Perdarahan Pervaginam
Wrap up
Kelompok :A-18
Ketua : Atena Suci Fauzia 1102009046
Seketaris : Gita Rosadila 1102010113
Anggota :
Deny Rahmat Pamungkas 1102009072
Dimas Mochammad Zaeni 1102009084
Farah Farhana Maren 1102010094
Fennie Budhiarti 1102010100
Indah Kusumo Wardani P 1102010129
Laras Wiyardhani 1102010148
Latifatun Nikmah 1102010149
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2012/2013
1
SKENARIO 3
Perdarahan Pervaginam
Seorang wanita umur 35 tahun berobat ke poliklinik kebidanan dengan keluhan keluar
darah dari vagina, dan berbau. Pasien mempunyai 3 orang anak, terkecil umur 6 tahun. Dari
pemeriksaan sensorium komposmentis dan vital sign dalam batas normal.Haid teratur, tiap bulan,
lama 7 hari. Dokter meminta perawat untuk mempersiapkan dan mendampingi pemeriksaan.
Pemeriksaan perut, inspeksi, palpasi dan perkusi dalam batas normal. Begitu pula vulva
tidak ada kelainan. Inspekulo : dinding vagina dalam batas normal, serviks membesar berbenjol,
berdarah. Vaginal toucher : serviks membesar, berbenjol, contact bleeding ( + ), uterus sebesar
telur bebek, mobile, ovarium tidak membesar. Untuk menegakkan diagnosis, dokter melakukan
pemeriksaan penunjang.
2
Kata sulit
Pertanyaan
3
Hipotesa
Reaksi inflamasi
Massa
Ca serviks
4
Sasaran belajar
5
1. Memahami dan menjelaskan pendarahan pervaginam
1.1.Definisi perdarahan pervaginam
Adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 haid.
Ada dua macam perdarahan di luar haid yaitu metroragia dan menometroragia
1. Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus
haid. Perdarahan ovulatoir terjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting
dan dapat lebih diyakinkan dengan pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya
adalah kelainan organik (polip endometrium, karsinoma endometrium, karsinoma
serviks), kelainan fungsional dan penggunaan estrogen eksogen
2. Menoragia adalah Perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan
jumlah darah kadang-kadang cukup banyak. Penyebab dan pengobatan kasus ini
sama dengan hipermenorea.
1.2.Etiologi perdarahan pervaginam
Sebab – sebab organic
Perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan olah kelainan pada:
serviks uteri; seperti polip servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada portio
uteri, karsinoma servisis uteri.
Korpus uteri; polip endometrium, abortus imminens, abortus insipiens, abortus
incompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri, karsinoma
korpus uteri, sarkoma uteri, mioma uteri.
Tuba fallopii; kehamilan ekstopik terganggu, radang tuba, tumor tuba.
Ovarium; radang overium, tumor ovarium.
Sebab lain
Pemakaian alat kontrasepsi (IUD, hormonal)
Obesitas
Faktor kejiwaan
Trombositopenia
6
Klasifikasi ini mempunyai nilai klinik karena kedua jenis perdarahan disfungsional
ini mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang berbeda.
Pada perdarahan disfungsional yang ovulatoir gangguan dianggap berasal dari factor-
faktor neuromuskular, vasomotorik, atau hematologik, yang mekanismenya Belem
seberapa dimengerti, sedang perdarahan anovulatoir biasanya dianggap bersumber pada
gangguan endokrin.
Kanker serviks adalah keganasan primer dari serviks uteri (kanalis servikalis dan atau porsio).
Jenis yang paling umum adalah jenis epitelias squamous, adenoma, dan jenis campuran.
(Priyanto dan Nuranna, 2006)
Untuk wilayah ASEAN, insidens kanker serviks di Singapore sebesar 25,0 pada ras Cina; 17,8
pada ras Melayu; dan Thailand sebesar 23,7 per 100.000 penduduk. Insidens dan angka kematian
kanker serviks menurun selama beberapa dekade terakhir di AS. Hal ini karena skrining Pap
menjadi lebih populer dan lesi serviks pre-invasif lebih sering dideteksi daripada kanker invasif.
