaan mekanisasi. Analisis secara teknis juga akan
menguji fasilitas-fasilitas pemasaran dan penyimpanan (storage) yang dibutuhkan
untuk menunjang pelaksanaan proyek, dan pengujian sistem-sistem pengolahan yang
dibutuhkan.
2. Aspek Institusional –Organisasi –Manajerial, yaitu hal-hal yang berkenaan dengan
pertimbangan mengenai sesuai tidaknya proyek tersebut dengan pola sosial budaya
masyarakat setempat. Apakah proyek mempertimbangkan gangguan yang akan
dirasakan oleh petani-petani yang terbiasa dengan pola lama? Jika ya, ketentuan apa
yang telah dibuat untuk membantu mereka berpindah ke pola baru? Sistem
komunikasi apa yang ada untuk memberikan informasi baru kepada petani dan
mengajarkan dengan keahlian baru? Selain itu, untuk dapat dilaksanakan suatu
proyek harus disesuaikan secara tepat dengan struktur kelembagaan yang ada di
daerah tersebut. Susunan organisasi proyek tersebut sesuai dengan prosedur
organisasi setempat; dan didukung oleh keahlian staf yang ada mempunyai
kemampuan untuk menangani proyek.
3. Aspek Sosial, yaitu menyangkut dampak sosial dan lingkungan yang disebabkan
adanya input dan output yang akan dicapai dari suatu proyek seperti distribusi
pendapatan dan penciptaan lapangan kerja.
4. Aspek Komersial, yaitu berkenaan dengan rencana
pemasaran output yang dihasilkan proyek maupun rencana penyediaan input yang
dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek. Berkaitan dengan
pemasaran output, hal-hal yang harus diperhatikan adalah dimana produk akan dijual?
Apakah pasar cukup luas untuk menyerap output yang dihasilkan proyek? Berapa
share pasar yang akan dikuasai produk hasil proyek? Sementara berkaitan
dengan penyediaan input adalah apakah saluran pasar
untuk input tersedia dengan kapasitas sesuai dengan yang
diperlukan? Bagaimana pembiayaan untuk penyedia input dan bagi petani sebagai
pembeli input?
5. Aspek Finansial, yaitu berkenaan dengan pengaruh finansial proyek terhadap peserta
yang tergabung/terlibat dalam proyek. Selain itu yang berkaitan dengan administrasi
proyek seperti berapa besar dana investasi yang dibutuhkan dan kapan
dibutuhkannya? Bagaimana dengan biaya operasional jika proyek mengalami
hambatan? Apakah biaya-biaya ini tergantung kepada Alokasi Anggaran atau apakah
proyek dapat memberikan hasil yang dapat menutupi biaya administrasi?
6. Aspek Ekonomi, yaitu berkenaan dengan kontribusi
proyek terhadap pembangunan perekonomian dan berapa
besar kontribusinya dalam menentukan penggunaan sumber daya yang diperlukan.
Sudut pandang dalam analisis ekonomi ini adalah masyarakat secara keseluruhan.
Banyak dan sedikitnya aspek yang akan dinilai serta kedalaman analisis, tergantung
pada besarnya dana yang tersedia dalam investasi tersebut. Terkadang ada satu hal
lagi yang seharusnya dikemukakan secara eksplisit, yaitu aspek sistem alami dan
kualitas lingkungan. Pengalaman di berbagai negara sering kali menunjukkan bahwa
sistem alami dan lingkungan dirugikan oleh pelaksanaan suatu proyek. Pertimbangan
tentang sistem alami dan kualitas lingkungan akan menunjang kelangsungan suatu
usaha agribisnis/proyek sebab tidak ada proyek yang akan bertahan lama apabila
tidak bersahabat dengan lingkungan (Hufschmidt, et. al., 1987).

Anda mungkin juga menyukai