HASIL PENELITIAN
Berdasarkan angket yang telah dibagikan dan diisi oleh siswa sebanyak 90
siswa dari SDN 1 Plampang, 22 siswa dari SDN 2 Plampang, 23 siswa dari SDN
3 Plampang dan 20 siswa dari SDN Slante diperoleh frekuensi jawaban dan skor
siswa adalah instrumen angket yang telah diuji validitasnya. Penelitian ini
memperoleh data melalui penyebaran angket kepada siswa kelas IV SDN Gugus
1 Kecamatan Plampang.
nilai minimial, nilai maksimal, dan rentang data. Data tersebut dapat dilihat
yang sudah dibagikan dan diisi oleh siswa sebanyak 90 siswa yang ada di
dan 20 siswa dari SDN Selante dapat dilihat pada tabel 4.5
jajanan.
mengenai kemasan jajanan yang sudah rusak tidak baik untuk dikonsumsi
46,5 dengan cukup baik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa siswa sudah
paham dengan baik bahwa komposisi yang ada pada jajanan perlu
selain itu sudah juga sudah paham mengenai jajanan yang tidak aman
adalah instrumen angket yang telah diuji validitasnya dan lembar observasi.
Penelitian ini memperoleh data melalui penyebaran angket kepada siswa kelas IV
Data total pola konsumsi siswa memuat mean, median, modus, nilai
minimial, nilai maksimal, dan rentang data. Data tersebut dapat dilihat pada tabel
4.7.
dibagikan dan diisi oleh siswa sebanyak 90 siswa yang ada di gugus 1
22 siswa dari SDN 2 Plampang, 23 siswa dari SDN 3 Plampang, dan 20 siswa
konsumsi jajanan siswa berada dalam kategori setuju dengan nilai indeks
mencapai 74. Nilai indeks tersebut didapatkan berdasarkan indikator penilaian
berupa jenis jajanan, cara mengkonsumsi jajanan siswa, dan frekuensi jajanan
siswa.
yang dilontarkan oleh peneliti. Dari hasil tersebut diketahui pola konsumsi
minuman berasa seperi pop ice, nutrisari, dan marimas. Selain itu siswa juga
lebih senang mengkonsumsi jajanan seperti gorengan dan makanan-
jajanan mulai dari tempat pengolahan makanan dan siswa juga tidak lupa
untuk mencuci tangan sebelum makan. Selain itu siswa juga memperhatikan
tanggal kadaluarsa makanan, sealin itu siswa juga tidak akan memakan
berasal dari kantin sekolah dimana siswa lebih tertarik dengan berbagai
macam jajanan yang ada di sekolah dari pada yang ada di rumahnya.
sekolah dan kondisi jajanan yang di jual di luar sekolah. Pada penelitian ini yang
menjadi observer adalah peneliti sendiri. Adapun hasil observasi yang dilakukan
peneliti pada setiap sekolah dapat dilihat pada tabel 4.12, 4.13, 4.14, dan 4.15.
Berdasarkan hasil observasi pada tabel 4.12, 4.13, 4.14 dan 4.15 yang
mengkonsumsi makanan yang terlihat lebih menarik dan lebih berasa seperti
sosis, gorengan, mie, cilok, permen, serta minuman-minuman seperti pop ice,
nustrisari, dan lain sebagainya yang dijual di kantin sekolah maupun diluar sekolah.
konsumsi jajanan yang tidak baik bagi anak. Hasil tersebut didasarkan pada angket
tingkat pengetahuan pada indikator dampak jajanan. Hasil tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.16.
