k4 Gagal Jantung (Revisi 1)
k4 Gagal Jantung (Revisi 1)
Disusun oleh,
Kelompok 4:
KEPERAWATAN KRITIS
PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG
RUMAH SAKIT TK.II KARTIKA HUSADA
Kode :
Semester : 5/Ganjil
Pontianak , 2023
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
………………………………….
i
KATA PENGANTAR
ii
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB I.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................................................................
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................
B. TUJUAN.........................................................................................................................
BAB II........................................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................
A. KONSEP
PENYAKIT…………………………………………………………………4
1. DEFINISI........................................................................................................................
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI JANTUNG....................................................................
3. ETIOLOGI......................................................................................................................
4. MANIFESTASI KLINIK................................................................................................
5. PATOFISIOLOGI...........................................................................................................
6. PATHWAY ....................................................................................................................
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG....................................................................................
8. PENATALAKSANAAN................................................................................................
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL JANTUNG............................................
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN................................................................................
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN....................................................................................
3. INTERVENSI KEPERAWATAN..................................................................................
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN............................................................................
5. EVALUASI KEPERAWATAN.....................................................................................
BAB III.......................................................................................................................................
TINJAUAN KASUS..................................................................................................................
A. PENGKAJIAN................................................................................................................
B. ANALISA DATA.........................................................................................................
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN..................................................................................
D. INTERVENSI...............................................................................................................
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI..........................................................................
BAB V......................................................................................................................................
PRNUTUP................................................................................................................................
A. KESIMPULAN.............................................................................................................
3
4
B. SARAN.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
4
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gagal jantung merupakan kelainan multisitemdimana terjadi gangguan pada
jantung, otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistemsaraf simpatis serta
perubahan neurohormonal yang kompleks.
Kematian akibat penyakit kardiovaskuler khususnya gagal jantungadalah
27 %. Sekitar 3 - 20 per 1000 orang mengalami gagal jantung, angkakejadian
gagal jantung meningkat seiring pertambahan usia (100 per 1000orang pada usia
di atas 60 tahun. Dari hasil penelitian Framinghampadatahun 2000 menunjukkan
angka kematian dalam 5 tahun terakhir sebesar 62% pada pria dan 42% wanita,
berdasarkan data dari di Amerika terdapat 3juta penderita gagal jantung dan setiap
tahunnya bertambah dengan 400.000orang, sedangkan untuk di Indonesia angka
kejadian gagal jantungmenyebab kematian nomor satu, padahal sebelumnya
menduduki peringkat ketiga. Gagal jantung dapat disebabkan oleh beberapa factor
yang dapat dihindari dan yang tidak dapat dihindari.
Factor-faktor penyebab gagal jantung diantaranya adalah
kebiasaanmerokok, diabetes, hipertensi, kolestrol, kelebihan berat badan hingga
stress. Ada tiga faktor lainnya yang tidak bisa dihindari oleh manusia yakni faktor
keturunan dan latar belakang keluarga, faktor usia dan jenis kelaminyangbanyak
ditemui pada kasus kegagalan jantung. Selain hipertensi, penyebabgagal jantung
adalah kelainan otot jantung, ateriosklerosis dan peradangan pada miokardium
5
6
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menggambarkan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gagal jantung
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan pengkajian yang dilakukan dengan masalah asuhan
keperawatan gagal jantung
b. Menggambarkan perumusan diagnosis keperawatan dengan masalah asuhan
keperawatan gagal jantung
c. Menggambarkan perencanaan asuhan keperawatan gagal jantung
d. Menggambarkan tindakan yang dilakukan dengan masalah asuhan keperawatan
gagal jantung
e. Menggambarkan evaluasi yang dilakukan dengan masalah asuhan keperawatan
gagal jantung
6
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung
gagalmempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan
pengisian cukup (Ongkowijaya & Wantania, 2016).
Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala),
ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung disebabkan
oleh gangguan yang menghabiskan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel
(disfungsi diastolik) dan atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik)
(Sudoyo Aru,dkk 2009) didalam (nurarif, a.h 2015).