Diperkirakan terdapat 3.700 kematian akibat kanker serviks pada 2006. (Imam Rasjidi, 2009)
7
Di Indonesia diperkirakan ditemukan 40 ribu kasus baru kanker mulut rahim setiap tahunnya.
Menurut data kanker berbasis patologi di 13 pusat laboratorium patologi, kanker serviks
merupakan penyakit kanker yang memiliki jumlah penderita terbanyak di Indonesia, yaitu lebih
kurang 36%. Dari data 17 rumah sakit di Jakarta 1977, kanker serviks menduduki urutan
pertama, yaitu 432 kasus di antara 918 kanker pada perempuan. (Imam Rasjidi, 2009)
Relative survival pada wanita dengan lesi pre-invasif hampir 100%. Relative 1 dan 5 years
survival masingmasing sebesar 88% dan 73%. Apabila dideteksi pada stadium awal, kanker
serviks invasif merupakan kanker yang paling berhasil diterapi, dengan 5 YSR sebesar 92%
untuk kanker lokal. (Imam Rasjidi, 2009)
Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status sosial ekonomi
yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis histopatologi,
dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita. (Imam Rasjidi,
2009)
Infeksi HPV
Infeksi HPV (Human Papilloma Virus) resiko tinggi merupakan faktor etiologi kanker
serviks. Pendapat ini juga ditunjang oleh berbagai macam penelitian. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh International Agency for Research on Cancer
(IARC) terdapat 1.000 sampel dari 22 negara serta didapatkan adanya infeksi HPV pada
sejumlah 99,7% kasus kanker serviks. Penelitian meta-analisis yang meliputi 10.000
kasus didapatkan 8 tipe HPV yang banyak ditemukan, yaitu tipe 16, 18, 45, 31, 33, 52, 58
dan 35. Penelitian pada NIS II atau III mendapatkan infeksi HPV yang didominasi ole
tipe 16 dan 18. Progresifitas menjadi NIS II atau III setelah menderita HPV berkisar 2
tahun. (Andrijono, 2007)
HPV merupakan kelompok virus dari family
Papovaviridae. Berukuran kecil, tidak memiliki
envelope, dengan diameter sekitar 55 nm. Kapsid
berbentuk isohedral, yang tersusun atas 72
kapsomer. Setiap kapsomer mengandung minimal
2 protein kapsid, L1 (protein kapsid mayor) dan L2 (protein kapsid minor). (Eileen M.
Burd, 2003)
HPV dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, kelompok resiko rendah dengan
kelompok resiko tinggi. Kelompok resiko rendah terdiri atas HPV tipe 6, 11, 42, 43 dan
44. Sedangkan kelompok resiko tinggi terdiri atas HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51,
52, 56 dan 58. (Andrijono, 2007)
8
Faktor resiko yang telah dibuktikan
Hubungan seksual
Karsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan secara seksual. Beberapa bukti
menunjukkan adanya hubungan antara riwayat hubungan seksual dan risiko penyakit ini. (Iman
Rasidji, 2009)
Diet :
Apa yang Anda makan juga dapat berperan. Diet rendah sayuran dan buah-buahan dapat
dikaitkan dengan meningkatnya resiko kanker seviks. Juga, wanita yang obes/gemuk berada
pada tingkat resiko lebih tinggi.
Pil KB:
Penggunaan pil KB dalam jangka panjang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks.
Riset menemukan bahwa resiko kanker serviks meningkat sejalan dengan semakin lama wanita
tersebut menggunakan pil kontrasepsi tersebut dan cenderung menurun pada saat pil di-stop.
Penghasilan rendah:
Wanita miskin berada pada tingkat resiko kanker serviks yang lebih tinggi. Ini mungkin karena
mereka tidak mampu untuk memperoleh perawatan kesehatan yang memadai, seperti tes Pap
Smear secara rutin.
9
Lain – Lain
Merokok
Wanita yang merokok berada dua kali lebih mungkin mendapat kanker serviks dibandingkan
mereka yang tidak. Rokok mengandung banyak zat racun/kimia yang dapat menyebabkan kanker
paru. Zat-zat berbahaya ini dibawa ke dalam aliran darah ke seluruh tubuh ke organ lain juga.
