Anda di halaman 1dari 19

FILUM ARTHROPODA DAN FILUM

ECHINODERMATA

Nama : Santa Kristenia Br Sitepu

NIM : 2213016173

Kelas : C S1 FARMASI 2022


BIODATA DIRI

Nama : Santa Kristenia Br Sitepu


Tempat, Tgl Lahir : Ndeskati, 27 April 2004
No. Telp : 082272445908
Instagram : santa_sitepu_

Riwayat Pendidikan :
SDN 048473 Ndeskati (2011-2016)
SMP Swasta Si Empat Teran Naman (2016-2019)
SMA Swasta Masehi Berastagi (2019-2022)
A. Filum Arthropoda
1. Pengertian
Hewan Arthropoda diambil dari bahasa Latin
(arthon artinya sendi dan pous/podos artinya kaki).
Hewan ini mempunyai tubuh yang beruas-ruas,
simetris bilateral, dan eksoskeleton atau kerangka
luar. Filum ini jumlahnya merupakan yang
terbanyak daripada filum lainnya, diperkirakan
lebih dari satu juta spesies. (Prasida, 2020).
Segmen tubuh arthropoda biasanya terdiri
dari cephalon/kepala, thorax/dada, abdomen/perut,
dan kadang juga memiliki pygidium/ekor. Pada
kelompok arthropoda tertentu ada bagian tubuh
yang menyatu seperti kepala-dada yang disebut
chepalothorax.

2. Habitat
Filum arthropoda memiliki habitat di air
serta di darat. Dalam air mereka dapat hidup
hingga kedalaman <6000 meter. Sedangkan di
darat dapat hidup mencapai di ketinggian 7000
meter (Sri & Nurhidayah, 2020).
Hewan artrhopoda dapat beradaptasi di
daratan, air payau, air laut, hingga di pasir pantai.
Arthropoda banyak yang anggotanya hidup sebagai
parasit tumbuhan dan hewan. Beberapa spesies
hidup dengan membentuk koloni dan kelompok
(Syahbudin & Darwis, 2001).

3. Struktur Tubuh
Arthropoda adalah kelompok hewan
triplobastik selomata, yang berarti mereka
memiliki rongga sejati dan tiga lapisan tubuh.
Tubuh hewan ini bersegmen/beruas, dan memiliki
kaki yang juga beruas. Eksoskeletonnya, yang
terbuat dari kitin dapat melindungi bagian dalam
tubuh dan membentuk tubuh arthropoda tersebut
(Sri & Nurhidayah, 2020).
Tubuh arthropoda terdiri dari
cephalon/kepala, thorax/dada, abdomen/perut, dan
kadang juga memiliki pygidium/ekor. Dan memiliki
tubuh yang simetris bilateral. Arthropoda memiliki
mulut di ujung anterior dan anus di ujung posterior.
Juga mempunyai sistem pencernaan yang sudah
lengkap, yaitu mulut, kerongkongan, usus, dan
anus. Sistem pernapasan menggunakan trakea,
insang, permukaan tubuh, atau paru-paru buku.
Mereka juga sudah memiliki sistem saraf dan
sistem operedaran darah (Sri & Nurhidayah, 2020).

4. Klasifikasi
a. Crustaceae
Crusta berarti pembungkus yang keras.
Tubuh crustaceae dibagi menjadi dua bagian
yaitu sefalothorax dan abedomen. Meliputi
golongan udang dan kepiting. Mereka
kebanyakan hidup dalam air alut, tetapi ada
beberapa yang di air tawar, payau, dan daratan.
Karakteristik crustaceae:
1) Pernapasan menggunakan insang
2) Eksresi menggunakan satu atau sepasang
kelenjar hijau
3) Alat reproduksi terpisah dan ada yang
beberapa hemoprodit
4) Merupakan hewan omnivora pemakan
tumbuhan atau hewan kecil di perairan
5) Memiliki dua pasang antena maxilla, satu
pasang mandibula, dan dua pasang
maxiliped.
6) Crustaceae dibagi menjadi dua yaitu
entomostraca (crustaceae tingkat rendah)
yang terbagi menjadi kelas copepoda,
branchiopoda, ostracoda, dan cirripedia.
Dan crustaceae tingkat tinggi/malacostraca
yang terbagi menjadi kelas stomatopoda,
decapoda, dan isopoda.