Gagal jantung kongestif adalah keadaan ketika jantung tidak mampu lagi
memompakan darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh
untuk keperluan metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan
tekanan pengisian kedalam jantung masih cukup tinggi (Aspani, 2016
7
8
Sistem peredaran darah terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan saluran
limfe. Jantung merupakan organ pemompa besar yang memelihara peredaran
melalui seluruh tubuh. Arteri membawa darah dari jantung. Vena membawa darah
ke jantung. kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan
merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga terjadi
pertukaran gas dalam cairan ekstraseluler dan interstisial.
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga, basisnya
diatas, dan puncaknya dibawah. Apeksnya (puncaknya) miring kesebelah kiri.
Berat jantung kira-kira 300 gram.
Kedudukan jantung: jantung berada didalam toraks, antara kedua paru-
paru dan dibelakang sternum, dan lebih menghadap ke kiri daripada ke kanan.
(lihat Gambar 2.2).
8
9
9
10
10
11
11
12
12
13
b. Aterosklerosis koroner
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan
asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium
(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung. Infark miokardium menyebabkan pengurangan
kontraktilitas, menimbulkan gerakan dinding yang abnormal dan
mengubah daya kembang ruang jantung .
c. Hipertensi Sistemik atau pulmonal (peningkatan after load)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Hipertensi dapat
menyebabkan gagal jantung melalui beberapa mekanisme, termasuk
hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan
disfungsi ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan meningkatkan
risiko terjadinya infark miokard, serta memudahkan untuk terjadinya
aritmia baik itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel.
d. Penyakit jantung lain
Terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang
secara
langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat
mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis
katub semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah
(tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau stenosis AV),
peningkatan mendadak after load. Regurgitasi mitral dan aorta
menyebabkan kelebihan beban volume (peningkatan preload)
sedangkan stenosis aorta menyebabkan beban tekanan (after load)
e. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan
dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal :
demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan
13
14
14
15
E. PATOFISIOLOGI
Kekuatan jantung untuk merespon sters tidak mencukupi dalam memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan tugasnya sebagai
organ pemompa, sehingga terjadi yang namanya gagal jantung. Pada tingkat awal
disfungsi komponen pompa dapat mengakibatkan kegagalan jika cadangan
jantung normal mengalami payah dan kegagalan respon fisiologis tertentu pada
penurunan curah jantung. Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh untuk
mempertahankan perfusi organ vital normal.
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme respon primer
yaitu meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, 20 20 meningkatnya beban
awal akibat aktifitas neurohormon, dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini
mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung. Mekanisme-
mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung pada
tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini pada keadaan normal.
Mekanisme dasar dari gagal jantung adalah gangguan kontraktilitas jantung
yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Bila
curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi
jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme ini gagal, maka
volume sekuncup yang harus menyesuaikan. Volume sekuncup adalah jumlah
darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
preload (jumlah darah yang mengisi jantung), kontraktilitas (perubahan kekuatan
kontraksi yang terjadi pada tingkat sel yang berhubungan dengan perubahan
panjang serabut jantung dan kadar kalsium), dan afterload (besarnya tekanan
ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan
tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol). Apabila salah satu komponen itu
terganggu maka curah jantung akan menurun.
15
16
16
17
F. PATHWAY
INFARK MIOKARD
GAGAL JANTUNG
Perembesan cairan
Aktivasi Hipertrofi ventrikel alveoli
RAA
Kematian
17
18
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan kasus
gagal jantung kongestive di antaranya sebagai berikut :
a. Elektrokardiogram : Hiperatropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan
aksis, iskemia, disaritmia, takikardia, fibrilasi atrial.
b. Uji stress : Merupakan pemeriksaan non-invasif yang bertujuan untuk
menentukan kemungkinan iskemia atau infeksi yang terjadi
sebelummnya.
