Anda di halaman 1dari 92

PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL PENJUALAN E-TICKET

DAN MORALITAS MANAJEMEN TERHADAP PENCEGAHAN


KECURANGAN PADA PT KERETA API INDONESIA
(PERSERO) DIVISI III PALEMBANG

USULAN PENELITIAN

Nama : Lita Amelia


Nim : 222019154

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2022

Usulan Penelitian
PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL PENJUALAN E-TICKET
DAN MORALITAS MANAJEMEN TERHADAP PENCEGAHAN
KECURANGAN PADA PT KERETA API INDONESIA
(PERSERO) DIVISI III PALEMBANG

Diajukan untuk Menyusun Skripsi Pada


Program Strata Satu Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Palembang

Nama : Lita Amelia


Nim : 222019154

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2022

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Lita Amelia
NIM : 222019154
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Program Studi : Akuntansi
Kosentrasi : Pemeriksaan Akuntansi
Judul Skripsi : Pengaruh Pengendalian Internal Penjualan E-ticket Dan
Moralitas Manajemen Terhadap Pencegahan Kecurangan
Pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi III
Palembang

Dengan Ini Saya Menyatakan :

1. Karya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik sarjana 1 baik di Universitas Muhammadiyah Palembang maupun di
penguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri tanpa
bantuan pihak lain kecuali arahan pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau dipublisikan
orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Peryataan ini saya buat dengan sesunguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbeneran dalam peryataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang diperoleh karena karya
ini serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku diperguruan tinggi ini.

Palembang, Desember 2022

Lita Amelia

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Muhammadiyah Palembang

iv
TANDA PENGESAHAN USULAN PENELITIAN

Judul : Pengaruh Pengendalian Internal Penjualan E-ticket Dan


Moralitas Manajemen Terhadap Pencegahan Kecurangan
Pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi III
Palembang
Nama : Lita Amelia
NIM : 222019154
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Program Studi : Akuntansi
Konsentrasi : Pemeriksaan Akuntansi
Mata Kuliah : Audit Forensik

Diterima dan disahkan


Pada Tanggal Desember 2022

Pembimbing I, Pembimbing II,

Nina Sabrina, S.E.,M.,Si Nurul Hutami Ningsih,S.E.,M.Si


NIDN/NBM:0216056801/851119 NIDM/NBM:0209118703/1187165

Mengetahui.
Dekan
u.b. Ketua Program Akuntansi

Dr. Betri, S.E.,M.Si.,Ak.,CA


NIDN/NBM: 0216106902/944806
DAFTAR ISI

v
HALAMAN SAMPUL JUDUL…………………………………………. i

HALAMAN JUDUL……………………………………………………... ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT……………………………………. iii

TANDA PENGESAHAN USULAN PENELITIAN…………………… iv

DAFTAR ISI……………………………………………………………… v

DAFTAR TABEL………………………………………………………… vii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………... viii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1

A. Latar Belakang ……………………………………………………. 1


B. Rumusan Masalah…………………………………………………. 7
C. Tujuan Penelitian………………………………………………….. 7
D. Manfaat Penelitian………………………………………………… 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN


HIPOTESIS………………………………………………………………. 9

A. Kajian Pustaka……………………………………………………… 9
1. Pencegahan Fraud…...………………………………………… 9
a. Pengertian Pencegahan Fraud…………………………… 9
b. Pengukuran Pencegahan Fraud………………………….. 11
2. Pengendalian Internal Penjualan E-ticket…………………… 17
a. Pengertian Pengendalian Internal……………………….. 17
b. Pengukuran Pengendalian Internal………………............ 18
3. Moralitas Manajemen…………………………………………. 24
a. Pengertian Moralitas Manajemen……..………………… 24
b. Pengukuran Moralitas Manajemen……………………….. 26

vi
B. Penelitian Sebelumnya………………………………………………… 26
C. Kerangka Pemikiran………………………………………………… 29
D. Hipotesis……………………………………………………………… 30

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………. 32

A. Jenis Penelitian……………………………………………………… 32
B. Lokasi Penelitian……………………………………………………. 33
C. Operasional Variabael………………………………………………. 34
D. Populasi dan Sampel………………………………………………… 35
E. Data Yang Diperlukan………………………………………………. 37
F. Metode Pengumpulan Data………………………………………….. 37
G. Pengujian Data………………………………………………………. 39
H. Analisi Data dan Teknik Analisis……………………………………. 40
I. Jadwal Penelitian……………………………………………………… 47
J. Sistematika Penulisan…………………………………………………. 48
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 49

vii
DAFTAR TABEL

Tabel I. 1 Data Pendapatan PT. Kereta Api Indonesia (Persero)…….. 6

Tabel II.1 Tahap Perkembangan Moral………………………………… 25

Tabel II. 2 Persamaan Dan Perbedaan Penelitian Dengan Penelitian

Sebelumnya…………………………………………………… 28

Tabel III.1 Operasionalisasi Variabel …………………………………... 34

Tabel III.2 Jumlah Responden…………………………………………... 36

Tabel III. 3 Instrumen Statistik Deskriptif……………………………….. 41

Tabel IV. 1 Jadwal Penelitian…………………………………………….. 47

DAFTAR GAMBAR

Gambar II. 1 Kerangka Pemikiran…………………………………………. 30

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia bisnis yang semakin berkembang di Indonesia

saat ini, membuat perusahaan dituntut untuk menjalankan perusahaannya

dengan efektif efisien dan ekonomis, dalam pelaksanaannya perusahaan

akan dihadapkan pada beberapa kendala salah satunya ialah kecurangan,

kecurangan tersendiri telah mendapat banyak perhatian publik sebagai

dinamika yang menjadi pusat perhatian bagi para pelaku bisnis,

Transparency International Indonesia (TII) meluncurkan Corruption

Perseption Indeks (CIP) atau indeks persepsi korupsi pada tahun 2021,

ix
indeks ini menilai risiko korupsi di Indonesia yaitu sebesar 38 dari rentang

0-100, skor tersebut didapatkan dari persepsi masyarakat terhadap risiko

korupsi di Indonesia.

Fraud (Kecurangan) merupakan penipuan yang disengaja dilakukan

yang menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan

tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan (Betri,

2018:17). Fraud adalah demonstrasi yang disengaja untuk mengabaikan

pengaturan ke dalam termasuk strategi, kerangka kerja, dan teknik yang

memiliki efek yang tidak menguntungkan. Representasi yang salah atau

demonstrasi yang merosot yang diajukan secara independen atau dalam 2

pertemuan, perilaku menghalangi pihak atau perkumpulan lain (Silviana,

2020:1).

Perusahaan dapat berjalan efektif, efisien dan ekonomis tentu saja


1
harus dilakukan tindakan pencegahan kecurangan, pencegahan kecurangan

merupakan cara yang efektif dalam mengurangi kerugian akibat

kecurangan. Organisasi harus bertindak tegas terhadap para pelaku

kecurangan sehingga orang lain tidak berani untuk melakukan kecurangan

lagi. Usaha pencegahan selain mengurangi tindak kecurangan juga harus

memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan itu sendiri (Betri,

2018:204). Meskipun pencegahan fraud sudah ada bahkan bekerja dengan

baik oleh pelaku fraud akan tetapi pencegahan ini juga bisa digunakan

sebagai penghambat yang kuat bagi orang yang berupaya untuk

melaksanakan fraud (Silviana, et.al, 2020:78). Maka dari itu butuh

10
pengendalian internal sebagai salah satu cara untuk pencegahan fraud di

perusahaaan.

Pengendalian internal memiliki peran penting dalam upaya

pencegahan kecurangan. Pengendalian internal merupakan bagian dari

masing-masing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman

operasional perusahaan yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman

operasional perusahaan atau organisasi tertentu (Nurul, 2021:1). Dengan

adanya penerapan sistem pengendalian internal secara ketat, diharapkan

seluruh kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan baik menuju

tercapainya maksimalisasi profit. Bahkan tidak hanya dari segi operasional

yang akan berjalan dengan tertib dan baik sesuai prosedur, akan tetapi dari

segi finansial perusahaan juga dapat lebih termonitor dengan baik. Pada

dasarnya, faktor efisiensi dan efektivitas unit/perusahaan merupakan dua hal

yang juga merupakan sasaran diterapkannya pengendalian internal sebab,

jika pengendalian internal tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan,

maka kemungkinan besar (hampir dapat dipastikan) akan timbul yang

namanya inefisiensi (pemborosan sumber daya), yang pada akhirnya akan

membebani tingkat profitabilitas.

Moralitas terjadi apabila orang mengambil yang baik karena ia sadar

akan kewajiban dan tanggung jawabnya dan bukan karena ia mencari

keuntungan. Hal ini dapat diartikan bahwa moralitas merupakan sikap dan

perilaku yang baik, dimana seseorang tersebut tidak meminta balasan atau

tanpa pamrih (Muna dan Harris 2018). Moralitas manajemen akan

11
berhubungan pada kecenderungan seorang pegawai untuk melakukan

kecurangan. Oleh sebab itu, kecurangan dalam suatu lembaga akan

dipengaruhi oleh moralitas manajemen dari para pegawai yang bekerja

didalamnya. Setiap individu tersebut tentu memiliki level moralitas

beragam dan akan sangat berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan

bisa saja timbul. Seseorang yang memiliki penalaran moral yang rendah

memiliki perilaku berbeda dengan seseorang yang memiliki penalaran

moral yang tinggi saat menghadapi sebuah dilema etika.

Penelitian yang dilakukan oleh Elsa (2017), Lusi (2019), Widiyarta

(2018) dan Adi (2017) berpendapat bahwa Pengendalian Internal

berpengaruh positif terhadap Pencegahan Kecurangan, berbeda dengan

pendapat dari Lidia (2018) menyatakan bahwa Pengendalian Internal Tidak

Berpengaruh Terhadap Pencegahan Kecurangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2021), Tri, Dkk (2022), dan Reza

(2017) berpendapat bahwa Moralitas Manajemen berpengaruh positif

terhadap Pencegahan Kecurangan.

Kasus yang terjadi pada sistem pengendalian internal penjualan e-

ticket di PT.Kereta Api Indonesia, yang dikemukakan oleh Yohanes Isnanto

(2022) bahwa adanya masalah pembayaran di aplikasi KAI Access

menggunakan KAIPay, bermula saat Yohanes menggunakan KAIPay

12
sebagai alat pembayaran dan sudah memesan tiket kereta untuk pergi, tapi

setelah itu proses transaksi gagal namun saldo yang ada sudah terpotong, ia

menelepon pihak customer service KAI untuk dibantu dan diarahkan,

kemudian ia diminta melakukan identifikasi dan mengirimkan bukti histori

pembayaran sebagai bukti namun saat melihat di histori aplikasi KAI

Access tidak muncul histori transaksinya ,lalu saya harus bagaimana

ungkapnya, customer service tersebut mengatakan untuk melakukan

pemesanan ulang, sedangkan refund dilakukan selama 7 hari lamanya.

Padahal saya sedang ada kepentingan di luar kota dan dompet saya terbatas,

karena saya seorang mahasiswa, bukan pekerja.

mohon pihak KAI untuk membantu saya agar diselesaikan keluhan saya ini

ungkapnya (Sumber mediakonsumen).

Kasus selanjutnya yaitu server down pada aplikasi KAI Access yang

dikemukakan oleh Muhammad Sabki (2019), pengguna Kereta Api

Indonesia (KAI) mengeluhkan aplikasi KAI Access error. Penyebabnya

terjadi karena server down sejak pukul 11.08 WIB, keluhan ini banyak

dituangkan oleh netizen di twitter, pada penjelasannya melalui akun twitter

resmi @keretaapikita, KAI mengatakan gangguan pada sistem ticketing

yang terjadi disebabkan oleh tingginya traffic yang masuk ke database dari

Rail Ticketing Sistem “Akibatnya, terjadi hambatan berbagi pelayanan

kepada penumpang di stasiun maupun online,” ujar KAI, KAI

menambahkan akibat gangguan ini di stasiun pelayanan kepada penumpang

dilakukan secara manual seperti proses check-in, boarding, dan penjualan

13
tiket go-show. Gangguan juga berdampak kepada pembelian tiket secara

online di KAI Access, Web KAI, serta channel penualan resmi KAI

lainnya,”setelah gangguan pada senin pukul 11.08 WIB, sistem KAI sudah

kembali berfungsi dengan normal secara berangsur-angsur.” Jelas KAI

(Sumber CNBC Indonesia).

