Anda di halaman 1dari 30

BLOK NEOPLASIA

Perdarahan Pervaginam
Wrap up

Kelompok :A-18
Ketua : Atena Suci Fauzia 1102009046
Seketaris : Gita Rosadila 1102010113

Anggota :
Deny Rahmat Pamungkas 1102009072
Dimas Mochammad Zaeni 1102009084
Farah Farhana Maren 1102010094
Fennie Budhiarti 1102010100
Indah Kusumo Wardani P 1102010129
Laras Wiyardhani 1102010148
Latifatun Nikmah 1102010149

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2012/2013

1
SKENARIO 3

Perdarahan Pervaginam

Seorang wanita umur 35 tahun berobat ke poliklinik kebidanan dengan keluhan keluar
darah dari vagina, dan berbau. Pasien mempunyai 3 orang anak, terkecil umur 6 tahun. Dari
pemeriksaan sensorium komposmentis dan vital sign dalam batas normal.Haid teratur, tiap bulan,
lama 7 hari. Dokter meminta perawat untuk mempersiapkan dan mendampingi pemeriksaan.

Pemeriksaan perut, inspeksi, palpasi dan perkusi dalam batas normal. Begitu pula vulva
tidak ada kelainan. Inspekulo : dinding vagina dalam batas normal, serviks membesar berbenjol,
berdarah. Vaginal toucher : serviks membesar, berbenjol, contact bleeding ( + ), uterus sebesar
telur bebek, mobile, ovarium tidak membesar. Untuk menegakkan diagnosis, dokter melakukan
pemeriksaan penunjang.

2
Kata sulit

1. Contact bleeding : perdarahan yang disebabkan oleh kontak langsung


2. Vaginal toucher : pemeriksaan colok vagina

Pertanyaan

1. Mengapa keluar darah dari vagina dan berbau?


2. Mengapa serviks membesar?
3. Mengapa contact bleeding ( + )?
4. Mengapa perlu dilakukan pemeriksaan penunjang?
5. Mengapa uterus sebesar telur bebek?
6. Faktor apa saja yang menyebabkan ca serviks?
Jawaban

1. Karena ada mikroorganisme yg pathogen, perubahan pH, dan adanya inflamasi.


2. Karena ada reaksi inflamasi.
3. Karena adanya tekanan sehingga menyebabkan vasodilatasi dan permeabilitas sel
menigkat dan menyebabkan darah menjadi mudah keluar.
4. Untuk menegakkan diagnosis pasti.
5. Karena terdapat massa dan metastasis.
6. Seks bebas, HPV, merokok, usia, parietas dan genetik.

3
Hipotesa

Mikroorganisme, perubahan pH, seks bebas, HPV, merokok, usia, genetic

Reaksi inflamasi

Vasodilatasi dan permeabilitas sel meningkat

Massa

Darah mudah keluar ( perdarahan )

Pemeriksaan fisik ( vaginal toucher) dan pemeriksaan lab ( Pap’s Smear )

Ca serviks

4
Sasaran belajar

1. Memahami dan menjelaskan perdarahan pervaginam


2. Memahami dan menjelaskan karsinoma serviks
2.1 Memahami dan menjelaskan definisi karsinoma serviks
2.2 Memahami dan menjelaskan epidemiologi karsinoma serviks
2.3 Memahami dan menjelaskan etiologi dan faktor resiko karsinoma serviks
2.4 Memahami dan menjelaskan klasifikasi dan stadium karsinoma serviks
2.5 Memahami dan menjelaskan patofisiologi karsinoma serviks
2.6 Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis karsinoma serviks
2.7 Memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding karsinoma serviks
2.8 Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan karsinoma serviks
2.9 Memahami dan menjelaskan komplikasi karsinoma serviks

2.10 Memahami dan menjelaskan prognosis karsinoma serviks

2.11 Memahami dan menjelaskan pencegahan karsinoma serviks

3. Memahami dan menjelaskan etika pemeriksaan dalam perspektif Islam

5
1. Memahami dan menjelaskan pendarahan pervaginam
1.1.Definisi perdarahan pervaginam
Adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid.
Ada dua macam perdarahan di luar haid yaitu metroragia dan menometroragia
1. Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus
haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting
dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya
adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma
serviks), kelainan fungsional dan penggunaan estrogen eksogen
2. Menoragia adalah Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan
jumlah darah kadang-kadang cukup banyak. Penyebab dan pengobatan kasus ini
sama dengan hipermenorea.
1.2.Etiologi perdarahan pervaginam
Sebab – sebab organic
Perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan olah kelainan pada:
 serviks uteri; seperti polip servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada portio
uteri, karsinoma servisis uteri.
 Korpus uteri; polip endometrium, abortus imminens, abortus insipiens, abortus
incompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri, karsinoma
korpus uteri, sarkoma uteri, mioma uteri.
 Tuba fallopii; kehamilan ekstopik terganggu, radang tuba, tumor tuba.
 Ovarium; radang overium, tumor ovarium.
Sebab lain
 Pemakaian alat kontrasepsi (IUD, hormonal)
 Obesitas
 Faktor kejiwaan
 Trombositopenia

1.3.Patologi perdarahan pervaginam


Menurut schroder pada tahun 1915, setelahpenelitian histopatologik pada uterus dan
ovario pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang
dinamakan metropatia hemorrágica terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah
sehingga tidak terjadi ovulasidan pembentukan corpus luteum. Akibatnya terjadilah
hiperplasia endometrium karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus menerus.
Penelitian menunjukan pula bahwa perdarahan disfungsional dapat ditemukan
bersamaan dengan berbagai jenis endometrium yaitu endometrium atropik, hiperplastik,
ploriferatif, dan sekretoris, dengan endometrium jenis non sekresi merupakan bagian
terbesar. Endometrium jenis nonsekresi dan jenis sekresi penting artinya karena dengan
demikian dapat dibedakan perdarahan anovulatori dari perdarahan ovuloatoir.

6
Klasifikasi ini mempunyai nilai klinik karena kedua jenis perdarahan disfungsional
ini mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang berbeda.
Pada perdarahan disfungsional yang ovulatoir gangguan dianggap berasal dari factor-
faktor neuromuskular, vasomotorik, atau hematologik, yang mekanismenya Belem
seberapa dimengerti, sedang perdarahan anovulatoir biasanya dianggap bersumber pada
gangguan endokrin.

