Anda di halaman 1dari 64

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG

Disusun oleh,
Kelompok 4:

1. Akmal juliansyah (2111210)


2. Diki Herdedy (2111210)
3. Novitri (211121055)
4. Padiza Marianti (2111210)
5. Puji Ultari Katia (211121059)
6. Resti Padia (2111210)
7. Siti Maulida (2111210)
8. Rendy Rafiqi (201121045)

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS
PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG
RUMAH SAKIT TK.II KARTIKA HUSADA

Mata Kuliah : Keperawatan Kritis

Kode :

Semester : 5/Ganjil

Prodi/Jurusan : Prodi Sarjana Terapan Keperawatan dan Profesi Ners Pontianak

Institusi : Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Pontianak

Pontianak , 2023

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

………………………………….

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas


limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan keperawatan kritis pada
pasien dengan gagal jantung” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
pengampu mata kuliah Keperawatan kritis.
Ucapan terima kasih, kepada bapak Ns. Fakrul Ardiansyah,
S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.M.B selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan serta pengarahan dalam hal struktur maupun penyusunan
makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
dengan baik.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan, untuk ini saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi untuk perbaikan pada
masa yang akan datang.

Pontianak, November 2023


Tim Penyusun

ii
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB I.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................................................................
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................
B. TUJUAN.........................................................................................................................
BAB II........................................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................
A. KONSEP
PENYAKIT…………………………………………………………………4
1. DEFINISI........................................................................................................................
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI JANTUNG....................................................................
3. ETIOLOGI......................................................................................................................
4. MANIFESTASI KLINIK................................................................................................
5. PATOFISIOLOGI...........................................................................................................
6. PATHWAY ....................................................................................................................
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG....................................................................................
8. PENATALAKSANAAN................................................................................................
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL JANTUNG............................................
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN................................................................................
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN....................................................................................
3. INTERVENSI KEPERAWATAN..................................................................................
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN............................................................................
5. EVALUASI KEPERAWATAN.....................................................................................

BAB III.......................................................................................................................................
TINJAUAN KASUS..................................................................................................................
A. PENGKAJIAN................................................................................................................
B. ANALISA DATA.........................................................................................................
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN..................................................................................
D. INTERVENSI...............................................................................................................
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI..........................................................................
BAB V......................................................................................................................................
PRNUTUP................................................................................................................................
A. KESIMPULAN.............................................................................................................

3
4

B. SARAN.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................

4
5

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gagal jantung merupakan kelainan multisitemdimana terjadi gangguan pada
jantung, otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistemsaraf simpatis serta
perubahan neurohormonal yang kompleks.
Kematian akibat penyakit kardiovaskuler khususnya gagal jantungadalah
27 %. Sekitar 3 - 20 per 1000 orang mengalami gagal jantung, angkakejadian
gagal jantung meningkat seiring pertambahan usia (100 per 1000orang pada usia
di atas 60 tahun. Dari hasil penelitian Framinghampadatahun 2000 menunjukkan
angka kematian dalam 5 tahun terakhir sebesar 62% pada pria dan 42% wanita,
berdasarkan data dari di Amerika terdapat 3juta penderita gagal jantung dan setiap
tahunnya bertambah dengan 400.000orang, sedangkan untuk di Indonesia angka
kejadian gagal jantungmenyebab kematian nomor satu, padahal sebelumnya
menduduki peringkat ketiga. Gagal jantung dapat disebabkan oleh beberapa factor
yang dapat dihindari dan yang tidak dapat dihindari.
Factor-faktor penyebab gagal jantung diantaranya adalah
kebiasaanmerokok, diabetes, hipertensi, kolestrol, kelebihan berat badan hingga
stress. Ada tiga faktor lainnya yang tidak bisa dihindari oleh manusia yakni faktor
keturunan dan latar belakang keluarga, faktor usia dan jenis kelaminyangbanyak
ditemui pada kasus kegagalan jantung. Selain hipertensi, penyebabgagal jantung
adalah kelainan otot jantung, ateriosklerosis dan peradangan pada miokardium

5
6

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menggambarkan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gagal jantung
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan pengkajian yang dilakukan dengan masalah asuhan
keperawatan gagal jantung
b. Menggambarkan perumusan diagnosis keperawatan dengan masalah asuhan
keperawatan gagal jantung
c. Menggambarkan perencanaan asuhan keperawatan gagal jantung
d. Menggambarkan tindakan yang dilakukan dengan masalah asuhan keperawatan
gagal jantung
e. Menggambarkan evaluasi yang dilakukan dengan masalah asuhan keperawatan
gagal jantung

6
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung
gagalmempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan
pengisian cukup (Ongkowijaya & Wantania, 2016).
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala),
ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung disebabkan
oleh gangguan yang menghabiskan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel
(disfungsi diastolik) dan atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik)
(Sudoyo Aru,dkk 2009) didalam (nurarif, a.h 2015).
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh
untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan
tekanan pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi (Aspani, 2016

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI JANTUNG


a. Anatomi jantung

7
8

Sistem peredaran darah terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan saluran
limfe. Jantung merupakan organ pemompa besar yang memelihara peredaran
melalui seluruh tubuh. Arteri membawa darah dari jantung. Vena membawa darah
ke jantung. kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan
merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga terjadi
pertukaran gas dalam cairan ekstraseluler dan interstisial.
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga, basisnya
diatas, dan puncaknya dibawah. Apeksnya (puncaknya) miring kesebelah kiri.
Berat jantung kira-kira 300 gram.
Kedudukan jantung: jantung berada didalam toraks, antara kedua paru-
paru dan dibelakang sternum, dan lebih menghadap ke kiri daripada ke kanan.
(lihat Gambar 2.2).

Lapisan Jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu :


1. Epikardium merupakan lapisan terluar, memiliki struktur yang samma dengan
perikardium viseral.
2. Miokardium, merupakan lapisan tengah yang terdiri atas otot yang berperan
dalam menentukan kekuatan kontraksi.
3. Endokardium, merupakan lapisan terdalam terdiri atas jaringan endotel yang
melapisi bagian dalam jantung dan menutupi katung jantung.

8
9

Katup jantung : berfungsi untuk mempertahankan aliran darah searah melalui


bilik jantung. ada dua jenis katup, yaitu katup atrioventrikular dan katup
semilunar. (lihat Gambar 2.3)

1. Katup atrioventrikular, memisahkan antara atrium dan


ventrikel. Katup ini memungkinkan darah mengalir dari masing
–masing atrium ke ventrikel saat diastole ventrikel dan
mencegah aliran balik ke atrium saat sistole ventrikel. Katup
atrioventrikuler ada dua, yaitu katup triskupidalis dan katup
biskuspidalis. Katup triskupidalis memiliki 3 buah daun katup
yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan. Katup
biskuspidalis atau katup mitral memiliki 2 buah dauh katup dan
terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri.

2. Katup semilunar, memisahkan antara arteri pulmonalis dan


aorta dari ventrikel. Katup semilunar yang membatasi ventrikel
kanan dan arteri pulmonaris disebut katup semilunar pulmonal.
Katup yang membatasi ventikel kiri dan aorta disebut katup
semilunar aorta. Adanya katup ini memungkinkan darah
mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri pulmonalis atau

9
10

aorta selama sistole ventrikel dan mencegah aliran balik ke


ventrikel sewaktu diastole ventrikel
Ruang jantung : jantung memiliki 4 ruang, yaitu atrium kanan, atrium kiri,
ventrikel kiri, dan ventrikel kanan. Atrium terletak diatas ventrikel dan saling
berdampingan. Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh katup satu arah. Antara
organ rongga kanan dan kiri dipisahkan oleh septum.
b. fisiologi jantung
Siklus jantung adalah rangkaian kejadian dalam satu irama jantung. Dalam
bentuk yang paling sederhana, siklus jantung adalah kontraksi bersamaan kedua
atrium, yang mengikuti suatu fraksi pada detik berikutnya karena kontraksi
bersamaan kedua ventrikel.
Sisklus jantung merupakan periode ketika jantung kontraksi dan relaksasi.
Satu kali siklus jantung sama dengan satu periode sistole (saat ventrikel kontraksi)
dan satu periode diastole ( saat ventrikel relaksasi). Normalnya, siklus jantung
dimulai dengan depolarisasi spontan sel pacemarker dari SA node dan berakhir
dengan keadaan relaksasi ventrikel.
Pada siklus jantung, sistole(kontraksi) atrium diikuti sistole ventrikel
sehingga ada perbedaan yang berarti antara pergerakan darah dari ventrikel ke
arteri. Kontraksi atrium akan diikuti relaksasi atrium dan ventrikel mulai ber
kontraksi. Kontraksi ventrikel menekan darah melawan daun katup
atrioventrikuler kanan dan kiri dan menutupnya. Tekanan darah juga membuka
katup semilunar aorta dan pulmonalis. Kedua ventrikel melanjutkan kontraksi,
memompa darah ke arteri. Ventrikel kemudian relaksasi bersamaan dengan
pengaliran kembali darah ke atrium dan siklus kembali. Curah jantung merupakan
volume darah yang dipompakan selama satu menit.
Curah jantung ditentukan oleh jumlah denyut jantung permenit dan stroke
volume. Isi sekuncup ditentukan oleh :

10
11

1) Beban awal (pre-load)


