Anda di halaman 1dari 46

PENGARUH PENGENDALIAN INTERN TRHADAP

PENCEGAHAN KECURANGAN (FRAUD) PADA


APOTIK JAGABAYA

Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

DISUSUN OLEH

YASINTA ALIFIA
165080030

PROGRAM STUDI AKUNTANSI (S1)


FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
BANDAR LAMPUNG
2019
ii

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Judul laporan PKL : Pengaruh sistem pengendalian intern terhadap


pencegahan kecurangan (Fraud) pada apotik
jagabaya

Nama Mahasiswa : Yasinta Alifia


Npm : 165080030
Fakultas : Bisnis
Program Studi : Akuntansi

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN INI TELAH DISAHKAN:

Bandar Lampung, September 2019

Pembimbing Penguji

Dr. Maria Septijantini Alie


Npp: 2222004
iii

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Judul laporan PKL : Pengaruh sistem pengendalian intern terhadap


pencegahan kecurangan ( Fraud) pada apotik
jagabaya

Nama Mahasiswa : Yasinta Alifia

NPM : 165080030

Fakultas : Bisnis

Program Studi : Akuntansi

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN TELAH


DIPERIKSA DAN DISETUJUI

Bandar Lampung, September 2019

Mengetahui
Ketua Program Studi Akuntansi

Andri Eka Yunindra., SE., MM


NPP:2222104
iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya kepada penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) yang berjudul “ Pengaruh sistem pengendalian intern terhadap

pencegahan kecurangan penjualan pada apotik jagabaya ”. Shalawat beserta salam

penulis haturkan kepada Rasulullah SAW, yang telah menjadi teladan bagi umat-

Nya.

Dengan segala kerendahan hati di sadari bahwa dalam penulisan laporan ini,

penulis banyak mengalami kesulitan serta hambatan. Namun berkat bimbingan

serta motivasi dari berbagai pihak, akhirnya penulisan laporan ini dapat penulis

selesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Laporan Praktek Kerja Lapangan

(PKL) ini.

1. Bapak Dr. H. Andi Surya ,MM Selaku Ketua Yayasan Mitra Lampung
2. Ibu Dr. Ir. Hj. Armalia Reny, WA. MM selaku Rektor Universitas Mitra

Indonesia.
3. Ibu Yulistina, SE., MM selaku Dekan Fakultas Bisnis Universitas Mitra

Indonesia.
4. Bapak Andri Eka Yunindra, S.E., MM Selaku Ketua Program Studi

Akuntansi Fakultas Bisnis Universitas Mitra Indonesia.


5. Ibu Dr. Maria Septijantini Alie selaku Pembimbing laporan praktek kerja

lapangan.
6. Seluruh Dosen dan Staff Universitas Mitra Indonesia.
v

7. Bapak M sofyan dan Ibu Puji Rahayu selaku kedua orang tua penulis yang

telah memberikan dukungan baik moril maupun materil


8. Kepada teman – teman Akuntansi 2016 yang selalu memberikan dukungan

dan saran kepada kami dalam proses pembuatan laporan .


9. Almamater tercinta yang menjadi kebanggaan penulis.

Dengan ini penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini terdapat banyak

kekurangan. Oleh Karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk

dijadikan masukan dan koreksi guna menyempurnakan laporan ini. Semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, September 2019

Penulis

DAFTAR ISI
vi

COVER............................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 4
1.3 Maksud dan Tujuan ......................................................................... 4
1.4 Tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL).......................................... 5
1.5 Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan................................... 5

BAB II TINJAUANPUSTAKA
2.1 Pengendalian Intern.......................................................................... 6
2.1.1 Definisi Pengendalian Intern.................................................. 6
2.2 Tujuan Pengendalian Intern.............................................................. 7
2.3 Komponen Pengendalian Intern....................................................... 8
2.4 Pengertian Kecurangan (Fraud)....................................................... 12
2.5 Faktor Penyebab Kecurangan (Fraud)............................................. 13
2.6 Bentuk-bentuk Kecurangan (Fraud)................................................. 16
2.7 Pengertian Pencegahan Kecurangan (Fraud)................................... 19
2.8 Tujuan Pencegahan Kecurangan....................................................... 21

BAB III METODE OBSERVASI


3.1 Jenis dan Sumber Data..................................................................... 28
3.1.1 Jenis Data................................................................................ 28
3.1.2 Sumber Data............................................................................ 28
3.2 Teknik Pengumpuan Data................................................................ 28
3.3 Variabel Penelitian........................................................................... 30
3.4 Definisi Operasional Variabel.......................................................... 31
3.5 Analisis Data.................................................................................... 32
3.5.1 Uji Validitas............................................................................ 32
vii

3.5.2 Uji Reliabilitas........................................................................ 33


3.5.3 Analisis Regresi Linear Sederhana......................................... 33
3.5.4 Uji T (Uji Parsial)................................................................... 34

BAB IV PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


4.1 Sejarah berdirinya apotik................................................................. 35
4.2 Visi dan Misi.................................................................................... 35
4.2.1 Visi.......................................................................................... 35
4.2.2 Misi......................................................................................... 35
4.3 Lokasih dan fasilitas penunjang ...................................................... 36
4.3.1 Lokasi..................................................................................... 36
4.3.2 fasilitas penunjang.................................................................. 36
4.4 Struktur organisasi............................................................................ 36
4.5 Fungsi dan pembagian tugas ........................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan merupakan organisasi yang mempunyai berbagai tujuan baik

jangka panjang maupun jangka pendek. Salah satu tujuan yang penting untuk

dicapai adalah pencapaian laba optimum. Pencapaian laba dirasa penting karena

berkaitan dengan berbagai konsep akuntansi antara lain kesinambungan

perusahaan (going concern) dan perluasan perusahaan, serta mengembangkan

usahanya ketingkat yang lebih tinggi atau ketingkat yang lebih baik.

Setiap perusahaan selalu menginginkan laba yang sebesar besarnya,

sehingga untuk mencapai tujuan tersebut harus diimbangi dengan pengendalian

intern yang baik sebab jika pengendalian intern yang dilakukan kurang baik maka

akan berdampak kepada kelangsungan perusahaan itu sendiri.

Pengendalian intern atau pengendalian internal dapat mempunyai arti sempit

atau luas. Dalam arti yang sempit, pengendalian intern merupakan pengecekan

penjualan,baik penjualan mendatar maupun penjualan menurun. Dalam arti luas,

pengawasan tidak hanya mekanisme saling uji antar petugas yang terutama

petugas yang bertugas di bidang pembukuan saja, tetapi meliputi semua alat yang

digunakan manajemen untuk melakukan pengawasan aktivitas perusahaan.