2. Memahami dan menjelaskan karsinoma serviks

2.1Memahami dan menjelaskan definisi karsinoma serviks

Kanker serviks adalah keganasan primer dari serviks uteri (kanalis servikalis dan atau porsio).
Jenis yang paling umum adalah jenis epitelias squamous, adenoma, dan jenis campuran.
(Priyanto dan Nuranna, 2006)

2.2Memahami dan menjelaskan epidemiologi karsinoma serviks

Untuk wilayah ASEAN, insidens kanker serviks di Singapore sebesar 25,0 pada ras Cina; 17,8
pada ras Melayu; dan Thailand sebesar 23,7 per 100.000 penduduk. Insidens dan angka kematian
kanker serviks menurun selama beberapa dekade terakhir di AS. Hal ini karena skrining Pap
menjadi lebih populer dan lesi serviks pre-invasif lebih sering dideteksi daripada kanker invasif.
Diperkirakan terdapat 3.700 kematian akibat kanker serviks pada 2006. (Imam Rasjidi, 2009)

7
Di Indonesia diperkirakan ditemukan 40 ribu kasus baru kanker mulut rahim setiap tahunnya.
Menurut data kanker berbasis patologi di 13 pusat laboratorium patologi, kanker serviks
merupakan penyakit kanker yang memiliki jumlah penderita terbanyak di Indonesia, yaitu lebih
kurang 36%. Dari data 17 rumah sakit di Jakarta 1977, kanker serviks menduduki urutan
pertama, yaitu 432 kasus di antara 918 kanker pada perempuan. (Imam Rasjidi, 2009)

Relative survival pada wanita dengan lesi pre-invasif hampir 100%. Relative 1 dan 5 years
survival masingmasing sebesar 88% dan 73%. Apabila dideteksi pada stadium awal, kanker
serviks invasif merupakan kanker yang paling berhasil diterapi, dengan 5 YSR sebesar 92%
untuk kanker lokal. (Imam Rasjidi, 2009)

Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status sosial ekonomi
yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis histopatologi,
dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita. (Imam Rasjidi,
2009)

2.3Memahami dan menjelaskan etiologi dan faktor resiko karsinoma serviks

 Infeksi HPV
Infeksi HPV (Human Papilloma Virus) resiko tinggi merupakan faktor etiologi kanker
serviks. Pendapat ini juga ditunjang oleh berbagai macam penelitian. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh International Agency for Research on Cancer
(IARC) terdapat 1.000 sampel dari 22 negara serta didapatkan adanya infeksi HPV pada
sejumlah 99,7% kasus kanker serviks. Penelitian meta-analisis yang meliputi 10.000
kasus didapatkan 8 tipe HPV yang banyak ditemukan, yaitu tipe 16, 18, 45, 31, 33, 52, 58
dan 35. Penelitian pada NIS II atau III mendapatkan infeksi HPV yang didominasi ole
tipe 16 dan 18. Progresifitas menjadi NIS II atau III setelah menderita HPV berkisar 2
tahun. (Andrijono, 2007)
HPV merupakan kelompok virus dari family
Papovaviridae. Berukuran kecil, tidak memiliki
envelope, dengan diameter sekitar 55 nm. Kapsid
berbentuk isohedral, yang tersusun atas 72
kapsomer. Setiap kapsomer mengandung minimal

2 protein kapsid, L1 (protein kapsid mayor) dan L2 (protein kapsid minor). (Eileen M.
Burd, 2003)
HPV dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, kelompok resiko rendah dengan
kelompok resiko tinggi. Kelompok resiko rendah terdiri atas HPV tipe 6, 11, 42, 43 dan
44. Sedangkan kelompok resiko tinggi terdiri atas HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51,
52, 56 dan 58. (Andrijono, 2007)

8
Faktor resiko yang telah dibuktikan
 Hubungan seksual
Karsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan secara seksual. Beberapa bukti
menunjukkan adanya hubungan antara riwayat hubungan seksual dan risiko penyakit ini. (Iman
Rasidji, 2009)

 Memiliki Banyak Kehamilan:


Wanita yang menjalani 3 atau lebih kehamilan utuh memiliki peningkatan resiko kanker serviks.
Tidak ada yang tahu mengapa ini dapat terjadi.

 Hamil pertama di usia muda:


Wanita yang hamil pertama pada usia dibawah 17 tahun hampir selalu 2x lebih mungkin terkena
kanker serviks di usia tuanya, daripada wanita yang menunda kehamilan hingga usia 25 tahun
atau lebih tua

Factor resiko yang diperkirakan


 Riwayat Keluarga:
Kanker serviks dapat berjalan dalam beberapa keluarga. Bila Ibu atau kakak perempuan Anda
memiliki kanker serviks, resiko Anda terkena kanker ini bisa 2 atau 3x lipat dari orang lain yang
bukan. Ini mungkin karena wanita-wanita ini kurang dapat memerangi infeksi HPV daripada
wanita lain pada umumnya.

 Diet :
Apa yang Anda makan juga dapat berperan. Diet rendah sayuran dan buah-buahan dapat
dikaitkan dengan meningkatnya resiko kanker seviks. Juga, wanita yang obes/gemuk berada
pada tingkat resiko lebih tinggi.

 Pil KB:
Penggunaan pil KB dalam jangka panjang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks.
Riset menemukan bahwa resiko kanker serviks meningkat sejalan dengan semakin lama wanita
tersebut menggunakan pil kontrasepsi tersebut dan cenderung menurun pada saat pil di-stop.

 Penghasilan rendah:
Wanita miskin berada pada tingkat resiko kanker serviks yang lebih tinggi. Ini mungkin karena
mereka tidak mampu untuk memperoleh perawatan kesehatan yang memadai, seperti tes Pap
Smear secara rutin.

9
Lain – Lain

 Merokok
Wanita yang merokok berada dua kali lebih mungkin mendapat kanker serviks dibandingkan
mereka yang tidak. Rokok mengandung banyak zat racun/kimia yang dapat menyebabkan kanker
paru. Zat-zat berbahaya ini dibawa ke dalam aliran darah ke seluruh tubuh ke organ lain juga.
Produk sampingan (by-products) rokok seringkali ditemukan pada mukosa serviks dari para
wanita perokok.

 Infeksi HIV
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang menyebabkan penyakit AIDS- tidak
sama dengan HPV. Ini dapat juga menjadi faktor resiko kanker serviks. Memiliki HIV agaknya
membuat sistem kekebalan tubuh seorang wanita kurang dapat memerangi baik infeksi HPV
maupun kanker-kanker pada stadium awal.

2.4 Memahami dan menjelaskan klasifikasi dan stadium karsinoma serviks

Terdapat beberapa klasifikasi untuk tingkat kanker serviks seperti International Federation of
Gyneacology and obstetrics (FIGO) dari World Health Organization (WHO) dan sistem tumor
nodul dan metastasis (TNM) dari International Union Against Cancer(UICC).