(a) Pre-load adalah keadaan ketika serat otot ventrikel kiri jantung memanjang
atau meregang sampai akhir diastole. Pre-load adalah jumlah darah yang
berada dalam ventrikel pada akhir diastole.
(b) Volume darah yang berada dalam ventrikel saat diastole ini tergantung pada
pengambilan darah dari pembuluh vena dan pengembalian darah dari
pembuluh vena ini juga tergantung pada jumlah darah yang beredar serta tonus
otot.
(c) Isi ventrikel ini menyebabkan peregangan pada serabut miokardium
(d) Dalam keadaan normal sarkomer (unit kontraksi dari sel miokardium) akan
teregang 2,0 µm dan bila isi ventrikel makin banyak maka peregangan ini
makin panjang.
(e) Hukum frank starling : semakin besar regangan otot jantung semakin besar
pula kekuatan kontraksinya dan semakin besar pula curah jantung. pada
keadaan preload terjadi pengisian besar pula volume darah yang masuk dalam
ventrikel. (f) Peregangan sarkomet yang paling optimal adalah 2,2 µm. Dalam
keadaan tertentu apabila peregangan sarkomer melebihi 2,2 µm, kekuatan
kontraksi berkurang sehingga akan menurunkan isi sekuncup.
2) Daya kontraksi
(a) Kekuatan kontraksi otot jantung sangat berpengaruh terhadap curah
jantung, makin kuat kontraksi otot jantung dan tekanan ventrikel.
(b) Daya kontraksi dipengaruhi oleh keadaan miokardium, keseimbangan
elektrolit terutama kalium, natrium, kalsium, dan keadaan konduksi jantung.
3) Beban akhir
(a) After load adalah jumlah tegangan yang harus dikeluarkan ventrikel selama
kontraksi untuk mengeluarkan darah dari ventrikel melalui katup semilunar
aorta.
(b) Hal ini terutama ditentukan oleh tahanan pembuluh darah perifer dan
ukuran pembuluh darah. Meningkatnya tahanan perifer misalnya akibat
hipertensi artau vasokonstriksi akan menyebabkan beban akhir.

11
12

(c) Kondisi yang menyebabkan baban akhir meningkat akan mengakibatkan


penurunan isi sekuncup.
(d) Dalam keadaan normal isi sekuncup ini akan berjumlah ±70ml sehingga
curah jantung diperkirakan ±5 liter. Jumlah ini tidak cukup tetapi dipengaruhi
oleh aktivitas tubuh.
(e) Curah jantung meningkat pada waktu melakukan kerja otot, stress,
peningkatan suhu lingkungan, kehamilan, setelah makan, sedang kan saat tidur
curah jantung akan menurun.
C. ETIOLOGI
Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut :
(Aspani,2016)
a. Disfungsi miokard
b. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (sistolic overload).
1) Volume : defek septum atrial, defek septum ventrikel, duktus arteriosus
paten
2) Tekanan : stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta
3) Disaritmia
c. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic overload)
d. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand oveload)
Menurut Smeltzer (2012) dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah,
gagal jantung disebabkan dengan berbagai keadaan seperti :
a. Kelainan otot jantung Gagal jantung sering terjadi pada penderita
kelainan otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas
jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot
jantung mencakup aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan
penyakit degeneratif atau inflamasi misalnya kardiomiopati.
Peradangan dan penyakit miocardium degeneratif, berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak
serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun .

12
13

b. Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan
asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium
(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung. Infark miokardium menyebabkan pengurangan
kontraktilitas, menimbulkan gerakan dinding yang abnormal dan
mengubah daya kembang ruang jantung .
c. Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan after load)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Hipertensi dapat
menyebabkan gagal jantung melalui beberapa mekanisme, termasuk
hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan
disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan meningkatkan
risiko terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk terjadinya
aritmia baik itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel.
d. Penyakit jantung lain
Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang
secara
langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis
katub semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah
(tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV),
peningkatan mendadak after load. Regurgitasi mitral dan aorta
menyebabkan kelebihan beban volume (peningkatan preload)
sedangkan stenosis aorta menyebabkan beban tekanan (after load)
e. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan
dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal :
demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan

13
14

suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan


abnormalitas elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung
D. MANIFESTASI KLINIK
a. Gagal Jantung Kiri
1) Kongesti pulmonal : dispnea (sesak), batuk, krekels paru, kadar
saturasi oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan bunyi
jantung S3 atau “gallop ventrikel” bisa di deteksi melalui auskultasi.
2) Dispnea saat beraktifitas (DOE), ortopnea, dispnea nocturnal
paroksismal (PND).
3) Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan dapat
berubah menjadi batuk berdahak.
4) Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah).
5) Perfusi jaringan yang tidak memadai.
6) Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih dimalam
hari)
7) Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejalagejala
seperti: gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala, konfusi, gelisah,
ansietas, sianosis, kulit pucat atau dingin dan lembab.
8) Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan.
b. Gagal Jantung Kanan Kongestif jaringan perifer dan viscelar menonjol,
karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah
dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomondasikan semua darah
yang secara normal kembali dari sirkulasi vena.
1) Edema ekstremitas bawah
2) Distensi vena leher dan escites
3) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
terjadi akibat pembesaran vena dihepar.
4) Anorexia dan mual
5) Kelemahan

14
15

E. PATOFISIOLOGI
Kekuatan jantung untuk merespon sters tidak mencukupi dalam memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan tugasnya sebagai
organ pemompa, sehingga terjadi yang namanya gagal jantung. Pada tingkat awal
disfungsi komponen pompa dapat mengakibatkan kegagalan jika cadangan
jantung normal mengalami payah dan kegagalan respon fisiologis tertentu pada
penurunan curah jantung. Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh untuk
mempertahankan perfusi organ vital normal.
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme respon primer
yaitu meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, 20 20 meningkatnya beban
awal akibat aktifitas neurohormon, dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini
mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung. Mekanisme-
mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung pada
tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini pada keadaan normal.
Mekanisme dasar dari gagal jantung adalah gangguan kontraktilitas jantung
yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Bila
curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi
jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme ini gagal, maka
volume sekuncup yang harus menyesuaikan. Volume sekuncup adalah jumlah
darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
preload (jumlah darah yang mengisi jantung), kontraktilitas (perubahan kekuatan
kontraksi yang terjadi pada tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan
panjang serabut jantung dan kadar kalsium), dan afterload (besarnya tekanan
ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan
tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol). Apabila salah satu komponen itu
terganggu maka curah jantung akan menurun.

15
16

Kelainan fungsi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis koroner,


hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis
koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggu alirannya darah
ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat).
Infark miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi
sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja jantung
pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek (hipertrofi
miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan
meningkatkan kontraktilitas jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun. Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami
kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului gagal
jantung ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan edema paru
akut. Karena curah ventrikel brpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah satu
ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan

16
17

F. PATHWAY
INFARK MIOKARD

Pengisian Hipertensi Malfungsi katup Kontraktilitas,


diastolik Disfungsi
meningkat Ventrikel Kiri
Nekrosis sel otot Peningkatan beban
Jantung awal
Penurunan Tekanan vntrikel kiri
Isi sekuncup naik
Hipertrofi
Ventrikel
Beban Ventrikel
meningkat

GAGAL JANTUNG

Menurunnya Curah Jantung Kongesti pulmonalis

Perembesan cairan
Aktivasi Hipertrofi ventrikel alveoli
RAA

Peningkatan Peningkatan DX: Gangguan


reabsorsi Na⁺ Pengisian LVEP Pertukaran gas
dan H2O
Aliran darah kejantung Edema Paru
dan otak tidak adekuat
Eksresi Na⁺ dan
H2O dlm urin Pengembangan Paru
DX: Penurunan Curah kurang optimal
jantung
DX: Kelebihan
Volume cairan DX: Resiko pola
nafas tidak efektif
Syok kardiogenik

Kematian

17
18

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan kasus
gagal jantung kongestive di antaranya sebagai berikut :
a. Elektrokardiogram : Hiperatropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan
aksis, iskemia, disaritmia, takikardia, fibrilasi atrial.
b. Uji stress : Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk
menentukan kemungkinan iskemia atau infeksi yang terjadi
sebelummnya.
c. Ekokardiografi
1) Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume balik
dan kelainan regional, model M paling sering diapakai dan ditanyakan
bersama EKG)
2) Ekokardiografi dua dimensi (CT scan)
3) Ekokardiografi dopoler (memberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jantung)
d. Katerisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan
membantu membedakan gagal jantung kanan dan kiri dan stenosis katup
atau insufisiensi
e. Radiografi dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam
pembuluh darah abnormal
f. Elektrolit : Mungkin beruban karena perpindahan cairan/penurunan fungsi
ginjal terapi diuretik
g. Oksimetrinadi : Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal
jantung kongestif akut menjadi kronis.
h. Analisa gas darah : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis
respiratory ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)
i. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin : Peningkatan BUN
menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin
merupakan indikasi

18
19

j. Pemeriksaan tiroid : Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan


hiperaktifitas tiroid sebagai pencetus gagal jantung

H. PENATALAKSANAAN
Penatalakasanaan gagal jantung dibagi menjadi 2 terapi yaitu sebagai
berikut :
a. Terapi farmakologi : Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan
diuretik, angiotensin converting enzym inhibitor (ACEI), beta bloker,
angiotensin receptor blocker (ARB), glikosida jantung , antagonis
aldosteron, serta pemberian laksarasia pada pasien dengan keluhan
konstipasi.
b.Terapi non farmakologi : Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah
baring, perubahan gaya hidup, pendidikan kesehatan mengenai penyakit,
prognosis, obat-obatan serta pencegahan kekambuhan, monitoring dan
kontrol faktor resiko.
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL JANTUNG
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas :
1) Identitas pasien :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit
(MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status
hubungan dengan pasien.
b. Keluhan utama
1) Sesak saat bekerja, dipsnea nokturnal paroksimal, ortopnea
2) Lelah, pusing
3) Nyeri dada
4) Edema ektremitas bawah