penyakit yang di timbulkan bahan jajanan yang berbahaya, serta efek obesitas
PEMBAHASAN
kepada anak sejak usia dini. Pengetahuan yang baik diharapkan dapat
mempengaruhi konsumsi makanan sehingga menjadi lebih baik (Rizqi & Sartika,
2020). Pengetahuan atau kognitif sendiri merupakan hal yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (over behaviour) (Fitriyah, 2019). Dalam hal ini
pengetahuan siswa terhadap jajanan pada siswa kelas IV SDN Gugus 1 Kecamatan
nilai indeks sebesar 51,7 dengan kategori cukup baik. Hal tersebut berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Syam et al., 2018) dimana hasil tingkat
pengetahuan siswa terhadap jajanan berada pada kategori rendah. Hasil tingkat
pengetahuan siswa terkait jajanan dapat berbeda karena diakibatkan oleh perbedaan
siswa mengenai definisi jajanan sudah cukup baik. Sebagian besar siswa sudah
mampu memahami bahwa jajanan yang aman bebas dari kuman dan bakteri serta
tidak mengandung bahan berbahaya. Selain itu, sebagian besar siswa sudah
sebagai pelengkap asupan sehari-hari. Sedangkan kurang dari setengah siswa yang
mendapat nilai indeks sebesar 50 dengan kategori cukup baik. Hal tersebut
seperti apa yang layak dan tidak untuk dikonsumsi. Hal tersebut dapat dilihat
berdasarkan hasil angket siswa dimana lebih dari setengah siswa sudah mampu
memahami bahwa jajanan yang tidak aman untuk dimakan adalah jajanan yang
memiliki kemasan yang rusak atau bocor. Berbeda dengan hasil sebelumnya
dimana siswa sudah mampu memahami kondisi kemasan jajanan yang baik dan
tidak baik untuk dimakan, hanya ada sebagian kecil siswa yang memahami bahwa
jajanan yang bersih seharusnya terbungkus rapih agar tidak terkontaminasi bakteri
dari luar.
Plampang mendapat nilai indeks sebesar 46,5 dengan kategori cukup baik. Hasil
berbahaya yang terdapat pada jajanan. Sebagian besar siswa siswa sudah mampu
memahami dengan baik bahwa komposisi yang ada dalam snack atau jajanan harus
diperhatikan. Akan tetapi hanya sedikit siswa yang sadar dan hati-hati dalam
memilih makanan karena sadar akan resiko atau dampak buruk yang akan terjadi
pada dirinya.
mendapat persentase skor rata-rata sebesar 43,6 dengan kategori cukup baik. Hal
tesebut mengindikasikan bahwa siswa sudah cukup baik memahami apa saja
dampak yang akan ditimbulkan saat mengkonsumsi jajanan. Siswa sudah mampu
memahami bahwa kadungan dalam jajanan yang kerap siswa beli secara
pusing dan juga diare sehingga hal-hal tersebut dapat mempengaruhi konsentrasi
siswa dalam belajar. Selain itu mengkonsumsi jajanan terutama fast food secara
siswa.
Salah satu penyebab timbulnya masalah gizi adalah pola konsumsi makanan
anak yang salah (Fauziah, 2023). Misalnya saja kebiasaan anak mengkonsumsi
jajanan yang tidak sehat yang berimbas pada pertumbuhan dan perkembangannya
karena kurangnya asupan gizi anak (Syam et al., 2018). Sebagaimana diketahui
bahwa anak sekolah dasar menghabiskan waktu lebih banyak di sekolah dari pada
sebesar 64,7 dengan kategori setuju pada angket pola konsumsi jajanana siswa. Hal
ini mengindikasikan bahwa sebagian besar siswa setuju dengan pernyataan yang
ada pada angket pola konsumsi siswa. Berdasarkan hasil penelitian pada indikator
jenis jajanan dapat diketahui bahwa jenis jajanan yang dibeli siswa cenderung
kepada jenis jajanan siap saji serta tidak dibungkus secara rapat atau disajikan pada
wadah terbuka misalnya saja gorenggan, nugget, mie, dan burger. Sedangkan jenis
minuman yang kerap dibeli siswa adalah minuman-minuman seperti pop ice,
nurtirasi, atau marimas. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh (Utami & Waladani, 2017) yang menyatakan bahwa anak-anak lebih suka
mengkonsumsi gorengan serta minuman-minuman manis seperti esteh dan pop ice.