Produk sampingan (by-products) rokok seringkali ditemukan pada mukosa serviks dari para
wanita perokok.
Infeksi HIV
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang menyebabkan penyakit AIDS- tidak
sama dengan HPV. Ini dapat juga menjadi faktor resiko kanker serviks. Memiliki HIV agaknya
membuat sistem kekebalan tubuh seorang wanita kurang dapat memerangi baik infeksi HPV
maupun kanker-kanker pada stadium awal.
Terdapat beberapa klasifikasi untuk tingkat kanker serviks seperti International Federation of
Gyneacology and obstetrics (FIGO) dari World Health Organization (WHO) dan sistem tumor
nodul dan metastasis (TNM) dari International Union Against Cancer(UICC).
10
Stadium IIIb Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidronefrosis atau gangguan
fungsi ginjal
Stadium IV Perluasan ke luar organ reproduktif
Stadium IVa Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rektum
Stadium IVb Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul
11
Stadium kanker seviks menurut sistem TNM
T Tak ditemukan tumor primer
T1S Karsinoma pra-invasif, ialah KIS (Karsinoma In Situ)
T1 Karsinoma terbatas pada serviks, (walaupun ada perluasan ke korpus uteri)
T1a Pra-klinik adalah karsinoma yang invasif dibuktikan dengan pemeriksaan histologik
T1b Secara klinis jelas karsinoma yang invasif
T2 Karsinoma telah meluas sampai di luar serviks, tetapi belum sampai dinding panggul,
atau karsinoma telah menjalar sampai dinding vagina, tetapi belum sampai 1/3 distal
T2a Karsinoma belum menginfiltrasi parametrium
T2b Karsinoma telah menginfiltrasi parametrium
T3 Karsinoma telah melibatkan 1/3 distal vagina atau telah mencapai dinding panggul (tidak
ada celah bebas antara dinding panggul)
NB : Adanya hidronefrosis atau gangguan faal ginjal akibat stenosis ureter karena
infiltrasi tumor, menyebabkan kasus dianggap sebagai T3 meskipun pada penemuan lain
kasus itu seharusnya masuk kategori yang lebih rendah
T4 Karsinoma telah menginfiltrasi mukosa rektum atau kandung kemih, atau meluas sampai
panggul. (Ditemukannya edema bulosa tidak cukup bukti untuk mengklasifikasi sebagai
T4)
T4a Karsinoma melibatkan kandung kemih atau rektum saja dan dibuktikan secara histologik
T4b Karsinoma telah meluas sampai di luar panggul
NX Bila tidak memungkinkan untuk menilai kelenjar limfa regional. Tanda -/+ ditambahkan
untuk tambahan ada/tidak adanya informasi mengenai pemeriksaan histologik, jadi : NX
+ atau NX -
N0 Tidak ada deformitas kelenjar limfa pada limfografi
N1 Kelenjar limfa regional berubah bentuk sebagaimana ditunjukkan oleh cara-cara
diagnostik yang tersedia ( misalnya limfografi, CT-scan panggul)
N2 Teraba massa yang padat dan melekat pada dinding panggul dengan celah bebas infiltrat
diantara massa ini dengan tumor
M0 Tidak ada metastsis berjarak jauh
M1 Terdapat metastasis berjarak jauh, termasuk kelenjar limfa di atas bifurkasio arteri iliaka
komunis
12
1. Skuamous carcinoma
• Keratinizing
• Large cell non keratinizing
• Small cell non keratinizing
• Verrucous
2. Adeno carcinoma
• Endocervical
• Endometroid (adenocanthoma)
• Clear cell - paramesonephric
• Clear cell - mesonephric
• Serous
• Intestinal
3. Mixed carcinoma
• Adenosquamous
• Mucoepidermoid
• Glossy cell
• Adenoid cystic
4. Undifferentiated carcinoma
5. Carcinoma tumor
6. Malignant melanoma
7. Maliganant non-epithelial tumors
• Sarcoma : mixed mullerian, leiomysarcoma, rhabdomyosarcoma
• Lymphoma
Klasifikasi menurut Papanicolau:
Kelas I : Berarti negatif (tidak ditemukan sel-sel ganas)
Kelas II : Negatif, tidak ditemukan tanda-tanda ganas, ditemukan beberapa sel atipik
KelasIII :Ada sel-sel atipik yang sugestif tetapi tidak diagnostik untuk keganasan→dysplas
ia(ringan,sedang,berat)
Kelas IV : Positif, ditemukan beberapa sel atipik → KIS
Kelas V : Positif, ditemukan banyak sel atipik → Kanker
13
2.5 Memahami dan menjelaskan patofisiologi karsinoma serviks
Karsinoma serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan intraepitel, perubahan
neoplastik, berkembang menjadi kanker serviks setelah10 tahun atau lebih. Secara histopatologi
lesi pre invasif biasanya berkembang melalui beberapa stadium displasia (ringan, sedang dan
berat) menjadi karsinoma in situ dan akhirnya invasif. Meskipun kanker invasif berkembang