(Stiady, 2010)

Apotek jagabaya merupakan usaha yang kegiatannya menjual obat-obatan,

dalam pelaksanaan penjualan obat-obatan yang diterapkan di Apotek jagabaya


2

tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak diimbangi dengan sistem

pengendalian intern yang baik pula. Unsur sistem pengendalian intern yang baik

yaitu struktur organisasi yang melakukan pemisahan tanggung jawab, sistem

otorisasi, praktik yang sehat, serta karyawan yang memiliki keterampilan dan

kemampuan dibidangnya. Sistem pengendalian intern dimaksudkan untuk

menghindari kecurangan yang dilakukan oleh karyawan.

(Fraud) atau kecurangan perlu dibedakan dengan errors atau kesalahan.

Errors dapat dideskripsikan sebagai unintentional mistakes. Kesalahan dapat

terjadi pada setiap tahap dalam pengelolaan transaksi, dokumentasi, pencatatan

dari ayat-ayat jurnal, pencatatan debet, kredit , pengikhtisaran proses dan hasil

lapoan keuangan. Kesalahan dapat dalam banyak bentuk, yaitu matematis,

kritikal, atau dalam aplikasi prinsip-prinsip akuntansi. Apabila kesalahan

dilakukan dengan sengaja (intentional), maka kesalahan tersebut merupakan

kecurangan atau fraudulent . Faktor yang membedakan antara kecurangan dan

kekeliruan adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya

salah saji dalam laporan keuangan, berupa tindakan yang disengaja atau tidak

disengaja.

Sistem yang ada pada Apotek jagabaya ini masih sederhana dan manual,

mulai dari pencatatan konsumen yang membeli obat, sampai penyimpanan data-

data lainnya yang berhubungan dengan proses penjualan hingga sampai

pembuatan laporan. Pada Apotek jagabaya sistem pengendalian intern yang

diterapkan masih kurang, dalam buku pencatatan penjualan tidak ada nama

petugas yang bertanggung jawab terhadap pencatatan yang telah ditulis sehingga
3

pada saat terjadi kesalahan, misalnya salah menuliskan angka rupiah sulit

dilakukan pengecekkan nama petugas yang menulis pencatatan penjualan.

Gambar 1 Buku penjualan dan kartu stok obat


Sumber : dokumen apotik jagabaya

Dari data transaksi penjualan dan kartu stock diatas, terlihat transaksi

penjualan pada senin 18 Juni 2019 terjadi kesalahan penulisan angka pada buku

penjualan, obat yang terjual (imbos) berjumlah 10 tablet dengan harga pertablet

Rp. 8.000,- yang seharusnya berjumlah Rp.80.000,- akan tetapi di buku penjualan
4

hanya tertulis harga 1 tablet Rp. 80.000,- sebagai data pendukung yaitu kartu

stock persediaan obat terlihat pengurangan obat pada tanggal 18 juni 2019

berjumlah 10 tablet.

Kesalahan-kesalahan dala melakukkan transaksi penjualan akan

berpengaruh buruk pada perusahaan tanpa adanya perencanaan dan sistem

pengendalian intern yang tepat agar perusahaan dapat menjadi lebih mudah dalam

mencapai tujuan dan dapat mencegah terjadinya kecurangan (fraud).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian langsung dengan judul “Pengaruh Sistem Pengendalian

Intern Terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud) Pada Apotek jagabaya .”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka permasalahan

yang dapat diidentifikasi dan penjadi pokok permasalahan pada laporan ini

adalah : Bagaimana pengaruh pengendalian intern terhadap pencegahan

kecurangan (fraud) pada Apotik Jagabaya Bandar Lampung ?

1.3 Maksud dan Tujuan

1. Untuk mengetahui pengaruh pengendalian intern terhadap pencegahan

kecurangan (fraud) di Apotik jagabaya

2. Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan pengendalian intern di

Apotik jagabaya
5

1.4 Tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Tempat Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Fakultas

Bisnis Universitas Mitra Indonesia yaitu di Apotik jagabaya yang berlokasi di Jl

pajajaran No 56 jagabaya 2 way halim Bandar Lampung.

1.5 Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

Jadwal dan Waktu PKL :

Kegiatan Praktek Kerja lapangan (PKL) Fakultas Bisnis dilaksanakan pada :

Hari /Tanggal : Senin , 5 Agustus 2019 - 16 September 2019

Waktu : 08:00 – 16.00 WIB


6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengendalian Intern

2.1.1 Definisi Pengendalian Intern

Pengendalian intern merupakan bagian dari manajemen risiko yang harus

dilaksanakan oleh setiap lembaga untuk mencapai tujuan lembaga. Demikian

perlunya pengendalian intern dalam sebuah lembaga sehingga hal ini harus

dilaksanakan secara konsisten untuk menjamin kesinambungan dan kepercayaan

pihak donor maupun masyarakat. Pengendalian intern harus dilaksanakan

seefektif mungkin dalam suatu perusahaan untuk mencegah dan menghindari

terjadinya kesalahan, kecurangan, dan penyelewengan. Di perusahaan kecil,

pengendalian masih dapat dilakukan oleh pemilik perusahaan. Namun semakin

besar perusahaan, dimana ruang gerak dan tugas-tugas yang harus dilakukan

semakin kompleks, menyebabkan pimpinan perusahaan tidak mungkin lagi

melakukan pengendalian secara langsung, maka dibutuhkan suatu pengendalian

intern yang dapat memberikan keyakinan kepada pimpinan bahwa tujuan

perusahaan telah tercapai. pengertian pengendalian intern menurut Arens et al.,

(2008:412) adalah:

Pengendalian intern adalah proses yang dirancang untuk memberikan

kepastian yang layak mengenai pencapaian tujuan manajemen tentang reliabilitas

pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap

hukum dan peraturan yang berlaku.


7

Ikatan Akuntan Indonesia (2009:319.2) mendefinisikan pengendalian

intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen

dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan gambaran keyakinan

memadai tentang pencapaian keandalaan laporan, efektivitas dan efisiensi operasi,

dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

2.2 Tujuan Pengendalian Intern

Sistem pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan prosedur yang

dirancang untuk memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan

telah mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan dan prosedur ini sering kali

disebut pengendalian, dan secara kolektif membentuk pengendalian intern entitas

tersebut. Tujuan pengendalian intern menurut COSO yang dikutip Sawyer dkk.