19
20

5) Nafsu makan menurun, nausea, dietensi abdomen


6) Urine menurun
c. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat
dengan gejala-gejala kongesti vaskuler pulmonal, yakni munculnya
dispnea, ortopnea, batuk, dan edema pulmonal akut. Tanyakan juga
gajala-gejala lain yang mengganggu pasien.
d. Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien
apakah pasien sebelumnya menderita nyeri dada khas infark
miokardium, hipertensi, DM, atau hiperlipidemia. Tanyakan juga obat-
obatan yang biasanya diminum oleh pasien pada masa lalu, yang
mungkin masih relevan. Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung, dan
penyakit keteurunan lain seperti DM, Hipertensi.
f. Pengkajian data
1) Aktifitas dan istirahat : adanya kelelahan, insomnia, letargi, kurang
istirahat, sakit dada, dipsnea pada saat istirahat atau saat beraktifitas.
2) Sirkulasi : riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites, disaritmia,
fibrilasi atrial,kontraksi ventrikel prematur, peningkatan JVP, sianosis,
pucat.
3) Respirasi : dipsnea pada waktu aktifitas, takipnea, riwayat penyakit
paru.
4) Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.
5) Eliminasi : penurunan volume urine, urin yang pekat, nokturia, diare
atau konstipasi.
6) Neuorologi : pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.
7) Interaksi sosial : aktifitas sosial berkurang

20
21

8) Rasa aman : perubahan status mental, gangguan pada kulit/dermatitis


g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan,
distress, sikap dan tingkah laku pasien.
2) Tanda-tanda Vital :
a) Tekanan Darah Nilai normalnya : Nilai rata-rata sistolik : 110-140
mmHg Nilai rata-rata diastolik : 80-90 mmHg 28 28
b) Nadi Nilai normalnya : Frekuensi : 60-100x/menit (bradikardi atau
takikkardi)
c) Pernapasan Nilai normalnya : Frekuensi : 16-20 x/menit Pada pasien :
respirasi meningkat, dipsnea pada saat istirahat / aktivitas
d) Suhu Badan Metabolisme menurun, suhu menurun
3) Head to toe examination :
a) Kepala : bentuk , kesimetrisan
b) Mata: konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak ?
c) Mulut: apakah ada tanda infeksi?
d) Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan e)
Muka; ekspresi, pucat
f) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
g) Dada: gerakan dada, deformitas
h) Abdomen : Terdapat asites, hati teraba dibawah arkus kosta kanan
i) Ekstremitas: lengan-tangan:reflex, warna dan tekstur kulit, edema,
clubbing, bandingakan arteri radialis kiri dan kanan.
j) Pemeriksaan khusus jantung :
1. Inspeksi : vena leher dengan JVP meningkat, letak ictus cordis
(normal : ICS ke
2. Palpasi : PMI bergeser kekiri, inferior karena dilatasi atau
hepertrofi ventrikel
3. Perkusi : batas jantung normal pada orang dewasa Kanan atas : SIC
II Linea Para Sternalis Dextra Kanan bawah : SIC IV Linea Para

21
22

Sternalis Dextra Kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis sinistra Kiri
bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
4. Auskulatsi : bunyi jantung I dan II BJ I : terjadi karena getaran
menutupnya katup atrioventrikular, yang terjadi pada saat kontraksi
isimetris dari bilik pada permulaan systole BJ II : terjadi akibat
getaran menutupnya katup aorta dan arteri pulmonalis pada dinding
toraks. Ini terjadi kira-kira pada permulaan diastole. (BJ II normal
selalu lebih lemah daripada BJ I)
4) Pemeriksaan penunjang
a. Foto thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema
atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF 30 30
b. EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan
iskemi (jika disebabkan AMI), ekokardiogram
c. Pemeriksaan laboratorium : Hiponatremia, hiperkalemia pada tahap lanjut
dari gagal jantung, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin meningkat,
peninkatan bilirubin dan enzim hati.
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon pasien
terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa
berdasarkan SDKI adalah :
a. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
Definisi : kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eliminasi
karbondioksida pada membran alveolus kapiler
Penyebab : Perubahan membran alveolus-kapiler
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektif : Dispnea
2) Objektif : PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, pH
arteri meningkat/menurun, bunyi nafas tambahan
Kriteria minor :

22
23

1) Subjektif : Pusing, penglihatan kabur


2) Objektif : Sianosis, diaforesis, gelisah,nafas cuping hidung, pola nafas
abnormal, warna kulit abnormal, kesadaran menurun. Kondisi klinis
terkait : Gagal Jantung Kongestif
b. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
Definisi : inspirasi dan/atau ekprasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat
Penyebab : hambatan upaya nafas (mis: Nyeri saat bernafas)
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektf : Dipsnea
2) Objektif : Penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi memanjang,
pola nafas abnormal Kriteria minor :
1) Subjektif : Ortopnea
2) Objektif : Pernafasan pursed, pernafasan cuping hidung, diameter
thoraks anterior-posterior meningkat, ventilasi semenit menurun, kapasitas
vital menurun, tekanan ekpirasi dan inspirasi menurun, ekskrusi dada
berubah. Kondisi klinis terkait : Trauma Thorax
c. Penurunan curah jantung (D.0008)
Definisi : ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh
Penyebab : perubahan preload, perubahan afterload dan/atau perubahan
kontraktilitas, perubahan irama jantung, perubahan frekuensi jantung
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektif : Perubahan Irama Jantung (Palpitasi), Perubahan Preload
(Lelah), Perubahan Afterload (Dispnea), Perubahan Kontraktilitas (PND
atau Proxysmal Nocturnal Dyspnea, Ortopnea, Batuk)
2) Objektif : Edema, distensi vena jugularis, central venous pressure
(CVP) meningkat/,menurun Kriteria minor :

23
24

1) Subjektif : -
2) Objektif : Murmur jantung, berat badan bertambah, pulmonary artery
wedge pressure (PAWP) menurun Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung
Kongestif
d. Nyeri akut (D.0077)
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau
lambatberintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan.
Penyebab : agen pencedera fisiologis (mis: iskemia)
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Sujektif : Mengeluh nyeri
2) Objektif : Tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur
Kriteria minor :
1) Subjektif : -
2) Objektif : Tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan
berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri
sendiri, diaforesis.
Kondisi klinis terkait : Cedera Traumatis
e. Hipervolemia (D.0022)
Definisi : peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan/atau
intraseluler.
Penyebab : ganguan mekanisme regulasi
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektif : Ortopnea, dispnea, paroxymal nocturnal dyspnea (PND)

24
25

2) Objektif : Edema anasarka dan/atau edema perifer, berat badan


meningkat dalam waktu singkat, JVP dan/atau CVP meningkat , refleks
hepatojugular (+)
Kriteria minor :
1) Subjektif : -
2) Objektif : Distensi vena jugularis, suara nafas tambahan, hepatomegali,
kadar Hb/Ht turun, oliguria, intake lebih banyak dari output, kongesti paru.
Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif
f. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)
Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kalpiler yang dapat
menggangu metabolisme tubuh Penyebab : penurunan aliran arteri
dan/atau vena
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektif : -
2) Objektif : Pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun atau tidak
teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, tugor kulit menurun.
Kriteria minor :
1) Subjektif : Parastesia, nyeri ektremitas (klaudikasi intermiten)
2) Objektif : Edema, penyembuhan luka lambat, indeks ankle- brakial 20%
dari kondisi istirahat
Kriteria minor :
1) Subjektif : Dispnea saat/setelah beraktifitas, merasa tidak nyaman
setelah beraktifitas, merasa lemah
2) Objektif : Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat,
gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktifitas, gambaran
EKG menunjukkan iskemia,sianosis Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung
Kongestif
g. Ansietas (D.0080)

25
26

Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap


objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Penyebab : kurang terpapar informasi
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektif : Merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi
yang dihadapi, sulit berkonsentrasi
2) Objektif : Tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur
Kriteria minor :
1) Subjektif : Mengeluh pusing, anorexia, palpitasi, merasa tidak berdaya
2) Objektif : Frekuensi napas dan nadi meningkat, tekanan darah
meningkat, diaforesis, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar, kontak
mata buruk, sering berkemih, berorientasi pada masa lalu Kondisi klinis
terkait : Penyakit Akut
h. Defisit nutrisi (D.0019)
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
Penyebab: ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (mis:
stress, keengganan untuk makan).
Batasan karakteristik :
Kriteria mayaor : 1) Subjektif : -
2) Objektif : Berat badan menurun minimal 10 % dibawah rentang ideal
Kriteria minor :
1) Subjektif : Cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu
makan menurun.
2) Objektif : Bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan
lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut
rontok berlebihan, diare.
i. Resiko Gangguan integritas kulit (D.0139)

26
27

Definisi : beresiko mengalami kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis)


atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang,
kartilago, kapsul sendi, dan/atau ligamen)
Faktor resiko : kekurangan/kelebihan cairan, kurang terpapar informasi
tentang upaya mempertahankan/ melindungi integritas jaringan Kondisi
klinis terkait : Gagal Jantung Kongestif
4. Intervensi Keperawatan