melalui perubahan intraepitel, tidak semua perubahan ini progres menjadi invasif. Lesi preinvasif
akan mengalami regresi secara spontan sebanyak 3-35%. Bentuk ringan (displasia ringan dan
sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi
karsinoma in situ (KIS) berkisar antara 1 ± 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari
karsinoma in situ menjadi invasif 3 ± 20 tahun (TIM FKUI, 1992).
Penyebaran dapat pula melalui metastase limpatik dan hematogen. Bila pembuluh limfe
terkena invasi, kanker dapat menyebar ke pembuluh getah bening pada servikal dan parametria,
kelenjar getah bening obturator, iliaka eksterna dan kelenjar getah bening hipogastrika. Dari sini
tumor menyebar ke kelenjar getah bening iliaka komunis dan pada aorta. Secara hematogen,
tempat penyebaran terutama adalah paru-paru, kelenjar getah bening mediastinum dan
supravesikuler, tulang, hepar, empedu, pankreas dan otak (Prayetni, 1997).
Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan
endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Histologi
antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari portio dengan epitelkuboid/silindris
pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita, SCJ ini berada di luar
ostius uteri eksternum, sedangkan pada wanita umur > 35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis
serviks.
15
Tumor dapat tumbuh:
1. Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa yang mengalami infeksi
sekunder dan nekrosis.
2. Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stoma serviks dan cenderung
untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
3. Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan
melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
Serviks normal secara alami mengalami proses metaplasi/erosio akibat saling desak-
mendesak kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yangerosif
(metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik melalui
tingkatan NIS I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma invasif. Sekali menjadi
mikroinvasif atau invasif, proses keganasan akan berjalan terus.
Periode laten dari NIS – I s/d KIS 0 tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya fase
pra invasif berkisar antara 3 – 20 tahun (rata-rata 5 – 10 tahun). Perubahan epitel displastik
serviks secara kontinyu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan
pengobatan / tanpa diobati itu dikenal dengan Unitarian Concept dari Richard. Hispatologik
sebagian besar 95-97% berupa epidermoid atau squamous cell carsinoma sisanya
adenokarsinoma, clear cell carcinoma/mesonephroid carcinoma dan yang paling jarang adalah
sarcoma.
Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari
vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal
demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang dialami segera setelah
bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75 -
80%) (Wiknjosastro, 1997).
Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya
timbul gejala berupa ketidakteraturannya siklus haid, amenorrhea, hipermenorrhea, dan
penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan
berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini, yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid.
Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap
lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna
kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervaginam akan
makin sering terjadi dan nyeri makin progresif.
Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi pada klien kanker serviks.
Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal toucher) merupakan gejala yang
sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang
cair sampai menggumpal. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki,
16
hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter. Perdarahan rektum dapat terjadi
karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.
2.7 Memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding karsinoma serviks
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Keadaan umum pasien kurang baik, pasien tampak lemas, terjadi penurunan berat badan,
terlihat tanda-tanda anemis (konjungtiva pucat) yang mana merupakan dampak dari
perdarahan.
