Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem reproduksi merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung jawab
terhadap kelangsungan hidup suatu generasi. Sistem reproduksi tidak bersifat vital artinya
tanpa adanya proses reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk tidup
tidak dapat bereproduksi maka kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut terancam
punah, karena tidak dapat dihasilkan keturunan (anak). Sistem reproduksi manusia tentunya
berbeda pada pria dan wanita. Sistem reproduksi wanita sangat bertanggungjawab terhadap
adanya generasi selanjutnya karena di dalam rahimnya terjadi perkembangan janin hasil
fertilisasi. Hal tersbut didukung dengan adanya organ-organ penyusun sistem reproduksi
yang mempunyai fungsi penting.
Struktur organ reproduksi wanita terdiri organ reproduksi eksternal dan organ
reproduksi internal. Sistem reproduksi eksterna terdiri dari mons veneris, labia mayora, labia
minora, klitoris, vestibulum dan perineum), sedangkan sistem reproduksi interna terdiri atas
vagina, uterus, serviks, tuba fallopii dan ovarium (Hani dkk, 2011). Masing-masing organ
reproduksi tersebut memiliki fungsi spesifik bagi sistem reproduksi. Proses fisiologi yang
terjadi dalam organ reproduksi tersebut juga spesifik. Salah satu proses fisiologi yang
berperan penting dalam sistem reproduksi adalah pembentukan ovum melalui proses
oogenesis. Oogenesis atau pembentukan ovum pada wanita telah dimulai sejak dalam
kandungan ibunya. Setelah bayi lahir, dalam tubuhnya telah ada sekitar satu juta oosit primer.
Sebagian oosit primer mengalami degenerasi sehingga ketika memasuki masa puber jumlah
tersebut menurun hingga tinggal sekitar 200 ribu pada tiap ovariumnya. Oosit primer ini
mengalami masa istirahat (dorman), kemudian proses oogenesis akan dilanjutkan setelah
wanita memasuki masa puber.
Masa pubertas pada wanita merupakan masa yang ditandai dengan adanya menstrusi
atau peluruhan dinding rahim. Masa pubertas dapat dikatakan sebagai masa produktif yaitu
masa untuk mendapat keturunan, yang berlangsung kurang lebih 40 tahun. Pada masa ini
hormon-hormon reproduksi berkembang baik sehingga dapat menghasilkan keturunan.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa wanita terlihat kuat ketika masa
pubertas ini. Allah telah menjelaskan keberadaan seorang wanita dan sistem reproduksinya
dalam firman-Nya Surat Ar Ruum ayat 54 sebagai berikut :
Artinya : “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan
(kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa” (QS. Ar Ruum : 54).
Ayat tersebut menunjukkan bahwa meskipun wanita terlihat lemah, namun wanita
tersebut dengan izin Allah dapat mengandung atau menghasilkan keturunan. Wanita
diciptakan sebagai maakhluk yang kuat karena memiliki organ-organ reproduksi yang
berperan penting dalam menjalankan fungsinya menghasilkan keturunan dan menampung
proses perkembangan rahim di dalamnya. akan tetapi seiring dengan pertambahan usia, organ
reproduksi wanita mengalami kemunduran fungsi sehingga sebagaimana telah disebutkan
dalam ayat di atas bahwa wanita akan lemah dan beruban. Proses ini dalam ilmu biologi
disebut sebagai tanda-tanda menopause.
Usia tua seorang wanita dalam siklus reproduksinya berubah menjadi masa
menopause. Menopause merupakan sebuah kata yang memiliki arti atau makna yang
menjelaskan tentang gambaran terhentinya haid atau menstruasi. Menopause dapat diartikan
sebagai haid terakhir. Menopause disebut juga sebagai periode klimakterium di mana seorang
wanita berpindah dari tahun reproduktif ketahun nonreproduktif dalam hidupnya, pada fase
ini wanita akan mengalami akhir dari proses biologis dari siklus menstruasi, yang
dikarenakan terjadinya perubahan hormon yaitu penurunan produksi hormon estrogen yang
dihasilkan ovarium. Selanjutnya terjadi kemunduran alat-alat reproduksi, organ tubuh, dan
kemampuan fisik (Kartono, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, maka penting untuk mengenal anatomi dan fisiologi organ
reproduksi. Dengan mengetahui anatomi dan memahami fisiologi reproduksinya maka
seorang wanita tak perlu merasa cemas dan gelisah terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi pada masa remaja dan itu adalah suatu hal yang normal. Oleh karena itu, perlu disusun
makalah ini guna mengetahui anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana anatomi sistem reproduksi wanita?