b. Myriapoda
Myriapoda terdiri dari kepala dan perut.
Bernapas menggunakan trakea, terdiri hingga
200 ruas dan pada tiap ruasnya ada sepasang
kaki sehingga sering disebut kaki seribu.
Myriapoda terdiri dari dua kelas yaitu lipan
(kelas Chilopoda) dan kaki seribu (kelas
Diplopoda) (Sri & Nurhidayah, 2020).
Myriapoda memiliki satu pasang antena di
kelapanya dan tiga pasang tonjolan yang
dimodifikasi di mulut, termasuk rahang bawah
bentuk rahang. Kaki seribu (klas diplopoda)
mempunyai kaki banyak, meski jumlahnya tidak
sampai seribu. Setiap ruas tubuhnya tersusun
dari dua segmen yang menyatu dan dua pasang
kaki. Sedangkan Lipan (kelas Chilopoda)
mempunyai satu pasang kaki, dan cakar beracun
pada ruas terdepan untuk melumpuhkan mangsa
dan mempertahankan diri.

c. Arachnoida
Arachnoida berasal dari kata arache yang
berarti laba-laba. Arachnoida tidak memiliki
antena dan mendibula sejati, tubuhnya terdiri
dari cepalothorax dan abdomen. Hewan ini
punya empat pasang kaki di dada digunakan
untuk berjalan. Arachnoida bernapas
menggunakan paru-paru buku, sistem peredaran
darah terbuka, dan ekskresi dengan saluran
malphigi. Arachnoida memiliki tiga kelas yaitu
arachnida atau laba-laba, scorpionida atau
kalajengking, dan acarina atau tungau.
(Syahbudin & Darwis, 2001).

d. Hexapoda (insekta)
Insekta atau serangga masuk ke dalam
subfilum hexapoda yang mempunyai jumlah
anggota terbanyak. Tubuh hexapoda terdiri dari
kepala, dada, dan abdomen. Bernapas dengan
trakea, memiliki sistem peredaran darah terbuka
dan ekskresi berupa saluran maphigi. (Sri &
Nurhidayah, 2020).
Kelas insekta memiliki proses metamorfosis
sempurna dan tidak sempurna. Metaporfosis
sempurna dari telur, ulat, kepompong, hewan
dewasa (lebah dan kupu-kupu). Sedangkan
metamorfosis tidak sempurna dari telur, nimfa,
hingga imago (belalang dan jangkrik).

5. Reproduksi
Arthropoda biasanya bereproduksi secara
seksual. Beberapa spesies serangga branchiopoda
bereproduksi secara aseksual (partenogenesis)
karena tidak adanya hewan jantan di alam.
Pada udang jantan, dua pasang kaki renang
depan (pleopoda) diubah menjadi gonopoda; Organ
ini berfungsi mengalirkan sperma saat kawin.
Sepasang kaki pada udang betina selain berfungsi
untuk berenang juga menjadi tempat menempelnya
telur-telur yang sudah dibuahi sebelum menetas
menjadi larva (anak ikan).
Dalam siklus hidupnya, bentuk tubuh
serangga mengalami perubahan yang biasa disebut
metamorfosis. Ada tiga jenis metamorfosis pada
serangga. Metamorfosis sempurna yang terjadi
ketika serangga ini melalui empat tahapan dalam
siklus hidupnya mulai dari telur, larva, pupa, dan
dewasa, contohnya adalah kupu-kupu.
Metamorfosis tidak sempurna terjadi hanya ada tiga
tahapan dari: telur, pupa, dan dewasa, contohnya
adalah belalang. Serangga yang termasuk dalam
kelompok Apterygota bahkan tidak mengalami
metamorfosis (ametabole) (Sundowo & Wisnu,
2015).
6. Peran dalam Bidang Farmasi
Peranan arthropoda dalam bidang farmasi
meliputi berbagai aspek, seperti penggunaan hewan
arthropoda sebagai mengendal hama, penyakit
pakan, dan bahan kosmetika. Beberapa contoh
arthropoda yang memiliki peranan penting dalam
farmasi meliputi:
a. Black Soldier Fly (Lalat Tentara Hitam): Larva
lalat tentara hitam bisa dimanfaatkan untuk
membuat minyak (gemuk) dalam bidang
farmasi, seperti industri kosmetik.
b. Kepiting Tapal Kuda: merupakan anggota
filum arthropoda, subfilum chelicerata, kelas
merostomata, subkelas xiphosura, dan famili
limulidae, mungkin memiliki beberapa manfaat
di bidang farmasi.
c. Arthropoda Tanah: Arthropoda tanah, termasuk
serangga, laba-laba, dan tungau, berpengaruh
terhadap pr oduksi tanaman dan dapat
mempengaruhi produktivitas pertanian.
d. Penggunaan Arthropoda Sebagai Biologi
Pestisida: Arthropoda, seperti musuh alami
hama, dapat digunakan sebagai biologi
pestisida untuk mengendalikan populasi hama
agar tercapa.
e. Pengembangan Awetan Arthropoda:
Arthropoda juga dapat digunakan dalam
pengembangan awetan, seperti bombix mori,
yang dapat digunakan untuk membuat obat-
obatan tradisional, seperti madu.
Dalam konteks farmasi, arthropoda memiliki
peranan penting yang beragam, mulai dari
pengendalan hama hingga pengembangan awetan
dan produk kosmetika.