Hasil penelitian lain juga menunjukkan hasil yang sama dimana anak sering
donat, ayam goreng, roti bakar dan lainnya, Sedangkan minuman jajanan yang
sering dikonsumsi oleh siswa tersebut yaitu pop ice, aneka coffee, jus, dan lain-lain
71,6 dengan kategori setuju. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diketui bahwa
dahulu. Hal tersebut sejaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
selalu mencuci tangan sebelum makan agar terhindar dari berbagai penyakit. Selain
itu siswa juga memperhatikan kebersihan alat makan yang akan digunakan, serta
indeks sebesar 64,9 dengan kategori setuju. Berdasarkan hasil tersebut diketahui
bahwa banyak siswa yang terbiasa untuk sarapan pagi sebelum berangkat ke
sekolah, namun hanya ada sedikit siswa yang lebih memilih membawa bekal ke
sekolah dengan alasan jajanan yang dapat di beli di sekolah lebih menarik dan
beragam. Saat istirahat siswa lebih memilih untuk membeli jajanan di depan
sekolah dengan alasan lebih enak dari pada makanan di rumah. Hal tersebut juga
dijelaskan oleh (Haris, 2018) dimana anak pada umumnya cenderung lebih memilih
makan jajanan yang ada di sekolah dari pada makan masakan ibu yang ada di rumah
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
konsumsi jajanan siswa kelas IV SDN Gugus 1 Kecamatan Plampang dapat diambil
1. Tingkat pengetahuan jajanan siswa berada pada kategori cukup baik dengan
rata-rata nilai indeks sebesar 51,7. Hal tersebut mengindikasikan bahwa siswa
definisi jajanan, jenis kemasan jajajanan yang layak dikonsumsi dan tidak
layak dikonsumsi, bahaya jajanan, serta dampak jajanan bagi kesehatan siswa.
2. Pola konsumsi jajanan siswa berada pada kategori setuju dengan nilai indeks
sebesar 74. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sebagian besar siswa setuju
dengan pernyataan yang ada pada angket pola konsumsi yang sudah diisi.
mengkonsumsi jajanan siap saji seperti mie, nugget, burger, bahkan gorengan
yang dijual di kantin atau di luar sekolah. Sebelum makan siswa terbiasa untuk
kadaluarsa yang ada pada kemasan jajanan yang dibeli. Selain itu siswa juga
lebih untuk memilih jajan di sekolah dari pada membawa bekal dari rumah
dengan alasan jenis jajanan yang ditawarkan lebih menari dan beragam.
3. Dampak buruk jajanan yang dapat menyerang siswa serta dipahami siswa
mual, muntah, pusing, dan juga diare kepada siswa. hal tersebut dapat
Selain itu, konsumsi jajanan yyang berlebih juga dapat mengakibatkan obesitas
atau kelebihan berat bada sehingga berdampak pada konstrasi siswa dalam
menerima pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Fauziah, D. (2023). Penerapan Asupan Gizi Seimbang Untuk Anak Usia DiniM
elalui Kegiatan Pemberian Makanan Tambahan di RA Tunas Harapan Ranca
Emas. 2, 67–74.
Fitriyah, S. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku
Konsumsi Jajanan Sehat di SD Negeri Margadadi III. Seri Ilmu-Ilmu Alam
Dan Kesehatan, 3(1), 23–27.
Haris, V. S. D. (2018). Pengaruh Penyuluhan Dengan Media Animasi Terhadap
Pengetahuan Dan Sikap Tentang Makanan Bergizi, Seimbang Dan Aman Bagi
Siswa SD 08 Cilandak Barat Jakarta Selatan Tahun 2017. Jurnal Kesehatan,
1(1), 38–42.
Purwandari, R., Ardiana, A., & Wantiyah. (2013). Hubungan Antara Perilaku
Mencuci Tangan Dengan Insiden Diare pada Anak Usia Sekolah di Kabupaten
Jember. Jurnal Keperawatan, 4(2), 122–130.
Rizqi, E. R., & Sartika, Y. (2020). Pengaruh Media Tebak Gambar Terhadap
Pengetahuan Jajanan Sehat Siswa Sdn 001 Teratak Kabupaten Kampar.
PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(1), 58–62.
https://doi.org/10.31004/prepotif.v4i1.633
Syafleni, Asriwati, & Hadi, A. J. (2020). Jurnal Komunitas Kesehatan Masyarakat
Volume 1 Nomor 2, Januari 2020 ANALISIS DAMPAK
KONSUMSIJAJANAN, AKTIFITAS FISIK, DAN STATUSGIZI
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMKSWASTA
PHARMACA MEDAN. Kesehatan Masyarakat, 1(2), 31–39.
Syam, A., Indriasari, R., & Ibnu, I. (2018). Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa
terhadap Makanan Jajanan Sebelum dan Setelah Pemberian Edukasi Kartu
Kwartet Pada Anak Usia Sekolah Dasar di Kota Makassar. JURNAL TEPAT :
Applied Technology Journal for Community Engagement and Services, 1(2),
127–136. https://doi.org/10.25042/jurnal_tepat.v1i2.36
Utami, W., & Waladani, B. (2017). Gambaran Perilaku Makanan Jajanan Siswa di
SDN Kalibeji 2 Sempor. Urecal, 315–322.