c. Ekokardiografi
1) Ekokardiografi model M (berguna untuk mengevaluasi volume balik
dan kelainan regional, model M paling sering diapakai dan ditanyakan
bersama EKG)
2) Ekokardiografi dua dimensi (CT scan)
3) Ekokardiografi dopoler (memberikan pencitraan dan pendekatan
transesofageal terhadap jantung)
d. Katerisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan
membantu membedakan gagal jantung kanan dan kiri dan stenosis katup
atau insufisiensi
e. Radiografi dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam
pembuluh darah abnormal
f. Elektrolit : Mungkin beruban karena perpindahan cairan/penurunan fungsi
ginjal terapi diuretik
g. Oksimetrinadi : Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal
jantung kongestif akut menjadi kronis.
h. Analisa gas darah : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis
respiratory ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir)
i. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin : Peningkatan BUN
menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin
merupakan indikasi
18
19
H. PENATALAKSANAAN
Penatalakasanaan gagal jantung dibagi menjadi 2 terapi yaitu sebagai
berikut :
a. Terapi farmakologi : Terapi yang dapat iberikan antara lain golongan
diuretik, angiotensin converting enzym inhibitor (ACEI), beta bloker,
angiotensin receptor blocker (ARB), glikosida jantung , antagonis
aldosteron, serta pemberian laksarasia pada pasien dengan keluhan
konstipasi.
b.Terapi non farmakologi : Terapi non farmakologi yaitu antara lain tirah
baring, perubahan gaya hidup, pendidikan kesehatan mengenai penyakit,
prognosis, obat-obatan serta pencegahan kekambuhan, monitoring dan
kontrol faktor resiko.
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL JANTUNG
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas :
1) Identitas pasien :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit
(MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status
hubungan dengan pasien.
b. Keluhan utama
1) Sesak saat bekerja, dipsnea nokturnal paroksimal, ortopnea
2) Lelah, pusing
3) Nyeri dada
4) Edema ektremitas bawah
19
20
20
21
21
22
Sternalis Dextra Kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis sinistra Kiri
bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
4. Auskulatsi : bunyi jantung I dan II BJ I : terjadi karena getaran
menutupnya katup atrioventrikular, yang terjadi pada saat kontraksi
isimetris dari bilik pada permulaan systole BJ II : terjadi akibat
getaran menutupnya katup aorta dan arteri pulmonalis pada dinding
toraks. Ini terjadi kira-kira pada permulaan diastole. (BJ II normal
selalu lebih lemah daripada BJ I)
4) Pemeriksaan penunjang
a. Foto thorax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema
atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF 30 30
b. EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan
iskemi (jika disebabkan AMI), ekokardiogram
c. Pemeriksaan laboratorium : Hiponatremia, hiperkalemia pada tahap lanjut
dari gagal jantung, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin meningkat,
peninkatan bilirubin dan enzim hati.
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon pasien
terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa
berdasarkan SDKI adalah :
a. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
Definisi : kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eliminasi
karbondioksida pada membran alveolus kapiler
Penyebab : Perubahan membran alveolus-kapiler
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektif : Dispnea
2) Objektif : PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, pH
arteri meningkat/menurun, bunyi nafas tambahan
Kriteria minor :
22
23
23
24
1) Subjektif : -
2) Objektif : Murmur jantung, berat badan bertambah, pulmonary artery
wedge pressure (PAWP) menurun Kondisi klinis terkait : Gagal Jantung
Kongestif
d. Nyeri akut (D.0077)
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau
lambatberintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan.
Penyebab : agen pencedera fisiologis (mis: iskemia)
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Sujektif : Mengeluh nyeri
2) Objektif : Tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur
Kriteria minor :
1) Subjektif : -
2) Objektif : Tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan
berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri
sendiri, diaforesis.
Kondisi klinis terkait : Cedera Traumatis
e. Hipervolemia (D.0022)
Definisi : peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisiel, dan/atau
intraseluler.