(2005:61) adalah Pengendalian (control) internal dirancang untuk memberikan

keyakinan yang memadai tentang pencapaian dalam hal efektivitas dan efisiensi

operasi, keandalan informasi keuangan, dan ketaatan terhadap hukum dan

peraturan yang berlaku. Sedangkan menurut Arens et al., (2008:370), biasanya

manajemen memiliki tiga tujuan umum dalam merancang sistem pengendalian

intern yang efektif, yaitu:

1. Reliabilitas pelaporan keuangan

Manajemen bertanggung jawab untuk menyiapkan laporan bagi para

investor, kreditor, dan pemakai lainnya. Manajemen memikul baik

tanggung jawab hukum maupun professional untuk memastikan bahwa

informasi telah disajikan secara wajar sesuai dengan persyaratan pelaporan

seperti prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Tujuan


8

pengendalian intern yang efektif atas pelaporan keuangan adalah

memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan tersebut.

2. Efisiensi dan efektivitas operasi

Pengendalian dalam perusahaan akan mendorong pemakaian sumber daya

secara efisien dan efektif untuk mengoptimalkan sasaran-sasaran

perusahaan. Tujuan yang penting dari pengendalian ini adalah memperoleh

informasi keuangan dan nonkeuangan yang akurat tentang operasi

perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan.

3. Ketaatan pada hukum dan peraturan

Selain mematuhi ketentuan hukum, organisasi-organisasi public,

nonpublic, nirlaba diwajibkan menaati berbagai hukum dan peraturan.

Beberapa hanya berhubungan secara tidak langsung dengan akuntansi,

seperti UU perlindungan lingkungan dan hak sipil, sementara yang lainnya

berkaitan erat dengan akuntansi, seperti peraturan pajak penghasilan dan

kecurangan.

2.3 Komponen Pengendalian Intern

Ada lima komponen dalam pengendalian intern Sedangkan menurut Agoes

(2012:100) pengendalian intern terdiri atas lima komponen yang saling terkait

berikut ini:

1. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi dan

mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan


9

pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern

yang lain, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian

mencakup hal-hal berikut ini:

a. Intergritas dan nilai etika

b. Komitmen terhadap kompetensi

c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit

d. Struktur organisasi

e. Pemberian wewenang dan tanggungjawab

f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

2. Penaksiran Risiko

Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan

keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negatif

mempengaruhi kemampuan antitas untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan

melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan

keuangan. Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut ini:

a. Perubahan dalam lingkungan operasi

b. Personel baru

c. Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki

d. Teknologi baru

e. Lini produk, produk, atau aktivitas baru

f. Restrukturisasi korporasi

g. Operasi luar negeri

h. Standar akuntansi baru


10

3. Aktivitas Pengendalian

Aktivtas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu

memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut

membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi

risiko dalam pencapaian tujuan entitas, sudah dilaksanakan.

Aktivitas pengendalian mempunyai berbagai tujuan dan diterapkan di berbagai

tingkat organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin

relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang

berkaitan dengan hal-hal berikut ini:

a. Review terhadap kinerja

b. Pengolahan informasi

c. Pengendalian phisik

d. Pemisahan tugas

4. Informasi dan Komunikasi

Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang

meliputi sistem akuntansi, terdiri atas metode dan catatan yang dibangun

untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (baik

peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi aset,

utang, dan ekuitas yang bersangkutan. Kualitas informasi yang dihasilkan dari

sistem tersebut berdampak terhadap kemampuan manajemen untuk membuat

keputusan semestinya dalam mengendalikan aktivitas entitas dan menyiapkan

laporan keuangan yang andal. Komunikasi mencakup penyediaan suatu


11

pemahaman tentang peran dan tanggungjawab individual berkaitan dengan

pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan. Auditor harus memperoleh

pengetahuan memadai tentang sistem informasi yang relevan dengan

pelaporan keuangan untuk memahami:

a. Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan

keuangan

b. Bagaimana transaksi tersebut dimulai

c. Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan

keuangan yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi

Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai

dengan dimasukkan ke dalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik

(seperti komputer dan electronic data interchange) yang digunakan untuk

mengirim, memproses, memelihara, dan mengakses informasi.

5. Pemantauan

Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern

sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi

pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini

dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus,

evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Di

berbagai entitas, auditor intern atau personel yang melakukan pekerjaan

serupa memberikan kontribusi dalam memantau aktivitas entitas. Aktivitas

pemantauan dapat mencakup penggunaan informasi dari komunikasi dengan


12

pihak luar seperti keluhan Customers dan komentar dari badan pengatur yang

dapat memberikan petunjuk tentang masalah atau bidang yang memerlukan

perbaikan.

2.4 Pengertian Kecurangan (Fraud)

Faktor utama kecurangan adalah “manusia” dengan berbagai alasan dari

dalam dirinya untuk melakukan tindakan tercela (Valery, 2013:135).

Pengertian fraud menurut Tuanakotta (2007:96) yaitu : “Kecurangan dapat

didefinisikan sebagai suatu perbuatan melawan hokum yang dilakukan oleh

orang-orang dari dalam atau luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan

keuntungan pribadi dan atau kelompoknya yang secara langsung merugikan pihak

lain.”

Menurut Hiro Tugiman (2008:3) pengertian kecurangan adalah “Kecurangan

didefinisikan sebagai suatu penyimpangan atau perbuatan melanggar hukum yang

dilakukan secara sengaja untuk tujuan tertentu. Menipu atau memberikan yang

keliru untuk keuntungan pribadi atau kelompok secara tidak fair, baik secara

langsung maupun tidak langsung merugikan pihak lain.”

Pada dasarnya kecurangan merupakan tindakan yang melanggar hukum dan

bisa merugikan berbagai pihak. Kecurangan merupakan suatu hal yang sulit

diberantas, bahkan korupsi di Indonesia sudah dilakukan secara sistematis

sehingga perlu penanganan yang sistematis. Akan tetapi, kita harus optimis bahwa

kecurangan dapat dicegah atau paling sedikitnya bisa dikurangi dengan

menerapkan pengendalian anti kecurangan


13

2.5 Faktor Penyebab Kecurangan (Fraud)

Menurut Karyono (2013:8) terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang

faktor-faktor yang menjadi penyebab dari fraud yaitu:

1. Teori C=N+K

Teori ini dikenal di jajaran kepolisian yang menyatakan bahwa criminal (C)

sama dengan niat (N) dan kesempatan (K). Teori ini sangat sederhana dan

gamblang karena meskipun ada niat melakukan fraud, bila tidak ada

kesempatan tidak akan terjadi, demikian pula sebaliknya. Kesempatan ada

pada orang atau kelompok orang yang memiliki kewenangan otoritas dan

akses atas objek fraud. Nilai perbuatan ditentukan oleh moral dan integritas.