Kasus selanjutnya yaitu korupsi di PT.Kereta Api Indoneisa

(PT.KAI),yang dikemukakan oleh Dony Indra Ramadhan (2018) bahwa

adanya indikasi kecurangan korupsi yang dilakukan oleh mantan direktur

keuangan PT.KAI Achmad Kuntjoro sebesar 100 miliar rupiah. Kasus ini

bermula saat kerja sama penyertaan modal antara PT.KAI dengan PT

Optima Capital Management (PT OKCM) pada Juli-Desember 2008

sebesar 100 miliar rupiah. Dalam perjanjian tersebut OKC memberikan

jaminan asset sebsar Rp 120 miliar pada PT KAI. Dalam kerja sama itu PT

KAI dijanjikan mendapat keuntungan 11 persen dari nilai yang ditanamkan

dan pengembalian modal pokok pada akhir kerja samanya, namun hingga

batas waktu kerja sama yang ditentukan, PT OKCM tidak membayarkan

keuntungan 11 persen dan dana pokok sesuai yang dijanjikan. Begitu pula

dengan asset yang dijaminkan tidak dapat dicairkan oleh PT KAI. Selain

Achmad,direktur PT OKCM Haryo Kusumah juga ditetapkan sebagai

tersangka (Sumber detiknews.com).

PT.Kereta Api Indonesia (Persero) DIVISI III Palembang adalah

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menyelenggarakan jasa angkutan

kereta api yang meliputi angkutan penumpang dan angkutan barang.

14
Sebagai salah satu perusahaan BUMN terbesar di Indonesia dengan unit

bisnis yang kompleks PT. Kereta Api Indoneisa (Persero) DIVISI III

Palembang memiliki aktivitas dibidang penjualan tiket kereta api yang

sangat tinggi. Beberapa tahun belakangan ini PT Kereta Api Indonesia

(Persero) membuat sistem E-ticket atau electronic ticketing yang artinya

adalah suatu cara untuk mendokumentasikan semua informasi proses

penjualan tiket disimpan secara digital dalam sistem computer milik

perusahaan. Dengan jumlah aktivitas penjualan tiket kereta api online yang

sangat tinggi yang apabila tidak dikendalikan dengan baik maka

kemungkinan terjadinya kerugian dan kecurangan atas penjualan akan

meningkat.

Tabel I.1
Data Pendapatan PT.Kereta Api Indonesia (Persero) Dan Entitas Anak
Tahun 2017-2021

Tahun Pendapatan (Rp)


2017 19.137.416.272
2018 26.864.014.499
2019 26.251.715.281
2020 18.074.850.763
2021 17.916.775.924
Sumber : Penulis, 2022

Berdasarkan Tabel 1.1 diatas yang didapat peneliti dari laporan

keuangan PT.KAI , bahwa pendapatan mengalami penurunan beberapa

tahun terakhir, walaupun jumlah pendapatan tahun 2017-2019 mengalami

kenaikan dan penurunan tetapi jauh mengalami penurunan pada tahun 2020-

2021, beberapa kendala yang penulis temukan yaitu karena adanya covid-

19 para penumpang pun banyak melakukan pemesanan melalui online,

15
tetapi sistem pemesanan tiket Kereta Api online sering mengalami server

down sehingga menyulitkan penumpang untuk mengakses tiket via online,

para penumpang pun mengeluhkan gangguan sistem tersebut, hal ini

memunculkan resiko kerugian penjualan yang tidak terealisasi dengan baik

karena susahnya pengaksesan via online.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan dan

fenomena yang terjadi pada lingkungan perusahaan, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengendalian

Internal Penjualan E-ticket dan Moralitas Manajemen Terhadap

Pencegahan Kecurangan Pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

Divisi III Palembang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang, maka permasalahan yang

dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh pengendalian internal penjualan E-ticket terhadap

pencegahan kecurangan pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi

III Palembang?

2. Bagaimana pengaruh moralitas manajemen terhadap pencegahan

kecurangan pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi III

Palembang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka

penelitian ini dilakukan dengan tujuan :

16
1. Untuk mengetahui pengaruh pengendalian internal penjualan E-ticket

terhadap pencegahan kecurangan pada PT Kereta Api Indonesia

(Persero) Divisi III Palembang.

2. Untuk mengetahui pengaruh moralitas manajemen terhadap pencegahan

kecurangan pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi III

Palembang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi penulis

Merupakan pembelajaraan bagi peneliti untuk melakukan suatu

penelitian yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

serta untuk mengetahui pengaruh pengendalian internal penjualan E-

ticket dan moralitas manajemen terhadap kecurangan pada perusahaan

2. Manfaat bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan dan dapat

menjadi masukan bagi perusahaan dalam menyusun kebijakan

mengenai pengaruh pengendalian internal penjualan E-ticket dan

moralitas manajemen terhadap kecurangan pada perusahaan.

3. Manfaat bagi almamater

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk

menumbuhkan pengetahuan dan sebagai bahan refrensi tambahan untuk

penelitian ilmiah bagi mahasiswa.

17
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Pencegahan Fraud (Kecurangan)

a. Pengertiaan Pencegahan Fraud (Kecurangan)

Menurut Silviana dkk (2020:1) Fraud adalah tindakan

ketidakjujuran, tidak lurus hati, tidak adil yang dapat merugikan pihak lain.

Kecurangan juga dapat diartikan sebagai sebuah tindakan yang disengaja

untuk melanggar ketentuan internal yang mencangkup kebijakan system

dan prosedur yang memiliki dampak merugikan. Di masyarakat kecurangan

cenderung dikenal dengan sebutan korupsi.

Menurut Betri (2018:17) Fraud merupakan penipuan yang disengaja

yang menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan

tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan. Kecurangan

18
umumnya terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan penyelewengan

atau dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan adanya

pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan tersebut.

Bentuk- bentuk tekanan atau pressure yang menyebabkan seseorang

melakukan fraud (Betri 2018:23-24) yaitu:

1) Financial Pressure, tekanan-tekanan karena masalah keuangan tersebut

bias dipicu karena gaya hidup yang berlebihan, tidak puas dengan apa

yang didapat sekarang ini (rakus), dengan banyak hutang dan

tanggungan, dan lainnya.

2) Vice, kebiasaan buruk yang sudah mendarah daging dan tak bias

dihilangkan begitu saja, juga bisa membuat seseorang tergolong untuk

melakukan tindakan fraud, terlebih bila kebiasaan-kebiasaan tersebut

memerlukan dana yang cukup banyak, seperti: berjudi, minuman keras

dan prostitusi.

3) Work-related pressure, hubungan yang tidak baik dengan salah satu

pihak perusahaan juga bias membantu seseorang melakukan fraud.

Ketidakpuasan dalam pekerjaan yang disebabkan karena pihak lain yang

ada dalam perusahaan bias mendorong seseorang untuk melakukan

tindakan yang baik berupa fraud.

19
4) Other pressure, tekanan lain yang dilakukan seseorang hanya karena

ingin diakui sebagai orang yang telah sukses, maka seseorang dapat

melakukan apa saja termasuk fraud.

Fraud (kecurangan) adalah suatu kegiatan yang sengaja

dilakukan untuk menipu atau membohongi, sebuah metode atau cara

yang tidak dilakukan secara jujur untuk mengambil dan menghilangkan

uang, harta, hak kepemilikan orang lain yang sah, baik karena suatu

perbuatan atau akibat yang fatal dari perbuatan itu sendiri (Dien

2020:14).

Berdasarkan beberapa pendapat menurut Silviana dkk (2020:1),

Betri (2018:17), dan Dien (2020:14) dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengertian fraud (Kecurangan) merupakan tindakan disengaja yang

menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh yang dirugikan tersebut dan

memberikan keuntungan bagi oelaku kecurangan, seperti menipu,

korupsi, memperdaya atau dengan cara lainnya yang melanggar hukum

dan ketentuan perundangan yang berlaku. Pencegahan fraud

(Kecurangan) adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan untuk

mengurangi kerugian akibat kecurangan.

b. Pengukuran Pencegahan Kecurangan

20
Menurut Soemarso (2018 : 174) mencegah dan penanggulangan

terjadinya kecurangan dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Audit eksternal oleh akuntan public terhadap laporan keuangan.

2) Penerapan kode etik (code of conduct).

3) Adanya bagian internal audit.

4) Sertifikasi laporan keungangan oleh manajemen.

5) Audit eksternal terhadap Internal Control Over Financial

Reporting (ICOFR).

6) Tinjauan ulang oleh manajemen.

7) Komite audit independen.

8) Hotline.

9) Program pendukung karyawan.

10) Pelatihan tentang kecurangan kepada manajer/eksekutif.

11) Pelatihan tentang keungan kepada karyawan biasa.

12) Kebijakan anti kecurangan.

13) Pembentukan departemen, fungsi, atau tim khusus yang

menangani kecurangan.

14) Analisis dan monitoring.

15) Penilaian (assment) secara produktif dan formal risiko

keuangan.

16) Pemeriksaan secara acak (surprise audit).

Menurut Romney (2015:163:164) mencegah dan mendeteksi

penipuan dan penyalahgunaan:

21
1. Membuat penipuan agar tidak terjadi

a) Menciptakan budaya organisasi yang menekankan integritas dan

komitmen untuk nilai etis dan kompetensi.

b) Mengadopsi struktur organisasi, filosofi manajemen, gaya

operasional, dan risiko yang menimalkan kemungkinan

penipuan.

c) Membutuhkan pengawasan komite audit yang aktif, terlibat, dan

independen dari dewan direksi.

d) Meneteapkan otoritas dan tanggung jawab untuk tujuan bisnis

atas departemen dan individu tertentu, mendorong mereka untuk

menggunakan inisiatif untuk menyelesaikan masalah, dan

menjaga tanggung jawab mereka untuk mencapai tujuan

tersebut.

e) Mengimplementasikan kebijakan sumber daya manusia untuk

memperkerjakan, mengompensasi, mengevaluasi,

mempromosikan, dan menegur karyawan dengan mengirimkan

pesan mengenai tingkat perilaku etis dan integritas yang

diisyaratkan.

f) Mengembangkan kebijakan serangakaian antipenipuan

komprehensif yang dengan jelas menentukan ekspetasi untuk

perilaku yang jujur dan etis serta menjelaskan konsekuensi

tindakan yang tidak jujur dan curang.

22
g) Secara efektif mengawasi karyawan, termasuk memonitor

kinerja mereka dan memperbaiki keslahan mereka.

h) Memberikan karyawan program dukungan, hal ini memberikan

tempat bagi karyawan untuk berpaling ketika mereka

menghadapi tekanan yang mungkin dapat mendorong mereka

melakukan penipuan.

i) Menjaga jalur komunikasi terbuka dengan karyawan, pelanggan,

pemasok, dan pihak eksternal yang relevan (bank, regulator,

otoritas,pajak,dll)

j) Membuat dan mengimplementasikan kode etik perusahaan

dalam bentuk tertulis atas harapan perusahaan terhadap

karyawannya.

k) Melatih karyawan dalam integritas dan mempertimbangkan etis,

serta pengukuran keamanan dan pencegahan penipuan.

l) Mensyaratkan liburan karyawan tahunan dan menandatangani

perjanjian rahasia, serta periodic merotasi karyawan penting.

m) Mengimplementasikan pengembangan proyek formal dan ketat,

dan pengendalian akusisi, serta pengendalian manajemen

perubahan.

n) Meningkatkan hukuman karena melakukan penipuan dengan

menuntut pelaku penipuan dengan menuntut pelaku penipuan.

2. Mengembangkan Keadilan Dalam Melakukan Penipuan

23
a) Mengembangkan dan mengimplementasikan sistem

pengendalian internal yang kuat.

b) Memisahkan fungsi akuntansi atas otoritas, pencatatan, dan

penyimpangan.

c) Mengimplementasikan pemisahan tugas yang jelas antar fungsi

sistem.

d) Menjaga transaksi dan akticitas agar diotorisasi dengan personel

yang berwenang.

e) Meminta transaksi dan aktivitas agar diotorisasi dengan personel

supervisor yang sesuai. Memiliki sistem yang mengidentifikasi

orang dan hak mereka untuk melakukan transaksi, sebelum

mengizinkan transaksi terjadi.

f) Menggunakan dokumen dan catatan yang dirancang dengan

benar untuk menangkap dan memproses transaksi.

g) Menyimpan semua asset, catatan, dan data.

h) Mensyaratkan pengecekan independen pada kinerja, seperti

rekonsiliasi dua perngkat catatan yang independen.

i) Mengimplementasikan pengendalian berbasis computer atas

input data, pemrosesan computer, penyimpangan data, tranmisi

data, dan output informasi.

j) Ketika akan membuang computer yang digunakan, hancurkan

perangkat keras untuk menjaga kriminal dari memperoleh data

kembali

24
k) Mengenskripsi data dan program yang disimpan dan

ditransmisikan agar terlindung dari akses dan penggunaan yang

tidak sah.

l) Ketika membuang komputer yang digunakan, menghancurkan

hard drive untuk menjaga kriminal dari penambahan daur ulang

hard drive.

m) Memperbaiki kerentanan perangkat lunak dengan menginstal

pembaruan sistem operasional, serta keamanan dan program

aplikasi.