Stadium kanker serviks menurut FIGO 2000


Stadium 0 Kasinoma in situ, karsinoma intra epitel
Stadium I Karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke korpus uteri diabaikan)
Stadium Ia Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik, lesi yang
dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi yang sangat superfisial
dikelompokkan sebagai stadium Ib. Kedalaman invasi ke stroma tidak lebih
dari 5mm dan lebarnya lesi tidak lebih dari 7mm
Stadium Ia1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3mm dan lebar tidak
lebihdari 7mm
Stadium Ia2 Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3mm tapi kurang dari 5mm dan
lebar tidak lebih dari 7mm
Stadium Ib Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis tidak lebih dari Ia
Stadium Ib1 Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4cm
Stadium Ib2 Besar lesi secara klinis lebih besar dari 4 cm
Stadium II Telah melibatkan vagina, tapi belum sampai 1/3 bawah atau infiltrasi ke
parametrium belum mencapai dinding panggul
Stadium IIa Telah melibatkan vagina, tapi belum melibatkan parametrium
Stadium IIb Infiltrasi ke parametrium, tetapi belum mencapai dinding panggul
Stadium III Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan sampai dinding
panggul. Dengan hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal dimasukkan dalam
stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain.
Stadium IIIa Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum mencapai
dinding panggul

10
Stadium IIIb Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidronefrosis atau gangguan
fungsi ginjal
Stadium IV Perluasan ke luar organ reproduktif
Stadium IVa Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rektum
Stadium IVb Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul

11
Stadium kanker seviks menurut sistem TNM
T Tak ditemukan tumor primer
T1S Karsinoma pra-invasif, ialah KIS (Karsinoma In Situ)
T1 Karsinoma terbatas pada serviks, (walaupun ada perluasan ke korpus uteri)
T1a Pra-klinik adalah karsinoma yang invasif dibuktikan dengan pemeriksaan histologik
T1b Secara klinis jelas karsinoma yang invasif
T2 Karsinoma telah meluas sampai di luar serviks, tetapi belum sampai dinding panggul,
atau karsinoma telah menjalar sampai dinding vagina, tetapi belum sampai 1/3 distal
T2a Karsinoma belum menginfiltrasi parametrium
T2b Karsinoma telah menginfiltrasi parametrium
T3 Karsinoma telah melibatkan 1/3 distal vagina atau telah mencapai dinding panggul (tidak
ada celah bebas antara dinding panggul)
NB : Adanya hidronefrosis atau gangguan faal ginjal akibat stenosis ureter karena
infiltrasi tumor, menyebabkan kasus dianggap sebagai T3 meskipun pada penemuan lain
kasus itu seharusnya masuk kategori yang lebih rendah
T4 Karsinoma telah menginfiltrasi mukosa rektum atau kandung kemih, atau meluas sampai
panggul. (Ditemukannya edema bulosa tidak cukup bukti untuk mengklasifikasi sebagai
T4)
T4a Karsinoma melibatkan kandung kemih atau rektum saja dan dibuktikan secara histologik
T4b Karsinoma telah meluas sampai di luar panggul
NX Bila tidak memungkinkan untuk menilai kelenjar limfa regional. Tanda -/+ ditambahkan
untuk tambahan ada/tidak adanya informasi mengenai pemeriksaan histologik, jadi : NX
+ atau NX -
N0 Tidak ada deformitas kelenjar limfa pada limfografi
N1 Kelenjar limfa regional berubah bentuk sebagaimana ditunjukkan oleh cara-cara
diagnostik yang tersedia ( misalnya limfografi, CT-scan panggul)
N2 Teraba massa yang padat dan melekat pada dinding panggul dengan celah bebas infiltrat
diantara massa ini dengan tumor
M0 Tidak ada metastsis berjarak jauh
M1 Terdapat metastasis berjarak jauh, termasuk kelenjar limfa di atas bifurkasio arteri iliaka
komunis

Jenis histopatologis pada kanker serviks


Jenis skuamosa merupakan jenis yang paling sering ditemukan, yaitu ± 90% merupakan
karsinoma sel skuamosa (KSS), adenokarsinoma 5% dan jenis lain sebanyak 5%. Karsinoma
skuamosa terlihat sebagai jalinan kelompok sel-sel yang berasal dari skuamosa dengan
pertandukan atau tidak, dan kadang-kadang tumor itu sendiri berdiferensiasi buruk atau dari sel-
sel yang disebut small cell, berbentuk kumparan atau kecil serta bulat seta mempunyai batas
tumor stroma tidak jelas. Sel ini berasal dari sel basal atau reserved cell. Sedang adenokarsinoma
terlihat sebagai sel-sel yang berasal dari epitel torak endoserviks, atau dari kelenjar endoserviks
yang mengeluarkan mukus (Notodiharjo, 2002). Klasifikasi histologik kanker serviks ada
beberapa, di antaranya :

12
1. Skuamous carcinoma
• Keratinizing
• Large cell non keratinizing
• Small cell non keratinizing
• Verrucous
2. Adeno carcinoma
• Endocervical
• Endometroid (adenocanthoma)
• Clear cell - paramesonephric
• Clear cell - mesonephric
• Serous
• Intestinal
3. Mixed carcinoma
• Adenosquamous
• Mucoepidermoid
• Glossy cell
• Adenoid cystic
4. Undifferentiated carcinoma
5. Carcinoma tumor
6. Malignant melanoma
7. Maliganant non-epithelial tumors
• Sarcoma : mixed mullerian, leiomysarcoma, rhabdomyosarcoma
• Lymphoma
Klasifikasi menurut Papanicolau:
Kelas I : Berarti negatif (tidak ditemukan sel-sel ganas)
Kelas II : Negatif, tidak ditemukan tanda-tanda ganas, ditemukan beberapa sel atipik
KelasIII :Ada sel-sel atipik yang sugestif tetapi tidak diagnostik untuk keganasan→dysplas
ia(ringan,sedang,berat)
Kelas IV : Positif, ditemukan beberapa sel atipik → KIS
Kelas V : Positif, ditemukan banyak sel atipik → Kanker

13
2.5 Memahami dan menjelaskan patofisiologi karsinoma serviks

Karsinoma serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan intraepitel, perubahan
neoplastik, berkembang menjadi kanker serviks setelah10 tahun atau lebih. Secara histopatologi
lesi pre invasif biasanya berkembang melalui beberapa stadium displasia (ringan, sedang dan
berat) menjadi karsinoma in situ dan akhirnya invasif. Meskipun kanker invasif berkembang
melalui perubahan intraepitel, tidak semua perubahan ini progres menjadi invasif. Lesi preinvasif
akan mengalami regresi secara spontan sebanyak 3-35%. Bentuk ringan (displasia ringan dan
sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi
karsinoma in situ (KIS) berkisar antara 1 ± 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari
karsinoma in situ menjadi invasif 3 ± 20 tahun (TIM FKUI, 1992).

Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya perubahan


displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas
regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus
14
atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 ± 10 tahun
perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma
serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka,
pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke
forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau
vesika urinaria. Karsinoma serviks dapat meluas ke arah segmen bawah uterus dan kavum
uterus. Penyebaran kanker ditentukan oleh stadium dan ukuran tumor, jenis histologik dan ada
tidaknya invasi ke pembuluh darah, anemis hipertensi dan adanya demam.

Penyebaran dapat pula melalui metastase limpatik dan hematogen. Bila pembuluh limfe
terkena invasi, kanker dapat menyebar ke pembuluh getah bening pada servikal dan parametria,
kelenjar getah bening obturator, iliaka eksterna dan kelenjar getah bening hipogastrika. Dari sini
tumor menyebar ke kelenjar getah bening iliaka komunis dan pada aorta. Secara hematogen,
tempat penyebaran terutama adalah paru-paru, kelenjar getah bening mediastinum dan
supravesikuler, tulang, hepar, empedu, pankreas dan otak (Prayetni, 1997).

Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan
endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Histologi
antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari portio dengan epitelkuboid/silindris
pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita, SCJ ini berada di luar
ostius uteri eksternum, sedangkan pada wanita umur > 35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis
serviks.

15
Tumor dapat tumbuh:
1. Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa yang mengalami infeksi
sekunder dan nekrosis.
2. Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stoma serviks dan cenderung
untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
3. Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan
melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.

Serviks normal secara alami mengalami proses metaplasi/erosio akibat saling desak-
mendesak kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yangerosif
(metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik melalui
tingkatan NIS I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif. Sekali menjadi
mikroinvasif atau invasif, proses keganasan akan berjalan terus.

Periode laten dari NIS – I s/d KIS 0 tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya fase
pra invasif berkisar antara 3 – 20 tahun (rata-rata 5 – 10 tahun). Perubahan epitel displastik
serviks secara kontinyu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan
pengobatan / tanpa diobati itu dikenal dengan Unitarian Concept dari Richard. Hispatologik
sebagian besar 95-97% berupa epidermoid atau squamous cell carsinoma sisanya
adenokarsinoma, clear cell carcinoma/mesonephroid carcinoma dan yang paling jarang adalah
sarcoma.

2.6 Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis karsinoma serviks

Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari
vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal
demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang dialami segera setelah
bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75 -
80%) (Wiknjosastro, 1997).

Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya
timbul gejala berupa ketidakteraturannya siklus haid, amenorrhea, hipermenorrhea, dan
penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan
berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini, yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid.
Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap
lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna
kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervaginam akan
makin sering terjadi dan nyeri makin progresif.

Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi pada klien kanker serviks.
Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal toucher) merupakan gejala yang
sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang
cair sampai menggumpal. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki,
16
hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter. Perdarahan rektum dapat terjadi
karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.

2.7 Memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding karsinoma serviks

Anamnesis

 Usia ? Berada pada kisaran 30-60 tahun


 Usia saat coitus pertama kali?
 Apakah sering berganti-ganti pasangan atau memiliki pasangan yang suka berganti-ganti
pasangan?
 Apakah terdapat keputihan? Berbau busuk? Tidak gatal?
 Apakah terdapat perdarahan di luar haid (perdarahan spontan)? Saat defekasi ataupun miksi?
 Apakah terdapat perdarahan pasca-coitus (perdarahan kontak)? 75-80%
 Apakah terdapat nyeri? Hal tersebut akibat infiltrasi sel-sel tumor ke serabut saraf.
(Sarwono Prawirohardjo, 2005)

Pemeriksaan Fisik

 Inspeksi
Keadaan umum pasien kurang baik, pasien tampak lemas, terjadi penurunan berat badan,
terlihat tanda-tanda anemis (konjungtiva pucat) yang mana merupakan dampak dari
perdarahan.

 Palpasi
Pada perabaan serviks ditemukan konsistensi massa yang teraba keras (apabila masih kecil),
irreguler dan rapuh.

(Sarwono Prawirohardjo, 2005)

Pada berbagai macam metode pemeriksaan ginekologik, pemeriksaan inspekulo dan


bimanual membutuhkan pengalaman yang banyak dan bahkan pada yang cukup berpengalaman,
adanya adipositas yang berlebihan atau tegangan yang kuat dari otot-otot perut dapat
menyebabkan kesalahan dalam staging. Kandung kencing yang kosong, tangan pemeriksa yang
hangat dan sapaan yang menenangkan penderita merupakan syarat-syarat penting pada
pemeriksaan ini. penting juga teknik vaginorektal. Ini memberikan kemungkinan yang terbaik
untuk meraba parametrium dan cavum douglasi dan membedakan tumor-tumor dalam daerah ini
dengan skibala. (Priyanto & Nuranna, 2006)

17
Pemeriksaan Penunjang

Menurut aziz (2006) pemeriksaan penunjang pada pasien kanker serviks, yaitu :

a. Pap’s Smear

Pemeriksaan ini dilakukan untuk


mendeteksi sel kanker lebih awal pada
pasien yang tidak memberikan keluhan. Sel
kanker dapat diketahui pada sekret yang
diambil dari porsi serviks. Pemeriksaan ini
harus mulai dilakukan pada wanita usia 18
tahun atau ketika telah melakukan aktivitas
seksual sebelum itu. Setelah tiga kali hasil
pemeriksaan pap smear setiap tiga tahun
sekali sampai usia 65 tahun.