2. Teori Segitiga Fraud (Fraud Triangle Theory)

Dalam teori segitiga, perilaku fraud didukung oleh tiga unsur yaitu adanya

tekanan, kesempatan dan pembenaran.

a. Tekanan (Pressure)

Dorongan untuk melakukan fraud terjadi pada karyawan (employee fraud)

dan oleh manajer (management fraud) dan dorongan itu terjadi antara lain

karena:

1) Tekanan keuangan,

2) Kebiasaan buruk

3) Tekanan lingkungan kerja,

4) Tekanan lainnya seperti tekanan dari suami/istri untuk memiliki

barang-barang mewah.
14

b. Kesempatan (Opportunity)

Kesempatan timbul karena lemahnya pengendalian internal dalam

mencegah dan mendeteksi kecurangan. Kesempatan juga dapat terjadi

karena lemahnya sanksi dan ketidakmampuan untuk menilai kualitas

kinerja.

c. Pembenaran (Rationalization)

Pelaku kecurangan mencari pembenaran ketika:

1. Pelaku menganggap bahwa yang dilakukan sudah merupakan hal yang

biasa/wajar dilakukan oleh orang lain pula.

2. Pelaku merasa berjasa terhadap organisasi dan seharusnya ia menerima

lebih banyak dari yang diterimanya.

3. Pelaku menganggap tujuannya baik yaitu untuk mengatasi masalah dan

nanti akan dikembalikan.

FRAUD

Opportunity
Pressure

Rationalization

Gambar 2.1 Fraud Triangle


15

3. Teori GONE

Dalam teori ini terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk

melakukan kecurangan, yaitu:

1) Greed (Keserakahan). Berkaitan dengan perilaku serakah yang

potensial ada dalam setiap diri seseorang.

2) Opportunity (Kesempatan). Berkaitan dengan keadaan organisasi,

instansi, masyarakat yang sedemikian rupa sehingga terbuka bagi

seseorang untuk melakukan kecurangan terhadapnya

3) Need (Kebutuhan). Berkaitan dengan faktor-faktor yang dibutuhkan

oleh individu untuk menunjang hidupnya secara wajar

4) Exposure (Pengungkapan). Berkaitan dengan kemungkinan dapat

diungkapnya suatu kecurangan dan sifat serta beratnya hukuman terhadap

pelaku kecurangan. Semakin besar kemungkinan suatu kecurangan dapat

diungkap/ditemukan, semakin kecil dorongan seseorang untuk melakukan

kecurangan tersebut. Semakin berat hukuman kepada pelaku kecurangan

akan semakin kurang dorongan seseorang untuk melakukan kecurangan.

4. Teori Monopoli (Klinggard Theory)

Menurut teori ini korupsi (C) diartikan sama dengan monopoli (M) ditambah

kebijakan (Decretism=D) dikurangi pertanggungjawaban (Accountability=A).


16

2.6 Bentuk-bentuk Kecurangan (Fraud)

Menurut Examination Manual 2006 dari Association of Certified Fraud

Examiner yang dikuti oleh Karyono (2013:17), fraud terdiri atas empat kelompok

besar yaitu:

1. Kecurangan Laporan (Fraudelent Statement)

2. Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropiation)

3. Korupsi (Corruption)

4. Kecurangan yang berkaitan dengan computer

Bentuk- bentuk kecurangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudelent Statement)

Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudelent Statement) dilakukan

dengan menyajikan laporan keuangan lebih baik dari sebenarnya (over

statement) dan lebih buruk dari sebenarnya (under statement) dan

kecurangan laporan lain (non financial statement).

2. Kecurangan Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropiation)

Kecurangan penyalahgunaan aset (Asset Misappropiation) yang terdiri

dari kecurangan kas (Cash) dan kecurangan persediaan dan aset lain

(inventory and other assets).

a. Kecurangan Kas, terdiri atas kecurangan penerimaan kas sebelum

dicatat (skimming), kecurangan kas setelah dicatat (larceny), dan

kecurangan pengeluaran kas (fraudulent disdurshment scheme)

termasuk kecurangan penggantian biaya (expense reimbursement


17

scheme).

- Kecurangan Penerimaan Kas, yaitu pencurian terhadap kas

yang belum dicatat (skimming)

- Kecurangan Pengeluaran Kas (fraudulent disdurshment

scheme), kecurangan penagihan (billing schemes) dengan

memasukkan dokumen tagihan atau invoice pengadaan barang,

sehingga tagihan lebih tinggi (mark up) atau tagihan fiktif.

b. Kecurangan Penggantian Biaya (expense reimbursement scheme)

adalah kecurangan pengeluaran kas dengan memanipulasi

penggantian biaya antara lain dengan cara meninggikan biaya dari

yang sebenarnya, penggantian biaya atas biaya-biaya fiktif dengan

membuat kuitansi palsu, kecurangan penggantian biaya berulang-

ulang (multiple reimbursement).

c. Penyalahgunaan persediaan dan aset lain (inventory and other sets

missappropriation), yang terdiri dari pencurian (lanceny) dan

penyalahgunaan (misuse), Lanceny scheme dimaksudkan sebagai

pengambilan persediaan atau barang di gudang karena penjualan

atau pemakaian untuk perusahaan tanpa ada upaya untuk menutupi

pengambilan tersebut dalam akuntansi atau catatan gudang.

Diantaranya yaitu penjualan fiktif (fictious sell), asset requisition

dan transfer scheme, kecurangan pembelian dan penerimaan,

membuat jurnal palsu, menghapus persediaan (inventory write off).

Kecurangan persediaan barang dan aset lainnya berupa


18

penyalahgunaan (misuse) aset pada umumnya sulit untuk

dikuantifikasikan akibatnya. Sebagai contoh kasus misalkan

pelaku menggunakan peralatan kantor saat jam kerja untuk

kegiatan usaha sampingan pelaku. Hal ini berakibat mengurangi

produktivitas dan menambah upah dan dapat berakibat pula

hilangnya peluang bisnis bila kegiatannya merupakan usaha

sejenis. Selain itu peralatannya akan lebih cepat rusak.