3. Meningkatkan Metode Pendeteksian

a) Mengembangkan dan mengimplementasikan program penilaian

risiko penipuan yang mengevaluasi kemungkinan dan besarnya

aktivitas penipuan, dan menilai proses dan pengambilan yang

dapat mencegah dan mendeteksi penipuan potensial.

b) Membuat jejak audit agar transaksi individual dapat ditelusuri

melalui sistem ke lapooran keunagan dan data laporan keuangan

dapat ditelusuri kembali ke transaksi individual.

c) Melakukan audit internal dan eksternal secara periodic, dan juga

audit keamanan jaringan khusus, ini sangat dapat membantu jika

dilakukan dengan waktu yang mendadak.

d) Menginstal perangakat lunak pendeteksian penipuan.

e) Mengimplementasikan hotline penipuan.

25
f) Memotivasi karyawan untuk melaporkan penipuan dengan

mengimplementasikan penghargaan wristieblower (pengungkap

aib) dan perlindungan bagi mereka yang melakukannya.

g) Memperkerjakan petugas keamanan computer, konsultan

computer, dan spesialis forensic yang dibutuhkan.

h) Memonitor aktivitas sistem, termasuk upaya keamanan jaringan

dan komputer penggunaan dan log kesalahan, dan semua

tindakan kejahatan lainnya. Menggunakan sistem pendeteksian

instrusi (gangguan) untuk membantu mengotomatisasi proses

pemantauan.

4. Mengurangi Kerugian Penipuan

a) Menjaga asuransi yang memadai.

b) Mengembangkan kontingensi penipuan yang komprehemsif,

pemulihan bencara, dan rencana kelangsungan bisnis.

c) Menyimpan salinan backup program dan file data dalam lokasi

luar yang aman.

d) Menggunakan perangkat lunak untuk memonitor aktivitas

sistem dan pemulihan dari penipuan.

26
Berdasarkan beberapa pendapat menurut Soemarso (2018: 174) dan

Romney (2015:163:164) dapat disimpulkan bahwa pengukuran dari

pencegahan kecurangan adalah:

1) Menciptakan dan memelihara budaya kejujuran dan etika yang

tinggi.

2) Melaksanakan evaluasi atas proses anti-fraud dan pengendalian.

3) Mengembangkan proses pengawasan yang memadai.

2. Pengendalian Internal Penjualan E - ticket

a. Pengertian Pengendalian Internal

Pengendalian internal merupakan salah satu kunci organisasi dalam

mencapai tujuannya. Sistem pengendalian internal merupakan kunci

bagaimana organisasi menjaga dirinya dari hal-hal yang tidak diinginkan

termasuk oleh stafnya sendiri. Pengendalian internal dirancang oleh

manajemen dan dilakukan oleh personel di semua tingkatan organisasi

untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi dengan menjamin efisiensi

dan efektivitas. Kendala catatan keuangan, dan kepatuhan terhadap

peraturan yang ada. (Faiz dan Muhklis 2018-71)

Pengendalian internal merupakan bagian dari masing-masing system

yang dopergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional perusahaan

atau organisasi tertentu. Penggunaan system pengendalian internal untuk

mengarahkan operasi perusahaan untuk mencegah terjadinya

penyalahgunaan system. (Lathifaf 2021:1)

27
Sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode dan

ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga asset organisasi,

mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan

mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. (Mulyadi: 2019: 129)

Berdasarkan beberapa pendapat menurut Faiz dan Muhklis (2018-

71), Lathifah (2021:1), Mulyadi (2019:129), maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa pengendalian internal adalah suatu proses yang

dijalankan oleh dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya guna

terhindar dari segala bentuk penyelewengan, dan dirancang untuk

memberikan jaminan yang wajar mengenai pencapaian dengan tujuan

mengamankan asset, meningkatkan efisiensi operasional, dan memastikan

kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.

b. Pengukuran Pegendalian Internal

Menurut Romney dan Steinbert (2019: 231-249), unsur pengendalian

internal adalah sebagai berikut:

1) Lingkungan Internal

Lingkungan internal (internal control), atau budaya perusahaan

mempengaruhi cara organisasi menetapkan strategi dan tujuannya, yaitu

membuat struktur aktivitas bisnis, dan mengidentifikasi nilai menilai

serta merespond risiko.

28
2) Penetapan Tujuan

Penetapan tujuan adalah komponen EEM yang kedua manajemen

menentukan hal ingin dicapai oleh perusahaan sering disebut dengan

visi atau misi perusahaan.

3) Identifikasi Kejadian

Identifikasi kejadian (event) sebagi sebuah insiden atau peristiwa yang

berasal dari sumber-sumber internal atau eksternal yang mempengaruhi

implementasi strategi atau pencapaian tujuan.

4) Penilaian Risiko dan Responds Risiko Selama proses penetapan tujuan,

manajemen harus merinci tujuan-tujuan mereka dengan cukup jelas agar

risiko dapat diidentifikasi dan dinilai.

5) Aktifitas Pengendalian Aktifitas pengendalian (internal control) adalah

kebijakan prosedur dan aturan yang memberikan jaminan memadai

bahwa tujuan pengendalian telah di capai dan respond risiko dilakukan.

6) Informasi dan komunikasi Sistem informasi dan komunikasi haruslah

memperoleh dan mempertukarkan informasi yang dibutuhkan untuk

mengatur, mengelola dan mengendalikan operasi perusahaan.

7) Pengawasan Sistem pengendalian internal diukur dengan menggunakan

evaluasi formal atau evaluasi berkelanjutan, dievaluasi dan dimodifikasi

sesuai kebutuhan.

29
Sedangkan ikatan Banker Indonesia (2020:95-99) COSO menjabarkan

lima komponen dan tujuh belas prinsip pengendalian internal yaitu:

1. Lingkungan pengendalian (Control Environment)

a) Organisasi menunjukkan komitmen terhadap integritas dan nilai-

nilai etika

b) Dewan direksi menunjukkan independensi dari manajemen dan

melaksanakan pengawasan terhadap pengembangan dan

pelaksanaan pengendalian intern.

c) Dengan pengawasan dewan direksi, manajemen menetapkan

struktur, jalur pelaporan, sekaligus wewenang dan tanggung jawab

yang diperlukan untuk mecapai tujuan.

d) Organisasi menegaskan bahwa masing-masing individu

bertanggung jawab dalam pengendalian intern dalam rangka

mencapai tujuan organisasi.

2. Penilaian resiko

a) Organisasi menentukan tujuan yang spesifik sehingga

memungkinkan identifikasi dan penilaian resiko yang terkait dengan

tujuan.

b) Organisasi mengidentifikasi resiko yag terkait dengan pencapaian

tujuan diseluruh entitas dan menganalisis resiko untuk menjadi dasar

bagaimana seharusnya risiko tersebut dikelola

c) Organisasi mempertimbangkan potensi fraud dalam penelitian risiko

30
d) Organisasi mengidentifikasi dan menilai perubahan yang

memengaruhi system pengendalian intern secara signifikan.

3. Aktivitas pengendalian

a) Organisasi memilih dan mengembangkan aktiftas pengendalian

yang berkontribusi terhadap migrasi risiko sampai pada tingkat yang

dapat diterima dalam rangka pencapaian tujuan

b) Organisasi memilih dan mengembangkan aktivitas pengendalian

secara umum terkait teknologi dalam rangka pencapaian tujuan

c) Organisasi mulai menyebarkan aktivitas pengendalian melalui

kebijakan mengenai implementasi kebijakan tersebut.

4. Informasi dan komunikasi

a) Organisasi memperoleh atau menghasilkan informasi yang

berkualitas dan relevan untuk mendukung berfungsinya

pengendalian intern.

b) Organisasi secara internal mengomunikasikan informasi, termasuk

tujuan dan tanggung jawab pengendalian intern, untuk mendukung

berfungsinya pengendalian Intern.

c) Organisasi berkomunikasikan dengan pihak eksternal terkait hal-hal

yang mempengaruhi fungsi pengendalian intern.

5. Aktivitas pemantauan

31
a) Organisasi memilih, mengembangkan, dan melaksanakan evaluasi

yang sedang berlangsung atau terpisah untuk memastikan seluruh

komponen pengendalian intern ada dan berfungsi.

b) Organisasi mengevaluasi dan mengomunikasikan kekurangan

pengendalian intern pada pihak yang bertanggung jawab, termasuk

manajemen dan dewan direksi, untuk diambil tindakan korektif,

apabila diperlukan.

Menurut Soemarso (2018: 327- 333) menyebutkan adanya lima

komponen pengendalian intern sebagai berikut:

1. Lingkungan pengendalian (Control invironmen) lima prinsip yang perlu

diperhatikan yaitu:

a) Komitmen terhadap integritas dan nilai-nilai etika.

b) Komitmen terhadap kompetensi.

c) Idependensi dewan komisaris terhadap direksi dalam

melaksanakan fungsi pengawasan.

d) Struktur, jalur pelaporan, penetapan wewenang dan tanggung

jawab yang tepat.

e) Penetapan akuntabilitas yang jelas bagi setiap individu.

2. Penilaian resiko

32
a) Penjabaran tujuan organisasi (perusahaan) secara spesifik

sehingga identifikasi dan penilaian risiko dapat dikaitkan

dengannya.

b) Pengidentifikasian risiko dikaitkan dengan tujuan organisasi untuk

semua bagian (kegiatan) perusahaan.

c) Penilaian (assessment) terhadap resiko dengan

mempertimbangkan kemungkinan terjadinya kecurangan.

d) Pengidentifikasian dan penilaian terhadap perubahan risiko yang

berpengaruh terhadap pengendalian internal.

3. Kegiatan pengendalian

a) Pengendalian harus dapat memitigaskan risiko perusahaan ke

tingkat yang dapat diterima.

b) Pengendalian umum general controls terhadap teknologi perlu di

keambangkan untuk mendukung pencapaian tujuan.

c) Pengendalian mencakup kebijakan dan prosedur.

4. Informasi dan Komunikasi

a) Pengunaan informasi yang relevan dan berkualitas untuk

mendukung berfungsinya pengendalian internal.

b) Mengkomunikasikan informasi kepada pihak internal untuk

mendukung berfungsinya pengendalian internal.

5. Pemantauan

a) Penilaian terhadap berfungsinya pengendalian intern dilakukan

secara terus-menerus secara terpisah.

33
b) Mengomunikasikan kelemahan pengendalian intern dilakukan

pada waktu yang tepat kepada pihak yang bertanggung jawab

terhadap tindakan koreksi, termasuk direksi manajemen senior,

dan dewan komisaris, jika diperlukan.

Dari beberapa pendapat tentang lima unsur pokok

pengendalian internal Romney dan Steinbert (2019:231-249), ikatan

Banker Indonesia (2020:95-99), dan Soemarso (2018: 327-333) maka

dapat disimpulkan bahwa pengukuran pengendalian internal sebagai

berikut :

1) Lingkungan Pengendalian

2) Penaksiran Resiko.

3) Informasi dan Komunikasi

4) Aktivitas Pengendalian

5) Pemantauan.

3. Moralitas Manajemen

a. Pengertian Moralitas Manajemen

Menurut Muna & Harris (2018) moralitas terjadi apabila orang

mengambil yang baik karena ia sadar akan kewajiban dan tanggung

jawabnya dan bukan karena ia mencari keuntungan. Hal ini dapat diartikan

bahwa moralitas merupakan sikap dan perilaku yang baik, dimana

seseorang tersebut tidak meminta balasan atau tanpa pamrih.

34
Moralitas merupakan factor penting dalam timbulnya kecurangan.

Kecenderungan kecurangan akuntansi juga dipengaruhi oleh moralitas orang yang

terlibat didalamnya. Dalam suatu perusahaan atau instansi moralitas manajemen

sangat berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi yang mungkin

timbul dalam perusahaan atau instansi tersebut. Semakin tinggi tahapan moralitas

manajemen,semakin manajemen memperhatikan kepentingan yang lebih luas dan

universal daripada kepentingan perusahaan semata, terlebih kepentingan

pribadinya.

b. Pengukuran Moralitas Manajemen

Menurut penelitian (Damayanti, 2016) Indikator Moralitas manajemen

adalah :

1.Disiplin saat membuat laporan keuangan.