Hasil pemeriksaan sitologi Pap smear normal :

Hasil pemeriksaan sitologi Pap smear abnormal :

18
b. Biopsi

Biopsi ini dilakukan untuk


melengkapi hasil pap smear. Teknik yang
biasa dilakukan adalah biopsy yang tidak
memerlukan anestesi dan teknik cone
biopsy yang menggunakan anestesi. Biopsi
dilakukan untuk mengetahui kelainan yang
ada pada serviks. Jaringan yang diambil
dari daerah bawah kanal servikal. Hasil
biopsi akan memperjelas apakah yang
terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor
saja

c. Kolposkopi

Kolposkopi dilakukan untuk


melihat daerah yang terkena proses
metaplasia. Pemeriksaan ini kurang efisien
jika dibandingkan dengan pap’s smear,
karena kolposkopi memerlukan
keterampilan dan kemampuan kolposkopis
dalam mengetes darah yang abnormal.

d. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui aktivitas pryvalekinase. Pada


pasien konservatif dapat diketahui peningkatan aktivitas enzim ini terutama pada daerah
epitelium serviks.

e. Radiologi

 Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada saluran pelvik
atau peroartik limfe.
 Pemeriksaan intravena-urografi (IVP), yang dilakukan pada kanker serviks tahap lanjut,
yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal. Pemeriksaan radiologi
direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih dan rektum yang meliputi
sitoskopi, pielogram intravena (IVP), enema barium, dan sigmoidoskopi.

19
 Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau scan CT abdomen atau pelvis digunakan untuk
menilai penyebaran lokal dari tumor dan atau terkenanya nodus limpa regional.

MRI

CT-Scan

f. Tes schiller

Tes ini menggunakan iodine solution yang


diusapkan pada permukaan serviks. Pada serviks
normal akan membentuk bayangan yang terjadi
pada sel epitel serviks karena adanya glikogen.
Sedangkan pada sel epitel serviks yang
mengandung kanker akan menunjukkan warna yang
tidak berubah karena tidak ada glikogen.

2.8 Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan karsinoma serviks

20
Menurut tingkat keganasan klinik:5
 Tingkat klinik KIS : Usia muda dan ingin punya anak Konisasi
Usia lanjut atau sudah mempunyai cukup anak Histerektomi
sederhana

 Tingkat klinik IA : Bila kedalaman invasi kurang ≤ 1 mm dan tidak


meliputi area yang luas serta tidak melibatkan pembuluh limfe / pembuluh darah
 dilakukan histerektomi apabila fungsi reproduksi sudah tidak diperlukan lagi.
Jika masih, dilakukan konisasi.
 Tingkat klinik IB- IIA : Histerektomi radikal dengan limfadenektomi
panggul. Pasca bedah biasanya dilanjutkan dengan penyinaran, tergantung
ada/tidak adanya sel tumor dalam kelenjar limfa regional yang diangkat.
 Tingkat klinik IIB–IIIB : Tidak dilakukan tindakan bedah, primer adalah
radioterapi.
 Tingkat klinik IV : Radiasi bersifat paliatif, pemberian kemoterapi
dapat dipertimbangkan.
Tiga jenis utama dari pengobatan untuk kanker serviks adalah operasi, radioterapi, dan
kemoterapi. Stadium pra kanker hingga 1A biasanya diobati dengan histerektomi.Bila pasien
masih ingin memiliki anak, metode LEEP atau cone biopsy dapat menjadi pilihan.
Untuk stadium IB dan IIA kanker serviks:
 Bila ukuran tumor < 4cm: radikal histerektomi ataupun radioterapi dengan/tanpa kemo
 Bila ukuran tumor >4cm: radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi,
ataupun kemo berbasis cisplatin dilanjutkan dengan histerektomi
Kanker serviks stadium lanjut (IIB-IVA) dapat diobati dengan radioterapi dan kemo berbasis
cisplatin.Pada stadium sangat lanjut (IVB), dokter dapat mempertimbangkan kemo dengan
kombinasi obat, misalnya hycamtin dan cisplatin.
Jika kesembuhan tidak dimungkinkan, tujuannya pengobatan adalah untuk mengangkat atau
menghancurkan sebanyak mungkin sel-sel kanker.Kadang-kadang pengobatan ditujukan untuk
mengurangi gejala-gejala.Hal ini disebut perawatan paliatif.
Faktor-faktor lain yang mungkin berdampak pada keputusan pengobatan Anda termasuk usia
Anda, kesehatan Anda secara keseluruhan, dan preferensi Anda sendiri. Seringkali cukup bijak
untuk mendapatkan pendapat kedua (second opinion) yang memberikan Anda perspektif lain
dari penyakit Anda.
 Pembedahan untuk Kanker Serviks
Cryosurgery
Sebuah probe metal yang didinginkan dengan nitrogen cair dimasukkan ke dalam vagina dan
pada leher rahim. Ini membunuh sel-sel abnormal dengan cara membekukan mereka.
Cryosurgery digunakan untuk mengobati kanker serviks yang hanya ad adi dalam leher rahim
(stadium 0), tapi bukan kanker invasif yang telah menyebar ke luar leher rahim.
Bedah Laser

21
Sebuah sinar laser digunakan untuk membakar sel-sel atau menghapus sebagian kecil dari
jaringan sel rahim untuk dipelajari.Pembedahan laser hanya digunakan sebagai pengobatan
untuk kanker serviks pra-invasif (stadium 0).

Konisasi
Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan diangkat dari leher rahim. Hal ini dilakukan
dengan menggunakan pisau bedah atau laser tau menggunakan kawat tipis yang dipanaskan
oleh listrik (prosedur ini disebut LEEP atau LEETZ).Pendekatan ini dapat digunakan untuk
menemukan atau mengobati kanker serviks tahap awal (0 atau I).Hal ini jarang digunakan
sebagai satu-satunya pengobatan kecuali untuk wanita dengan kanker serviks stadium dini
yang mungkin ingin memiliki anak.Setelah biopsi, jaringan (berbentuk kerucut) diangkat
untuk diperiksa di bawah mikroskop. Jika batas tepi dari kerucut itu mengandung kanker atau
pra-sel kanker, pengobatan lebih lanjut akan diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh
sel-sel kankernya telah diangkat.
Histerektomi
 Histerektomi sederhana: Rahim diangkat, tetapi tidak mencakup jaringan yang berada
di dekatnya. Baik vagina maupun kelenjar getah bening panggul tidak diangkat.
Rahim dapat diangkat dengan cara operasi di bagian depan perut (perut) atau melalui
vagina. Setelah operasi ini, seorang wanita tidak bisa menjadi hamil. Histerektomi
digunakan untuk mengobati beberapa kanker serviks stadium awal (I). Hal ini juga
digunakan untuk stadium pra-kanker serviks (o), jika sel-sel kanker ditemukan pada
batas tepi konisasi.
 Histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul: pada operasi ini,
dokter bedah akan mengangkat seluruh rahim, jaringan di dekatnya, bagian atas
vagina yang berbatasan dengan leher rahim, dan beberapa kelenjar getah bening yang
berada di daerah panggul. Operasi ini paling sering dilakukan melalui pemotongan
melalui bagian depan perut dan kurang sering melalui vagina. Setelah operasi ini,
seorang wanita tidak bisa menjadi hamil. Sebuah histerektomi radikal dan diseksi
kelenjar getah bening panggul adalah pengobatan yang umum digunakan untuk
kanker serviks stadium I, dan lebih jarang juga digunakan pada beberapa kasus
stadium II, terutama pada wanita muda.
Dampak seksual dari histerektomi: Setelah histerektomi, seorang wanita masih dapat
merasakan kenikmatan seksual. Seorang wanita tidak memerlukan rahim untuk mencapai
orgasme. Jika kanker telah menyebabkan rasa sakit atau perdarahan, meskipun demikian,
operasi sebenarnya bisa memperbaiki kehidupan seksual seorang wanita dengan cara
menghentikan gejala-gejala ini.
Trachelektomi
Sebuah prosedur yang disebut trachelectomy radikal memungkinkan wanita muda tertentu
dengan kanker stadium awal untuk dapat diobati dan masih dapat mempunyai anak.Metode
ini melibatkan pengangkatan serviks dan bagian atas vagina dan meletakkannya pada jahitan
berbentuk seperti kantong yang bertindak sebagai pembukaan leher rahim di dalam