3. Korupsi

Kata korupsi berarti kebusukan keburukan, kejahatan, ketidakjujuran,

tidak bermoral, dan penyimpangan dari kesucian. Secara umum dapat

didefinisikan dengan perbuatan yang merugikan kepentingan

umum/publik atau masyarakat luas untuk kepentingan pribadi atau

kelompok tertentu, korupsi terjadi pada organisasi korporasi swasta

dan pada sektor publik/pemerintahan. Adapun bentuk korupsi yaitu:

a) Pertentangan kepentingan (Conflict of Interest)

b) Suap (Bribery)

c) Pemberian tidak sah (Illegal Grativies)

d) Pemerasan ekonomi (Economic Exortion)

4. Kecurangan yang berkaitan dengan compute

Terjadi perkembangan kejahatan di bidang komputer dan contoh tindak

kejahatan yang dilakukan sekarang antara lain:

a) Menambah, menghilangkan atau mengubah masukan atau


19

memasukan data palsu.

b) Salah mem-posting sebagian transaksi

c) Memproduksi keluaran palsu, menahan, menghancurkan, mencuri

keluaran

d) Merusak program misalnya mengambil uang dari banyak rekening

dalam jumlah kecil.

e) Mengubah dan menghilangkan master file

f) Mengabaikan pengendalian internal untuk memperoleh akses ke

informasi rahasia

g) Melakukan sabotase

h) Mencuri waktu penggunaan komputer.

i) Melakukan pengamatan elektronik dari data saat dikirim.

2.7 Pengertian Pencegahan Kecurangan (Fraud)

Kasus kecurangan (fraud) yang semakin marak terjadi membuat kerugian

yang cukup besar bagi perusahaan. Apabila kecurangan tidak dapat dikurangi atau

dicegah, maka anak berakibat fatal bagi perusahaan. Untuk itu, manajemen

perusahaan harus mengambil tindakan yang tepat untuk mencegah terjadinya

kecurangan.

Menurut Amrizal (2004:4) Pencegaha kecurangan adalah usaha

untukmenghilangkan atau mengeliminir sebab-sebab akan terjadinya suatu

perbuatan curang dan akan lebih mudah daripada mengatasi apabila kecurangan

sudah terjadi.” Menurut Karyono (2013:47) pencegahan fraud adalah:


20

“Mencegah fraud merupakan segala upaya untuk menangkal pelaku potensial,

mempersempit ruang gerak, dan mengidentifikasi kegiatan yang beresiko tinggi

terjadinya kecurangan (fraud).”

Pencegahan kecurangan menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:33)

merupakan upaya terintegrasi yang dapat menekan terjadinya faktor penyebab

fraud, yaitu:

1. Memperkecil peluang terjadinya kesempatan untuk berbuat

kecurangan.

2. Menurunkan tekanan pada pegawai agar ia mampu

memenuhi kebutuhannya.

3. Mengeliminasi alasan untuk membuat pembenaran atau

rasionalisasi atas tindakan fraud yang dilakukan.

Pencegahan kecurangan menurut Pusdiklatwas BPKP (2008:13):

“Pencegahan fraud merupakan upaya terintegrasi yang dapat menekan terjadinya

faktor penyebab fraud.”

Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa dengan adanya upaya

pencegahan yang diterapkan oleh perusahaan dapat memperkecil peluang

terjadinya fraud, karena setiap tindakan fraud dapat terdeteksi cepat dan

diantisipasi baik oleh perusahaan. Setiap karyawan tidak merasa tertekan lagi dan

melakukan pembenaran terhadap tindakan fraud yang dapat merugikan banyak

pihak.
21

2.8 Tujuan Pencegahan Kecurangan

Kecurangan merupakan masalah yang ada di dalam lingkungan perusahaan,

dan harus dicegah sedini mungkin. Pencegahan kecurangan yang efektif memiliki

lima tujuan, menurut Pusdiklatwas BPKP (2008:38) adalah sebagai berikut:

1. Prevention- Mencegah terjadinya kecurangan secara nyata pada

semua lini organisasi.

2. Detterence- Menangkal pelaku potensial bahkan tindakan yang bersifat

coba-coba karena pelaku potensial melihat sistem pengendalian risiko

fraud efektif berjalan dan telah memberi sanksi tegas dan tuntas

sehingga membuat jera (takut) pelaku potensial.

3. Disruption-Mempersulit gerak langkah pelaku kecurangan sejauh

mungkin

4. Identification- Mengidentifikasi kegiatan beresiko tinggi dan kelemahan

pengendalian.

5. Civil action prosecution- Melakukan tuntutan dan penjatuhan sanksi

yang setimpal atau perbuatan curang kepada pelakunya.

Sedangkan tujuan pencegahan kecurangan menurut Amin Widjaja Tunggal

(2012:33), yaitu:

1. Ciptakan iklim budaya jujur, keterbukaan, dan saling membantu.

2. Proses rekruitmen yang jujur.

3. Pelatihan fraud awareness

4. Lingkup kerja yang positif


22

5. Kode etik yang jelas, mudah dimengerti dan ditaati

6. Program bantuan kepada pegawai yang mendapatkan kesulitan

7. Tanamkan kesan bahwa setiap tindak kecurangan akan

mendapatkan sanksi setimpal.

Adapun penjelasan dari tata kelola pencegahan fraud tersebut adalah sebagai

beriku:

1. Ciptakan iklim budaya jujur, keterbukaan, dan saling membantu. Riset

menunjukan bahwa cara paling efektif untuk mencegah dan menghalangi fraud

adalah mengimplementasikan program serta pengendalian anti fraud, yang

didasarkan pada nilai-nilai yang dianut perusahaan. Nilai-nilai semacam itu

menciptakan lingkungan yang mendukung perilaku dan ekspektasi yang dapat

diterima, bahwa pegawai dapat menggunakan nilai itu untuk mengarahkan

tindakan mereka. Nilai-nilai itu membantu menciptakan budaya jujur,

keterbukaan, dan saling membantu antar sesama anggota organisasi atau

perusahaan.

Keterbukaan antar anggota organisasi merupakan hal yang sangat pokok harus

dimiliki setiap perusahaan dan berguna untuk perkembangan serta perilaku

SDM yang kompeten dan manajemen profesi yang efektif, yaitu merupakan

sikap tanggap terhadap perusahaan yang terjadi diikuti dengan perilaku yang

sesuai dengan harapan.

Disamping adanya kejujuran dan keterbukaan, keberhasilan perusahaan dalam

mencegah kecurangan tidak ditentukan oleh hasil kerja individu melainkan atas

keberhasilan tim (kerja sama). Suatu organisasi dibentuk sebagai alat untuk
23

mencapai tujuan yang telah ditentukan dan disepakati bersama oleh

sekelompok orang yang membentuk atau menjadi anggota dalam organisasi,

dan berfungsi sebagai mahluk sosial dan sekaligus sebagai mahluk individu.

Sebagai makhluk sosial orang-orang tersebut terkait dalam lingkungan

masyarakat dan berarti mereka saling berhubungan, saling mempengaruhi satu

sama lain, dan saling membantu sesuai dengan kemampuan yang ada pada

dirinya.

2. Proses rekrutmen yang jujur

Dalam upaya membangun lingkungan pengendalian yang positif, penerimaan

pegawai merupakan awal dari masuknya orang-orang yang terpilih melaui

seleksi yang ketat dan efektif untuk mengurangi kemungkinan memperkerjakan

dan mempromosikan orang-orang yang tingkat kejujurannya rendah. Hanya

orang-orang yang dapat memenuhi syarat tertentu yang dapat diterima.

Kebijakan semacam itu mungkin mencakup pengecekan latar belakang orang-

orang yang dipertimbangkan akan diperkerjakan atau dipromosikan menduduki

jabatan yang bertanggung jawab. Pengecekan latar belakang, verifikasi

pendidikan, riwayat pekerjaan, serta referensi pribadi calon karayawan,

termasuk referensi tentang karakter dan integritas. Pelatihan secara rutin untuk

seluruh pegawai mengenai nilai-nilai perusahaan dan aturan perilaku, dalam

review kinerja reguler termasuk diantaranya evaluasi kontribusi

pegawai/individu dalam mengembangkan lingkungan kerja yang positif sesuai

dengan nilai-nilai perusahaan, selalu melakukan evaluasi obyektif atas

kepatuhan terhadap nilai-nilai perusahaan dan standar perilaku, dan setiap


24

pelanggaran ditangani segera.

3. Pelatihan fraud awereness.

Semua pegawai harus dilatih tentang ekspektasi perusahaan menyangkut

perilaku etis pegawai. Pegawai harus diberi tahu tentang tugasnya untuk

menyampaikan fraud aktual atau yang dicurigai serta cara yang tepat untuk

menyampaikannya. Selain itu pelatihan kewaspadaan terhadap kecurangan juga

harus disesuaikan dengan tanggung jawab pekerjaan khusus pegawai itu.

Menurut Amin Widjaja Tunggal (2005: 83), pelatihan fraud awereness sebagai

berikut:

“Keahlian yang diberikan dalam organisasi untuk pelatihan keterampilan

dan pengembangan karir karyawannya, termasuk semua tingkatan

karyawan, baik sumber daya internal maupun eksternal.”

Pelatihan tersebut bermaksud untuk membantu meningkatkan pegawai dalam

melaksanakan tugas yang diberikan agar tidak terjadi banyak kesalahan yang

disengaja maupun yang tidak disengaja. Berikut merupakan serangkaian

pelatihan yang perlu diperhatikan dan diterapkan pada setiap karyawan di

perusahaan secara eksplisit agar dapat mengadopsi harapan-harapan yang baik

untuk perusahaan, diantaranya:

 Kewajiban-kewajiban mengkomunikasikan masalah-masalah

tertentu yang dihadapi.

 Membuat daftar jenis-jenis masalah

 Bagaimana mengkomunikasikan masalah-masalah tersebut dan

adanya kepastian dari manajemen mengenai harapan tersebut.


25

4. Lingkungan kerja yang positif.

Dari beberapa riset yang telah dilakukan terlihat bahwa pelanggaran lebih

jarang terjadi bila karyawan mempunyai perasaan positif tentang atasan mereka

ketimbang bila mereka merasa diperalat, diancam, atau diabaikan.

Pengakuan dan sistem penghargaan (reward) sesuai dengan sasaran dan hasil

kinerja, kesempatan yang sama bagi semua pegawai, program kompensasi

secara profesional, pelatihan secara profesional dan prioritas organisasi dalam

pengembangan karir akan mencipatakan tempat kerja yang nyaman dan positif.

Tempat kerja yang positif dapat mendongkrak semangat kerja pegawai, yang

dapat mengurangi kemungkinan pegawai melakukan tindakan curang terhadap

perusahaan.

5. Kode etik yang jelas, mudah dimengerti dan ditaati

Kode etik pada umumnya selalu sejalan dengan moral manusia dan merupakan

perluasan dari prinsip-prinsip moral tertentu untuk diterapkan dalam suatu

kegiatan. Membangun budaya jujur, keterbukaan dan memberikan program

bantuan tidak dapat diciptakan tanpa memberlakukan aturan perilaku dan kode

etik di lingkungan pegawai. Harus dibuat kriteria apa saja yang dimaksud

dengan perilaku jujur dan tidak jujur, perbuatan yang diperbolehkan dan yang

dilarang. Semua ketentuan ini dibuat secara tertulis dan diinternalisasikan

(disosialisasikan) ke seluruh karyawan dan harus mereka setujui dengan

membubuhkan tanda tangannya. Pelanggaran atas aturan perilaku kode etik


26

harus dikenakan sanksi.

6. Program bantuan kepada pegawai yang mendapat kesulitan.

Masalah ataupun kesulitan pasti akan dialami oleh setiap pegawai atau

karyawan pada setiap perusahaan, sehingga tidak sedikit dari mereka yang

melakukan berbagai macam kecurangan guna keluar dari masalah yang

dihadapinya dalam masalah keuangan akibat desakan ekonomi yang ada,

penyimpangan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Bentuk

perhatian dan bantuan tersebut sebaiknya dapat diberikan kepada pegawai guna

mencegah adanya kecurangan serta penyelewengan terhadap keuangan

perusahaan, serta menjadi dukungan dan solusi dalam menghadapi

permasalahan dan desakan ekonomi yang dimiliki para pegawai sehingga dapat

meminimalisir kerugian perusahaan terhadap kecurangan.

7. Tanamkan kesan bahwa setiap tindakan kecurangan akan mendapatkan


sanksi setimpal.

Strategi pencegahan kecurangan yang terakhir yaitu dengan menanamkan

kesan bahwa setiap tindakan kecurangan akan mendapatkan sanksi. Pihak

perusahaan khususnya pihak manajemen perusahaan harus benar-benar

menanamkan sanksi, maksudnya membuat dan menjalankan suatu peraturan

terhadap setiap tindak kecurangan yang ada sehingga, perbuatan menyimpang

dalam perusahaan dapat diminimalisir, dan memberikan efek jera terhadap

oknum yang akan ataupun yang sudah melakukan tindakan curang.

Pencegahan kecurangan lebih baik dari pada mengatasi kecurangan, oleh

karena itu perlu kerjasama yang baik bersama-sama pada setiap anggota
27

organisasi perusahaan guna mensejahterakan suatu perusahaan, karena apabila

suatu perusahaan dapat berkembang dan maju menjadi lebih baik, maka

sejahtera pula seluruh karyawan yang ada dalam perusahaan. Serta apabila

seluruh bagian karyawan dapat menjalankan tugasnya sebaik mungkin, maka

dapat pula melatih moral, etika, serta teladan yang baik pada jiwa setiap

karyawan.
28

BAB III
METODE OBSERVASI

3.1 Jenis dan Sumber Data

3.1.1 Jenis Data

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.

Menurut sugiyono, statistik untu pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), data

kuantittif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung. Yang

berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk

angka. Dalam hal ini data kuantitatif yang diperlukan adalah : hasil kuesioner.

3.1.2 Sumber Data

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu

data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti, baik dari objek

individual (responden) maupun dari suatu instansi yang dengan sengaja

melakukan pengumpulan data dari instnsi – instansi atau badan lainnya untuk

keperluan penelitian dari pengguna. Data primer yang digunakan dalam penelitian

ini adalah berupa skor dari angket yang sudah diisi oleh responden

3.2 Teknik Pengumpuan Data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara :

1. Studi Pustaka
29

Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data skunder yang

bersumber pada literatur, dokumen, majalah dan dokumen yang

berhubungan dengan masalah penelitian.

2. Observasi

Observasi yaitu penulisan melakukan pengamatan secara langsung

mengenai sistem yang berjalan pada seluruh bagian yang dibutuhkan guna

memperoleh data yang akurat

3. Kuesioner

Menurut Ridwan (2009:27) Dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

menggunakan kuesioner. Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian

ini adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang

berbentuk sedemikian rupa, sehingga responden hanya diminta untuk

memilih salah satu jawaban yang mencerminkan karakteristik dirinya

sendiri dengan memberikan tanda silang (X) atau checklist .

Kuesioner terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi data

karakteristik responden yang terdiri dari nama, umur , jenis kelamin, lama

bekerja, jabatan dan tingkat pendidikan responden. Bagian kedua berisi

pertanyaan yang berhubungan den gan variable independen (sistem

pengendalian intern) dan variable dependen (pencegahan kecurangan).

Variabel variabel tersebut akan diukur menggunakan kuesioner dengan

skala likert. enurut sugiyono( 2011:93) Skala Likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang maupun kelompok


30

mengenail suatu fenomena sosial. Skala Likert yang digunakan adalah

Skala Likert 5 poin dengan asumsi sebagai berikut :

Tabel 3.1 Skor Skala Likert 5 Poin

Pernyataan positif
Jawaban Skor
Sangat tidak
setuju 1
Tidak setuju 2
Netral 3
Setuju 4
sangat setuju 5

3.3 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2014:59) Variabel penelitian adalah suatu atribut atau

sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dalam

penelitian ini terdiri dari

1. Variabel Terikat (Dependent variable) variabel yang dipengaruhi (Y)

variabel lain. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah Sistem

Pengendalian Intern.

Y = pencegahan kecurangan

2. Variabel Bebas (Indeoendent variable) Variabel yang mempengaruhi

(X) variabel lain. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah Sistem

pengendalian intern.

X = Sistem Pengendalian Intern


31

3.4 Definisi Operasional Variabel

No Variable Definisi Operasional Indikator no

1 Sistem “Suatu proses yang a. Pengendalian 1


pengendal dijalankan oleh dewan lingkungan 2
ian intern komisaris, manajemen dan b. Penilaian resiko 3
sturuktur pembuatan c. Aktivitas 4
reasonable assurance pengendalian 5
mengenai efektivitas dan d. Informasi
efisien operasional, komunikasi
reabilitas pelaporan e. Pemantauan
keuangan,m kepatuhan
hukum dan peraturan yang
berlaku”(COSO;2014)
32

2 Pencegaha “ pencegahan kecurangan a. Membangun 1


n pada umumnya adalah stuktur 2
kecuranga aktivitas yang dilaksanakan pengendalian 3
n (Fraud) manajemen dalam hal intern yang 4,5
penetapan kebijakan, baik
sistem dan prosedur yang b. Mengefektifkan
membantu meyakinkan aktivitas
bahwa tindakan yang pengendalian
diperlukan sudah dilakukan c. Meningkatkan
dewan komisaris, kultur
manajemen, dan personil organisasi
lain perusahaan untuk d. Mengefektifkan
dapat bemberikan fungsi internal
keyakinan memadi dalam audit.
pencapai tiga tujuan pokok
yaitu keandalan laporan
keuangan, efektivitas, dan
efissiensi operasi serta
kepatuhan terhadap hukum
dan peraturan yang
berlaku” ( Amrizal,2014:5)

3.5 Analisis Data

Untuk menganalisi masalah yang dabahas pada laporan praktek kerja

lapangan ini dan melihat seberapa besar pengaruh sistem pengendalian

internterhadap pencegahan kecurangan, maka penulis membuat angket atau

kuisioner dengan beberapa pertanyaan yang masing masing mewakili tiap tiap

indikator. Penelitian ini menggunakan pengolahan data kuantitatif deskriptif

dalam rangka memberikan informasi variable yang diteliti beupa penyebab

kuisioner dikelompokan berdasarkan variabel, kemudian dihitung menggunakan


33

rumus index % untuk mengetahui persentase jawaban responden dan hanya

dilakukan pengujian untuk mencari hasil validitas dan reliabilitas. Analisis yang

digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

3.5.1 Uji Validitas

Menurut Imam Ghazari (2011:52) Uji validitas ini dilakukan untuk

mengetahui keabsahan atau kevalidan suatu instrumen. Sebuah kuesioner

dikatakan valid jika pertanyaan dalam kuesioner tersebut mampu mengukur apa

yang ingin diukur oleh kuesioner tersebut. Danang sunyoto (2010:89) menyatakan

bahwa pengujian validitas biasa dilakukan dengann mengorelasi skor butir

pertanyaan ddengan total skort konstruksi. Uji validitas dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara melihat nilai Sg, pada kolom jumlah, jika nilai sig.<0.05

maka butir pertanyaan pada setiap variable penilain dinyatakan valid.

3.5.2 Uji Reliabilitas

Imam Ghazali (2011:47) uji reliabilitas ini di gunakan untuk mengukur suatu

kuesioner yng merupakan indicator dari variable atau konstruk. Jika jawaban

seseorang terhadap pertanyaan tetap konsisten dan stabil dari waktu ke waktu,

maka kuesioner tersebut dapat dikatakan reliable. Pengujian reliabilitas

menggunakan alat internal consistency dengn alat ukur alpha conbrach dengan

bantuan komputer melalui program SPSS. Dengan pengambilan keputusan

sebagai berikut :
34

1. Cronbach’s alpha > 0,6 maka pernyataan di nyatakan relibel

2. Cronbach’s alpha< 0,6 maka pernyataan dinyatakan tidak valid

3.5.3 Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis Regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh

variable independen secara parsial terhadap variable dependen. Regresi linear

sederhana ini digunakan untuk menjawab hipotesis yang pertama, kedua dan

ketiga. Nilai masing masing koefisien regresi diketahui dari hasil perhitungan

dengan IBM SPSS Statistic 19.0 for Windows.

Persamaan regresi adala suatu persamaan matematika yang mendefinisikan

hubungan antra dua variable. Bentuk sebenarnya dari persamaan regresi pada

populasi adalah :

Y = a +Bx
Keterangan :
Y = adalah subjek nilai dalam variable terikat yang diprediksikan
a = konstanta
b = angka arah koefisien regresi
X = subjek pada variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu

3.5.4 Uji T (Uji Parsial)

Menurut Ghozali (2013:99) uji statistik t dilakukan untuk mengetahui tingkat

signifikasi pengaruh antara masing masing (parsial) variabel independen terhadap

variabel bebas dependen. Dengan tingkat signifikan 5%(0,05) dan kriteria

pengujianya adalah :

a. Jika t hitung < t tabel atau probabilitas > 0,05 maka variabel

independen secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen.
35

b. Jika t hitung > ttabel atau probalitas < 0,05 maka variabel independen

secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

BAB IV
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

4.1 Sejarah berdirinya apotik

Apotik jagabaya didirikan pada 03 januari 2012 oleh Bapak mastuki,

dengan apoteker Meli Sulistina S.Si,Apt. Apotik jagabaya berlokasi di Jl.

Pajajaran no 56 jagabaya 2, way halim Bandar Lampung dan apotik jagabaya

sudah mempunyai satu cabang din daerah kaliyawi


36

Apotik jagabaya buka setiap hari , dan dibagi menjadi dua shift yaitu pagi

dari jam 08.00 s/d 15.00 dan sore dari jam 14.00 s/d 21.00

4.2 Visi dan Misi

4.2.1 Visi

Menjadi apotik yang menerapkan pelayanan kefarmasian yang bermutu,

berkualitas dan terpercaya serta menguntungan bagi konsumen dan karyawan

4.2.2 Misi

1. Menyediakan obat, alat kesehatan serta perbekalan kefarmasian lainnya

yang bermutu,berkualitas dan terjangkau bagi masyarakat

2. Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang tepat,cepat dan ramah

4.3 Lokasih dan fasilitas penunjang

4.3.1 Lokasi

Apotik jagabaya berlokasi di jl pajajaran No.56 jagabaya 2, way halim

Bandar lampung

4.3.2 fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang yang dimiliki oleh apotik jagabaya yaitu ruang tunggu

yang nyaman,toilet bersih,dan halaman parkir yang luas


37

4.4 Struktur organisasi

Struktur organisasi adalah susunan hubungan antara atasan dengan para

staf dan aktivitas satu sama lain serta terhadap keseluruh pertanggung jawaban,

wewenang melalui tujuan perusahaan pada pencapaian sasarannya, untuk itu

struktur perorganisasian tiap tiap organisasi atau perusahaan dibuat agar tujuan

yang telah di tetapan dapat tercapai dengan memperjelas tugas dan tanggung

jawab dari masing masing bagian yang terkait,maka diperlukan bagan organisasi.

Bagan organisasi adalah suatu gambaran dari stuktur organisasi yang

menunjukan satuan satua organisasi. Berikut ini bagan struktur organisasi dari

apotik jagabaya

Gambar 2. Stuktur organisasi secara umum

4.5 Fungsi dan pembagian tugas

1. Direktur / Pemilik Apotek


38

a. Bertanggungjawab terhadap semua kegiatan dan mengkoordinir

semua bagian

b. Menunjuk dan mengangkat semua personel untuk tugas atau

jabatan yang sesuai dengan struktur organisasi

c. Mengawasi dan menjamin stabilitas seluruh bagian yang ada dalam

apotek

2. Kepala / Apoteker Pengelola

a. Mengawasi jalannya operasional apotek

b. Mengevaluasi apotek berdasarkan dari laporan yang diterima

dalam kurun waktu tertentu

c. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk

perkembangan apotek

3. Assisten Apotek

Orang yang bertugas sebagai pembuat/ menyiapkan obat yang diterima

dari bagian penjualan sesuai dengan resep maupun non resep dari

konsumen, dimulai dari melihat kelengkapan obat, menyiapkan obat

dan mengemas obat.

4. Bagian Penjualan / Kasir

a. Mengenal produk dan barang yang akan dijual secara baik.

b. Melayani konsumen dengan melayani permintaan obat resep

maupun non resep


39

5. Bagian Gudang

Bagian gudang merupakan bagian dari Staff apotek, dalam hal ini yaitu

bagian yang bertanggungjawab atassegala macam kegiatan yang terjadi

dibagian gudang. Tugas dan tanggungjawabnya yaitu membuat surat

pemesanan obat, mendistribusikan barang ke bagian penjualan,

melakukan kordinasi dengan bagian pembelian dan penjualan.

6. Bagian Pembelian

a. Melakukan pemesanan obat kepada supliyer

b. Melakukan negosiasi harga ke supliyer dan mencari harga yang

sesuai atau kompetetif, sehingga dapat menaikan keuntungan dari

penjualan barang.

Anda mungkin juga menyukai