2.Keterikatan dengan otonomi yang bertanggung jawab

3.Membuat laporan dengan benar

B. Penelitian Sebelumnya

35
Penelitian Elsa Mulinda (2017) Universitas Pasundan Bandung

dengan judul : “ Pengaruh Audit Internal Terhada Pengendalian Internal

Penjualan E-ticket Dan Dampaknya Terhadap Pencegahan Fraud (Studi

Pada PT Kereta Api Indonesia Persero) “ Teknik analisis yang digunakan

yaitu Regeresi Linier Berganda. Teknik pengambilan sample yang

digunakan yaitu pengujian hipotesis secara parsial dengan menggunakan uji

t. Secara parsial pengendalian internal penjualan e-ticket berpengaruh

terhadap pencegahan fraud.

Penelitian Lusi (2019) Universitas Muhammadiyah Sukabumi

dengan judul : “ Pengaruh Pengendalian Internal Terhadap Pencegahan

Kecurangan (Studi kasus pada CV. Agung Mas Motor Kota Sukabumi) “

Hasil penelitian berdasarkan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa

pengendalian internal berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan.

Penelitian yang dilakukan Sari, Dkk (2021) Universitas Pancasila

dengan judul : “Pengaruh Pengendalian Internal, Ketaatan Aturan Akutansi,

Kepuasan Kerja Dan Moralitas Manajemen Terhadap Pencegahan

Kecenderungan Akutansi (Studi Pada Perusahaan Jasa Kebersihan PT.

KJC) “. Metode analis yang digunakan yaitu analisis linier berganda. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan anatara

moralitas manajemen terhadap pencegahan kecurangan akutansi.

Penelitian yang dilakukan Reza (2017) Universitas Pasundan

Bandung dengan judul : “Pengaruh Pengendalian Internal, Kepuasan Kerja,

36
Moralitas Manajemen Dan Budaya Etis Organisasi Terhadap Pencegahan

Kecerungan (Studi Pada PT Kereta Api Indonesia) “. Metode analis yang

digunakan yaitu analisis linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara moralitas manajemen

terhadap pencegahan kecurangan akutansi.

37
Tabel II.2
Persamaan dan Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Sebelumnya

No. Nama Peneliti,Tahun,dan Persamaan Perbedaan


Judul Peneliti
1. Elsa (2017), Pengaruh Audit Sama-sama Perbedaan
Internal Terhadap Pengendalian menggunakan variabel pada
Internal Penjualan E-ticket Dan pengendalian internal variabel
Dampaknya Terhadap penjualan e-ticket dan pengaruh
Pencegahan Fraud (Studi Pada pencegahan kecurangan audit
PT Kereta Api Indonesia internal
Persero)
2. Lusi (2019), Pengaruh Sama-sama Objek
Pengendalian Internal Terhadap menggunakan variabel Penelitian
Pencegahan Kecurangan (Studi pengendalian internal
kasus pada CV. Agung Mas dan pencegahan
Motor Kota Sukabumi) kecurangan sebagai
variabel independen dan
dependen
3. Sari, Dkk (2021) Pengaruh Sama-sama Objek
Pengendalian Internal, Ketaatan menggunakan variabel Peneli
Aturan Akutansi, Kepuasan pengendalian Tian
Kerja Dan Moralitas internal,moralitas
Manajemen Terhadap manajemen dan
Pencegahan Kecurangan pencegahan kecurangan
Akutansi (Studi Pada akutansi sebagai
Perusahaan Jasa Kebersihan PT. variabel independen dan
KJC) dependen
4. Reza (2017), Pengaruh Sama-sama Perbedaan
Pengendalian Internal, menggunakan variabel pada
Kepuasan Kerja, Moralitas pengendalian variabel
Manajemen Dan Budaya Etis internal,moralitas kepuasaan
Organisasi Terhadap manajemen dan kerja,budaya
Pencegahan Kecerungan (Studi pencegahan kecurangan etis
Pada PT Kereta Api Indonesia) sebagai variabel organisasi
independen dan
dependen

5. Lidia (2018), Pengaruh Sama-sama Objek


Penerapan Pengendalian menggunakan variabel penelitian
Internal, Komitmen, Organisasi pengendalian internal
Dan Budaya Organisasi dan kecenderungan
Terhadap Kecenderungan kecurangan sebagai
Kecurangan (Fraud) Pada

38
Perusahaan Pembiayaan Kota variabel independen dan
Bengkulu dependen

Sumber : Penulis, 2022

C. Kerangaka Pemikiran

1.Pengaruh Pengendalian Internal Penjualan E-ticket terhadap

Pencegahan Kecurangan

Abdul Nasser dkk (2020:191) menyatakan bahwa pengendalian

internal merupakan sistem penting untuk diterapkan pada perusahaan baik

perusahaan berskala besar, menengah maupun kecil. Pengendalian yang

diterapkan perusahaan sangat berguna untuk mencegah terjadinya

penyimpangan terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Dapat juga digunakan

untuk mendeteksi kesalahan dan pencegahan kecurangan.

Wahyudi (2018:1) menyatakan bahwa pengendalian internal

mencakup proses yang dipengaruhi oleh unsur pimpinan dan anggota dalam

suatu organisasi untuk manjamin keamanan asset, kepatuhan terhadap

peraturan, akurasi pelaporan, dan terlaksananya kegiatan secara efisien dan

efektif. Pengendalian internal didesain untuk kepentingan organisasi dalam

mencapai tujuan. Menurut Nur Lazimatul, dkk (2020:7) menyakatan bahwa

Upaya pengamanan asset antara lain dapat dilakukan melalui pengendalian

internal. Pengendalian internal yang lemah ataupun longgar merupakan

salah satu factor yang paling mengakibatkan kecurangan tersebut terjadi.

39
2. Pengaruh Moralitas Manajemen terhadap Pencegahan Kecurangan

Moralitas merupakan faktor penting dalam perusahaan/instansi

pemerintah moralitas manajemen sangat berpengaruh terhadap pencegahan

kecurangan, semakin tinggi moralitas manajemen, semakin manajemen

berusaha menghindari diri dari kecurangan. Moralitas manajemen yang

diterapkan pada sebuah perusahaan/instansi berjalan dengan baik maka akan

menumbuhkan sikapkerja yang baik pula dan menghindari adanya

kecurangan.

Penjelasan teori dan penelitian sebelumnya, maka kerangka

pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut:

Gambar II.1

Kerangka Pemikiran

Pengendalian
Internal Penjualan
E-ticket (𝑿𝟏 ) H1

Pencegahan
Kecurangan (Y)

𝐻2

Sumber: Penulis, 2022

40
D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono 2018:63). Berdasarkan kerangka

pemikiran sebelumnya, maka hipotesis diajukan sebagai jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

𝐻1 = Pengendalian intenal penjualan E-ticket berpengaruh signifikan

terhadap pencegahan kecurangan.

𝐻2 = Moralitas manajemen berpengaruh signifikan terhadap pencegahan

kecurangan.

41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara atau prosedur yang digunakan

untuk melakukan penelitian, sehingga mampu menjawab rumusan masalah dan

tujuan penelitian. Menurut Sugiyono (2017: 18-20) menyatakan bahwa ada

beberapa jenis penelitian dilihat dari tingkat ekspanasi:

1) Penelitian Deskriptif

Penelitian deskriptif adalah penelitian terhadap keberadaan variable

mandiri, baik hanya satu atau lebih

2). Penelitian Komperatif

Peneltian kompereatif adalah suatu penelitian yang bersifat

membandingkan atau berupa hubungan sebab-akibat antara dua variable

atau lebih.

3). Penelitian Asosiatif

Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan dua variable atau lebih.

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriftif dan asosiatif. Deskriptif adalah penelitian yang

dilakukan untuk mengetahui keberadaan variabel pengaruh pengendalian

internal penjualan E-ticket dan moralitas manajemen terhadap pencegahan

kecurangan pada PT.KAI Palembang.

42
A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada salah satu perusahaan yang bergerak

dalam bidang jasa transportasi angkatan darat yaitu PT. Kereta Api

Indonesia Divisi Regional III Palembang. Berdasarkan data yang

diperoleh melalui survey dan wawancara yang terletak di Jln. Jendral A

Yani 13 Ulu Kec.Seberang Ulu II Palembang, Sumatera Selatan 30116.

B. Operasional Variable

Menurut Sugiyono (2018:39) operasional variable atau variable

penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Operasional variable

yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada table

berikut:

Tabel III.1
Operasionalisasi Variabel

43
No Variabel Definisi Indikator Skala
.
1. Pencegahan Fraud (Kecurangan) 1. Membuat Ordinal
Kecurangan merupakan tindakan penipuan agar
(Y) yang disengaja yang tidak terjadi
2. Mengembangka
menimbulkan kerugian
n keadilan
tanpa disadari oleh dalam
pihak yang dirugikan melakukan
tersebut dan penipuan
memberikan keuntungan 3. Meningkatkan
bagi pelaku kecuran metode
gan, seperti menipu, pendeteksian
4. Mengurangi
korupsi, memberdaya
kerugian
atau dengan cara lainnya penipuan
yang melanggar hukum
dan ketentuan
perundangan yang
berlaku, Pencegahan
kecurangan adalah
aktivitas yang
dilaksankan untuk
mengurangi kerugian
akibat kecurangan.

2. Pengendalia Pengendalian internal 1. Lingkungan Ordinal


n Internal merupakan salah satu Pengendalian
Penjualan kunci organisasi dalam 2. Penaksiran
Risiko
E-ticket mencapai tujuannya.
3. Informasi Dan
(X1) Sistem pengendalian Komunikasi
internal merupakan 4. Aktivitas
kunci bagaimana Pengendalian
organisasi menjaga 5. Pemantauan
dirinya dari hal-hal yang
tidak diinginkan
termasuk oleh stafnya
sendiri. Pengendalian
internal dirancang oleh
manajemen dan
dilakukan oleh personel
di semua tingkatan

44
organisasi untuk
mencapai tujuan dan
sasaran organisasi
dengan menjamin
efisiensi dan efektivitas.
Kendala catatan
keuangan,dan kepatuhan
terhadap peraturan yang
ada
3. Moralitas Moralitas manajemen 1. Disiplin saat Ordinal
Manajemen merupakan sikap atau membuat
(X2) tindakan yang dilakukan laporan
keuangan
manajemen untuk
2. Keterikatan
mengambil keputusan dengan otonomi
dan menyajikan laporan yang
keunagan sesuai standar bertanggung
akuntansi yang berlaku. jawab
3. Membuat
laporan dengan
benar
Sumber: Penulis, 2022

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2018:80) populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempengaruhi kualitas dan

karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti ubtuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pendapat yang

dikemukakan oleh Sugiyono di atas, maka dalam populasi ini yang akan

ditentukan oleh penulis adalah berasal dari karyawan yang berhubungan

dengan Pengaruh Pengendalian Internal Penjualan E-ticket dan Moralitas

Manajemen Terhadap Pencegahan Kecurangan di PT.Kereta Api Indonesia

Divisi III Palembang, dengan total 35 Responden.

45
1. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Digunakan penelitian sampel aoabila kita bermaksud

untuk menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian

sebagi sesuatu yang berlaku bagi populasi. Metode sampel yang akan

digunakan pada penelitian ini adalah samping jenuh, yang mana sampling

jenuh adalah teknik penentuan sampel bisa semua anggota populasi

dugunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi

relatif kecil (Sugiyono 2018: 81-85). Responden yang digunakan dalam

peneliti adalah karyawan yang berhubungan dengan Pengaruh

Pengendalian Internal Penjualan E-ticket dan Moralitas Manajemen

Terhadap Pencegahan Kecurangan di PT.Kereta Api Indonesia Divisi III

Palembang.

Tabel III.2
Jumlah Responden
No Nama Jabatan Jumlah Responden

1 Staff Administrasi Keuangan 25

2 Angkutan Fasilitas 8

3 Staff Loket 8

4 Polsuska 4

5 Security 5

Jumlah 50

46
2. Data yang Diperlukan
Menurut Sugiyono (2018:137) dan penelitian dapat dibedakan

menjadi dua yaitu:

1) Data Primer, yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpulan data.

2) Data Sekunder, yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpulan data kepada pengumpulan data, misalnya lewat

orang lain atau lewat dokumen.

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.

Data primer yang digunakan berupa kuesioner dan wawancara.

3. Metode Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2018: 137-145) menyatakan bahwa teknik

pengumpulan data penelitian yang dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

1) Interview (Wawancara)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan

yang harus diteleliti, dan juga apabila peneliti ingin mengatahui hal-hal

dari responden sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan

diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-

tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Wawancara

47
dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan

menggunakan telepon.

2) Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepasa responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variable

yang akan diukur dan tahu apa yang bias diharapkan dari responden.

Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup

besar dan tersebar di wilayah yang luas.

3) Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang

spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara

dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi

dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga

obyek-obyek alam yang lain.

48
Metode pengumpulan dana yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan wawancara dan kuesioner, Wawancara

digunakan sebagai teknik pengumpulan data dalam melakukan studi

pengahuluan menemukan permasalahan yang akan diteliti. Kuesioner

yakni teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan dan pernyataan tertulis kepada responden untuk

di jawab.

4. Pengujian Data

1. Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2018: 267) validitas merupakan derajat

ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya

yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Pengujian validitas itu mengacu

pada sejauh mana suatu instrument dalam menjalankan fungsi

instrument dikatakan valid jika instrument tersebut dapat digunakan

untuk mengukur apa yang hendak diukur.

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir

dalam suatu daftar (kontruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu

variabel.

Validitas didefinisikan sebagai sejauh mana ketepatan dan kecermatan

suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Acep Edison,

2014:20). Kriteria pengujian validitas jika r hitung > r table dapat

dikatakan memenuhi syarat validitas (Acep Edison, 2014: 24)

49
a. Jika product moment melebihi 0,3

b. Jika pearson korelasi product melebihi > r table

c. Nilai sig ≤ 𝛼

2. Uji Reliabilitas

Sugiyono (2018:268) menjelaskan bahwa reabilitas sebagi konsistensi

dan stabilitas data atau temuan. Untuk menguji reabilitas dalam penelitian

ini digunakan koefisien Cronbach’s Alpha dengan bantuan program SPSS.

Uma Sekaran dan Roger Bougie (2017: 115) menyakatan semakin dekat

Cronbach Alpha dengan 1, semakin tinggi reliabilitas konsistensi internal.

Cronbach Alpha > 0,60 maka reliable

Cronbach Alpha < 0,60 maka tidak reliable

5. Teknik Analisis

1. Analisis Statistik Deskriptif

Sugiyono (2018:147) menejlaskan statistic deskriptif adalah statistic

yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan

atau mengambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya

tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi.

Menurut Nur dan Bambang (2018:164) statistic deskriftif adalah statistic

yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau

50
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi.

Skala pengukuran pada penelitian ini yaitu menggunakan skala ordinal

dan tipe analisis deskriptifnya yaitu urutan ranking median. Median adalah

pengukuran tendesi sentral berdasarkan nilai data yang terletak tengah-

tengah dari nilai distribusi data penelitian yang bersusun berurutan. Untuk

menentukan median variabel diambil dari nilai tertinggi dan terendah dari

total jawaban kuesioner, dan untuk menentukan median indicator variable

diambil dari skor kuesioner dan selanjutnya akan dibagi ke dalam kriteria

statistic deskriptif sebagai berikut:

Table III.3
Instrumen Statistik Deskriptif

Skor Variabel Skor Indikator Kriteria


20-24 0,1-1 Sangat rendah
25-28 1,1-2 Rendah
29-32 2,1-3 Sedang
33-36 3,1-4 Tinggi
37-40 3,1-5 Sangat rendah

Analisis statistik deskriptif pada penelitian ini akan memberikan

gambaran atau deksripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata

(mean), sum, standar deviasi, dan kriteria.

2. Analisis Statistik Infrensi

51
Menurut Khusnul dan Farid (2021:1) statistic infrensial yaitu bidang

ilmu pengetahuan statsitika yang mempelajari tata cara penarikan

kesimpulan-kesimpulan mengenai keseluruhan populasi, berdasarkan

data dalam suatu bagian dari populasi tersebut.

Analisis statistic deskriptif dalam penelitian ini memberikan

gambaran atai deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata

(mean), infrensial pada penelitian ini yaitu uji asumsi klasik

9normalitas, herskkedastisitas, dan multikolineritas) uji regresi linier

berganda, uji oefisiensi determinasi dan uji hipotesis.

a. Uji Asumsi Klasik

Romie (2017:116) menjelaskan asumsi klasik terdiri dari:

1. Uji Normalitas

Romie (2017:117-122) uji normalitas bertujuan untuk menguji

apakah suatu model regresi, variabel bebas dan variabel terikat

mempunyai distribusi normal atau tidak normal. Model regresi yang

baik adalah memiliki nilai residual yang distribusi normal. Beberapa

metode uji normalitas yaitu dengan melihat penyebaran data pada

sumber diagonal pada grafik normal P-P Plot Of Regression atau dengan

uji One Sample Kolmogrov Smirnov. Dasar pengambilan keputusan

untuk pengujian normalitas dengan One Sample Kolmogrov Smirnov

yaitu:

(i) Jika nilai signifikan >0,05 maka nilai residual tersebut normal.

52
(ii) Jika nilai signifikan <0.05 maka nilai residual tersebut tidak

normal.

2. Uji Multikolinieritas

Romie (2017:123-128) multikolinieritas adalah ditemukan adanya

korelasi yang sempurna atau mendekati sempurna antara variable

independen pada model regresi. Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Dilihat nilai tolerance dan

infaction factor (VI). Diketahui nilai tolerance >0.1 dari nilai VIF <10

maka disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi.

3. Uji Heteroskedasitas

Romie (2017:123-128) heteroskedasitas adalah keadaan yang mana

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari residu pada suatu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji heteroskedasitas suatu

keadaan dimana varians dan kesalahan penggangu tidak konstan untuk

semua variabel bebas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi

heteroskedasitas. Uji heteroskedasitas dapat dilakukan dengan cara

menggunakan uji scatterplot yaitu dengan menguji tingkat

signifikansinya. Apabilaada pola tertentu dan tidak menyebar diangka 0

maka tidak terjadi heteroskedasitas, sebaliknya apabila terdapat pola

tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola yang teratur maka

terjadi heteroskedasitas.

b. Analisis Regresi Linier Berganda

53
Menurut Syofian (2017:226) mendefinisikan bahwa regresi

berganda adalah pengembangan dari regresi linier sederhana, yaitu

sama-sama alat yang digunakan untuk memprediksi permintaan di masa

yang akan datang berdasarkan data masa lalu atau untuk mengetahu

pengaruh satu atau lebih variabel bebas independent terhadap satu

variabel tas bebas dependent. Penilaian secara objektif pada tingkat dan

ciri-ciri hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat koefisien

regresi secara relative menunjukkan pentingnya setiap variabel bebas

dalam prediksi variabel terikat (Uma dan Roger,2017:139).

Y = 𝛼 + 𝛽1𝑋1 + 𝛽2𝑋2 + 𝑒

Keterangan :

Y : Pencegahan kecurangan

] 𝛼 : Nilai Konstanta

𝛽1 − 𝛽2 : Koefisien regresi

X1 : Pengendalian internal penjualan E-ticket

X2 : Moralitas Manajemen

e : Error

1. Uji Koefisien Determinasi (𝑅 2 )

Syofian (2017:202) menjelaskan koefisien determinasi (KD) adalah

yang menyakatakan atau digunakan untuk mengetahui kontribusi atau

54
sumbangan yang diberikan oleh sebuah variabel atau lebih X (bebas)

terhadap variabel Y (terikat). Koefisien determinasi (𝑅 2 ), memberikan

informasi tentang keseriusan kesepakatan model regresi mendekati poin

data sebenarnya.

Nilai dari koefisien ini antara 0 dan 1, jika hasil mendekati angka 0

bearti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

variabel dependen sangat terbatas. Sebaliknya, jika hasil mendekati

angka 1 bearti variabel-variabel independen memberikan hamper semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.

2. Uji T (Parsial)

Bambang dan Lina (2016:192) menejelaskan bahwa pengujian ini

digunakan jika dua sampel yang digunakan tidak memiliki keterkaitan

satu dengan yang lainnya dan variabel yang digunakan berskala rasio.

Uji t bertujuan untuk menguji signifikan pengaruh secara parsial antara

variabel independen terhadap variabel (Slamet dan Aglis, 2020:141).

Adapun langkah-langkah pengujian sebagai berikut:

a. Merumuskan Hipotesis

H1: Pengaruh pengendalian internal penjualan E-ticket terhadap

pecegahan kecurangan.

55
H2: Pengaruh pengendalian internal moralitas manajemen terhadap

pencegahan kecurangan

b. Menentukan taraf nyata

Tingkat signifikan sebesar 5% taraf nyata dari t table ditentukan dari

derajat bebas (db) = n-k-l, Apabila t hitung > t table, maka 𝐻1 diterima.

Berdasarkan probabilitas tingkat signifikan ditolak jika Pvalue > 5%

tingkat signifikan diterima, jika Pvalue < 5%

c. Kesimpulan menarik jika t hitung > t table H1 diterima

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dalam bab ini dibahas mengenai data hasil penelitian dari responden

yang terdiri dari tingkat pengendalian responden, profil responden, penguji

data, analisis deskriftif, analisis statistic inferensial dan uji hipotesis yang di

uji secara statiska dengan menggunakan program data SPSS (Stastistical

Program For Special Science) Versi 25.

1) Tingkat Pengendalian Kuesioner

Penelitian ini didasarkan pada transformasi terhadap data penelitian

dalam tabulasi, sehingga mudah dimengerti dan mudah dipahami.

Berdasarkan jumlah kuesioner kepada Staff Administrasi Keuangan, Staff

56
Angkutan Fasilitas, Staff Loket, Security dan Polsuska Stasiun yang bekerja

di PT. Kereta Api Indonesia Divre III Palembang sebagai populasi

penelitian. Jumlah Kuesioner yang kembali sebanyak 35 kuesioner. Secara

jelasnya mengenai deskriftif data penelitian dapat dilihat pada Tabel IV.1

Tabel IV.1
Tingkat Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah Persentase
Kuesioner yang disebar 50 100%
Kuesioner yang kembali 35 70 %
Kuesioner yang tidak kembali 15 30 %
Sumber : Pengolah Data, 2023

Berdasarkan Tabel IV.1 dapat dilihat bahwa kuesioner yang di sebar

kepada responden sebanyak 50 kuesioner pada PT. Kereta Api Indonesia

Divre III Palembang. Adapun selama proses penyebaran terdapat 15

kuesioner yang tidak kembali atau sebesar 30% dikarnakan staff karyawan

yang sedang sibuk melakukan tugasnya.

2) Profil Responden

57
Berdasarkan dan hasil pengolahan kuesioner dalam penelitian ini

maka diperoleh profil atau gambaran umum responden. Untuk menjelaskan

profil atau gambaran umum responden maka dibagi menjadi beberapa

karakteristik yaitu berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan

lama bekerja. Data yang diperoleh tersebut ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel IV.2
Profil Responden
Keterangan Jumlah Persentase
Laki-Laki 21 60%
Jenis Perempuan 14 40%
Kelamin
Jumlah 35 100%
< 25 tahun 1 0%
Umur 25 – 35 tahun 4 34%
36 – 50 tahun 5 66%
Jumlah 100%
D3 1 9%
S1 8 82%
Jenjang S2 9%
Pendidikan S3 0
SMA 1 0
Jumlah 100%
< 1 Tahun 1 0
1-5 tahun 9 41%

58
Pengalaman 6-10 tahun 22%
Kerja
> 10 tahun 38%
Jumlah 100%
Staff Administrasi 5 21%
Keuangan
Jabatan
Staff Angfas 3 79%
Staff Loket 2
Jumlah 32 100%
Sumber: Penulis, 2023

Berdasarkan tabel IV.2 dari 32 responden, olahan data tersebut

menunjukkan responden yang berumur 25-55 tahun sebanyak 21 responden

atau sebesar 66%. Selanjutnya untuk yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 19 responden atau sebesar 59%. Untuk jenjang Pendidikam S1

sebanayak 26 responden atau sebesar 82%. Untuk pengalaman kerja 1-5

tahun sebanyak 13 responden atau sebesar 41%. Selanjutnya untuk jabatan

Kabag Akuntansi laporan keuangan sebanyak 7 responden atau 21%.

3) Hasil Penguji Data

Data yang valid dan reliable menjadi syarat dalam melakukan uji

hipotesis penelitian agar menjadi valid dan dapat dibuktikan kebenarannya,

penguji validitas dan reabilitas sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian.

Oleh karena itu, sebelum melakukan analisis maka harus dibuktikan bahwa

data yang diterima valid dan reabilitas.