2. Bagaimana fisiologi yang terjadi ketika menstruasi?
3. Bagaimana fisiologi yang terjadi ketika menopause?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah:
1. Mengetahui anatomi sistem reproduksi wanita.
2. Mengetahui fisiologi yang terjadi ketika menstruasi.
3. Mengetahui fisiologi yang terjadi ketika menopause.

1.4 Manfaat
Manfaat makalah ini adalah:
1. Menambah pengetahuan lebih jauh mengenai sistem reproduksi pada wanita baik dari
anatomi maupun fisiologinya.
2. Menambah pengetahuan lebih jauh mengenai fisiologi menstruasi dan dan menopause.

1.5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Manusia


Berasal dari bahasa latin, yaitu: Anatomi; Ana= bagian, memisahkan, Tomi (tomie) =
Tomneinei = iris, potong. Fisiologi: Fisis (Phisys) = alam atau cara kerja, Logos (logi) = ilmu
pengetahuan. Jadi anatomi dan fisiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
susunan atau potongan tubuh dan bagaimana alat tubuh itu bekerja. Sistem reproduksi adalah
suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalamorganisme yang dipergunakan untuk
berkembang biak. Sistem reproduksi pada suatu organisme berbeda antara jantan dan betina.
Sistem reproduksi pada perempuan berpusat di ovarium.
Jadi anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang susunan suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat
dalam organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak.
2.2 Konsep Anatomi dan Fisiologi Organ Genitalia Wanita
2.2.1 Organ Genitalia Eksterna
Menurut Manuaba (1998) organ genitalia eksterna terdiri dari :
a. Mons veneris: disebut juga gunung venus, merupakan bagian yang menonjol di bagian depan
simfisis, terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat. Setelah dewasa tertutup oleh
rambut yang bentuknya segitiga.
b. Labia mayora: merupakan kelanjutan dari mons venseris, berbentuk lonjong. Kedua bibir ini
di bagian bawah bertemu membentuk perineum, permukaan ini terdiri dari :
· Bagian luar; tertutup rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris
· Bagian dalam; tanpa rambut, merupakan selaput yang mengadung kelenjar sebasea (lemak)
c. Labia minora : merupakan lipatan di bagian dalam labia mayora, tanpa rambut. Di bagian
atas klitoris, labia minora bertemu membentuk prepusium klitoris dan di bagian bawahnya
bertemu membentuk prenulum klitoris, labia minora ini mengelilingi orifisium vagina.
Gambar 2.1 Anatomi Organ Genetalia Eksterna
d. Klitoris : merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil, mengandung
banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif dan analog dengan
penis pada laki-laki.
e. Vestibulum: merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh kedua bibir kecil,
bagian atas klitoris, dan bagian belakang pertemuan kedua labia minora. Pada vestibulum
terdapat muara uretra, dua lubang saluran kelenjar Bartholini dan dua lubang saluran kelenjar
Skene.
f. Kelenjar Bartholini: kelenjar yang penting di daerah vulva dan vagina karena dapat
mengeluarkan lendir, pengeluaran lendir meingkat saat hubungan seks.
g. Hymen (selaput dara): merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina, bersifat rapuh dan
mudah robek, hymen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang dikeluarkan
uterus dan darah saat menstruasi.
2.2.2 Organ Genetalia Interna
Organ-organ genetalia interna terdiri atas:
a. Liang senggama (vagina)
Saluran yang menghubungkan vulva dengan rahim, terletak di antara saluran kemih
dan liang dubur. Di bagian ujung atasnya terletak mulut rahim. Ukuran panjang dinding
depan 8 cm dan dinding belakang 10 cm. Bentuk dinding dalamnya berlipat-lipat, disebut
rugae, sedangkan di tengahnya ada bagian yang lebih keras di sebut kolumna rugarum.
Dinding vagina terdiri dari dari lapisan mukosa, lapisan otot, dan lapisan jaringan ikat.
Berbatasan dengan serviks membentuk ruangan lengkung, antara lain forniks lateral kiri dan
kanan, forniks anterior, dan forniks posterior, arteria hemoroidalis mediana, dan arteria
pudendus interna. Fungsi penting dari vagina ialah sebagai saluran keluar untuk mengalirkan
darah haid dan secret lain dari rahim, alat untuk bersenggama dan jalan lahir pada waktu
bersalin (Mochtar, 1998).