Penyebab : ganguan mekanisme regulasi
Batasan karakteristik :
Kriteria mayor :
1) Subjektif : Ortopnea, dispnea, paroxymal nocturnal dyspnea (PND)
24
25
25
26
26
27
27
28
pernafasan
3. Pasien tidak
menunjukkan tanda
dipsnea
28
29
29
30
5.Hipervolemia Tujuan : (Manajemen hipervolemia I.03114)
b.d gangguan setelah dilakukan 5.1 Periksa tanda dan gejala hipervolemia
mekanisme tindakan keperawatan (mis:
regulasi diharapkan ortopnes,dipsnea,edema, JVP/CVP
keseimbangan cairan meningkat,suara nafas tambahan)
meningkat. 5.2 Monitor intake dan output cairan
5.3 Monitor efek samping diuretik (mis :
Kriterian hasil : hipotensi ortortostatik, hipovolemia,
(keseimbangan hipokalemia, hiponatremia)
ciran L. 03020) 5.4 Batasi asupan cairan dan garam
1. Tererbebas 5.5 Anjurkan melapor haluaran urin <0,5
dari edema mL/kg/jam dalam 6 jam
2. Haluaran 5.6 Ajarkan cara membatasi cairan
urin meningkat 5.7 Kolaborasi pemberian diuretik
3. Mampu
mengontrol asupan
cairan
30
31
31
32
8. Ansietas b.d Tujuan : (Terapi reduksi I.09314)
kurang setelah dilakukan 8.1 Identifikasi saat tingkat
terpapar tindakan ansietas berubah
informasi keperawatan 8.2 Pahami situasi yang
diharapkan tingkat membuat ansietas
ansietas menurun. 8.3 Dengarkan dengan penuh perhatian
8.4 Gunakan pendekatan yang teang dan
Kriterian hasil : meyakinkan
(Tingkat 8.5 Informasikan secara faktual mengenai
ansietas diagnosis, pengobatan, dan prognosis
L.09093) 8.6 Anjurkan keluarga untuk
1. Pasien tetap menemani pasien, jika perlu
mengatakan telah 8.7 Anjurkan mengungkapkan perasaan
memahami dan persepsi
penyakitnya
2. Pasien
tampak tenang
3. Pasien dapat
beristirahat
dengan nyaman
32
33
33
34
5.Implementasi Keperawatan
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2010).
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses
6.Evaluasi Keperawatan
kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
lainnya
34
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Bab ini membahas mengenai asuhan keperawatan pada Tn. A dengan diagnosis
1. Pengkajian
a. Data Umum
laki – laki, berusia 46 tahun, berasal dari suku Jawa/ Indonesia, beragama islam,
pendidikan terakhir SMA, bekerja sebagai pegawai swasta dan sudah menikah
serta memiliki 3 anak, penanggung jawab biaya rumah sakit BPJS. Pengkajian
dilakukan pada tanggal 2 Juni 2022 pukul 08.00 WIB dengan diagnosis medis
1. Keluhan Utama
Boot. Saat kontrol di poli Rs William booth, pasien di rujuk ke poli jantung
31
32
keringat dingin. Lalu di bawa ke IGD RSAL pada tanggal 1 Juni 2022 pukul
ICCU.
Saat pengkajian pada tanggal 2 Juni 2022 pukul 08.00 WIB pasien
75/platogrix, B.Concore
2.5mg). Pada tahun 2018 pasien MRS di ICCU RSPAL selama 4 hari
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
x/menit, suhu 36,9oC, SpO2 97%. Berat badan terakhir pasien 66 Kg dengan
tinggi
33
badan 169 Cm, dari hasil pemeriksaan indeks masa tubuh didapatkan skor
2. B1 (Breathing)
jalan napas: bebas, tidak ada sumbatan jalan napas, dypnea (+), batuk (+),
pergerakan: simetris, irama napas: reguler, pola napas: takipnea, suara napas:
vesikuler, RR: 32-40x/mnt, SPO2: 98%, ada otot bantu pernapasan, taktil/vocal
ronkhi +/+ minimalis, posisi tidur pasien fowler, pasien mengatakan nafas terasa
3. B2 (Blood)
S2 tunggal, tidak ada nyeri dada, akral: hangat, kering, merah, ictus cordis:
normal, CRT: < 2 detik, TD: 110/76 mmHg. Map: 87, tidak ada perdarahan,
tidak ada sianosis, edema tangan kanan dan kiri, edema kaki (+), perfusi kaki
dingin sampai batas paha, kering, pucat, N: 97 x/menit sinus ritme teraba kuat,
teratur, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, pemeriksaan EKG sinus
4. B3 (Brain)
ada jejas, tidak ada paralisis, N-I:dapat mengidentifikasi bau, N-II: mata kiri
34
melihat dengan baik, N-III: pergerakan pupil simetris, N-IV: pergerakan pupil
mata ke arah lateral, N-VII: dapat mengerutkan dahi, senyum simetris, N-VIII:
mendekatkan suara, N-IX: dapat menelan, N-X: ada reflek muntah, N- XI:
mampu menolehkan leher tanpa menggerakan bahu, N- XII: bicara normal, tidak
ada nyeri tekan, reflek cahaya kanan: - / kiri: +, reflek pupil kanan: - / kiri: 3
mm, reflek fisiologis : biceps (+), triceps (+), patela (+), achiles (+), reflek
5. B4 (Bladder)
kandung kemih: tidak terdapat distensi, nyeri tekan abdomen: tidak ada,
eliminasi urine SMRS frekuensi: 4-5 x/hr, jumlah: ±1500 cc/hari warna: kuning
jernih, eliminasi urine MRS pasien terpasang kateter, jumlah urin pada saat
pukul 09.00 WIB 150cc berwarna kuning jernih. Intake pasien pukul 07.00 –
6. B5 (Bowel)
3x/sehari, jenis: nasi, lauk ,sayur, minum: air mineral, teh hangat, pantangan:
tidak ada. Pola makan dan minum di RS Diit: Diit cardiovaskuler 1.900 kalori,
frekuensi: 3x/sehari, nafsu makan: menurun (hanya makan telur ¾ dan tahu ¾
porsi), mual muntah: mual jika makan terlalu banyak, peristaltik: 21 kali/menit.
pemeriksaan BSN:155 mg/dL, 1JPP: 165mg/dL, BB: 66 Kg, TB: 169cm, IMT:
35
distensi abdomen, hepar: tidak ada hepatomegali, asites, lien: tidak teraba, nyeri
abdomen: tidak ada, rectum dan anus: tidak ada hemoroid, BAB terakhir kemarin
pagi, warna kuning kecoklatan, konsistensi lembek dan tidak ada masalah.
7. B6 (Bone)
beruban, kulit kepala bersih, tidak ada luka/benjolan, warna kulit sawo matang,
turgor kulit elastis, tidak ada kelainan pada tulang, ROM: aktif, pasien bedrest,
tidak ada fraktur, kontraktur, flaxid, kekuatan otot: pergerakan sendi bebas,
kulit teraba dingin pada ekstremitas bawah, teraba hangat pada extremitas atas,
edema tangan kanan kiri (+), edema kaki (+), terpasang infus di tangan kanan.
2. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Pemeriksaan Radiologi
Foto thorax tanggal 1 Juni 2022, hasil : Cardiomegali dan Congestive Pulmonum
3. Pemeriksaan EKG
4. Analisa Data
DO:
RR: 32-40 x/menit
Terpasang nasal canul
4lpm
SpO2: 98%
Pola napas: Spontan
Batuk (+)
Pasien tampak
menggunakan otot bantu
nafas
Ronchi +/+ minimal
Pasien tampak lemah
Retraksi dada + (minimal)
TD: 110/76, N: 97x/menit
-
3. DS: Tirah baring Intoleransi
Aktivitas (D. 0056)
Pasien mengatakan
badan terasa lemas
DO:
Pasien tirah baring saat
berada di rumah sakit
Gambaran EKG Sinus
90x/mnt T inv V4-V6
LVH
Gerak dibatasi kerena
pasien mengalami
masalah jantung
40
5. Diagnosa keperawatan
Tanggal
No Masalah Keperawatan Ditemukan Teratasi Paraf
1 Penurunan curah jantung berhubungan 02-06-
dengan perubahan kontraktilitas 2022
(D. 0008)
Terapeutik
1. Posisikan pasien semifowler atau fowler
dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman
2. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
stress
3. Pasang monitor jantung
4. Pertahankan jalan napas paten
5. Pasang katetrr urine untuk menilai produksi
urine
6. Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturasi oksigen >
Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
2. Anjurkan berhenti merokok
Kolaborasi
1. Kolbaorasi pemberian infus cairan kristaloid
1-2 L pada dewasa
43
44
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan intervensi selama Perawatan Jantung
dengan kelemahan otot pernapasan 3x24 jam, maka pola nafas tidak Observasi
(D. 0005) efektif membaik dengan kriteria hasil 1. Monitor pola napas
: 2. Monitor bunyi napas tambhan
1. Dispnea (5) menurun 3. Monitor kemampuan batuk efektif
2. Frekuensi napas (5) membaik 4. Auskultasi bunyi napas
3. Kedalaman napas (5) membaik
4. Pola napas (5) membaik 1. Terapeutik
2. 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
3. 2. Berikan minum hangat
4. 3. Berikan oksigen
5. 4. Berikan posisi fowler
Edukasi
1. Ajarkan teknik batuk efektif
2. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi
45
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi selama 3 x Manajemen Hipervolemia
tirah baring 24 jam, maka intolransi aktivitas
(D. 0056) membaik dengan kriteria hasil : Observasi
1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia
1. Kemudahan dalam melakukan
aktivitas sehari hari (5) meningkat 2. Identifikasi penyebab hiipervolemia
2. Jarak berjalan (5) meningkat
3. Kekuatan tubuh bagian atas dan 3. Monitor kecepatan infus secara ketat
bawah (5) meninkat
4. Monitor intake dan output cairam
4. Keluhan lelah (5) menurun
5. Dispnea saat aktivitas (5) menurun 5. Montiro lokasi dan ketidaknyamanan selama
6. Dispena setelah aktivitas (5) menurun melakukan aktivitas
7. Tekanan darah (5) membaik
8. Pola istirahat (5) membaik Terapeutik
1. Timbang berat badan setiap hari pada waktu
yang sama
2. Batasi asupan cairan dan garam
3. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40°
4. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melkaukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan melapor jika BB bertambah >1 kg
dalam sehari
46
1 09.00 Memonitor pola nafas, monitor saturasi oksigen: pola P: Intervensi dilanjutkan
napas dypnea, RR: 30x/menit, SPO2: 97%
Memastikan O2 terpasang dengan benar dan
1 09.05 memonitor aliran O2 (nasal kanul 4 lpm)
Memonitor pola nafas, monitor saturasi oksigen: pola
1 10.00 napas dypnea, RR: 30x/menit, SPO2: 97%
Memonitor pola nafas, monitor saturasi oksigen: pola
napas dypnea, RR: 28 x/menit, SPO2: 97%
Memonitor pola nafas, monitor saturasi oksigen: pola
1 11.00
napas dypnea, RR: 28 x/menit, SPO2: 98%
Memastikan O2 terpasang dengan benar dan
memonitor aliran O2 (nasal kanul 4 lpm)
1 12.00 Memonitor pola nafas, monitor saturasi oksigen:
dypnea, RR: 26, SPO2: 98%
1 12.05
1 13.00
2 08.00 Mengkaji keluhan pasien: pasien mengatakan Dx 2: Penurunan curah jantung
merasa sesak nafas seperti ngos-ngos an Kamis 2
2 08.00 Memonitor tekanan darah: Tensi: 110/76 mmHg Juni S:
2022
2 08.00 Memonitor intake input: 200cc, 13.05 Pasien mengatakan sesak napas
Memonitor saturasi oksigen: 98%, nasal kanul 4 lpm berkurang
2 08.00 Mempertahankan tirah baring minimal 12 jam
Memposisikan pasien posisi nyaman: semi O:
2 08.05 fowler
48
3 12.05 80mg, Laxadin Syrup, ISDN tab, Furosemide Pump P: Intervensi dilanjutkan
10mg/jam
- Memonitor output urine 150cc
3 13.00
Sabtu, 4 1 13.00 Mengkaji keluhan pasien: pasien mengatakan Dx 1: Pola napas tidak efektif
Juni sesak napas berkurang banyak Sabtu 4
2022 1 13.00 Mengobservasi keadaan umum dan TTV: keadaan Juni S:
umum: baik, Nadi: 98x/menit, RR: 22x/menit, 2022
19.00 Pasien mengatakan sudah tidak
Tensi: 110/69 mmHg, Suhu: 36.4oC, SpO2: 98%
sesak napas
Memastikan O2 terpasang dengan benar dan
memonitor aliran O2 (nasal kanul 4 lpm) O:
Memonitor pola nafas, monitor saturasi oksigen: pola
napas takipnea - RR: 18 x/menit dengan nasal
1 13.03 Memonitor bunyi nafas tambahan (gurgling, 4lpm
mengi, wheezing, ronkhi kering): Ronchi +/+ - SpO2: 98%
1 13.05
minimal, Retraksi dada + (minimal)
1 13.07 Memberikan posisi semi fowler
Mengajarkan tarik napas dalam: pasien mampu
mengatur napas
Memastikan O2 terpasang dengan benar dan
1 13.10 memonitor aliran O2 (nasal kanul 4 lpm)
1 13.15 Memonitor pola nafas, monitor saturasi oksigen: pola
napas takipnea, RR: 18x/menit, SPO2: 99%
1 16.58
1 18.55
53
O:
P: Intervensi dilanjutkan
O:
55
56
P: Intervensi dilanjutkan
Hipervolemi Dx 3: Hipervolemia
berhubungan dengan
Kelebihan asupan S: -
cairan (SDKI hal 62, O:
D.0022)
- Edema anasarka (+)
- Hasil foto thorax:
Cardiomegali dan Congestive
Pulmonum
- CTR: 70%
- Ronkii +/+ minimal
- Intake sampai jam 13.00 –
19.00: 400 cc
- Output 700 cc
- Balance Cairan: – 300 cc
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal jantung merupakan kelainan multisitem dimana terjadi
gangguan pada jantung, otot skelet dan fungsi ginjal, stimulasi sistemsaraf
simpatis serta perubahan neurohormonal yang kompleks. Kematian akibat
penyakit kardiovaskuler khususnya gagal jantungadalah 27 %. Sekitar 3 -
20 per 1000 orang mengalami gagal jantung, angkakejadian gagal jantung
meningkat seiring pertambahan usia (100 per 1000orang pada usia di atas
60 tahun. Dari hasil penelitian Framinghampadatahun 2000 menunjukkan
angka kematian dalam 5 tahun terakhir sebesar 62% pada pria dan 42%
wanita, berdasarkan data dari di Amerika terdapat 3juta penderita gagal
jantung dan setiap tahunnya bertambah dengan 400.000orang, sedangkan
untuk di Indonesia angka kejadian gagal jantungmenyebab kematian
nomor satu, padahal sebelumnya menduduki peringkat ketiga. Fokus
asuhan keperawatan pada pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF)
adalah mengurangi beban kerja, memperkuat kontraktilitas miokard,
mengurangi kelebihan cairan dan garam, melakukan tindakan terhadap
penyebab, faktor pencetus dan penyakit yang mendasari. Rencana tindakan
keperawatan yang terdapat dalam tunjauan pustaka, tidak semuanya
tercantum di tinjauan kasus, tetapi disesuaikan dengan diagnosis dan
etiologi dari masalah keperawatan tersebut.
B. Saran
1. Bagi pasien
Agar patuh untuk meminum obat, menjaga diet
penyembuhan penyakitnya.
2. Bagi keluarga
DAFTAR PUSTAKA