Palpasi
Pada perabaan serviks ditemukan konsistensi massa yang teraba keras (apabila masih kecil),
irreguler dan rapuh.
17
Pemeriksaan Penunjang
Menurut aziz (2006) pemeriksaan penunjang pada pasien kanker serviks, yaitu :
a. Pap’s Smear
18
b. Biopsi
c. Kolposkopi
d. Laboratorium
e. Radiologi
Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada saluran pelvik
atau peroartik limfe.
Pemeriksaan intravena-urografi (IVP), yang dilakukan pada kanker serviks tahap lanjut,
yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal. Pemeriksaan radiologi
direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih dan rektum yang meliputi
sitoskopi, pielogram intravena (IVP), enema barium, dan sigmoidoskopi.
19
Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau scan CT abdomen atau pelvis digunakan untuk
menilai penyebaran lokal dari tumor dan atau terkenanya nodus limpa regional.
MRI
CT-Scan
f. Tes schiller
20
Menurut tingkat keganasan klinik:5
Tingkat klinik KIS : Usia muda dan ingin punya anak Konisasi
Usia lanjut atau sudah mempunyai cukup anak Histerektomi
sederhana
21
Sebuah sinar laser digunakan untuk membakar sel-sel atau menghapus sebagian kecil dari
jaringan sel rahim untuk dipelajari.Pembedahan laser hanya digunakan sebagai pengobatan
untuk kanker serviks pra-invasif (stadium 0).
Konisasi
Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan diangkat dari leher rahim. Hal ini dilakukan
dengan menggunakan pisau bedah atau laser tau menggunakan kawat tipis yang dipanaskan
oleh listrik (prosedur ini disebut LEEP atau LEETZ).Pendekatan ini dapat digunakan untuk
menemukan atau mengobati kanker serviks tahap awal (0 atau I).Hal ini jarang digunakan
sebagai satu-satunya pengobatan kecuali untuk wanita dengan kanker serviks stadium dini
yang mungkin ingin memiliki anak.Setelah biopsi, jaringan (berbentuk kerucut) diangkat
untuk diperiksa di bawah mikroskop. Jika batas tepi dari kerucut itu mengandung kanker atau
pra-sel kanker, pengobatan lebih lanjut akan diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh
sel-sel kankernya telah diangkat.
Histerektomi
Histerektomi sederhana: Rahim diangkat, tetapi tidak mencakup jaringan yang berada
di dekatnya. Baik vagina maupun kelenjar getah bening panggul tidak diangkat.
Rahim dapat diangkat dengan cara operasi di bagian depan perut (perut) atau melalui
vagina. Setelah operasi ini, seorang wanita tidak bisa menjadi hamil. Histerektomi
digunakan untuk mengobati beberapa kanker serviks stadium awal (I). Hal ini juga
digunakan untuk stadium pra-kanker serviks (o), jika sel-sel kanker ditemukan pada
batas tepi konisasi.
Histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul: pada operasi ini,
dokter bedah akan mengangkat seluruh rahim, jaringan di dekatnya, bagian atas
vagina yang berbatasan dengan leher rahim, dan beberapa kelenjar getah bening yang
berada di daerah panggul. Operasi ini paling sering dilakukan melalui pemotongan
melalui bagian depan perut dan kurang sering melalui vagina. Setelah operasi ini,
seorang wanita tidak bisa menjadi hamil. Sebuah histerektomi radikal dan diseksi
kelenjar getah bening panggul adalah pengobatan yang umum digunakan untuk
kanker serviks stadium I, dan lebih jarang juga digunakan pada beberapa kasus
stadium II, terutama pada wanita muda.
Dampak seksual dari histerektomi: Setelah histerektomi, seorang wanita masih dapat
merasakan kenikmatan seksual. Seorang wanita tidak memerlukan rahim untuk mencapai
orgasme. Jika kanker telah menyebabkan rasa sakit atau perdarahan, meskipun demikian,
operasi sebenarnya bisa memperbaiki kehidupan seksual seorang wanita dengan cara
menghentikan gejala-gejala ini.