B. Filum Echinodermata
1. Pengertian
Menurut bahasa Yunani echinos berarti duri
dan derma berarti kulit. Jadi echinodermata
merupakan hewan berkulit duri. Kulit dari
exhinodermata terasa kasar karena mengandung
lempengan zat kapur dan tonjolan duri.
Echinodermata merupakan hewan
triploblastik selomata yang di dalamnya terdapat
simetri radial lima bagian. Saluran pencernaannya
sudah sempurna mulai dari mulut hingga anus,
meski pada sebagian hewan ada yang tidak
berfungsi. Umumnya echinodermata memiliki kaki
pembuluh (ambulakral) yang membuat jalannya
menjadi lambat (Sri & Nurhidayah, 2020).

2. Habitat
Pada umumnya semua echinodermata hidup
di laut, di pantai atau bahkan di dasar laut sampai
pada kedalaman 1700m. Hewan ini kebanyakan
hidup bebas dan hidup berkelompok. Ada juga
yang hidup secara menetap di lautan terbuka
(Syahbudin & Darwis, 2001).

3. Struktur Tubuh
Echinodermata memiliki tubuh yang simetri
radial yang selalu terbagi menjadi lima bagian.
Tubuh hewan ini berkembang dalam bidang lima
antimere yang memancar dari cakram pusat di
mana mulutnya ada di tengah jadi tidak ada kepala
dan tidak beruas. Kerangka tubuh echinodermata
tesusun atas kepingan kapur. Epidermisnya terdiri
dari duri-duri halus. Misodermisnya terdapat
endoskeleton (Prasida, 2020).
Tubuh echinodermata ada yang berbentuk
bintang, bintang menjulur, atau bulan dan berduri
seperti timun. Tubuhnya dibedakan menjadi aboral
dan boral. Hewan ini bernapas menggunakan
insang kecil atau biasa disebut papulae, kaki
tabung tentakel. (Syahbudin & Darwis, 2001).

4. Klasifikasi
1. Asteroidea
Dengan sekitar 1.600 spesies, asteroidea, yang
juga sering disebut sebagai "bintang laut",
adalah spesies Echinodermata yang paling
banyak. Contohnya Acanthaster sp, dan Linckia
sp, dan durinya yang pendek dan tumpul adalah
ciri dari tubuh Asteroidea Pentaceros sp. Duri
asteroidea yang termodifikasi menjadi bentuk
yang mirip dengan catut, yang disebut
Pediselaria berfungsi untuk menangkap
makanan dan melindungi permukaan tubuh dari
kotoran. Sementara bagian tubuh yang
memiliki mulut disebut oral dan bagian tubuh
yang tedapat bagian anus dikenal sebagai
aboral. Hewan ini memiliki kaki ambulakral,
yang memungkinkan mereka bergerak dan
merupakan alat pengisap yang dapat melekat
pada dasar dengan kuat. (Sri & Nurhidayah,
2020).

2. Echnoida
Jenis hewan ini sering disebut landak laut
karena duri tajam di tubuhnya, ada yang
pendek dan panjang seperti landak. tubuhnya
hampir bulat atau gepeng, dengan mulut yang
terletak di permukaan oral. dilengkapi dengan
lima buah gigi untuk alat pengambilan
makanan. Hewan ini mengonsumsi berbagai
jenis makanan laut, misalnya organisme kecil
lainnya, atau hewan lain yang telah mati.
Pengambil Lentera arisoteteles adalah otot
yang berfungsi untuk menggerakkan makanan.
Namun, madreporit, lubang kelamin, dan anus
terletak di permukaan atasnya(Sri &
Nurhidayah, 2020).
3. Ephiuroidea
Hewan jenis ini memiliki lima lengan yang
panjang. Hewan ini sering disebut bintang ular
laut karena gerak tangannya yang menyerupai
ular (Ophiuroidea breviceps). Hewan ini tidak
memiliki anus, jadi sisa makanan atau kotoran
dikeluarkan melalui mulut dan madreporitnya.
Hewan-hewan ini tinggal di laut yang dangkal
atau dalam. Di malam hari, sangat aktif berada
di sekitar batu karang, rumput laut, atau
mengubur diri di lumpur atau pasir. Dia makan
udang, kerang, atau serpihan organisme lain,
juga dikenal sebagai sampah (Sri &
Nurhidayah, 2020).