Tujuan dan Kriteria hasil


Dx. keperawatan Intervensi

1. Gangguan Tujuan : (Pemantauan Respirasi I.01014)


pertukaran gas Setelah dilakukan 1.1 Monitor frekuensi irama, kedalaman
b.d perubahan tindakan dan upaya nafas
membran keperawatan Monitor pola nafas
alveolus-kapiler diharapkan 1.3 Monitor kemampuan batuk efektif
pertukaran gas 1.4 Monitor nilai AGD
meningkat. 1.5 Monitor saturasi oksigen
1.6 Auskultasi bunyi nafas
1.7 Dokumentasikan hasil pemantauan
Kriterian hasil
1.8 Jelaskan tujuan dan
: (Pertukaran
gas L.01003) prosedur pemantauan
1. Dipsnea menurun 1.9 Informasikan hasil pemantauan, jika
2. bunyi nafas perlu
tambahan 1.10 Kolaborasi penggunaan oksigen
menurun saat aktifitas dan/atau tidur
3. pola nafas membaik
4. PCO2 dan O2
membaik
2.Pola nafas tidak Tujuan : (Manajemen jalan nafas I.01011)
efektif b.d Setelah dilakukan 2.1 Monitor pola nafas
hambatan upaya tindakan keperawatan (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
nafas (mis: nyeri diharapkan pola nafas 2.2 Monitor bunyi nafas tambahan (mis:
saat bernafas) membaik. gagling, mengi, Wheezing, ronkhi)
2.3 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Kriteria hasil : 2.4 Posisikan semi fowler atau fowler
(pola nafas L.01004)2.5 Ajarkan teknik batuk efektif
1. Frekuensi nafas 2.6 Kolaborasi pemberian
dalam rentang bronkodilato, ekspetoran, mukolitik,
normal jika perlu.
2. Tidak ada
pengguanaan
otot bantu

27
28

pernafasan
3. Pasien tidak
menunjukkan tanda
dipsnea

28
29

3.Penurunan Tujuan : (Perawatan jantung I.02075)


curah jantung setelah dilakukan Identifikasi tanda/gejala
b.d perubahan tindakan keperawatan primer penurunan curah jantung
preload / diharapkan curah Identifikasi tanda/gejala
perubahan jantung meningkat. sekunder penurunan curah
afterload / jantung
perubahan Kriteria hasil : Monitor intake dan output cairan
kontraktilitas (curah Monitor keluhan nyeri dada
jantung Berikan terapi terapi relaksasi untuk
L.02008) mengurangi strees, jika perlu
1. Tanda vital Anjurkan beraktifitas fisik sesuai
dalam rentang toleransi
normal Anjurkan berakitifitas fisik secara
2. Kekuatan nadi bertahap
perifer Kolaborasi pemberian antiaritmia,
meningkat jika perlu
3. Tidak ada edema
4.Nyeri akut b.d Tujuan : setelah (Manajemen nyeri I.08238)
gen penedera dilakukan 4.1 Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri,
fisiologis (Mis: tindakan durasi, frekuensi, intensitas nyeri
Iskemia) keperawatan 4.2 Identifikasi skala nyeri
diharapkan tingkat 4.3 Identifikasi faktor yang memperberat dan
nyeri menurun. memperingan nyeri
4.4 Berikan terapi non farmakologis untuk
Kriteria hasil : mengurangi rasa nyeri
Tingkat nyeri 4.5 Kontrol lingkungan yang memperberat
(L.08066) rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
1. Pasien pencahayaan,kebisingan)
mengatakan nyeri 4.6 Anjurkan memonitor nyeri secara
berkurang dari skala mandiri
7 menjadi 2 4.7 Ajarkan teknik non farmakologis untuk
2. Pasien mengurangi nyeri
menunjukkan 4.8 Kolaborasi pemberian analgetik, jika
ekspresi wajah perlu
tenang
3. Pasien dapat
beristirahat
dengan nyaman

29
30
5.Hipervolemia Tujuan : (Manajemen hipervolemia I.03114)
b.d gangguan setelah dilakukan 5.1 Periksa tanda dan gejala hipervolemia
mekanisme tindakan keperawatan (mis:
regulasi diharapkan ortopnes,dipsnea,edema, JVP/CVP
keseimbangan cairan meningkat,suara nafas tambahan)
meningkat. 5.2 Monitor intake dan output cairan
5.3 Monitor efek samping diuretik (mis :
Kriterian hasil : hipotensi ortortostatik, hipovolemia,
(keseimbangan hipokalemia, hiponatremia)
ciran L. 03020) 5.4 Batasi asupan cairan dan garam
1. Tererbebas 5.5 Anjurkan melapor haluaran urin <0,5
dari edema mL/kg/jam dalam 6 jam
2. Haluaran 5.6 Ajarkan cara membatasi cairan
urin meningkat 5.7 Kolaborasi pemberian diuretik
3. Mampu
mengontrol asupan
cairan

30
31

6.Perfusi perifer Tujuan : (Perawatan sirkulasi I.02079)


tidak efektif b.d setelah dilakukan 6.1 Periksa sirkulasi perifer(mis:nadi
penurunan tindakan keperawatan perifer,edema,pengisian kapiler,
aliran arteri diharapkan perfusi warna,suhu)
dan/atau vena perifer meningkat. 6.2 Identifikasi faktor resiko gangguan
sirkulasi
6.3
Kriteria hasil : perfusi Lakukan hidrasi
perifer (L.02011) 6.4 Anjurkan menggunakan obat penurun
1. Nadi perifer tekanan darah, antikoagulan, dan
teraba kuat penurun kolestrol, jika perlu
2. Akral teraba hangat 6.5 Anjurkan minum obat pengontrol
3. Warna kulit tekanan darah secara teratur
tidak pucat 6.6 Informasikan tanda dan gejala darurat
yanng harus dilaporkan.
7.Intoleransi Tujuan : (Manajemen energi I.050178)
aktifitas b.d setelah dilakukan 7.1 Monitor kelelahan fisik dan emosional
kelemahan tindakan 7.2 Monitor pola dan jam tidur
keperawatan 7.3 Sediakan lingkungan yang nyaman dan
diharapkan toleransi rendah stimulus (mis: cahaya, suara,
aktifitas meningkat. kunjungan)
7.4 Berikan aktifitas distraksi yang
Kriteria hasil : menenangkan
Toleransi 7.5 Anjurkan tirah baring
aktivitas 7.6 Anjurkan melakukan aktifitas secara
(L.05047) bertahap
1. kemampuan 7.7 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
melakukan aktifitas meningkatkan asupan makanan
sehari-hari meningkat
2. Pasien Mampu
berpindah dengan
atau tanpa bantuan
3. Pasien
mangatakan dipsnea
saat dan/atau
setelah
aktifitas
menurun

31
32
8. Ansietas b.d Tujuan : (Terapi reduksi I.09314)
kurang setelah dilakukan 8.1 Identifikasi saat tingkat
terpapar tindakan ansietas berubah
informasi keperawatan 8.2 Pahami situasi yang
diharapkan tingkat membuat ansietas
ansietas menurun. 8.3 Dengarkan dengan penuh perhatian
8.4 Gunakan pendekatan yang teang dan
Kriterian hasil : meyakinkan
(Tingkat 8.5 Informasikan secara faktual mengenai
ansietas diagnosis, pengobatan, dan prognosis
L.09093) 8.6 Anjurkan keluarga untuk
1. Pasien tetap menemani pasien, jika perlu
mengatakan telah 8.7 Anjurkan mengungkapkan perasaan
memahami dan persepsi
penyakitnya
2. Pasien
tampak tenang
3. Pasien dapat
beristirahat
dengan nyaman

32
33

9.Defisit nutrisi Tujuan : (Manajemen gangguan makan I.03111)


b.d setelah dilakukan Monitor asupan dan keluarnya makanan
ketidakmampuan tindakan dan cairan serta kebutuhan kalori
mencerna keperawatan Timbang berat badan secara rutin
makanan, faktor diharapkan status Anjurkan membuat catatan harian
psikologis nutrisi membaik. tentang perasaan dan situasi pemicu
(mis:stress,keeng pengeluaran
ganan untuk Kriteria hasil : (status makanan (mis:pengeluaran yang
makan) nutrisi L.03030) disengaja, muntah, aktivitas berlebihan)
1. Porsi makan Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
yang dihabiskan target berat badan, kebutuhan kalori dan
meningkat pilihan makanan
2. Perasaan
cepat kenyang
menurun
3. Nafsu makan
membaik
10.Resiko Tujuan : (Edukasi Edema I.12370)
gangguan setelah dilakukan 10.1 Identifikasi kemampuan pasien
integritas kulit tindakan keperawatan dan keluarga menerima informasi
d.d kelebihan diharapkan integritas10.2 Persiapkan materi dan media
volume cairan kulit dan jaringan edukasi (mis: formulir balance cairan)
meningkat. 10.3 Berikan kesempatan pasien dan
keluarga bertanya
Kriteria hasil : 10.4 Jelaskan tentang defenisi, tanda, dan
(integritas kulit dan gejala edema
jaringan L.14125) 10.5 Jelaskan cara penanganan dan
1. Resiko pencegahan edema
kerusakan jaringan10.6 Intruksikan pasien dan keluarga
integritas kulit untuk menjelaskan kembali definisi,
meningkat penyebab, gejala dan tanda,
2. Tidak ada penanganan dan pencegahan edema.
tanda kemerahan
3. .Tidak ada
keluhan nyeri pada
daerah edema

Sumber : Standar Intervensi Keperawatan Indonesia dalam (PPNI,2018)

33
34

5.Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang

dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2010).

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus

kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses

pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain

yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan

kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017)

6.Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah

kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan

anggota tim kesehatan lainnya (Padila, 2012).

Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan

Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana

tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan

cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan

lainnya

34
BAB 3

TINJAUAN KASUS

Bab ini membahas mengenai asuhan keperawatan pada Tn. A dengan diagnosis

medis Congestive Heart Failure (CHF) meliputi: 1) Pengkajian, 2) Diagnosis

Keperawatan, 3) Intervensi Keperawatan, 4) Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.

