PENDAHULUAN
sering terjadi dan menjadi penyebab utama mortalitas maternal dan perinatal di
seluruh dunia, dan diperkirakan terjadi pada 2-8% dari seluruh kehamilan. 1
Menurut WHO, hampir 830 wanita di seluruh dunia meninggal setiap hari karena
komplikasi dari kehamilan atau melahirkan pada tahun 2015. 2 Survey Penduduk
adalah 305 per 100.000 kelahiran hidup, 3 dan di Sumatera Utara sendiri angka
kematian ibu sebesar 328 per 100.000 tahun 2010. 4 WHO memperkirakan
dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap inflamasi sistemik
USG Doppler. Hal ini menyebabkan perubahan yang signifikan pada penurunan
cairan amnion dan penurunan aliran darah serta nutrisi ke plasenta, sehingga
secara makroskopik akan didapatkan outcome bayi dengan berat lahir rendah dan
skor APGAR yang lebih rendah.8 Dalam kasus preeklampsia berat, pada awalnya
suplai darah pada janin dengan IUGR. Pemeriksaan Doppler dapat memberikan
informasi tentang “blood flow velocity waveform” dan volume aliran darah.8,9
Penggunaan USG Doppler velosimetri arteri umbilikalis telah meluas dan dapat
rasio sistolik/diastolik (S/D Ratio), indeks pulsasi (pulsaltily index / PI), dan
meningkat pada 58% pasien preeklampsia trimester ke-2 dan pada 92% pasien
trimester ke-3.15 Hal ini juga sejalan dengan Indiramani dkk (2016) yang menilai
S/D rasio arteri umbilikalis pada 100 pasien preeklampsia berat, dan mendapatkan
hasil peningkatan S/D rasio pada 94% kasus. Hasil ini juga konsisten dengan
meningkatkan penilaian risiko. Pola aliran darah yang tidak normal pada
buruk, salah satunya dengan menilai S/D rasio arteri umbilikalis. 17-19 Oleh karena
itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang perbandingan S/D rasio arteri
trimester ke-3 ?
dengan komplikasi preeklampsia berat dan kehamilan normal usia trimester ke-3.
1.3.2. Tujuan Khusus
kehamilan normal.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Preeklampsia
2.1.1. Definisi
kehamilan yang paling sering terjadi dan umumnya pada usia kehamilan di atas 20
oleh karena banyaknya teori yang ada mengenai etiologi dan patofisiologi maka
meliputi faktor ibu, janin, dan plasenta. Faktor-faktor yang dianggap penting,
diantaranya yaitu:6,24
darah uterus.
Toleransi imunologi yang maladaptif diantara jaringan maternal, paternal
kehamilan normal.
Pada kehamilan normal, proliferasi trofoblas akan menginvasi lapisan desidua dan
miometrium dalam dua tahap, yaitu : intersisial dan endovaskuler. Pertama, sel-sel
polos dinding arteri serta menggantinya dengan material jaringan fibrinoid. Proses
ini selesai pada akhir trimester I dan proses terjadi sampai deciduomyometrial
junction.6,25
kedua terjadi invasi sel trofoblas ke dalam lumen arteri spiralis hingga kedalaman
sel endotel, rusaknya jaringan elastis dan jaringan otot polos, dan penggantian
material fibrinoid pada dinding arteri. Akhir dari proses ini adalah dinding
pembuluh darah menjadi tipis, otot dinding arteri lemas berbentuk seperti kantung
janin.6
invaginasi plasenta. Pertama, tidak semua arteri spiralis mengalami invasi oleh sel
trofoblas. Kedua arteri yang mengalami invasi, pada tahap pertama berjalan
normal, tetapi pada tahap kedua tidak berlangsung normal sehingga bagian arteri
adanya daerah pada arteri spiralis yang memiliki resistensi vaskuler disebabkan
karena kegagalan invasi trofoblas ke arteri spiralis pada tahap kedua. Akibatnya
perfusi darah ke plasenta. Hal ini dapat menimbulkan iskemia dan hipoksia di
kematian bayi.6
Faktor Imunologi
Gangguan toleransi sistem imun ibu terhadap antigen janin dan antigen plasenta
yang berasal dari paternal merupakan teori lain yang menjelaskan penyebab
merupakan reaksi penolakan akut. Telah terdapat data empiris yang menunjukkan
meningkat karena pembentukan antibodi terhadap antigen pada area plasenta yang
terganggu.6,27
penelitian juga telah menilai keterlibatan gen dalam respon imun. Human
ekstravili dan merupakan ligan untuk killer cell receptors (KIR) uterus ibu.