4. Crinoidea
Hewan ini mirip dengan tumbuhan. Secara
visual, sangat serupa dengan tumbuhan bunga.
Ia melekat pada bebatuan dengan tangkai,
mirip dengan tumbuhan yang menempel di
bebatuan. Selain itu, ia memiliki lima lengan
yang bercabang-cabang seperti bunga lili.
Akibatnya, hewan ini biasanya disebut lili laut
(Metacrinus sp).
Oral dan aboral hewan ini juga memiliki
permukaan yang tidak memiliki madreporit.
Hewan ini dapat ditemukan melekat pada
bebatuan di dasar laut dengan menggunakan
cirri, atau akar. Selain itu, ia memiliki
kemampuan untuk berenang bebas, jadi jika
kondisinya tidak baik, ia akan pindah dan
melekat di tempat yang lain. Antedon tenella
adalah jenis lain yang bertubuh kecil dan
memiliki bentuk calyx/piala tanpa tangkai (Sri
& Nurhidayah, 2020).

5. Holothuroidea
Kulit duri tubuh holothuroida halus
menjadikannya tidak terlihat seperti
Echinodermata. Bentuk tubuh mirip dengan
mentimun, yang juga disebut teripang atau
mentimun laut. Teripang biasanya ditemukan
dekat pantai. Gerakannya bebas tidak kaku. Di
dalam kulit, butir-butir kapur mengurangi
rangkanya.
Mulut berada di ujung anterior, dan ujung
posterior (aboral) terdapat anus. Memiliki
sepuluh hingga tiga puluh tentakel bercabang
di sekeliling mulut. Jumlah tentakel ini
sebanding dengan kaki tabung bagian oral
pada Echinodermata yang lain. Di sisi ventral
kaki tabung, ada tiga baris yang digunakan
untuk bergerak, dan di sisi dorsal, ada dua
baris yang digunakan untuk pernafasan. Dan
berespirasi memakai paru-paru di dalam air.
Hewan ini biasanya mengubur diri dalam
lumpur, dasar laut atau pasir, dengan bagian
akhir tubuhnya terlihat. holothuroida akan
mengkerut jika terganggu atau mendapat
rangsangan. (Sri & Nurhidayah, 2020).

5. Reproduksi
Beberapa spesies Asteriodea dan
Ophiuroidea melakukan bereporduksi secara
aseksual, dan beberapa spesies Holthuroidea juga
melakukannya. Tubuh membelah transversal secara
berkala selama proses repoduksi, dan tiap belahan
akan beregenerasi menjadi individu baru. Ini
menunjukkan bahwa Echinodermata masih
memiliki kemampuan regenerasi yang luar biasa.
Jenis hewan yang termasuk dalam kelompok
Echinodermata biasanya diesis, memiliki sistem
reproduksi seksual, dan memiliki sistem
pembuahan eksternal. Echinodermata termasuk
dalam kelompok Bilateria karena simetri larvanya
yang bilateral. (Sundowo & Wianu, 2015).

6. Peran dalam Bidang Farmasi


Filum hewan laut Echinodermata terdiri dari
lima kelas: Crinoidea, Ophiuroidea, Asteroidea,
Echinoidea, dan Holothuroidea. Beberapa spesies
Echinodermata bermanfaat untuk kesehatan dan
farmasi. Echinodermata memiliki beberapa fungsi
farmasi:
a. Sumber Makanan: Beberapa jenis
Echinodermata digunakan sebagai sumber
makanan. Ini termasuk bulu babi (Echinoidea)
dan bintang laut (Asteroidea).
b. Bahan Obat: Komponen bioaktif
Echinodermata, seperti asterosaponin, glikosid
polyhidroxylated steroid, dan glikosid siklis
steroidal, dapat digunakan sebagai antikanker,
antifungi, dan antibakterial. Ekstrak bulu babi
juga digunakan dalam pengobatan tradisional.
c. Pengembangan bioteknologi: Asteroidea,
Echinoidea, dan Teripang ini tinggal di
perairan paling dsar yang landai berpasir,
terumbu karang, dan pecahan karang.
Echinodermata menunjukkan kesehatan dan
status terumbu karang di laut.

Daftar Pustaka

Maya, S. & Nurhidayah, (2020), Zoologi Invertebrata,


Widina Bhakti Persada, Bandung.
Syahbudin & Darwis, (2001), Zoologi Avertebrata II, Univ.
Negeri Padang, Padang.
Widiyanto, P. (2020), Modul Pembelajaran SMA Biologi,
Kemendikbud.
Harminto, S. & Wardhana, W. (2021). Taksonomi
Averterbrata. Universitas Terbuka. Banten

Anda mungkin juga menyukai