1. Pengkajian

a. Data Umum

Pasien bernama Tn. A, dengan rekam medis 55XXX, berjenis kelamin

laki – laki, berusia 46 tahun, berasal dari suku Jawa/ Indonesia, beragama islam,

pendidikan terakhir SMA, bekerja sebagai pegawai swasta dan sudah menikah

serta memiliki 3 anak, penanggung jawab biaya rumah sakit BPJS. Pengkajian

dilakukan pada tanggal 2 Juni 2022 pukul 08.00 WIB dengan diagnosis medis

Congestive Heart Failure (CHF).

b. Riwayat Sakit dan Kesehatan

1. Keluhan Utama

Pada saat pengkajian tanggal 2 Juni 2022 pukul 08.00, pasien

mengatakan merasa sesak nafas seperti ngos-ngos an

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengatakan 1 minggu yang lalu, pasien rawat inap di RS William

Boot. Saat kontrol di poli Rs William booth, pasien di rujuk ke poli jantung

RSAL atas indikasi Pro catheterisasi + pemasang Ring. Malam sebelum ke

poli jantung RSAL, pasien mengeluh sesak dan mengeluarkan banyak

31
32

keringat dingin. Lalu di bawa ke IGD RSAL pada tanggal 1 Juni 2022 pukul

20.20 WIB dan mendapatkan terapi injeksi furosemide 2 amp,

pemasangan infus (Nacl 0.9%), pemasangan kateter, Cek DL + KK,

kapsul garam 3x1, acarbose, metformin 3x500mg, injeksi novorapid 3x8

ui (SC), diit DM cardiovaskuler 1900 kalori, lalu pasien rawap inap di

ICCU.

Saat pengkajian pada tanggal 2 Juni 2022 pukul 08.00 WIB pasien

mengatakan merasa sesak napas seperti ngos – ngosan, dengan TD:

110/76 mmHg, Nadi: 97x/menit, Suhu: 36.9oC, RR: 32-40x/menit,

SpO2: 98%, terpasang nasal kanul 4lpm.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan bahwa mempunyai riwayat penyakit dahulu yaitu CHF

+ DM sejak 5 tahun yang lalu (Obat yang dikonsumsi: metformin,

glukos, acarbose 100mg, furosemide, Niitrocaf, Clopidogrel

75/platogrix, B.Concore

2.5mg). Pada tahun 2018 pasien MRS di ICCU RSPAL selama 4 hari

karena ada pembengkakan pada jantung (CHF) dan katarak pasien

disarankan untuk melakukan operasi katarak, tetapi belum terlaksana

karena masih ada tanggungan pekerjaan.

c. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

Saat pengkajian keadaan umum pasien lemah, kesadaran composmentis

dengan GCS E4V5M6. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil:

tekanan darah 110/76 mmHg, Nadi 97x/menit, frekuensi nafas 32-40

x/menit, suhu 36,9oC, SpO2 97%. Berat badan terakhir pasien 66 Kg dengan

tinggi
33

badan 169 Cm, dari hasil pemeriksaan indeks masa tubuh didapatkan skor

23.11 (N: 18.5-25) masuk ke dalam kategori normal.

2. B1 (Breathing)

Pada pengkajian B1 didapatkan pasien sesak dan ngos ngosan, kepatenan

jalan napas: bebas, tidak ada sumbatan jalan napas, dypnea (+), batuk (+),

terpasang alat bantu napas O2 nasal 4 lpm, bentuk dada: normochest,

pergerakan: simetris, irama napas: reguler, pola napas: takipnea, suara napas:

vesikuler, RR: 32-40x/mnt, SPO2: 98%, ada otot bantu pernapasan, taktil/vocal

fremitus: teraba simetris, ada pernapasan abdomen, suara napas tambahan:

ronkhi +/+ minimalis, posisi tidur pasien fowler, pasien mengatakan nafas terasa

berat apabila posisi bed turun.

Masalah Keperawatan: Pola napas tidak efektif

3. B2 (Blood)

Pada pengkajian B2 didapatkan irama jantung: reguler, bunyi jantung: S1 -

S2 tunggal, tidak ada nyeri dada, akral: hangat, kering, merah, ictus cordis:

normal, CRT: < 2 detik, TD: 110/76 mmHg. Map: 87, tidak ada perdarahan,

tidak ada sianosis, edema tangan kanan dan kiri, edema kaki (+), perfusi kaki

dingin sampai batas paha, kering, pucat, N: 97 x/menit sinus ritme teraba kuat,

teratur, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, pemeriksaan EKG sinus

90x/menit T inv V4-V6 LVH.

Masalah Keperawatan: Penurunan curah jantung, Hipervolemia

4. B3 (Brain)

Pada pengkajian B3 didapatkan GCS 456, kesadaran: composmentis, tidak

ada jejas, tidak ada paralisis, N-I:dapat mengidentifikasi bau, N-II: mata kiri
34

melihat dengan baik, N-III: pergerakan pupil simetris, N-IV: pergerakan pupil

kanan-kiri, N-V: dapat membuka mulut, mengunyah, N-VI: dapat menggerakan

mata ke arah lateral, N-VII: dapat mengerutkan dahi, senyum simetris, N-VIII:

mendekatkan suara, N-IX: dapat menelan, N-X: ada reflek muntah, N- XI:

mampu menolehkan leher tanpa menggerakan bahu, N- XII: bicara normal, tidak

ada nyeri tekan, reflek cahaya kanan: - / kiri: +, reflek pupil kanan: - / kiri: 3

mm, reflek fisiologis : biceps (+), triceps (+), patela (+), achiles (+), reflek

patologis: tromner(-), babinski (-), laseque (-), kernig(-).

Masalah Keperawatan: Resiko jatuh

5. B4 (Bladder)

Pada pengkajian B4 didapatkan kebersihan: bersih, ekskresi: tidak ada darah,

kandung kemih: tidak terdapat distensi, nyeri tekan abdomen: tidak ada,

eliminasi urine SMRS frekuensi: 4-5 x/hr, jumlah: ±1500 cc/hari warna: kuning

jernih, eliminasi urine MRS pasien terpasang kateter, jumlah urin pada saat

pukul 09.00 WIB 150cc berwarna kuning jernih. Intake pasien pukul 07.00 –

09.00 WIB 200cc dengan balance cairan – 50cc.

Masalah Keperawatan: Hipervolemia

6. B5 (Bowel)

Pada pengkajian B5 didapatkan pola makan dan minum SMRS: makan:

3x/sehari, jenis: nasi, lauk ,sayur, minum: air mineral, teh hangat, pantangan:

tidak ada. Pola makan dan minum di RS Diit: Diit cardiovaskuler 1.900 kalori,

frekuensi: 3x/sehari, nafsu makan: menurun (hanya makan telur ¾ dan tahu ¾

porsi), mual muntah: mual jika makan terlalu banyak, peristaltik: 21 kali/menit.

pemeriksaan BSN:155 mg/dL, 1JPP: 165mg/dL, BB: 66 Kg, TB: 169cm, IMT:
35

= 23.11 normal, bentuk perut: flat, kelainan abdomen: tidak ada

distensi abdomen, hepar: tidak ada hepatomegali, asites, lien: tidak teraba, nyeri

abdomen: tidak ada, rectum dan anus: tidak ada hemoroid, BAB terakhir kemarin

pagi, warna kuning kecoklatan, konsistensi lembek dan tidak ada masalah.

Masalah Keperawatan: Ketidakstabilan kadar gula darah

7. B6 (Bone)

Pada pengkajian B5 didapatkan rambut pasien berwarna hitam sedikit

beruban, kulit kepala bersih, tidak ada luka/benjolan, warna kulit sawo matang,

turgor kulit elastis, tidak ada kelainan pada tulang, ROM: aktif, pasien bedrest,

terpasang infus ditangan kiri, ADL pasien dibantu, kelainan jaringan/trauma:

tidak ada fraktur, kontraktur, flaxid, kekuatan otot: pergerakan sendi bebas,

kulit teraba dingin pada ekstremitas bawah, teraba hangat pada extremitas atas,

edema tangan kanan kiri (+), edema kaki (+), terpasang infus di tangan kanan.

Masalah keperawatan: Intoleransi aktivitas

2. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Tabel 3.1 Pemeriksaan Laboratorium Patologi Tanggal 1 Juni 2022


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Darah Lengkap
Hemoglobin 15.20 (13.2 – 17.3)
Hematokrit: 45.20 (40.0 – 52.0)
Eritrosit: 5.51 H (4.40 – 5.00)
Trombosit: 222.00 (150 – 400)
PCT: 0.196 L (1.09-1.82)
Leukosit: 9.38 (3.80 – 10.60)
36

Neutrofil%: 71.90 H (50 – 70)


Limfosit%: 19.00 L (25.00 – 40.00)
Kimia Klinik
GDS 242 H (74-106)
BUN 17 (10-24)
Kreatinin 1.19 (0.6-1.5)
Natrium 133.9 L (135 – 147)
Kalium 4.89 (3.0 – 5.0)
Clorida 101.7 (95-105)

Tabel 3.2 Pemeriksaan Laboratorium Patologi Tanggal 2 Juni 2022


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Imunologi
HbA1Cl 10.6 H Normal:<5.7,
Prediabetes: 5.7-6.4,
Diabetes: >= 6.5

2. Pemeriksaan Radiologi

Foto thorax tanggal 1 Juni 2022, hasil : Cardiomegali dan Congestive Pulmonum

3. Pemeriksaan EKG

Tabel 3.3 Pemeriksaan EKG


Tanggal Ruang Hasil
1 Juni 2022 IGD Sinus 95x/mnt T inv V4-V6 LVH
1 Juni 2022 ICCU Sinus Takikardi 105x/mnt T inv V4-V6
LVH
2 Juni 2022 ICCU Sinus 90x/mnt T inv V4-V6 LVH
37