22
rahim.Kelenjar getah bening di dekatnya juga diangkat.Operasi ini dilakukan baik melalui
vagina ataupun perut.
Setelah operasi ini, beberapa wanita dapat memiliki kehamilan jangka panjang dan
melahirkan bayi yang sehat melalui operasi caesar.Dalam sebuah penelitian, tingkat
kehamilan setelah 5 tahun lebih dari 50%, namun risiko keguguran lebih tinggi daripada
wanita normal pada umumnya.Risiko kanker kambuh kembali sesudah pendekatan ini cukup
rendah.

Ekstenterasi Panggul
Selain mengambil semua organ dan jaringan yang disebutkan di atas, pada jenis operasi ini:
kandung kemih, vagina, dubur, dan sebagian usus besar juga diangkat. Operasi ini digunakan
ketika kanker serviks kambuh kembali setelah pengobatan sebelumnya.
Jika kandung kemih telah diangkat, sebuah cara baru untuk menyimpan dan membuang air
kecil diperlukan. Sepotong usus pendek dapat digunakan untuk membuat kandung kemih
baru. Urine dapat dikosongkan dengan menempatkan sebuah tabung kecil (disebut kateter) ke
dalam lubang kecil di perut tersebut (disebut: urostomi). Atau urin bisa mengalir ke kantong
plastik kecil yang ditempatkan di bagian depan perut.
Jika rektum dan sebagian usus besar diangkat, sebuah cara baru untuk melewati kotoran/feses
diperlukan. Hal ini dilakukan dengan kolostomi, yaitu dibuat lubang pembukaan di perut
dimana kotoran dapat dikeluarkan.Atau ahli bedah mungkin dapat menyambung kembali
usus besar sehingga tidak ada kantung di luar tubuh yang diperlukan. Jika vagina diangkat,
sebuah vagina baru yang terbuat dari kulit atau jaringan lain dapat dibuat/direkonstruksi.
Diperlukan waktu lama, 6 bulan atau lebih, untuk pulih dari operasi ini. Beberapa
mengatakan butuh waktu sekitar 1-2 tahun untuk benar benar menyesuaikan diri dengan
perubahan radikal ini.Namun wanita yang pernah menjalani operasi ini tetap dapat menjalani
kehidupan bahagia dan produktif.Dengan latihan dan kesabaran, mereka juga dapat memiliki
gairah seksual, kesenangan, dan orgasme.
 Radioterapi untuk Kanker Serviks
Radioterapi adalah pengobatan dengan sinar berenergi tinggi (seperti sinar-X) untuk
membunuh sel-sel kanker ataupun menyusutkan tumornya. Sebelum radioterapi dilakukan,
biasanya Anda akan menjalani pemeriksaan darah untuk mengetahui apakah Anda menderita
Anemia. Penderita kanker serviks yang mengalami perdarahan pada umumnya menderita
Anemia.Untuk itu, transfusi darah mungkin diperlukan sebelum radioterapi dijalankan.
Pada kanker serviks stadium awal, biasanya dokter akan memberikan radioterapi
(external maupun internal). Kadang radioterapi juga diberikan sesudah pembedahan.Akhir-
akhir ini, dokter seringkali melakukan kombinasi terapi (radioterapi dan kemoterapi) untuk
mengobati kanker serviks yang berada antara stadium IB hingga IVA. Yaitu, antara lain bila
ukuran tumornya lebih besar dari 4 cm atau bila kanker ditemukan telah menyebar ke
jaringan lainnya (di luar serviks), misalnya ke kandung kemih atau usus besar.
Radioterapi ada 2 jenis, yaitu radioterapi eksternal dan radioterapi internal.Radioterapi
eksternal berarti sinar X diarahkan ke tubuh Anda (area panggul) melalui sebuah mesin
besar.Sedangkan radioterapi internal berarti suatu bahan radioaktif ditanam ke dalam

23
rahim/leher rahim Anda selama beberapa waktu untuk membunuh sel-sel kankernya. Salah
satu metode radioterapi internal yang sering digunakan adalah brachytherapy.

 Brachytherapy untuk Kanker Serviks


Brachytherapy telah digunakan untuk mengobati kanker serviks sejak awal abad ini.
Pengobatan yang ini cukup sukses untuk mengatasi keganasan di organ kewanitaan.Baik
radium dan cesium telah digunakan sebagai sumber radioaktif untuk memberikan radiasi
internal. Sejak tahun 1960-an di Eropa dan Jepang, mulai diperkenalkan sistem HDR(high
dose rate) brachytherapy.
HDR brachytherapy diberikan hanya dalam hitungan menit.Untuk mencegah komplikasi
potensial dari HDR brachytherapy, maka biasanya HDR brachytherapy diberikan dalam
beberapa insersi.Untuk pasien kanker serviks, standar perawatannya adalah 5 insersi. Waktu
dimana aplikator berada di saluran kewanitaan (vagina, leher rahim dan/atau rahim) untuk
setiap insersi adalah sekitar 2,5 jam. Untuk pasien kanker endometrium yang menerima
brachytherapy saja atau dalam kombinasi dengan radioterapi external, maka diperlukan total
2 insersi dengan masing-masing waktu sekitar 1 jam.
Keuntungan HDR brachytherapy adalah antara lain: pasien cukup rawat jalan, ekonomis,
dosis radiasi bisa disesuaikan, tidak ada kemungkinan bergesernya aplikator. Yang cukup
memegang peranan penting bagi kesuksesan brachytherapy adalah pengalaman dokter yang
menangani.