Trachelektomi
Sebuah prosedur yang disebut trachelectomy radikal memungkinkan wanita muda tertentu
dengan kanker stadium awal untuk dapat diobati dan masih dapat mempunyai anak.Metode
ini melibatkan pengangkatan serviks dan bagian atas vagina dan meletakkannya pada jahitan
berbentuk seperti kantong yang bertindak sebagai pembukaan leher rahim di dalam
22
rahim.Kelenjar getah bening di dekatnya juga diangkat.Operasi ini dilakukan baik melalui
vagina ataupun perut.
Setelah operasi ini, beberapa wanita dapat memiliki kehamilan jangka panjang dan
melahirkan bayi yang sehat melalui operasi caesar.Dalam sebuah penelitian, tingkat
kehamilan setelah 5 tahun lebih dari 50%, namun risiko keguguran lebih tinggi daripada
wanita normal pada umumnya.Risiko kanker kambuh kembali sesudah pendekatan ini cukup
rendah.
Ekstenterasi Panggul
Selain mengambil semua organ dan jaringan yang disebutkan di atas, pada jenis operasi ini:
kandung kemih, vagina, dubur, dan sebagian usus besar juga diangkat. Operasi ini digunakan
ketika kanker serviks kambuh kembali setelah pengobatan sebelumnya.
Jika kandung kemih telah diangkat, sebuah cara baru untuk menyimpan dan membuang air
kecil diperlukan. Sepotong usus pendek dapat digunakan untuk membuat kandung kemih
baru. Urine dapat dikosongkan dengan menempatkan sebuah tabung kecil (disebut kateter) ke
dalam lubang kecil di perut tersebut (disebut: urostomi). Atau urin bisa mengalir ke kantong
plastik kecil yang ditempatkan di bagian depan perut.
Jika rektum dan sebagian usus besar diangkat, sebuah cara baru untuk melewati kotoran/feses
diperlukan. Hal ini dilakukan dengan kolostomi, yaitu dibuat lubang pembukaan di perut
dimana kotoran dapat dikeluarkan.Atau ahli bedah mungkin dapat menyambung kembali
usus besar sehingga tidak ada kantung di luar tubuh yang diperlukan. Jika vagina diangkat,
sebuah vagina baru yang terbuat dari kulit atau jaringan lain dapat dibuat/direkonstruksi.
Diperlukan waktu lama, 6 bulan atau lebih, untuk pulih dari operasi ini. Beberapa
mengatakan butuh waktu sekitar 1-2 tahun untuk benar benar menyesuaikan diri dengan
perubahan radikal ini.Namun wanita yang pernah menjalani operasi ini tetap dapat menjalani
kehidupan bahagia dan produktif.Dengan latihan dan kesabaran, mereka juga dapat memiliki
gairah seksual, kesenangan, dan orgasme.
Radioterapi untuk Kanker Serviks
Radioterapi adalah pengobatan dengan sinar berenergi tinggi (seperti sinar-X) untuk
membunuh sel-sel kanker ataupun menyusutkan tumornya. Sebelum radioterapi dilakukan,
biasanya Anda akan menjalani pemeriksaan darah untuk mengetahui apakah Anda menderita
Anemia. Penderita kanker serviks yang mengalami perdarahan pada umumnya menderita
Anemia.Untuk itu, transfusi darah mungkin diperlukan sebelum radioterapi dijalankan.
Pada kanker serviks stadium awal, biasanya dokter akan memberikan radioterapi
(external maupun internal). Kadang radioterapi juga diberikan sesudah pembedahan.Akhir-
akhir ini, dokter seringkali melakukan kombinasi terapi (radioterapi dan kemoterapi) untuk
mengobati kanker serviks yang berada antara stadium IB hingga IVA. Yaitu, antara lain bila
ukuran tumornya lebih besar dari 4 cm atau bila kanker ditemukan telah menyebar ke
jaringan lainnya (di luar serviks), misalnya ke kandung kemih atau usus besar.