Interaksi antara antigen janin dan sel imun maternal memungkinkan toleransi
sistem imun dalam proses plasentasi normal. Pasangan dari haplotype KIR-AA
imunitas humoral, sedangkan sel Th-1 merangsang sekresi sitokin inflamasi. Pada
permulaan trimester kedua pada wanita preeklampsia, aksi Th-1 meningkat dan
sebagai terhadap faktor plasenta yang dilepaskan akibat perubahan iskemik atau
penyebab lain. Cedera endotel diduga dipicu oleh faktor metabolik dan anti
sitokin, seperti tumor necrosis factor-α (TNF-α) dan interleukin (IL) berperan
dalam terjadinya stres oksidatif pada preeklampsia. Hal ini ditandai oleh Reactive
peroksida lemak. Peroksida lemak akan membentuk radikal toksik yang akan
produksi sel busa yang kaya lemak yang terdapat pada aterosis, aktivasi koagulasi
Faktor Nutrisi
Tekanan darah pada populasi yang banyak mengkonsumsi buah dan sayuran
perempuan yang mengkonsumsi asam askorbat kurang dari 85 mg per hari insiden
preeklampsia meningkat dua kali lipat.3 Populasi dengan asupan kalsium rendah
yang diberi suplementasi kalsium akan mendapat sedikit efek dalam menurunkan
Faktor Genetik
yang dilakukan tahun 2009 terdapat risiko terjadinya preeklampsia pada anak
perempuan dengan ibu yang pernah preeklampsia sebesar 20-40%, pada saudara
perempuan dengan preeklampsia 11-37%, dan pada saudara kembar sebesar 22-
47%. Penelitian lain yang dilakukan oleh Nilsson dkk (2004) menyebutkan
diwariskan, baik ibu maupun ayah, yang mengontol fungsi metabolik dan
gangguan dua tahap. Dalam hal ini ekspresi fenotipik akan berbeda meskipun
perfusi plasenta dan sindrom maternal (Gambar 2.5 dan 2.6). Tahap pertama
terjadi dalam 20 minggu pertama kehamilan, dan pada fase ini terjadi
pada saat perkembangan plasenta, yang diikuti produksi substansi yang jika
yang merupakan fase klinis preeklampsia, terjadi stress oksidatif plasenta, yang
endotel.1,6,25,26
Gambar 2.5. Pathway teori preeklampsia yang dibagi menjadi dua tahap.25
Gambar 2.6. Patofisiologi preeklampsia1
dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap inflamasi sistemik
baru terjadi selama kehamilan (new onset hypertension with proteinuria). Namun
digunakan sebagai kriteria diagnostik karena banyak dijumpai pada wanita dengan
kehamilan normal.1,5
atas 95% confidence limit dari total ekskresi protein adalah 200 sampai 260
mg/24 jam dan eksresi albumin urin adalah 29 mg/24 jam. Baku emas dalam
sebagai ekskresi melebihi 300 mg/24 jam atau rasio protein urin/creatinine lebih
dari 30 mg/mmol, jika metode ini tidak tersedia, konsentrasi melebihi 30 mg/dL
( 1+ pada pemeriksaan dipstick) atau lebih pada sedikitnya dua sampel urin acak
yang dikumpulkan terpisah pada 4 sampai 6 jam. Infeksi traktus urinaria harus
disingkirkan.5
dan onset baru proteinuria setelah usia gestasi 20 minggu). Sekalipun demikian,
hipertensi dan/atau proteinuria dapat absen pada 10% sampai 15% wanita dengan
HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes, or low platelets) syndrome dan 38%
dipstick,
sebagai hipertensi yang baru terjadi pada kehamilan / diatas usia kehamilan 20
minggu disertai adanya gangguan organ. Jika hanya didapatkan hipertensi saja,
yang sama
kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