 Kemoterapi untuk Kanker Serviks

Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker.


Biasanya obat-obatan diberikan melalui infuse ke pembuluh darah atau melalui mulut.
Setelah obat masuk ke aliran darah, mereka menyebar ke seluruh tubuh. Kadang-kadang
beberapa obat diberikan dalam satu waktu.
Kemoterapi dapat menyebabkan efek samping. Efek samping ini akan tergantung
pada jenis obat yang diberikan, jumlah/dosis yang diberikan, dan berapa lama pengobatan
berlangsung. Obat yang dapat diberikan antara lain Cisplatin, Carboplatin, Ifosfamid.

Perawatan paliatif

24
Ditujukan pada penderita kanker terutama yang tidak mungkin sembuh, tujuannya untuk
meringankan rasa nyeri dan keluhan lain; perbaikan dalam aspek psikologis, sosial dan
spiritual untuk mencapai kualitas hidup yang maksimal bagi penderita dan keluarganya
kalaupun meninggal penderita meninggal dalam iman. Pola dasar perawatan paliatif
adalah:5
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian adalah proses yang normal
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian
3. Menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain yang mengganggu
4. Menjaga keseimbangan dalam aspek psikologi dan aspek spiritual
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
6. Berusaha memberikan dukungan kepada keluarga yang berduka.

2.9 Memahami dan menjelaskan komplikasi karsinoma serviks

1. Pasca operatif
- Gangguan berkemih
- Fistula ureter atau kandung kemih
- Emboli paru
- Obstruksi saluran cerna
- Trauma syaraf
2. Pasca kemoteraphy
- Sakit maag dan muntah (dokter bisa memberikan obat mual/muntah)
- Kehilangan nafsu makan
- Kerontokan rambut jangka pendek
- Sariawan
- Meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi (kekurangan sel darah
putih)
- Pendarahan atau memar bila terjadi luka (akibat kurang darah)
- Sesak napas (dari rendahnya jumlah sel darah merah)
- Kelelahan
- Menopause dini
- Hilangnya kemampuan menjadi hamil (infertilitas)
3. Pasca radiotheraphy
- Kelelahan
- Sakit maag
- Sering ke belakang (diare)
- Mual
- Muntah
- Perubahan warna kulit (seperti terbakar)
- Kekeringan atau bekas luka pada vagina yang menyebabkan senggama
menyakitkan

25
- Menopause dini
- Masalah dengan buang air kecil
- Tulang rapuh sehingga mudah patah tulang
- Rendahnya jumlah sel darah merah (anemia)
- Rendahnya jumlah sel darah putih
- Pembengkakan di kaki (disebut lymphedema)

2.10 Memahami dan menjelaskan prognosis karsinoma serviks

Prognosis sangat baik pada kanker tingkat awal di mana angka kesembuhan
hampir 100% pada stadium prainvasif.
Faktor-faktor menentukan antara lain: 8
1. Umur penderita
2. Keadaan umum penderita
3. Status sosioekonomi penderita
4. Gambaran makroskopis kanker
5. Tingkat keganasan klinik
6. Ciri-ciri histologi sel tumor
7. Kemampuan tim yang menangani
8. Sarana pengobatan yang ada

Angka kelangsungan hidup lima tahun (five years survival rate)5


Stadium 0 : 90%-100%
Stadium I : 80%-90%
Stadium II : 60%-70%
Stadium III : 30%-40%
Stadium IV : 0%-10%.

2.11 Memahami dan menjelaskan pencegahan karsinoma serviks

Pencegahan primer yaitu segala kegiatan yang dilakukan untuk


menghilangkan/mengurangi resiko terjadinya Karsinoma Serviks. Upaya tersebut
dapat dilakukan berupa promosi/penyuluhan mengenai:5
● Menghindari kawin muda
● Menghindari ganti-ganti pasangan seksual
● Menjaga kesehatan secara umum

26
● Jangan melahirkan banyak anak
● Tidak merokok
Penyebaran informasi ini dilakukan seluas-luasnya kepada masyarakat
melalui media massa maupun lewat kegiatan Posyandu, PKK, Darma Wanita, dan
sebagainya. Kegiatan ini hendaknya dapat memberi pengertian akan sifat-sifat
kanker ( penyebab, perkembangan, bahayanya pada stadium lanjut serta
pencegahannya) dan membangkitkan peran serta masyarakat sehingga mampu
dan mau ikut serta menyampaikan pesan-pesan kanker.5
Pencegahan sekunder dengan melakukan skrining/deteksi dini melalui
pemeriksaaan sitologi vagina (Pap Smear) pada orang-orang yang belum
menunjukkan gejala-gejala klinik. Tujuan dilakukan skrining untuk menurunkan
morbiditas dan mortalitas dalam masyarakat.
Dengan pemeriksaan Pap Smear, karsinoma serviks dalam stadium dini
dapat ditemukan sehingga banyak wanita diselamatkan dari kanker. Pemeriksaan
ini sederhana, cepat, tidak sakit dan tidak merusak jaringan serta biayanya relatif
murah. Dianjurkan dilakukan sekali dalam setahun bagi wanita yang sudah
melakukan senggama, tetapi pada wanita kelompok resiko tinggi pemeriksaan
lebih sering yaitu 3-6 bulan. Persyaratan lain untuk melakukan Pap Smear adalah
dilakukan pada setiap saat kecuali pada masa haid.7
Penanggulangan kanker di Indonesia telah dirintis oleh pemerintah sejak
tahun 1988, yaitu dengan dibentuknya Komite Nasional Penanggulangan Kanker.
Dengan dukungan WHO, pada tahun 1989 disusun Pokok-pokok Penanggulangan
Kanker di Indonesia yang menggambarkan upaya kesehatan paripurna dalam
penanggulangan kanker, yaitu: pencegahan primer, deteksi dini, terapi serta
rehabilitasi dan perawatan paliatif/bebas nyeri.
Menurut GBHN 1993 dan Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 tahun
1992 menekankan pentingnya menggerakkan , mendorong, dan membina
partisipasi masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan,
yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk
hidup sehat.
Lokakarya kanker tahun 1993, sepakat untuk mengembangkan suatu model
Penanggulangan Kanker Terpadu (PKTP) dalam skala yang lebih kecil yaitu di
tingkat Dati II. Uji coba PKPT, telah dipilih Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa
Timur dan selanjutnya akan dikembangkan secara nasional.
Strategi penanggulangan kanker melalui model PKTP ini sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai yaitu penurunan angka kesakitan dan kematian akibat kanker dan meningkatkan kualitas
hidup penderita kanker.