4. Pemeriksaan ECHO Tanggal 2 Juni 2022


1. Moderate MR with dilatatlon annulus MV
2. Mild TR
3. Mild AR
4. Mild PR
5. Diatatin of all cardiac chambers.
6. Decreased LV Systolic Function (EF by Teich 13%, Mod A4C 18%, Mod A2C 24%,
Biplane 17%)
7. Decreased LV Diastolic Function gr III
8. Decreased RV Systolic Function
9. LV Hypertrophy eccentric
10. Thrombus LV 2.2x2.0 cm, LVSEC +
11. Hypokinetic inferior (B-M-A), Inferoseptal (B-M), other segments Akinetic
12. Normal Pericardium
13. Intact IAS and IVS Kes:
14. ICM
15. LV Thrombus
16. Moderate MR
17. Mild AR,TR,PR
3. Terapi Obat

Nama Pasien : Tn. A


Ruangan : ICCU bed 2
Hari/Tanggal : Rabu/ 2 Juni 2022

Tabel 3.4 Terapi Obat Tanggal 2 Juni 2022


Medikasi Dosis Indikasi
Inj. Novorapid 3x8ui Untuk menurunkan gula darah 10-20
menit setelah disuntikkan kedalam tubuh.
Metformin 3x500mg Menurunkan kadar gula darah pada
penderita diabetes
Aspilet 80mg 0-1-0 Analgesik, antipiretik, antiinflamasi dan
anti-platelet.
Laxadin Syrup 3x1 Untuk mengatasi susah buang air besar
(konstipasi)
Simarc 2mg 0-0-1 Menghambat koagulasi dengan jalan
mencegah reduksi vitamin K secara
enzimatik di dalam hati sehingga aktivasi
faktor pembekuan darah terganggu atau
tidak terjadi
ISDN tab 3x5mg Untuk mencegah dan meredakan angina
(nyeri dada) akibat penyakit jantung
koroner
38

Furosemide Pump 10mg/jam Membuang cairan berlebih di dalam tubuh


Bisoprolol 2.5mg 0-0-1 Untuk mengatasi hipertensi atau tekanan
darah tinggi, angina pektoris, aritmia, dan
gagal jantung.
Atrovastatin 20mg 0-0-1 Untuk menurunkan kolesterol jahat (LDL)
dan trigliserida, serta meningkatkan kadar
kolesterol baik (HDL) di dalam darah.
Infus NS lifeline 500cc Untuk mengganti elektrolit dan cairan
yang hilang di intravaskuler.

4. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. DS: Perubahan Penurunan Curah
 Pasien mengatakan kontraktilitas Jantung (D. 0008)
merasa sesak
 Pasien mengatakan
bahwa dirinya batuk tapi
tidak berdahak
DO:
 Decreased LV Systolic
Function (EF by Teich
13%, Mod A4C 18%
Mod A2C24%, Biplane
17%)
 Kesimpulan ECHO:
ICM, LV Thrombus,
Moderate MR, Mild
AR, TR, PR
 Terdapat suara nafas
tambahan: ronchi
minimal
 Nadi: 97x/menit
 RR: 32- 40x/menit,
 TD: 110/76 mmHg
39

2 DS: Hambatan upaya Pola Nafas Tidak


 Pasien mengatakan napas (kelemahan Efektif (D. 0005)
merasa sesak otot nafas)

DO:
 RR: 32-40 x/menit
 Terpasang nasal canul
4lpm
 SpO2: 98%
 Pola napas: Spontan
 Batuk (+)
 Pasien tampak
menggunakan otot bantu
nafas
 Ronchi +/+ minimal
 Pasien tampak lemah
 Retraksi dada + (minimal)
 TD: 110/76, N: 97x/menit
-
3. DS: Tirah baring Intoleransi
Aktivitas (D. 0056)
 Pasien mengatakan
badan terasa lemas
DO:
 Pasien tirah baring saat
berada di rumah sakit
 Gambaran EKG Sinus
 90x/mnt T inv V4-V6
LVH
 Gerak dibatasi kerena
pasien mengalami
masalah jantung
40

5. Diagnosa keperawatan
Tanggal
No Masalah Keperawatan Ditemukan Teratasi Paraf
1 Penurunan curah jantung berhubungan 02-06-
dengan perubahan kontraktilitas 2022
(D. 0008)

2 Pola nafas tidak efektif berhubungan 02-06-


dengan kelemahan otot pernapasan 2022
(D. 0005)

3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan 02-06-


tirah baring 2022
(D. 0056)
6. Intervensi Keperawatan
No. Masalah Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan Setelah dilakukan intervensi selama
dengan perubahan kontraktilitas 3x24 jam, maka penurunan curahan Observasi
(D. 0008) jantung membaik dengan kriteria 1.identikasi tanda/gejala primer penurunan curah
hasil : jantung
1. Palpitasi (5) menurun
2. Gambaran EKG aritmia (5) 2. Monitor tekanan darah
menurun
3. Pucat (5) menurun 3.. Monitor saturasi oksigen
4. Batuk (5) menurun
5. Tekanan darah (5) membaik 4. Monitor keluhan nyeri dada
5. Monitor frekuensi dan durasi aritmia

Terapeutik
1. Posisikan pasien semifowler atau fowler
dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman
2. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
stress
3. Pasang monitor jantung
4. Pertahankan jalan napas paten
5. Pasang katetrr urine untuk menilai produksi
urine
6. Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen >

Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
2. Anjurkan berhenti merokok

Kolaborasi
1. Kolbaorasi pemberian infus cairan kristaloid
1-2 L pada dewasa
43
44

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan intervensi selama Perawatan Jantung
dengan kelemahan otot pernapasan 3x24 jam, maka pola nafas tidak Observasi
(D. 0005) efektif membaik dengan kriteria hasil 1. Monitor pola napas
: 2. Monitor bunyi napas tambhan
1. Dispnea (5) menurun 3. Monitor kemampuan batuk efektif
2. Frekuensi napas (5) membaik 4. Auskultasi bunyi napas
3. Kedalaman napas (5) membaik
4. Pola napas (5) membaik 1. Terapeutik
2. 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
3. 2. Berikan minum hangat
4. 3. Berikan oksigen
5. 4. Berikan posisi fowler
Edukasi
1. Ajarkan teknik batuk efektif
2. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi
45

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi selama 3 x Manajemen Hipervolemia
tirah baring 24 jam, maka intolransi aktivitas
(D. 0056) membaik dengan kriteria hasil : Observasi
1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia
1. Kemudahan dalam melakukan
aktivitas sehari hari (5) meningkat 2. Identifikasi penyebab hiipervolemia
2. Jarak berjalan (5) meningkat
3. Kekuatan tubuh bagian atas dan 3. Monitor kecepatan infus secara ketat
bawah (5) meninkat
4. Monitor intake dan output cairam
4. Keluhan lelah (5) menurun
5. Dispnea saat aktivitas (5) menurun 5. Montiro lokasi dan ketidaknyamanan selama
6. Dispena setelah aktivitas (5) menurun melakukan aktivitas
7. Tekanan darah (5) membaik
8. Pola istirahat (5) membaik Terapeutik
1. Timbang berat badan setiap hari pada waktu
yang sama
2. Batasi asupan cairan dan garam
3. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40°
4. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan

Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melkaukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan melapor jika BB bertambah >1 kg
dalam sehari
46

1. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Hari/ No. Jam Tindakan Tanggal/ Evaluasi Formatif SOAPIE/ Catatan TTD
Tanggal Dx Jam Perkembangan Perawat
Kamis, 1 08.00 Mengkaji keluhan pasien: pasien mengatakan Dx 1: Pola napas tidak efektif
2 Juni merasa sesak nafas seperti ngos-ngos an Kamis 2
2022 1 08.00 Mengobservasi keadaan umum dan TTV: keadaan Juni 2022 S:
umum: lemah, Nadi: 97x/menit, RR: 13.00
Pasien mengatakan sesak napas
32-40x/menit, Tensi: 110/76 mmHg, Suhu:
berkurang
36.9oC, SpO2: 97%
Memastikan O2 terpasang dengan benar dan O:
1 08.05 memonitor aliran O2 (nasal kanul 4 lpm)
Memonitor pola nafas, monitor saturasi oksigen: pola - RR: 26 x/menit dengan nasal
1 08.05 napas dypnea 4lpm
Memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya - SpO2: 98%
1 08.05
nafas: RR 32-40x/menit, otot bantu nafas tambahan: - Pola napas: dyspnea
ada, batuk (+) - Batuk (+)
Memonitor bunyi nafas tambahan (gurgling, mengi, - Otot Bantu Nafas Tambahan: ada
1 08.05 wheezing, ronkhi kering): Ronchi +/+ minimal, - Ronchi +/+ minimal
Pasien tampak lemah, Retraksi dada + (minimal) - Pasien tampak lemah
Memberikan posisi semi fowler - Retraksi dada + (minimal)
1 08.10 Mengajarkan tarik napas dalam: pasien mampu - TD: 106/70, N: 94x/menit
mengatur napas A: Masalah teratasi sebagian
1 08.10
47