5. Edema Paru
Klasifikasi ini ditegakkan dengan criteria dibawah ini, satu saja kriteria
yaitu :
yang sama
kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
5. Edema Paru
dan
Jika tidak didapatkan protein urin, hipertensi dapat diikuti salah satu dibawah
ini:
abdomen
Edema paru
abdomen
Edema Paru
2.1.5. Komplikasi
Komplikasi preeklampsia bagi ibu dapat mengenai multi sistem,
lainnya (tabel 2.2). Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya solusio plasenta,
terjadi invasi trofoblas yang inadekuat dari arteri spiralis, yang akan menyebabkan
meningkatkan penilaian risiko. Pola aliran darah yang tidak normal pada
pada wanita hamil. Pemeriksaan ini dapat mengevaluasi fisiologi dan patofisiologi
penilaian risiko obstetri, dan hal ini dapat digambarkan dengan pemeriksaan
umbilikalis, yang sejalan dengan perubahan fisiologis yang terjadi pada awal dan
relative terhadap puncak sistolik seiring bertambahnya usia kehamilan. Hal ini
arteri uterina dan arteri umbilikalis yang lebih tinggi, yang dapat diukur dengan
arteri uterina dan arteri umbilikalis yang abnormal pada pertengahan kehamilan
menunjukkan bahwa aliran darah uteroplasenta dan pola resistensi berubah selama
trimester kedua dan ketiga dan penilaian sirkulasi uteroplasenta di awal trimester
dengan perkembangan janin yang membutuhkan lebih banyak darah, maka arus
dengan resistensi perifer yang meningkat seperti pada insufisiensi plasenta, dapat
meningkat pada 58% pasien preeklampsia trimester ke-2 dan pada 92% pasien
trimester ke-3.15 Hal ini juga sejalan dengan Indiramani dkk (2016) yang menilai
S/D rasio arteri umbilikalis pada 100 pasien preeklampsia berat, dan mendapatkan
hasil peningkatan S/D rasio pada 94% kasus. Hasil ini juga konsisten dengan
S/D RASIO
PREEKLAMPSIA
A.UMBILIKALIS
Kehamilan
Preeklampsia Normal
Invasi Trofoblas ke
A.Spiralis Inadekuat
Invasi Trofoblas ke
Sistem vaskular tidak
A.Spiralis Adekuat
adekuat
Sistem vaskular adekuat
Hipoferfusi jaringan dan
hipoksia plasenta
METODOLOGI PENELITIAN
untuk menilai S/D Rasio A. Umbilikalis pada wanita hamil yang menderita
Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai Juni 2018 sampai dengan
3.3.1. Populasi
dan instalasi gawat darurat obstetri dan ginekologi RSUP H. Adam Malik Medan.
3.3.2. Sampel
sampling). Sampel pada penelitian ini adalah penderita preeklampsia berat dan
wanita hamil dengan tekanan darah normal yang memenuhi criteria inklusi dan
eksklusi.
preeklampsia berat.
berpasangan.
{ }
2
(zα + zβ )s
n 1=n2=2
(x 1−x 2)
Keterangan :
zα = 1,960
zβ = 1,282
x1-x2 = 0,77
Dari perhitungan rumus tersebut diperoleh besar sampel adalah 25,61. Dibulatkan
Variabel bebas pada penelitian ini adalah penderita preeklampsia berat dan
Variabel terikat pada penelitian ini adalah rasio S/D A. Umbilikalis janin.
3.7. Alur Penelitian
Kriteria Inklusi
Inform consent
Pengumpulan data
Analisa Data
menggunakan USG.
statistika.
ethical clearance.
kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali
protein urin melebihi 300 mg dalam 24 jam atau tes urin dipstik > positif 1
menggunakan program SPSS. Data yang sudah terkumpul diuji distribusi data
terlebih dahulu, dan apabila terdistribusi normal maka akan digunakan uji statistik