27
3. Memahami dan menjelaskan etika pemeriksaan dalam perspektif Islam

Pandangan islam terhadap ikhtilat

Pembahasan tentang ikhtilat sangat penting untuk menjawab persoalan di atas.Yakni


untuk menjaga kehormatan dan menghindarkan dari perbuatan yang mengarah dosa dan
kekejian.Yang dimaksud ikhtilat, yaitu berduanya seorang lelaki dengan seorang perempuan
di tempat sepi.Dalam hal ini menyangkut pergaulan antara sesama manusia, yang rambu-
rambunya sangat mendapat perhatian dalam Islam.
Yaitu berkait dengan ajaran Islam yang sangat menjunjung tinggi keselamatan bagi
manusia dari segala gangguan. Terlebih lagi dalam masalah mu'amalah (pergaulan) dengan
lain jenis. Dalam Islam, hubungan antara pria dan wanita telah diatur dengan batasan-
batasan, untuk membentengi gejolak fitnah yang membahayakan dan mengacaukan
kehidupan. Karenanya, Islam telah melarang pergaulan yang dipenuhi dengan ikhtilat
(campur baur antara pria dan wanita).

Dalam hadits di bawah ini, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah


memperingatkan kaum lelaki untuk lebih berhati-hati dalam masalah wanita.
"Berhati-hatilah kalian dari menjumpai para wanita,” maka seorang sahabat dari Anshar
bertanya,"Bagaimana pendapat engkau tentang saudara ipar, wahai Rasulullah?”Rasulullah
menjawab,"Saudara ipar adalah maut (petaka).”
[HR Bukhari dan Muslim].

Perintah menjaga aurat dan menahan pandangan

Di antara keindahan syariat Islam, yaitu ditetapkannya larangan mengumbar aurat dan
perintah untuk menjaga pandangan mata kepada obyek yang tidak diperbolehkan, lantaran
perbuatan itu hanya akan mencelakakan diri dan agamanya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman (yang artinya):


Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangan


mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan
mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutupkan kain
kudung ke dada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada
suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau
putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, atau putera-putera saudara laki-
laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau
budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai
keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita . . ."
[an-Nûr/24: 30-31].
28
Larangan melihat aurat, tidak hanya untuk yang berlawan jenis, akan tetapi Islam pun
menetapkan larangan melihat aurat sesama jenis, baik antara lelaki dengan lelaki lainnya,
maupun antara sesama wanita.
Disebutkan dalam sebuah hadits:
"Dari ‘Abdir-Rahman bin Abi Sa`id al-Khudri, dari ayahnya, bahwasanya Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah seorang lelaki melihat kepada aurat lelaki (yang lain),
dan janganlah seorang wanita melihat kepada aurat wanita (yang lain)". [HR Muslim]

Idealnya muslimah berobat ke dokter wanita


Hukum asalnya, apabila ada dokter umum dan dokter spesialis dari kaum Muslimah,
maka menjadi kewajiban kaum Muslimah untuk menjatuhkan pilihan kepadanya.Meski
hanya sekedar keluhan yang paling ringan, flu batuk pilek sampai pada keadaan genting,
semisal persalinan ataupun jika harus melakukan pembedahan.

Berkaitan dengan masalah itu, Syaikh Bin Bâz rahimahullah mengatakan:


“Seharusnya para dokter wanita menangani kaum wanita secara khusus, dan dokter lelaki
melayani kaum lelaki secara khusus kecuali dalam keadaan yang sangat terpaksa.Bagian
pelayanan lelaki dan bagian pelayanan wanita masing-masing disendirikan, agar masyarakat
terjauhkan dari fitnah dan ikhtilat yang bisa mencelakakan.Inilah kewajiban semua orang”.

Lajnah Dâ-imah juga menfatwakan, bila seorang wanita mudah menemukan dokter wanita
yang cakap menangani penyakitnya, ia tidak boleh membuka aurat atau berobat ke seorang
dokter lelaki. Kalau tidak memungkinkan maka ia boleh melakukannya.

Bila memang dalam keadaan darurat dan terpaksa, Islam memang membolehkan untuk
menggunakan cara yang mulanya tidak diperbolehkan.Selama mendatangkan maslahat,
seperti untuk pemeliharaan dan penyelamatan jiwa dan raganya. Seorang muslimah yang
keadaannya benar-benar dalam kondisi terhimpit dan tidak ada pilihan, (maka) ia boleh pergi
ke dokter lelaki, baik karena tidak ada ada seorang dokter muslimah yang mengetahui
penyakitnya maupun memang belum ada yang ahli.Allah Ta`ala menyebutkan dalam firman-
Nya surat al-An'âm/6 ayat 119:
"(padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya
atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya)"

Meskipun dibolehkan dalam kondisi yang betul-betul darurat, tetapi harus mengikuti
rambu-rambu yang wajib untuk ditaati.Tidak berlaku secara mutlak.Keberadaan mahram
adalah keharusan, tidak bisa ditawar-tawar. Sehingga tatkala seorang muslimah terpaksa
harus bertemu dan berobat kepada dokter lelaki, ia harus didampingi mahram atau suaminya
saat pemeriksaan. Tidak berduaan dengan sang dokter di kamar praktek atau ruang
periksa.Syarat ini disebutkan Syaikh Bin Bâz rahimahullah untuk pengobatan pada bagian
tubuh yang nampak, seperti kepala, tangan, dan kaki. Jika obyek pemeriksaan menyangkut
aurat wanita, meskipun sudah ada perawat wanita –umpamanya- maka keberadaan suami
atau wanita lain (selain perawat) tetap diperlukan, dan ini lebih baik untuk menjauhkan dari
kecurigaan.

29
Daftar Pustaka
Andrijono., 2005. Sinopsis Kanker Ginekologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta.

Azis, MF., dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi.Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Mary Calvagna, MS. Diagnosis of Cervical Cancer. American Cancer Society website.
Available at: http://www.cancer.org. Last reviewed April 2007.

Arumugam, V.2011.Ca serviks. Diakses pada 11 April 2012 melalui


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21709/.../Chapter%20II.pdf

Anonim.2012.Differential diagnosis of cervical cancer. Diakses pada 11 April2012 melalui


http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/259/diagnosis/differential.html

http://lhiezainternisti.blogspot.com/2009/12/pandangan-islam-dalam-pelayanan.html

30

Anda mungkin juga menyukai