1 09.00 Memonitor pola nafas, monitor saturasi oksigen: pola P: Intervensi dilanjutkan
napas dypnea, RR: 30x/menit, SPO2: 97%
Memastikan O2 terpasang dengan benar dan
1 09.05 memonitor aliran O2 (nasal kanul 4 lpm)
Memonitor pola nafas, monitor saturasi oksigen: pola
1 10.00 napas dypnea, RR: 30x/menit, SPO2: 97%
Memonitor pola nafas, monitor saturasi oksigen: pola
napas dypnea, RR: 28 x/menit, SPO2: 97%
Memonitor pola nafas, monitor saturasi oksigen: pola
1 11.00
napas dypnea, RR: 28 x/menit, SPO2: 98%
Memastikan O2 terpasang dengan benar dan
memonitor aliran O2 (nasal kanul 4 lpm)
1 12.00 Memonitor pola nafas, monitor saturasi oksigen:
dypnea, RR: 26, SPO2: 98%

1 12.05
1 13.00
2 08.00 Mengkaji keluhan pasien: pasien mengatakan Dx 2: Penurunan curah jantung
merasa sesak nafas seperti ngos-ngos an Kamis 2
2 08.00 Memonitor tekanan darah: Tensi: 110/76 mmHg Juni S:
2022
2 08.00 Memonitor intake input: 200cc, 13.05 Pasien mengatakan sesak napas
Memonitor saturasi oksigen: 98%, nasal kanul 4 lpm berkurang
2 08.00 Mempertahankan tirah baring minimal 12 jam
Memposisikan pasien posisi nyaman: semi O:
2 08.05 fowler
48

2 08.10 Meganjurkan segera melaporkan nyeri dada - Decreased LV Systolic Function


Memonitor output urine pasien: 150cc (EF by Teich 13%, Mod A4C 18%,
2 08.10 Memonitor intake input: 200cc, Mod A2C 24%, Biplane
Memberikan terapi sesuai advis dokter: Inj. 17%)
2 09.00
Novorapid 8ui, Metformin 500mg, Aspilet 80mg, - Kesimpulan ECHO: ICM, LV
2 12.20 Laxadin Syrup, ISDN tab, Furosemide Pump Thrombus, Moderate MR, Mild
10mg/jam AR, TR, PR
2 12.20 - Mengantarkan pasien melakukan pemeriksaan ECHO - Terdapat suara nafas tambahan:
(Kesimpulaa: ICM, LV Thrombus, Moderate MR, ronchi minimal
Mild AR, TR, PR - Nadi: 94x/menit, RR: 26x/menit,
2 12.30 - Memonitor output urine pasien: 150cc Tensi: 106/70 mmHg
A: Masalah teratasi sebagian
2 13.00
P: Intervensi dilanjutkan

3 08.00 Mengkaji keluhan pasien: pasien mengatakan Dx 3: Hipervolemia S:


merasa sesak nafas seperti ngos-ngos an Kamis 2
3 08.00 Mengidentifikasi tanda dan gejala Juni 2022 -
hypervolemia: dyspnea, ada suara napas 13.10
O:
tambahan
3 08.00 Mengidentifikasi penyebab hypervolemia: input - Edema anasarka (+)
200cc - Hasil foto thorax: Cardiomegali
3 08.00 Memonitor status hemodinamik: TD: Nadi: dan Congestive Pulmonum
97x/menit, RR: 32-40x/menit, Tensi: 110/76 - CRT: 70%
mmHg, Suhu: 36.9oC, SpO2: 97% - Ronkii +/+ minimal
3 08.10 Membatasi asupan cairan dan garam: pasien - Intake sampai jam 09.00-13.00:
mehamami untuk membatasi minum 400 cc
Meninggikan kepala tempat tidur 30-40o
49

3 08.10 Memonitor output urine 150cc - Output 300 cc


Memonitor input cairan 200cc - Balance Cairan: – 100 cc
3 09.00 Memberikan terapi sesuai advis dokter: Inj. A: Masalah belum teratasi
Novorapid 8ui, Metformin 500mg, Aspilet 80mg,
3 12.20 P: Intervensi dilanjutkan
Laxadin Syrup, ISDN tab, Furosemide Pump
3 12.20 5mg/jam
Memonitor output urine 150cc
3 13.00
Jumat, 1 08.00 Mengkaji keluhan pasien: pasien mengatakan Dx 1: Pola napas tidak efektif
3 Juni sesak napas berkurang Jumat 3
2022 Mengobservasi keadaan umum dan TTV: keadaan Juni S:
umum: baik, Nadi: 97x/menit, RR: 22x/menit, 2022
1 07.00 13.00 Pasien mengatakan sesak
Tensi: 119/80 mmHg, Suhu: 36.2oC, SpO2: 98%
berkurang banyak
Memastikan O2 terpasang dengan benar dan
memonitor aliran O2 (nasal kanul 4 lpm) O:
1 07.05 Memonitor pola nafas, monitor saturasi oksigen: pola
napas dypnea - RR: 22 x/menit dengan nasal
Memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan 4lpm
upaya nafas: RR 22/menit, batuk (+) - SpO2: 97%
1 07.05
Memonitor bunyi nafas tambahan (gurgling, - Ronchi +/+ minimal
1 07.08 mengi, wheezing, ronkhi kering): Ronchi +/+ - Retraksi dada + (minimal)
minimal, Retraksi dada + (minimal) - TD: 10071
Memberikan posisi semi fowler - N: 97x/menit
Mengajarkan tarik napas dalam: pasien mampu A: Masalah teratasi sebagian
1 07.10
mengatur napas
Memonitor pola nafas, monitor saturasi oksigen: P: Intervensi dilanjutkan
1 07.13
pola napas dypnea, RR: 22x/menit, SPO2: 97%
50

1 07.15 Memastikan O2 terpasang dengan benar dan


memonitor aliran O2 (nasal kanul 4 lpm)
1 10.00 Memonitor pola nafas, monitor saturasi oksigen: pola
napas dypnea, RR: 22x/menit, SPO2: 98%
1 10.00
Memastikan O2 terpasang dengan benar dan
1 10.02 memonitor aliran O2 (nasal kanul 4 lpm)
Memonitor pola nafas, monitor saturasi oksigen: pola
1 12.55 napas dypnea, RR: 26 x/menit, SPO2: 98%
1 12.58
1 13.00

2 07.00 Mengkaji keluhan pasien: pasien mengatakan Dx 2: penurunan curah jantung


sesak napas berkurang Jumat 3
2 07.00 Memonitor tekanan darah: Tensi: 119/80 mmHg Juni S:
Memonitor intake 300cc 2022
2 07.05 13.05 Pasien mengatakan sesak napas
Memonitor saturasi oksigen: 98%, nasal kanul 4 lpm
berkurang
2 07.10 Mempertahankan tirah baring minimal 12 jam
Memberikan pasien posisi nyaman: semi folwer O:
2 07.10 Menganjurkan segera melaporkan nyeri dada
Memonitor output urine pasien: 200cc - Decreased LV Systolic Function
2 07.15 Memonitor intake: 200cc (EF by Teich 13%, Mod A4C 18%,
Memberikan terapi sesuai advis dokter: Inj. Mod A2C 24%, Biplane
2 09.00
Novorapid 8ui, Metformin 500mg, Aspilet 80mg, 17%)
2 12.00 ISDN tab 5mg, sirup laxadin 1 sdm,
51

2 12.03 - Memonitor output urine pasien: 450cc - Kesimpulan ECHO: ICM, LV


Thrombus, Moderate MR, Mild
2 13.00 AR, TR, PR
- Hasil foto thorax: Cardiomegali
dan Congestive Pulmonum
- Terdapat suara nafas tambahan:
ronchi minimal
- Nadi: 97x/menit, RR: 22x/menit,
Tensi: 100/71 mmHg
A: Masalah teratasi teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

3 07.00 Mengkaji keluhan pasien: pasien mengatakan Dx 3:


merasa sesak nafas seperti ngos-ngos an Jumat 3
Mengidentifikasi tanda dan gejala Juni S: -
hypervolemia: dyspnea, ada suara napas 2022
3 07.00 O:
tambahan
3 07.00 Mengidentifikasi penyebab hypervolemia: input - Edema anasarka (+)
300cc - Hasil foto thorax: Cardiomegali
Memonitor status hemodinamik: TD: Nadi: dan Congestive Pulmonum
97x/menit, RR: 32-40x/menit, Tensi: 110/76 - CRT: 70%
3 07.10 mmHg, Suhu: 36.9oC, SpO2: 97% - Ronkii +/+ minimal
3 07.10 Membatasi asupan cairan dan garam - Intake sampai jam 07.00-13.00:
Meninggikan kepala tempat tidur 30-40o 500 cc
3 09.00 Memonitor output urine 150cc - Output 650 cc
Memonitor input cairan 200cc - Balance Cairan: +150 cc
3 12.00 Memberikan terapi sesuai advis dokter: Inj. A: Masalah teratasi sebagian
Novorapid 8ui, Metformin 500mg, Aspilet
52

3 12.05 80mg, Laxadin Syrup, ISDN tab, Furosemide Pump P: Intervensi dilanjutkan
10mg/jam
- Memonitor output urine 150cc
3 13.00
Sabtu, 4 1 13.00 Mengkaji keluhan pasien: pasien mengatakan Dx 1: Pola napas tidak efektif
Juni sesak napas berkurang banyak Sabtu 4
2022 1 13.00 Mengobservasi keadaan umum dan TTV: keadaan Juni S:
umum: baik, Nadi: 98x/menit, RR: 22x/menit, 2022
19.00 Pasien mengatakan sudah tidak
Tensi: 110/69 mmHg, Suhu: 36.4oC, SpO2: 98%
sesak napas
Memastikan O2 terpasang dengan benar dan
memonitor aliran O2 (nasal kanul 4 lpm) O:
Memonitor pola nafas, monitor saturasi oksigen: pola
napas takipnea - RR: 18 x/menit dengan nasal
1 13.03 Memonitor bunyi nafas tambahan (gurgling, 4lpm
mengi, wheezing, ronkhi kering): Ronchi +/+ - SpO2: 98%
1 13.05
minimal, Retraksi dada + (minimal)
1 13.07 Memberikan posisi semi fowler
Mengajarkan tarik napas dalam: pasien mampu
mengatur napas
Memastikan O2 terpasang dengan benar dan
1 13.10 memonitor aliran O2 (nasal kanul 4 lpm)
1 13.15 Memonitor pola nafas, monitor saturasi oksigen: pola
napas takipnea, RR: 18x/menit, SPO2: 99%
1 16.58
1 18.55
53