Radioterapi ada 2 jenis, yaitu radioterapi eksternal dan radioterapi internal.Radioterapi
eksternal berarti sinar X diarahkan ke tubuh Anda (area panggul) melalui sebuah mesin
besar.Sedangkan radioterapi internal berarti suatu bahan radioaktif ditanam ke dalam
23
rahim/leher rahim Anda selama beberapa waktu untuk membunuh sel-sel kankernya. Salah
satu metode radioterapi internal yang sering digunakan adalah brachytherapy.
Perawatan paliatif
24
Ditujukan pada penderita kanker terutama yang tidak mungkin sembuh, tujuannya untuk
meringankan rasa nyeri dan keluhan lain; perbaikan dalam aspek psikologis, sosial dan
spiritual untuk mencapai kualitas hidup yang maksimal bagi penderita dan keluarganya
kalaupun meninggal penderita meninggal dalam iman. Pola dasar perawatan paliatif
adalah:5
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian adalah proses yang normal
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian
3. Menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain yang mengganggu
4. Menjaga keseimbangan dalam aspek psikologi dan aspek spiritual
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
6. Berusaha memberikan dukungan kepada keluarga yang berduka.
1. Pasca operatif
- Gangguan berkemih
- Fistula ureter atau kandung kemih
- Emboli paru
- Obstruksi saluran cerna
- Trauma syaraf
2. Pasca kemoteraphy
- Sakit maag dan muntah (dokter bisa memberikan obat mual/muntah)
- Kehilangan nafsu makan
- Kerontokan rambut jangka pendek
- Sariawan
- Meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi (kekurangan sel darah
putih)
- Pendarahan atau memar bila terjadi luka (akibat kurang darah)
- Sesak napas (dari rendahnya jumlah sel darah merah)
- Kelelahan
- Menopause dini
- Hilangnya kemampuan menjadi hamil (infertilitas)
3. Pasca radiotheraphy
- Kelelahan
- Sakit maag
- Sering ke belakang (diare)
- Mual
- Muntah
- Perubahan warna kulit (seperti terbakar)
- Kekeringan atau bekas luka pada vagina yang menyebabkan senggama
menyakitkan
25
- Menopause dini
- Masalah dengan buang air kecil
- Tulang rapuh sehingga mudah patah tulang
- Rendahnya jumlah sel darah merah (anemia)
- Rendahnya jumlah sel darah putih
- Pembengkakan di kaki (disebut lymphedema)
Prognosis sangat baik pada kanker tingkat awal di mana angka kesembuhan
hampir 100% pada stadium prainvasif.
Faktor-faktor menentukan antara lain: 8
1. Umur penderita
2. Keadaan umum penderita
3. Status sosioekonomi penderita
4. Gambaran makroskopis kanker
5. Tingkat keganasan klinik
6. Ciri-ciri histologi sel tumor
7. Kemampuan tim yang menangani
8. Sarana pengobatan yang ada
26
● Jangan melahirkan banyak anak
● Tidak merokok
Penyebaran informasi ini dilakukan seluas-luasnya kepada masyarakat
melalui media massa maupun lewat kegiatan Posyandu, PKK, Darma Wanita, dan
sebagainya. Kegiatan ini hendaknya dapat memberi pengertian akan sifat-sifat
kanker ( penyebab, perkembangan, bahayanya pada stadium lanjut serta
pencegahannya) dan membangkitkan peran serta masyarakat sehingga mampu
dan mau ikut serta menyampaikan pesan-pesan kanker.5
Pencegahan sekunder dengan melakukan skrining/deteksi dini melalui
pemeriksaaan sitologi vagina (Pap Smear) pada orang-orang yang belum
menunjukkan gejala-gejala klinik. Tujuan dilakukan skrining untuk menurunkan
morbiditas dan mortalitas dalam masyarakat.
Dengan pemeriksaan Pap Smear, karsinoma serviks dalam stadium dini
dapat ditemukan sehingga banyak wanita diselamatkan dari kanker. Pemeriksaan
ini sederhana, cepat, tidak sakit dan tidak merusak jaringan serta biayanya relatif
murah. Dianjurkan dilakukan sekali dalam setahun bagi wanita yang sudah
melakukan senggama, tetapi pada wanita kelompok resiko tinggi pemeriksaan
lebih sering yaitu 3-6 bulan. Persyaratan lain untuk melakukan Pap Smear adalah
dilakukan pada setiap saat kecuali pada masa haid.7
Penanggulangan kanker di Indonesia telah dirintis oleh pemerintah sejak
tahun 1988, yaitu dengan dibentuknya Komite Nasional Penanggulangan Kanker.
Dengan dukungan WHO, pada tahun 1989 disusun Pokok-pokok Penanggulangan
Kanker di Indonesia yang menggambarkan upaya kesehatan paripurna dalam
penanggulangan kanker, yaitu: pencegahan primer, deteksi dini, terapi serta
rehabilitasi dan perawatan paliatif/bebas nyeri.
Menurut GBHN 1993 dan Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 tahun
1992 menekankan pentingnya menggerakkan , mendorong, dan membina
partisipasi masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan,
yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk
hidup sehat.
Lokakarya kanker tahun 1993, sepakat untuk mengembangkan suatu model
Penanggulangan Kanker Terpadu (PKTP) dalam skala yang lebih kecil yaitu di
tingkat Dati II. Uji coba PKPT, telah dipilih Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa
Timur dan selanjutnya akan dikembangkan secara nasional.
Strategi penanggulangan kanker melalui model PKTP ini sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai yaitu penurunan angka kesakitan dan kematian akibat kanker dan meningkatkan kualitas
hidup penderita kanker.
27
3. Memahami dan menjelaskan etika pemeriksaan dalam perspektif Islam
Di antara keindahan syariat Islam, yaitu ditetapkannya larangan mengumbar aurat dan
perintah untuk menjaga pandangan mata kepada obyek yang tidak diperbolehkan, lantaran
perbuatan itu hanya akan mencelakakan diri dan agamanya.
Lajnah Dâ-imah juga menfatwakan, bila seorang wanita mudah menemukan dokter wanita
yang cakap menangani penyakitnya, ia tidak boleh membuka aurat atau berobat ke seorang
dokter lelaki. Kalau tidak memungkinkan maka ia boleh melakukannya.
Bila memang dalam keadaan darurat dan terpaksa, Islam memang membolehkan untuk
menggunakan cara yang mulanya tidak diperbolehkan.Selama mendatangkan maslahat,
seperti untuk pemeliharaan dan penyelamatan jiwa dan raganya. Seorang muslimah yang
keadaannya benar-benar dalam kondisi terhimpit dan tidak ada pilihan, (maka) ia boleh pergi
ke dokter lelaki, baik karena tidak ada ada seorang dokter muslimah yang mengetahui
penyakitnya maupun memang belum ada yang ahli.Allah Ta`ala menyebutkan dalam firman-
Nya surat al-An'âm/6 ayat 119:
"(padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya
atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya)"
Meskipun dibolehkan dalam kondisi yang betul-betul darurat, tetapi harus mengikuti
rambu-rambu yang wajib untuk ditaati.Tidak berlaku secara mutlak.Keberadaan mahram
adalah keharusan, tidak bisa ditawar-tawar. Sehingga tatkala seorang muslimah terpaksa
harus bertemu dan berobat kepada dokter lelaki, ia harus didampingi mahram atau suaminya
saat pemeriksaan. Tidak berduaan dengan sang dokter di kamar praktek atau ruang
periksa.Syarat ini disebutkan Syaikh Bin Bâz rahimahullah untuk pengobatan pada bagian
tubuh yang nampak, seperti kepala, tangan, dan kaki. Jika obyek pemeriksaan menyangkut
aurat wanita, meskipun sudah ada perawat wanita –umpamanya- maka keberadaan suami
atau wanita lain (selain perawat) tetap diperlukan, dan ini lebih baik untuk menjauhkan dari
kecurigaan.
29
Daftar Pustaka
Andrijono., 2005. Sinopsis Kanker Ginekologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta.
Azis, MF., dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi.Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Mary Calvagna, MS. Diagnosis of Cervical Cancer. American Cancer Society website.
Available at: http://www.cancer.org. Last reviewed April 2007.
http://lhiezainternisti.blogspot.com/2009/12/pandangan-islam-dalam-pelayanan.html
30