Uji validitas bertujuan menguji sejauh mana hasil suatu pengukuran

yang relative tidak berubah apabila diulangi dua kali atau lebih, validitas

59
indeks yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukuran dala mengukur

gejala yang sama.

a. Uji Validitas

Uji Validitas dilakukan terhadap item-item dalam pernyataan dari

masing-masing variabel dimana ada dalam kuesioner.Uji validitas

biasanya dilakukan untuk mengetahui sejauh mana item-item yang

membentuk konsep yang telah disusun dapat mewakili penelitian.

Sebuah konsep dikatakan dapat mewakili variabel 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dari

pernyataan yang lebih besar dari 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 .

Nilai dari 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 untuk populasi pada penelitian ini adalah sebanyak

35 responden dengan tingkat signifikan 5% dan n = 35 adalah 0,333

sesuai telah yang dijelaskan penulis bab 3. Jadi, apabila 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih

besar dari 0,333 maka pernyataan tersebut dianggap valid dan apabila

𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih kecil dari 0,333 maka pernyataan tersebut dianggap tidak

valid. Penguji validitas ini dilakukan dengen menggunakan SPSS versi

25 diperoleh data sebagai berikut:

1) Pengendalian Internal Penjualan E-Ticket (X1)

Hasil dari pengujian validitas dari butir pernyataan pada variabel

Pengendalian Internal Penjualan E-Ticket sebagai berikut:

Tabel IV.3
Hasil Uji Validitas Pengendalian Internal Penjualan E-Ticket
Butir Pernyataan Rhitung rtabel Keterangan

60
X1.1 0,781
X1.2 0,567
X1.3 0,781
X1.4 0,605 0,334 Valid

X1.5 0,578
X1.6 0,670
0.578
0.639
Sumber : Data primer yang diolah, 2023

Berdasarkan dari hasil pengujian validitas yang dapat dilihat dari

tabel IV.3 menunjukkan bahwa nilai korelasi (rhitung) untuk masing-

masing item pernyataan pada variabel kualitas sistem informasi

akuntansi menunjukkan rhitung lebih besar dari rtabel sebesar 0,333

sehingga dapat disimpulkan bahwa item-item dari pernyataan pada

variabel valid, dan dapat digunakan penelitian.

2) Moralitas Manajemen (X2)

Hasil dari pengujian validitas dari penyataan-pernyataan variabel

Moralitas Manajemen adalah sebagai berikut:

Tabel IV.4
Hasil Uji Validitas Moralitas Manajemen
Butir Pernyataan Rhitung rtabel Keterangan

X2.1 0,721
X2.2 0,661
0,334 Valid
X2.3 0,684
X2.4 0,696

61
X2.5 0,739
X2.6 0,447
X2.7 0,622
X2.8 0,594
Sumber : Data Primer yang diolah, 2023

Berdasarkan dari hasil pengujian validitas yang dapat dilihat dari

tabel IV.4 menunjukkan bahwa nilai korelasi (rhitung) untuk masing-

masing item pernyataan pada variabel moralitas manajemen

menunjukkan rhitung lebih besar dari rtabelsebesar 0,334 sehingga dapat

disimpulakan bahwa item-item dari penyataan pada variabel valid, dan

dapat digunakan sebagai penelitian.

3) Pencegahan Kecurangan (Y)

Hasil dari pengujian validitas dari butir pernyataan pada

variabel Pencegahan kecurangan sebagai berikut :

Tabel IV.5
Hasil Uji Validitas Pencegahan Kecurangan

Butir Pernyataan Rhitung rtabel Keterangan

Y.1 0,708
Y.2 0,784
Y.3 0,809
Y.4 0,645 0,334 Valid
Y.5 0,925
Y.6 0,809
Y.7 0,809

62
Y.8 0,961
Sumber : Data primer yang diolah, 2023

Berdasarkan dari hasil pengujian validitas yang dapat dilihat

dari tabel IV.5 menunjukkan bahwa nilai korelasi (rhitung) untuk masing-

masing item pernyataan pada variabel kualitas informasi akuntansi

menunjukkan rhitunglebih besar dari rtabelsebesar 0,334 sehingga dapat

disimpulakan bahwa item-item dari penyataan pada variabel valid, dan

dapat digunakan sebagai penelitian.

b. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan terhadap pernyataan-

pernyataan yang sudah valid, hal ini untuk mengetahui sejauh mana

hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran

ulang pada kelompok yang sama dan alat ukur yang sama. Teknik-

teknik analisis yang digunakan untuk pengujian tersebut dengan

cronbach’salpha dengan bantuan software SPss versi 25.

Cronbach’salphamerupakan uji reliabilitas untuk alternatif

jawaban lebih dari satu. Secara umum suatu instrumen dikatakan

reliabel jika memiliki Cronbach’salpha>0,06. Berikut iniasil

pengujian reliabilitas untuk variabel pengendalian internal penjualan

e-ticket (X1) moralitas manajemen (X2), dan pencegahan

kecurangan (Y) dapat dilihat dari tabel IV.6 berikut ini :

63
Tabel IV.6
Hasil Uji Reliabilitas

cronbach’s cronbach’salpha
No. Variabel Keterangan
alpha item
Pengendalian Internal
1. 0,801 0,06 Reliabel
Penjualan E-Ticket
Moralitas Manajemen
2. 0,814 0,06 Reliabel

Pencegahan
3. Kecurangan 0,894 0,06 Reliabel

Sumber : Data Primer yang diolah, 2023

Hasil dari pengujian data reabilitas untuk variabel pengendalian internal

penjualan e-ticket (X1), moralitas manajemen (X2), dan pencegahan

kecurangan (Y) dinyatakan reliabel karena memiliki cronbach’salphal ebih

dari 0,06.

4. Teknik Analisis

a. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistika dekriptif memberikan gambaran atau deskrpsi suatu data

yang dilihat dari minumum, nilai maksismum, sum, mean, standar deviasi,

dan vaeriance dari masingmasing variabel penelitian. Variabel independen

dalam penelitian ini yaitu pengendalian internal penjualan e-ticket (X1)

yang terdiri dari 8 pernyataan, moralitas manajemen (X2) yang terdiri dari

64
6 pernyataan, dan pencegahan kecurangan (Y) yang terdiri dari 8

pernyataan.

1) Statistik Deskriftif Per Variabel

Kriteria ditentukan dengan menghitung interval dari setiap kriteria,

yaitu diambil dari nilai tertinggi dan terendah dari total kuesioner, dan

selanjutnya dibagi dengan jumlah kriteria. Perhitungan interval dapat

dilihat sebagai berikut :

𝟒𝟎−𝟖 𝟑𝟎−𝟔
Interval (X1) = = 𝟔, 𝟒 Interval (X2) = = 𝟒, 𝟖
𝟓 𝟓

𝟒𝟎−𝟖
Interval(Y) = = 𝟔, 𝟒
𝟓

Berdasarkan hasil perhitungan interval diatas, untuk menentukan

kriteria pada variabel pengendalian internal penjualan e-ticket , moralitas

manajemen, terhadap pencegahan kecurangan pada statistik deskriptif dapat

dilihat pada tabel IV.8:

Tabel IV.7
Instrumen Statistik Deskriptif Variabel
Skor Variabel

65
Pengendalian
Moralitas
Internal Pencegahan
Manajeme Skor
Penjualan E- Kecurangan
n Indikator
Ticket Kriteria
(Y)
(X2)
(X1)
8-14.4 6-10,8 8-14,4 1 Sangat
Rendah
14.5-20,9 10,9-15,7 14.5-20,9 2 Rendah
21-27,4 15,8-20,6 21-27,4 3 Sedang
27,5-33,9 20,7-25,5 27,5-33,9 4 Tinggi
34—40,4 25,6-30,4 34—40,4 5 Sangat
Tinggi
Sumber : Pengolahan Data, 2023

Hasil uji statistik variabel Pengendalian Internal Penjualan E-Ticket

(X1), Moralitas Manajemen (X2), Pencegahan Kecurangan (Y) diolah

dengan menggunakan SPSS versi 25 dari variabel-variabel penelitian

ini dapat dilihat pada tabel IV.9.

Tabel IV.8
Hasil Uji Statistik Deskriptif Per Variabel

Std.
N Minimum Maximum Mean Kriteria
Deviation

X1 35 27 40 34,80 4,371 Sangat


Tinggi

X2 35 22 29 25,29 1,708 Tinggi

Y 35 30 40 35,14 3,371 Sangat


Tinggi

66
Sumber : Data Primer yang diolah, 2023

Berdasarkan Tabel IV.8 variabel pengendalian internal

penjualan e-ticket (X1) dan pencegahan kecurangan (Y) termasuk

kedalam kriteria sangat tinggi dengan nilai rata-rata (mean) sebesar

34,80 . Variabel moralitas manajemen (X2) termasuk kedalam kriteria

tinggi dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 25,29.

b. Statistik Deskriftif Per Indikator Variabel Pengendalian Internal

Penjualan E-Ticket (X1)

Untuk menentukan kriteria pada statistik deskriftif per indikator dapat

ditentukan pada tabel IV.9


5 −1
Interval per indikator = = 0,8
5

Dari perhitungan interval diatas, kriteria statistik deskriptif per

indikator dapat ditentukan pada tabel IV.9

Tabel IV.9
Kriteria statistik deskriftif per indikator
Kriteria Skor Indikator Jumlah per indikator
Sangat Rendah 1 1-1,7
Rendah 2 1,8-2,5
Sedang 3 2,6-3,3
Tinggi 4 3,4-4,1
Sangat tinggi 5 4,2-5
Sumber : Pengolahan Data, 2023

a) Variabel Pengendalian Internal Penjualan E-Ticket (X1)

67
Variabel Pengendalian Internal Penjualan E-Ticket (X1)

berjumlah 8 pernyataan yang terdiri dari 4 indikator yaitu

lingkungan pengendalian, penaksiran risiko, aktivitas

pengendalian, dan pemantauan.

1) Variabel Indikator lingkungan pengendalian

Tabel IV.10
Hasil Statistik Deskriptif lingkungan pengendalian
DescriptiveStatistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Kriteria
Deviation
Sangat
X1.1 35 3 5 4,34 0,838
Tinggi
Sangat
X1.2 35 3 5 4,20 0,868
Tinggi
Valid N
35
(Listwise)
Sumber : Data Primer yang diolah. 2023

Berdasarkan tabel IV.10 menunjukan bahwa pernyataan Bapak/Ibu

telah sesuai dengan perencanaan dan pengendalian yang telah ditetapkan

perusahaan. Diketahui nilai terkecil 3, nilai terbesar 5, nilai deviasi standar

adalah 0,838, nilai rata-rata 4,34. Hal ini menunjukan bahwa pertanyaan

pertama memiliki kriteria sangat tinggi.

Pernyataan kedua yaitu Bapak/Ibu melakukan semua tugas dan

tanggung jawab dengan baik . Diketahui nilai terkecil adalah 3, nilai terbesar

68
adalah 5, nilai standar deviasi adalah 0,868 nilai rata-rata adalah 4,20 hal ini

menunjukan bahwa kriterianya adalah sangat tinggi.

2) Indikator Aktivitas Pengendalian

Tabel IV.11
Hasil Statistik Deskriptif Indikator Aktivitas
Pengendalian
DescriptiveStatistics

N Minimum Maximu Mean Std. Kriteria


m Deviation

X1.3 35 4 5 4,49 0,507 Sangat Tinggi

X1.4 35 4 5 4,54 0,505 Sangat Tinggi

Valid N
35
(listwise)
Sumber : Data Primer yang diolah, 2023

Berdasarkan tabel IV.11 menunjukan bahwa pernyataan Bapak/Ibu

berkontribusi dalam mengembangkan aktifitas pengendalian. Diketahui nilai

terkecil 4, nilai terbesar 5, nilai deviasi standar adalah 0,507, nilai rata-rata

4,49. Hal ini menunjukan bahwa kriterianya sangat tinggi.

Pernyataan kedua yaitu Bapak/Ibu memastikan pengendalian

perusahaan berjalan sesuai dengan kebijakan dan prosedur. Diketahui nilai

terkecil adalah 4, nilai terbesar adalah 5, nilai standar deviasi adalah 0,505

nilai rata-rata adalah 4,54 hal ini menunjukan kriteria yang sangat tinggi.

69
3) Penilaian Risiko

Tabel IV.12
Hasil Statistik Deskriptif Indikator
Penilaian Risiko
DescriptiveStatistics

N Minimum Maximum Mean Std. Kriteria


Deviation

Sangat
X1.5 35 3 5 4,49 0,818
Tinggi

Sangat
X1.6 35 3 5 4,20 0,901
Tinggi

Valid N
35
(listwise)
Sumber : Data Primer yang diolah, 2022

Berdasarkan tabel IV.12 menunjukan bahwa pernyataan Bapak/Ibu

mempertimbangkan potensi fraud dalam penelitian risiko. Diketahui nilai

terkecil 3 nilai terbesar 5, nilai deviasi standar adalah 0,818 dengan nilai rata

rata 4,49. Hal ini menunjukan bahwa kriterianya sangat tinggi.