2 13.00 Mengkaji keluhan pasien: pasien mengatakan Dx 2: Penurunan curah jantung


sesak napas berkurang banyak Sabtu 4
2 13.00 Memonitor tekanan darah: 110/69 mmHg Juni S:
Memonitor intake cairan 200cc 2022
2 13.03 19.05 Pasien mengatakan sudah tidak
Memonitor saturasi O2 98% nasal 4lpm
sesak
2 13.05 Memonitor oksigen: 97%, nasal kanul 4 lpm
Mempertahankan tirah baring minimal 12 jam O:
2 13.07 Memposisikan pasien posisi nyaman
Meganjurkan segera melaporkan nyeri dada Decreased LV Systolic Function
2 13.09 Memonitor output urine pasien: 300cc (EF by Teich 13%, Mod A4C 18%,
Memonitor output urine: 200cc, Mod A2C 24%, Biplane 17%)
2 13.10
Memberikan terapi sesuai advis dokter: injeksi
- Kesimpulan ECHO: ICM, LV
2 14.20 novorapid 8ui, metformin 500mg, uperio, simrc,
Thrombus, Moderate MR, Mild
ISDN 5mg, allopurinol 300mg
2 16.20 Memonitor output urine: 200cc AR, TR, PR
- Terdapat suara nafas tambahan:
2 18.00 ronchi minimal
- Nadi: 100x/menit, RR:
2 19.00 18x/menit, Tensi: 120/78 mmHg
A: Masalah teratasi teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

3 13.00 Mengkaji keluhan pasien: pasien mengatakan Dx 3: Hipervolemia S:


sesak napas berkurang banyak Sabtu 4
3 13.00 Mengidentifikasi tanda dan gejala Juni -
hypervolemia: takipnea, ada suara napas 2022
19.10 O:
tambahan
- Edema anasarka (+)
54

3 13.00 Mengidentifikasi penyebab hypervolemia: input - Hasil foto thorax: Cardiomegali


200cc dan Congestive Pulmonum
3 13.00 Memonitor status hemodinamik: TD: Nadi: - CTR: 70%
98x/menit, RR: 22x/menit, Tensi: 110/69 - Ronkii +/+ minimal
3 13.03
mmHg, Suhu: 36.9oC, SpO2: 98% - Intake sampai jam 13.00 – 19.00:
3 13.05 Membatasi asupan cairan dan garam 400 cc
Meninggikan kepala tempat tidur 30-40o - Output 700 cc
3 14.20 Memonitor output urine 300cc - Balance Cairan: – 300 cc
Memonitor output urine 200cc A: Masalah teratasi sebagian
3 16.20 Memonitor input cairan 200cc
Memberikan terapi sesuai advis dokter: injeksi P: Intervensi dilanjutkan
3 18.00
novorapid 8ui, metformin 500mg, uperio, simrc,
3 19.00 ISDN 5mg, allopurinol 300mg
Memonitor output urine 200cc
2. Evaluasi Keperawatan
Waktu Masalah Keperawatan SOAP TTD

05/06/2022 Pola nafas tidak efektif Dx 1: Pola napas tidak efektif


19.00 berhubungan dengan
hambatan upaya napas S:
(kelemahan otot nafas) Pasien mengatakan sudah tidak
(SDKI hal 05, D.0026) sesak napas

O:

- RR: 18 x/menit dengan nasal


4lpm
- SpO2: 98%
- Ronchi +/+ minimal
- Retraksi dada + (minimal)
- TD: 120/78
- N: 100x/menit
A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

Penurunan curah Dx 2: Penurunan curah jantung


jantung berhubungan
dengan Perubahan S:
kontraktilitas (SDKI hal Pasien mengatakan sudah tidak
34, D.0008) sesak

O:

- Decreased LV Systolic Function


(EF by Teich 13%, Mod A4C
18%, Mod A2C
24%, Biplane 17%)
- Kesimpulan ECHO: ICM, LV
Thrombus, Moderate MR, Mild
AR, TR, PR
- Terdapat suara nafas
tambahan: ronchi minimal

55
56

- Nadi: 100x/menit, RR:


18x/menit, Tensi: 120/78
mmHg
A: Masalah teratasi teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
Hipervolemi Dx 3: Hipervolemia
berhubungan dengan
Kelebihan asupan S: -
cairan (SDKI hal 62, O:
D.0022)
- Edema anasarka (+)
- Hasil foto thorax:
Cardiomegali dan Congestive
Pulmonum
- CTR: 70%
- Ronkii +/+ minimal
- Intake sampai jam 13.00 –
19.00: 400 cc
- Output 700 cc
- Balance Cairan: – 300 cc
A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gagal jantung merupakan kelainan multisitem dimana terjadi
gangguan pada jantung, otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistemsaraf
simpatis serta perubahan neurohormonal yang kompleks. Kematian akibat
penyakit kardiovaskuler khususnya gagal jantungadalah 27 %. Sekitar 3 -
20 per 1000 orang mengalami gagal jantung, angkakejadian gagal jantung
meningkat seiring pertambahan usia (100 per 1000orang pada usia di atas
60 tahun. Dari hasil penelitian Framinghampadatahun 2000 menunjukkan
angka kematian dalam 5 tahun terakhir sebesar 62% pada pria dan 42%
wanita, berdasarkan data dari di Amerika terdapat 3juta penderita gagal
jantung dan setiap tahunnya bertambah dengan 400.000orang, sedangkan
untuk di Indonesia angka kejadian gagal jantungmenyebab kematian
nomor satu, padahal sebelumnya menduduki peringkat ketiga. Fokus
asuhan keperawatan pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF)
adalah mengurangi beban kerja, memperkuat kontraktilitas miokard,
mengurangi kelebihan cairan dan garam, melakukan tindakan terhadap
penyebab, faktor pencetus dan penyakit yang mendasari. Rencana tindakan
keperawatan yang terdapat dalam tunjauan pustaka, tidak semuanya
tercantum di tinjauan kasus, tetapi disesuaikan dengan diagnosis dan
etiologi dari masalah keperawatan tersebut.
B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi pasien
Agar patuh untuk meminum obat, menjaga diet

pembatasan intake yang masuk sesuai ketentuan dan mau

bekerjasama dengan dokter dan perawat dalam proses

penyembuhan penyakitnya.

2. Bagi keluarga

Agar memberikan semangat dan dukungan yang positif

serta doa terus menerus kepada pasien yang dapat membantu

proses penyembuhan penyakit pasien


59

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, Yanti Anggraini. 2019. “Gambaran Frekuensi Pernafasan Pada


Pasien Gagal Jantung Fungsional Kelas Ii & Iii Di Jakarta.” Jurnal
Ilmiah Widya 6: 1–6.
Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen
Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R.
Jakarta: Salemba Emban Patria.
Bangsawan, Merah, and Purbianto. 2013. “Faktor Risiko Yang
Mempercepat Terjadinya Komplikasi Gagal Jantung Pada Klien
Hipertensi.” Jurnal Keperawatan 9(2): 145–50.
Brunner, and Suddarth. 2017. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Inamdar, A. A., dan Inamdar A. C. (2016). Heart Failure : Diagnosis,
Management and Utilization. Journal of Clinical Medicine, 5(62): 1-28
International Cardiovascular Forum Journal, 1(10): 12-15.
Karson. (2016). Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta:
TIM Kemenkes RI. 2014. “Situasi Kesehatan Jantung.” Pusat data
dan informasi
kementerian kesehatan RI: 3.
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/
infodatin/inf odatin-jantung.pdf.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. “Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar.”
Riskesdas: 614.
Lumi, Axel P, Victor F F Joseph, and Natalia C I Polii. 2021. “Rehabilitasi
Jantung Pada Pasien Gagal Jantung Kronik.” Jurnal Biomedik 13(3):
309–16. https://doi.org/10.35790/jbm.13.3.2021.33448.
Munirwan, Haris, and Onna Januaresty. 2020. “Penyakit Jantung Hipertensi
Dan Gagal Jantung.” Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika 3(80): 4.
Nurkhalis, and Rangga Juliar Adista. 2020. “Manifestasi Klinis Dan
Tatalaksana Gagal Jantung.” Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika 3(3):
36–46.
Purwowiyoto, Sidhi Laksono. 2018. “Gagal Jantung Akut : Definisi ,
Patofisiologi, Gejala Klinis Dan Tatalaksana.” Cermin Dunia
Kedokteran 45(4): 310–12.
Udjianti, Wajan. Juni. (2013). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta :
Salemba Medika.
Purwowiyoto SL. Obstructive Sleep Apnea dan Gagal Jantung. J Kedokt Yars.
2017;25(3):172–83.
Ramadhana, Aldyla Syahro. 2020. “Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
Pada Pasien Dengan Stroke Hemoragik Di Ruangan Instalasi Gawat
Darurat.” Universitas Kusuma Husada Surakarta.
Saida, Haryati, and La Rangki. 2020. “Kualitas Hidup Penderita Gagal
Jantung Kongestif Berdasarkan Derajat Kemampuan Fisik Dan Durasi
Penyakit.” Faletehan Health Journal 7(02): 70–76.
60

PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai