Laporan Praktikum Manajemen Hutan Hutan Rakyat Di Desa Jamberama
Laporan Praktikum Manajemen Hutan Hutan Rakyat Di Desa Jamberama
Disusun oleh:
i
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR..............................................................................................i
DAFTARISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................
BABI PENDAHULUAN..........................................................................................
1.1. Latarbelakang......................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3. Tujuan.................................................................................................................
1.4. Manfaat...............................................................................................................
BABII TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................
2.1. Pengertian Hutan Rakyat....................................................................................
2.2. Pengelolaan Hutan Rakyat..................................................................................
2.3. Potensi Hutan Rakyat..........................................................................................
2.4. Manfaat Hutan Rakyat........................................................................................
2.5. Analisis Vegetasi.................................................................................................
2.6. Kondisi Umum Lokasi........................................................................................
2.6.1. Keadaan Fisik Lingkungan.............................................................................
2.6.2. Sarana Prasarana..............................................................................................
BABIII METODELOGI..........................................................................................
3.1. Waktu dan Tempat..............................................................................................
3.2. Alat dan Bahan....................................................................................................
3.3. Analisis Data.......................................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................
4.1. Potensi dan Pengelolaan Hutan Rakyat...............................................................
4.2. .............................................................................................................................
ii
BAB V KESIMPULAN............................................................................................
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Hutan rakyat merupakan hutan buatan, melalui penanaman tanaman tahunan
(tanaman keras) di lahan milik baik secara perseorangan, marga maupun kelompok
(Departemen Kehutanan,1996).Hutan merupakan sumberdaya alam yang
mempunyai peranan dalam berbagai aspek kehidupan baik aspek ekonomi, aspek
ekologi dan aspek sosial. Hutan dan ekosistemnya merupakan sumberdaya alam
yang dapat dijadikan modal dasar bagi pembangunan nasional (Ismail dkk, 2016).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa hutan merupakan kesatuan ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungan yang satu dengan lainnya tidak dapatdipisahkan.
Tujuan penetapan sebuah kawasan menjadi hutan rakyat adalah untuk
meningkatkan produktifitas lahan kawasan hutan sehingga dapat menghasilkan
keuntungan ekonomi bagi masyarakat sekitarnya tanpa melupakan aspek
perlindungan kawasan dan konservasi lahan.Kebutuhan kayu secara nasional
diperkirakan mencapai 33,2 juta m3, sementara pasokan kayu dari hutan negara
hanya mampu mencapai sekitar 8.058.734 m3 (BPS, 2008 dalam Sumedi Nur, 2009).
Salah satu upaya untuk menunjang keseimbangan ekosistem alam dankebutuhan
ekonomi adalah dengan pembentukan hutan rakyat. Hutan rakyat sudahberkembang
sejak lama di kalangan masyarakat Indonesia, dan dikelola secara tradisional oleh
pemiliknya. Irundu dkk, (2018) menyatakan hutan rakyat dewasaini banyak dikelola
tanpa memperhatikan teknik dan sistem silvikultur mayoritashutan rakyat dikelolah
dengan sistem monokultur atau campuran, walaupun terdapat beberapa hutan rakyat
yang pengelolaannya menggunakan sistemtumpang sari. Semakin baik
pemahanaman petani dalam pengelolaan lahannyamaka hutan rakyat tersebut dapat
menjadi sumber penghasilan yang menjajikan untuk kehidupan para petani hutan
rakyat.
5
Salah satu karakteristik agroforestri (agroforestry) adalah mempunyai tingkat
resiliensi (kekenyalan) yangtinggi baik produk yang dihasilkan maupun kondisi atau
perkembangan biofisiknya. Kekenyalan biofisik ini dapatdilihat dari kemampuan
budidaya jenis tanaman semusim untuk merespons perkembangan sumber energi
(resources) dalam sistem agroforestri tersebut (Suryanto et al. 2005).Hal ini didasari
oleh beberapa alasan seperti terbatasnya kepemilikan lahan, keterbatasan modal, serta
mengikuti perkembangan pasar. Pengelolaan hutan rakyat memangtergantung pada
keinginan pemiliknya sehingga karakteristik hutan rakyat berlainan baik dari jenis
tanaman maupun pengelolaannya.
2.3. Potensi Hutan Rakyat
Hutan rakyat memiliki potensi sebagai penghasil pangan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Sebagai langkah awal diperlukanrencana prioritas
pengembangan kawasan-kawasan yang memiliki keunggulan kompratif dalam hal
potensi hutan rakyat karena memiliki peran yang cukuppenting bagi perkembangan
perekonomian daerah. Potensi hutan berupa keanekaragaman hayati perlu dikaji guna
mendapatkan informasi jenis vegetasiyang mendominasi di kawasan hutan. Berdasarkan
hasil penelitian Setiawan dkk, (2014) hasil analisis ditetapkan tanaman yang potensial
untuk dikembangkanadalah jenis sengon, mahoni, dan jati yang diharapkan akan
memberikan manfaat ekonomi, ekologi, dan sosial bagimasyarakat.
BAB III
7
METODELOGI
N
n=
1+ N e2
Keterangan
n = Jumlah sampel yang dicari
N = Jumlah populasi
e = Standar error sebesar 15%
Keterangan :
I = Interval
NT = Total nilai tertinggi
NR = Total nilai terendah
K = Kategori kelas (Baik, Sedang, Buruk)
10
1 3 5 7 9
2 4 6 8
1 3 5 7
2 4 6
11
d. Indek Nilai Penting (INP)
INP = KR + FR + DR (untuk tiang dan pohon)
INP = KR + FR (untuk semai dan pancang)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 3 hasil pengolahan skala likert yang dilakukan oleh petani teknik silvikultur
tergolong baik dengan skor 157 dimana di kategori ini dapat mempengaruhi hasil
produksi petani, semakin baik pemahaman tentang teknik maupun sistem silvikultur
maka akan meningkat hasil produksi petani. Ini sesuai dengan pendapat Mile (2007)
menyatakan bahwa rendahnya tingkat pengetahuan petani dan kurangnya modal yang
dimiliki sehingga produksi yang dihasilkan pada umumnya kualitas relatif rendah dan
tidak dapat bersaing khususnya di pasar global.
Sistem silvikultur Desa Rambung Baru tergolong sedang dengan skor 129
pada Tabel 3 Hal ini menunjukan bahwa petani mengerti tentang penggunaan sistem
silvikultur namun masih perlu pengetahuan lebih tentang sistem silvikultur. Sistem yang
sering digunakan pada hutan rakyat di desa ini adalah pola tebang habis dimana semua
12
pohon dalam satu area tertentu ditebang seluruhnya karena banyaknya jenis yang
ditanam seumur. Pola tebang pilih juga menjadi salah satu pilihan system silvikultur
yang digunakan di desa ini dimana pohon yang ditebang dipilih sesuai dengan
kebutuhan dan pada hutan campuran. Hasil penelitian Sanudin dan Priambodo (2013)
Desa Suka Maju juga menggunakan sistem tebang pilih atau tebang butuh, yaitu
kegiatan penebangan yang diakibatkan oleh kepentingan ekonomi yang mendesak
(kebutuhan anak sekolah, hajatan/pesta, membangun
rumah dan sebagainya lain-lain).
Penanaman
a. Pengadaan Bibit
Penanaman yang dilakukan di lokasi penelitian cenderung hanya menggunakan jenis
yang sama karena dipengaruhi oleh musim dari serta belum ada keberanian dari
masyarakat untuk menanam untuk di hasilkan kayunya karena ketidakpastian harga
pasar dan lama panen. Hal ini sesuai dengan pendapat Ethika dkk, (2014) menyatakan
bahwa jenis yang ditanam terutama yang mempunyai nilai ekonomi untuk daerah
setempat belum ada keberanian untuk menanam jenis introduksi, karena ada
kekhawatiran terhadap ketidakpastian pasar (uncertainly). Menurut Pratama dkk, (2015)
kegiatan penanaman ini terdiri dari kegiatan penyediaan bibit, persiapan lahan, dan
penanaman. Dalam kegiatan penyediaan bibit 100% petani mendapatkan bibit dengan
cara membeli dengan jenis tanaman yang ditanam yaitu kelengkeng, mangga, nangka,
rambutan
Bibit yang diperoleh adalah bibit yang belum tersertifikasi dimana bibit yang ditanam
dibeli dari petani desa yang melakukan pengadaan bibit di lahan mereka. Bibit tersebut
merupakan bibit generatif yang didapatkan masyarakat dari jenis-jenis yang tumbuh
alami diladang mereka lalu kemudian dijual ke petani lainnya. Sehingga bibit yang di
dapat tidak sama kualitasnya dan terdapat bibit yang mati karena tidak mampu
beradaptasi. Menurut Pasaribu dkk, (2016) bibit generatif adalah bibit dengan teknik
perbanyakan tanaman dengan biji. Penanaman menggunakan bibit yang ditanam telah
berumur 3-5 bulan, berbatang lurus, telah berkayu dan tinggi 25-35 cm dengan terlebih
dahulu membuat lubang tanam yang lebih besar dari bibit karena menurut petani agar
bibit tidak mati karena patah akar. Puspitojati dkk, (2014) menyatakan bahwa lubang
tanam berfungsi memberi tempat tumbuh bagi akar tanaman muda untuk berkembang,
semakin besar lubang tanam semakin banyak tanah gembur dan semakin mudah akar
tanaman muda berkembang, namun semakin besar biayanya.
13
Tabel 4. Hasil Skala Likert Teknik penanaman
Hasil skala likert teknik penanaman (Tabel 4) berdasarkan pengolahan didapat bahwa
persiapan lahan dan pengaturan jarak tanam hutan rakyat di Desa Jembaran tergolong
baik dengan skor 185 dan 165. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pemilik
hutan rakyat telah memahami dan melaksanakan penanaman dengan baik.
b. Persiapan Lahan
Kegiatan persiapan lahan sudah dilakukan lama sehingga pada saat melaksanakan
penelitian di lapangan peneliti tidak melihat langsung proses persiapan lahan. Menurut
Badan Litbang Kehutanan (2007) menyatakan penyiapan lahan untuk penanaman
tanaman kehutanan, pertanian atau perkebunan pada dasarnya adalah kegiatan
pembersihan lapangan dan pengendalian kesuburan tanah agar tercipta kondisi lahan
yang optimal untuk keperluan penanaman. Masyarakat setempat melakukan persiapan
lahan dengan cara membersihkan lahan dengan cara mekanik dan kimiawi membersikan
alangalang, ulma dan semak belukar biasanya dilakukan satu bulan sebelum tanam.
c. Jarak Tanam
Pemilik hutan rakyat juga memperhatikan jarak tanam dalam pengelolaan
lahannya. Penanaman dilakukan mengikuti lereng, hal ini dilakukan agar tanaman dapat
menahan erosi dan banjir. Jarak tanam yang digunakan pemilik hutan rakyat berbeda-
beda biasanya 4x5 meter, 6x4 meter, 8x8 meter
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dapat membantu pengelolaan hutan rakyat untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Pemeliharaan yang dilakukan petani sederhana dan
tidak memerlukan tenaga kerja lebih banyak namun hasil didapatkan beragam
dikarenakan adanya perbedaan jenis yang ditanam
14
Pemanenan
Kegiatan pemanenan merupakan kegiatan yang pemilik hutan rakyat lakukan untuk
mengambil hasil dari tanaman baik berupa kayu, daun, akar, buah, dan sebagainya yang
bersumber dari tanaman. Pemanenan petani Desa Rambung baru tidak ada yang
mengusahakan hasil hutan kayu dikarenakan lamanya masa panen sehingga masyarakat
setempat memanfaatkan HHBK untuk kelangsungan
hidupnya.
Tabel 6. Hasil Skala Likert Pemanenan di Desa Jemberan
15
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
Saran dari hasil penelitian perlu adanya pengembangan pemanfaatan hasil hutan bukan
kayu seperti kayu putih, atau dengan tanaman obat
16