Pernyataan kedua yaitu Bapak/Ibu menempatkan penilaian terhadap

perubahan risiko yang berpengaruh terhadap pengendalian internal .

Diketahui nilai terkecil adalah 3, nilai terbesar dalah 5, nilai standar deviasi

adalah 0,901 nilai rata-rata adalah 4,20 hal ini menunjukan bahwa kriterianya

sangat tinggi.

4) Aktivitas Pemantauan

Tabel IV.13
Hasil Statistik Deskriptif Indikator
Aktivitas Pemantauan

70
DescriptiveStatistics

N Minimum Maximum Mean Std. Kriteria


Deviation

Sangat
X1.7 35 3 5 4,20 0,833
Tinggi

Sangat
X1.8 35 3 5 4,34 0,684
Tinggi

Valid N
35
(listwise)
Sumber : Data Primer yang diolah, 2022

Berdasarkan tabel IV.12 menunjukan bahwa pernyataan Bapak/Ibu

memastikan seluruh komponen pengendalian internal ada dan berfungsi.

Diketahui nilai terkecil 3 nilai terbesar 5, nilai deviasi standar adalah 0,833

dengan nilai rata rata 4,20. Hal ini menunjukan bahwa kriterianya sangat

tinggi.

Pernyataan kedua yaitu Bapak/Ibu mengomunikasikan kelemahan

pengendalian internal . Diketahui nilai terkecil adalah 3, nilai terbesar dalah

5, nilai standar deviasi adalah 0,684 nilai rata-rata adalah 4,34 hal ini

menunjukan bahwa kriterianya sangat tinggi.

a. Statistik Deskriptif per Indikator dari Variabel Moralitas Manajemen (X2)

Variabel Moralitas Manajemen (X2) berjumlah 6 pertanyaan yang terdiri dari

3 indikator yaitu disiplin saat membuat laporan, keterikatan dengan otonomi

yang bertanggung jawab, dan membuat laporan dengan benar.

1) Indikator Disiplin Saat Membuat Laporan

71
Tabel IV.14
Hasil Statistik Deskriptif Indikator Disiplin
Saat Membuat Laporan

DescriptiveStatistics

Std.
N Minimum Maximum Mean Kriteria
Deviation

X2.1 35 3 5 3,80 0,868 Tinggi

Sangat
X2.2 35 3 5 4,43 0,739
Tinggi

Valid N
35
(listwise)
Sumber : Data Primer yang diolah, 2023

Berdasarkan tabel IV.14 menunjukan bahwa pernyataan Bapak/Ibu

menyampaikan atau mengirim informasi tepat waktu . Diketahui nilai terkecil

3, nilai terbesar 5, nilai deviasi standar adalah 0,868 nilai rata-rata adalah 3,80

hal ini menunjukan bahwa nilai rata-rata memiliki kriteria yang tinggi.

Pernyataan kedua yaitu Bapak/Ibu memberikan infoemasi yang tersedia

saat diperlukan. Diketahui nilai terkecil adalah 3, nilai terbesar dalah 5, nilai

standar deviasi adalah 0,739 nilai rata-rata adalah 4,43. Maka termasuk

kedalam kriteria yang sangat tinggi

2) Indikator Keterikatan Dengan Otonomi Yang Bertanggung Jawab

Tabel IV.15
Hasil Statistik Deskriptif Indikator Keterikatan Dengan
Otonomi Yang Bertanggung Jawab

DescriptiveStatistics

72
Me Std.
N Minimum Maximum Kriteria
an Deviation

X2.3 35 3 5 3,97 0,923 Tinggi

Sangat
X2.4 35 3 5 4,37 0,690
Tinggi

Valid N
32
(listwise)
Sumber : Data Primer yang diolah,2022

Berdasarkan tabel IV.15 menunjukan bahwa pernyataan Bapak/Ibu

menggunakan laporan keuangan dengan benar. Diketahui nilai terkecil 3,

nilai terbesar 5, nilai deviasi standar adalah 0,923, dengan nilai rata rata

(mean) 3,97. Hal ini menunjukan bahwa pertanyaan pertama memiliki kriteria

yang tinggi.

Pernyataan kedua yaitu Bapak/Ibu menyusun laporan keuangan

berkaitan dengan tujuan penyusunan laporan keuangan. Diketahui nilai

terkecil adalah 3, nilai terbesar dalah 5, nilai standar deviasi adalah 0,690 nilai

rata-rata adalah 4,37 hal ini menunjukan kriteria pertanyaan ke dua sangat

tinggi.

3) Indikator Membuat Laporan Dengan Benar

Tabel IV.16
Hasil Statistik Deskriptif Membuat Laporan Dengan Benar
DescriptiveStatistics

73
Std.
N Minimum Maximum Mean Kriteria
Deviation

Sangat
X2.5 35 3 5 4,43 0,698
Tinggi
Sangat
X2.6 35 3 5 4,29 0,750
Tinggi
Valid N
35
(listwise)
Sumber : Data Primer yang diolah, 2022

Berdasarkan tabel IV.16 menunjukan bahwa pernyataan Bapak/Ibu

mencatat laporan keuangan dengan sangat akurat. Diketahui nilai terkecil 3,

nilai terbesar 5, nilai deviasi standar adalah 0,698 nilai rata-rata adalah 4,43

hal ini menunjukan bahwa pernyataan yang pertama memiliki kriteria yang

sangat tinggi.

Pernyataan kedua yaitu Bapak/Ibu menghasilkan laporan keuangan

yang dapat dipercaya. Diketahui nilai terkecil adalah 3, nilai terbesar dalah 5,

nilai standar deviasi adalah 0,750 nilai ratarata adalah 4,29 hal ini menunjukan

kriteria pertanyaan ke dua sangat tinggi.

c. Statistik Deskriptif per Indikator dari Pencegahan Kecurangan (Y) Pencegahan

Kecurangan (Y) memiliki 8 pernyataan berdasarkan 4 indikator yaitu membuat

penipuan agar tidak terjadi, mengembangkan keadilan dalam melakukan

penipuan, meningkatkan metode pendeteksi, dan mengurangi kerugian penipuan.z

1) Indikator Membuat Penipuan Agar Tidak Terjadi

74
Tabel IV.21
Hasil Statistik Deskriptif Indikator Membuat Penipuan
Agar Tidak Terjadi

DescriptiveStatistics

Std.
N Minimum Maximum Mean Kriteria
Deviation

Y1 35 3 5 4,34 0,501 Sangat Tinggi

Y2 35 4 5 4,51 0,507 Sangat Tinggi

Valid N
35
(listwise)
Sumber : Data Primer yang diolah, 2023

Berdasarkan tabel IV.21 menunjukan bahwa pernyataan Bapak/Ibu

menekankan integritas dan komitmen untuk etis dan komitmen. Diketahui

nilai terkecil 3, nilai terbesar 5, nilai deviasi standar adalah 0,501 nilai rata-

rata adalah 4,34 hal ini menunjukan bahwa kriterianya adalah sangat tinggi.

Pernyataan kedua yaitu Bapak/ Ibu berperilaku jujur dan bertanggung

jawab sesuai peraturan perusahaan. Diketahui nilai terkecil adalah 4, nilai

terbesar dalah 5, nilai standar deviasi adalah 0,507 nilai rata-rata adalah 4,51

hal ini menunjukan bahwa kriterianya sangat tinggi.

2) Indikator Mengembangkan keadilan dalam melakukan penipuan

Tabel IV.22
Hasil Statistik Deskriptif Indikator
Mengembangkan Keadilan Dalam Melakukan
Penipuan

75
DescriptiveStatistics

Std.
N Minimum Maximum Mean Kriteria
Deviation

Sangat
Y3 35 4 5 4,46 0,505
Tinggi

Sangat
Y4 35 4 5 4,49 0,507
Tinggi

Valid N
35
(listwise)
Sumber : Data Primer yang diolah, 2023

Berdasarkan tabel IV.22 menunjukan bahwa pernyataan Bapak/Ibu

mengembangkan sistem pengendalian yang kuat. Diketahui nilai terkecil 4,

nilai terbesar 5, nilai deviasi standar adalah 0,505, nilai rata rata 4,46. Hal ini

menunjukan kriteria yang sangat tinggi

Pernyataan kedua yaitu Bapak/Ibu menyusun laporan keuangan dengan

dokumen dan catatan yang dirancang dengan benar. Diketahui nilai terkecil

adalah 4, nilai terbesar dalah 5, nilai standar deviasi adalah 0,507 nilai ratarata

adalah 4,49 hal ini menunjukan bahwa kriteria sangat tinggi.

3) Indikator Meningkatkan Metode Pendeteksi

Tabel IV.23
Hasil Statistik Deskriptif Indikator
Meningkatkan Metode Pendeteksi
DescriptiveStatistics

Std.
N Minimum Maximum Mean Kriteria
Deviation

76
Sangat
Y5 35 3 5 4,11 0,796
Tinggi

Sangat
Y6 35 4 5 4,57 0,502
Tinggi

Valid N
35
(listwise)
Sumber : Data Primer yang diolah, 2023

Berdasarkan tabel IV.23 menunjukan bahwa pernyataan Bapak/Ibu

mengimplementasikan program penilaian risiko penipuan. Diketahui nilai

terkecil 3, nilai terbesar 5, nilai deviasi standar adalah 0,796 nilai rata-rata

adalah 4,11 hal ini menunjukan bahwa kriteria Sangat Tinggi.

Pernyataan kedua yaitu Bapak/Ibu memotivasi karyawan lain untuk

melaporkan penipuan. Diketahui nilai terkecil adalah 4, nilai terbesar dalah 5,

nilai standar deviasi adalah 0,502 nilai rata-rata adalah 4,57 hal ini

menunjukan bahwa kriteria sangat tinggi.

4) Indikator Mengurangi Kerugian Penipuan

Tabel IV.24
Hasil Statistik Deskriptif Indikator Mengurangi Kerugian
Penipuan

DescriptiveStatistics

Std.
N Minimum Maximum Mean Kriteria
Deviation

4 Sangat
Y7 35 5 4,49 0,507 Tinggi

77
sangat
Y8 35 3 5 4,17 0,822
Tinggi

Valid N
35
(listwise)
Sumber : Data Primer yang diolah, 2023

Berdasarkan tabel IV.24 menunjukan bahwa pernyataan Bapak/Ibu

menyimpan file dalam lokasi aman. Diketahui nilai terkecil 4, nilai terbesar

5, nilai deviasi standar adalah 0,507 nilai rata-rata adalah 4,49 hal ini

menunjukan bahwa kriterianya sangat tinggi

Pernyataan kedua yaitu Bapak/ibu menjaga asuransi yang memadai.

Diketahui nilai terkecil adalah 3, nilai terbesar adalah 5, nilai standar deviasi

adalah 0,822 nilai rata-rata adalah 4,17 hal ini menunjukan bahwa kriteria

yang sangat tinggi.

5. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dipergunakan untuk melihat apakah penyebaran data

hasil penelitian terdistribusi secara normal atau tidak. Untuk melakukan uji

normalitas distribusi data, penulis mengunakan uji grafik histogram dan

normal Probability plot. Untuk grafik histogram, jika data real membentuk

garis kufra cenderung tidak simetris terhadap mean (U) maka dapat dikatakan

data berdistibusi tidak normal, begitu pun sebaliknya.

78
Sumber : Data Primer yang diolah , 2023

Gambar IV.1

Uji Normalitas P-P Plot

Berdasarkan gambar IV.1 dapat disimpulkan bahwa grafik normal P-P

plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya

mengikuti arah garis diagonal, dapat disimpulkan bahwa model regresi ini

banyak dipakai karna memenuhi distribusi normalitas. Selain menggunakan

grafik P-P plot, penguji normalitas juga didukung dengan analisis statistik

menggunakan uji statistik non parametik kolmogrov-Smirnov (K-S).

79
Tabel IV.5

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N 35
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 2,70933802

Most Extreme Absolute ,118


Differences Positive ,118

Negative -,101

Test Statistic ,118


Asymp. Sig. (2-tailed)c ,200d
Monte Carlo Sig. (2- Sig. ,248
tailed)e 99% Confidence Lower ,237
Interval Bound

Upper ,259
Bound
Sumber: Pengolahan data: 2023

Berdasarkan uji normalitas diatas maka diketahui nilai signifikan 0,752 >

0,05 maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi normal.

b. Uji Multikolenieritas

Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik. Bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent

variabel) untuk mendeteksi apakah terjadi multikolinieritas dapat dilihat dari

nilai tolerance dan varinanceinflactionfactor (VIF). Tidak terjadi

multikolinieritas jika nilai tolerance lebih besar dari 0,10 dan jika nilai VIF

80
lebih kecil dari 10,00. Uji multikolinieritas penelitian ini dibantu dengan

program SPSS versi 25 dengan hasil sebagai berikut :

Tabel IV.26

Hasil Pengujian Multikolenieritas

Coefficientsa
Standa
rdized
Unstandardized Coeffi Collinearity
Coefficients cients Statistics
Std. Toler
Model B Error Beta t Sig. ance VIF
1 (Constant) 5,645 7,567 ,746 ,461
Pengendali ,307 ,111 ,398 2,759 ,010 ,969 1,032
an internal
penjualan
e-ticket
Moralitas ,744 ,285 ,377 2,610 ,014 ,969 1,032
Manajemen

Sumber : Data Primer yang diolah, 2023

Berdasarkan tabel IV.26 diatas nilai tolerance tiap variabel >0,10 dan

nilai VIF < 10,00 maka dapat disimpulkan tidak terjadi persoalan

multikolinieritas antar variabel bebas dalam penelitian.

c. Uji Heteroskedastisitas

81
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan

varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Dapat

dilihat pada grafik scaterplot berikut ini :

Sumber : Data Primer yang diolah, 2023

Gambar IV.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan gambar IV.2 diatas dapat diketahui nahwa titik-titik tidak

membentuk pola yang jelas, dan titik-titik menyebar diatas dan dibawah

angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah

heteroskedastisitas.

6. Uji Regresi Linier Berganda

82
Analisis linear berganda digunakan untuk mengetahuiada atau tidaknya

hubungan pengaruh antar variabel yang lebih dari satu variabel terikat.

Sebelum dilakukan uji hipotesis mengenai signifikan antara hubungan

variabel bebas dengan variabel terikat maka terlebih dahulu harus diketahui

apakah sebuah model memilki hubungan yang linier. Setelah melakukan uji

regresi sengan SPSS versi 25 maka hasil yang didapat sebagai berikut:

Tabel IV.27

Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 5,645 7,567 -746 ,461

83
Pengendalian ,307 ,111 ,398 2,759 ,010
Internal
Penjualan E-
Ticket
Moralitas ,744 ,285 ,377 2,610 ,014
Manajemen

Sumber : Data Primer yang diolah, 2023

Dari hasil regresi linear berganda yang peneliti lakukan pada variabel

pengendalian internal penjualan e-ticket (X1), moralitas manajemen (X2),

terhadap pencegahan kecurangan (Y) dapat digambarkan sebagai berikut :

Y = a + b1x1 + b2x2 + e

Y = 5,645+ 0,307x 1+ 0,744x2 + + e

Model Hasil Penelitian

Konstanta sebesar 5,645 menyatakan bahwa apabila semua variabel

independen (Pengendalian internal penjualan e-ticket dan moralitas

manajemen,) dianggap konstan, maka pencegahan kecurangan sebesar -

13,173.

a) Nilai koefisien regresi untuk variabel pengendalian internal penjualan

e-ticket (X1) terhadap pencegahan kecurangan (Y) sebesar 0,307

84
menyatakan bahwa setiap kenaikan pengendalian internal penjualan e-

ticket sebesar 1 satuan maka akan meningkatkan pencegahan

kecurangan sebesar 0,307 dengan asumsi variabel lain tetap.

b) Nilai koefisien regresi untuk variabel Moralitas Manajemen (X2)

terhadap Pencegahan Kecurangan (Y) sebesar 0,744 yang bernilai

positif yang berarti variabel moralitas manajemen akan naik sebesar 1

satuan maka variabel pencegahan kecurangan akan naik juga 0,744.

7. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi bertujuan untuk menghitung besarnya

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Setelah

melakukan uji koefisien determinasi SPSS versi 25 maka hasil yang didapat

adalah sebagai berikut :

Tabel IV.28
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 ,595a ,354 ,314 2,793
a. Predictors: (Constant), TOTAL_X3, TOTAL_X1,
TOTAL_X2

Sumber : Data Primer yang diolah, 2023

85
Berdasarkan Tabel IV.28 di atas maka diperoleh nilai Adjusted

RSquare (R2) sebesar 0,595 atau 59,5% memiliki pengertian bahwa nilai

0,595 atau 59,5% dapat memengaruhi pencegahan kecurangan, sedangkan

40,5% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian ini.

8. Uji Hipotesis (Uji t)

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui bahwa pengaruh secara

signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji

pengaruh kualitas sistem informasi akuntansi dan sistem pengendalian

internal terhadap kualitas informasi akuntansi dapat dilihat dari tabel IV.29

sebagai berikut :

Tabel IV.29
Hasil Uji Hipotesis (Uji t)
Coefficientsa
Standardize
Unstandardized d
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 5,645 7,567 ,746 ,461

TOTAL_ ,307 ,111 ,398 2,759 ,010


X1

TOTAL_ ,744 ,285 ,377 2,610 ,014


X2

86
a. Dependent Variable: TOTAL_Y1

Sumber : Data Primer yang diolah, 2023

Berdasarkan tabel IV.29 bahwa variabel pengendalian internal

penjualan e-ticket memiliki thitung sebesar 2,759 dan tingkat signifikan

sebesar 0,010. Variabel moralitas manajemen memiliki thitungsebesar 2,610

dan tingkat signifikan sebesar 0,014. Nilai ttabeldiproleh dengan derajat

kebebasan (db) n-k-1 atau 35-2-1=32 dan tingkat signifikan sebesar 5% dan

taraf 10% sebesar 1,693. Berdasarkan data diatas terlihat bahwa :

a) Variabel pengendalian internal penjualan e-ticket dimana thitung>ttabel yaitu

dengan hasil uji menunjukan bahwa nilai thitung moralitas manajemen

2,759>1,693 dengan nilai signifikan lebih besar dari tingkat signifikasi

yang telah ditentukan 0,47 < 0,05 maka H01 ditolak dan Ha1 diterima. Hal

ini dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal penjualan e-ticket

berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan..

b) Variabel moralitas manajemen dimana thitung 2,610 >ttabel 1,699 dengan

nilai signifikan lebih kecil dari tingkat signifikasi yang telah ditentukan

0,014 < 0,05 maka H02 ditolak dan Ha2 diterima. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa moralitas manajemen berpengaruh dan signifikan

terhadap pencegahan kecurangan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

87
Dalam pembahasan ini akan membahas mengenai hasil penelitian

yang telah diuji pada variabel pengendalian internal penjualan e-ticket, dan

moralitas manajemen terhadap pencegahan kecurangan.

1. Pengaruh Pengendalian internal penjualan e-ticket Terhadap

Pencegahan kecurangan

Berdasarkan hasil uji hipotesis (t) bahwa pengendalian internal

penjualan e-ticket terhadap pencegahan kecurangan. Dari beberapa tanggapan

responden tentang indikator pengendalian internal yaitu lingkungan

pengendalian, aktivitas pengendalian, penilaian risiko dan aktivitas

pemantauan.. Indikator lingkungan pengendalian memiliki arti yaitu

organisasi menunjukkan komitmen terhadap integritas dan nilai-nilai etika..

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis indikator pengendalian internal

penjualan e-ticket membuktikan bahwa lingkungan pengendalian penjualan

sudah dilaksanakan sesuai dengan yang ditetapkan perusahaan.

Indikator aktivitas pengendalian merupakan kemampuan untuk

mengembangkan aktivitas pengendalian dalam rangka pencapaian tujuan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis bahwa indikator aktivitas

pengendalian telah membuktikan bahwa karyawan memastikan

pengendalian perusahaan sesuai dengan kebijakan dan prosedur..

Indikator aktivitas pemantauan yaitu melaksanakan evaluasi yang

sedang berlangsung untuk memastikan seluruh komponen pengendalian

internal ada dan berfungsi. Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis

88
bahwaperusahaan melkasankan evaluasi untuk memastikan pengendalian

internal ada dan berfungsi.

Indikator penilaian risiko merupakan identifikasi dan penilaian risiko

yang terkait dengan tujuan. Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis

bahwa indikator penilaian risiko telah membuktikan bahwa karyawan

mempertimbangkan potensi fraud dalam penelitian risiko. Pada indikator ini

peneliti mengetahui bahwa indikator penilaian risiko telah membuktikan

pengendalian internal penjualan e-ticket terhadap pencegahan kecurangan

telah diterapkan oleh karyawan . Penelitian ini didukung oleh Lusi (2019)

menemukan bahwa pengendalian internal berpengaruh terhadap

pencegahan kecurangan. Selain itu juga penelitian ini dilakukan oleh Elsa

(2017) pengendalian internal penjualan e-ticket berpengaruh positif

terhadap pencegahan kecurangan.

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat di simpulkan bahwa

pengendalian internal penjualan e-ticket berpengaruh signifikan terhadap

pencegahan keurangan.

2. Pengaruh Moralitas Manajemen Terhadap Pencegahan Kecurangan

Berdasarkan hasil uji hipotesis (t) bahwa moralitas manajemen

berpengaruh signifikan terhadap pencegahan kecurangan. Dari beberapa

tanggapan responden tentang indikator moralitas manajemen yaitu disiplin

saat membuat laporan keuangan, keterikatan dengan otonomi yang

bertanggung jawab, dan membuat laporan dengan benar.. Indikator disiplin

89
saat membuat laporan keuangan membuktikan bahwa karyawan

menyampaikan informasi tepat waktu.

Indikator keterikatan dengan otonomi yang bertanggung jawab

memiliki arti yaitu perwujudan pertanggungjawaban sebagai konsekuensi

pemberian hak. dari hasil penelitian yang dilakukan penulis membuktikan

bahwa karyawan berperan dengan baik dan benar dalam penyusunan

laporan keuangan.

Indikator membuat laporan dengan benar. Pada indikator ini peneliti

mengetahui bahwa pencatatan keuangan yang akurat dan laporan yang dapat

dipercaya telah diterpakan oleh karyawan yang memiliki moralitas

manajemen untuk pencegahan kecurangan. Penelitian ini didukung oleh

Sari, dkk (2021) menemukan bahwa moralitas manajemen berpengaruh

terhadap pencegahan kecurangan. Selain itu juga penelitian ini dilakukan

oleh Reza (2017) moralitas manajemen berpengaruh positif terhadap

pencegahan kecurangan akuntansi.

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat di simpulkan bahwa

moralitas manajemen berpengaruh signifikan terhadap pencegahan

kecurangan.

90
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimanakah

pengaruh pengendalian internal penjualan e-tiket dan moralitas manajemen

terhadap pencegahan kecurangan. Maka berdasarkan hasil hipotesis dan

pembahasan yang telah dilakukan maka penulis dapat mengambil kesimpulan

bahwa:

1. Secara persial (uji t) maka variabel pengendalian internal penjualan e-ticket

berpengaruh terhadap pencegahan pencegahan kecurangan. Penelitian ini

terbukti secara survei, bahwa pengendalian internal penjualan e-ticket

terhadap pencegahan pencegahan kecurangan pada PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) Divisi III Palembang menunjukan bahwa semakin meningkatnya

independensi karyawan akan meningkatkan pencegahan kecurangan, artinya

pencegahan kecurangan dapat dicapai jika karyawan memiliki independensi

91
yang baik. Dengan demikian penelitian ini membuktikan teori yang ada dan

penelitian yang dilakukan sebelumnya mendukung dengan penelitian ini.

2. Secara persial (uji t) maka variabel moralitas manajemen berpengaruh

terhadap pencegahan pencegahan kecurangan. Penelitian ini terbukti secara

survei, bahwa moralitas manajemen berpengaruh terhadap pencegahan

kecurangan pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi III Palembang.

Dengan demikian penelitian ini membuktikan teori yang ada dan penelitian

yang dilakukan sebelumnya mendukung dengan penelitian ini.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian maka terdapat

beberapa saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian

sejenis berikutnya :

1. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk memperluas lagi wilayah cakupan

penelitian untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum perlu

dilakukan penelitian yang lebih luas lagi.

2. Menambah dan mengembangkan berbagai variabel lain yang berkaitan

dengan variabel pencegahan kecurangan,

3. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat memperluas wilayah

cakupan penelitian dan sebaliknya untuk referensi penelitian selanjutnya

digunakan dengan jumlah sample yang lebih besar agar hasilnya lebih

maksimal

92
93

Anda mungkin juga menyukai