Gambar 2.2 Lubang Vagina
b. Rahim (uterus)
Uterus adalah suatu struktur otot yang cukup kuat, bagian luarnya ditutupi oleh
peritoneum sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa rahim. Dalam keadaan tidak
hamil, rahim terletak dalam rongga panggul kecil di antara kandung kemih dan dubur. Rahim
berbentuk seperti bola lampu pijar atau buah pear, mempunyai rongga yang terdiri dari tiga
bagian besar yaitu, badan rahim (korpkus uteri) berbentuk segitiga, leher rahim (serviks uteri)
berbentuk silinder, dan rongga rahim (kavum uteri). Bagian rahim antara kedua pangkal tuba,
yang disebut fundus uteri, merupakan bagian proksimal rahim. Besar rahim berbeda-beda,
bergantung pada usia dan pernah melahirkan anak atau belum. Ukurannya kira-kira sebesar
telur ayam kampong. Pada nulipara ukurannya 5,5-8 cm x 3,5-4 cm x 2-2,5 cm, multipara 9-
9,5 cm x 5,5-6 cm x 3-3,5 cm. Beratnya 40-50 gram pada nulipara dan 60-70 gram pada
multipara. Letak rahim dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksi. Letak-letak lainnya
adalah antefleksi (tengah ke depan), retrofleksi (tengah ke belakang), anteversi (terdorong ke
depan), retroversi (terdorong ke belakang). Suplai darah rahim dialiri oleh arteri uterine yang
berasal dari arteri iliaka interna (arteri hipogastrika) dan arteri ovarika. Fungsi utama rahim
adalah setip bulan berfungsi dalam siklus haid, tempat janin tumbuh kembang, dan
berkontraksi terutama sewaktu beralin dan sesudah bersalin (Mochtar, 1998).
Dinding rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu :
· lapisan serosa (lapisan peritoneum) di luar
· lapisan otot (lapisan miometrium) di tengah
· lapisan mukosa (endometrium) di dalam
Dalam siklus menstruasi yang selalu berubah adalah endometrium. Sikap dan letak
uterus dalam rongga panggul terfiksasi dengan baik karena disokong dan dipertahankan oleh :
· tonus rahim sendiri
· tekanan intra abdominal
· otot-otot dasar panggul
· ligamentum-ligamentum
Ligamentum-ligamentum uterus antara lain :
a. Ligamentum Latum
Terletak di kanan kiri uterus meluas sampai dinding rongga panggul dan dasar panggul,
seolah-olah menggantung pada tuba. Ruangan antar kedua lembar dari lipatan ini terisi oleh
jaringan yang longgar disebut parametrium dimana berjalan arteria, vena uterina pembuluh
limpa dan ureter.
b. Ligamentum Rotundum (Ligamentum Teres Uteri)
Terdapat pada bagian atas lateral dari uterus, kaudal dari insersi tuba, kedua ligamen ini
melelui kanalis inguinalis kebagian kranial labium mayus. Terdiri dari jaringan otot polos dan
jaringan ikat ligamen. Ligamen ini menahan uterus dalam antefleksi. Pada saat hamil
mengalami hypertrophi dan dapat diraba dengan pemeriksaan luar.
c. Ligamentum Infundibulo Pelvikum ( Ligamen suspensorium)
Ada 2 buah kiri kanan dari infundibulum dan ovarium, ligamen ini menggantungkan uterus
pada dinding panggul. Antara sudut tuba dan ovarium terdapat ligamentum ovarii propium.
d. Ligamentum Kardinale ( lateral pelvic ligament/Mackenrodt’s ligament
Terdapat di kiri kanan dari serviks setinggi ostium internum ke dinding panggul. Ligamen ini
membantu mempertahankan uterus tetap pada posisi tengah (menghalangi pergerakan ke
kanan ke kiri) dan mencegah prolap.
e. Ligamentum Sakro Uterinum
Terdapat di kiri kanan dari serviks sebelah belakang ke sakrum mengelilingi rektum.
f. Ligamentum Vesiko Uterinum
Dari uterus ke kandung kemih
Fungsi utama uterus :
1. Setiap bulan berfungsi dalam pengeluaran darah haid dengan adanya perubahan dan
pelepasan dari endometrium.
2. Tempat janin tumbuh dan berkembang.
3. Tempat melekatnya plasenta.
4. Pada kehamilan, persalinan dan nifas mengadakan kontraksi untuk lancarnya persalinan dan
kembalinya uterus pada saat involusi.
Gambar 2.3 Uterus
Uterus merupakan organ berongga dan berdinding tebal, terletak di tengah-tengah
rongga panggul di antara kandung kemih dan rektum. Uterus pada wanita dewasa berbentuk
seperti buah avokad atau buah pir dengan ukuran 7,5 x 5 x 2,5 cm. Uterus terbagi menjadi
dua bagian besar, yaitu corpus uteri dan serviks uteri, dimana kedua bagian tersebut menyatu
pada bagian yang disebut ismus. Hampir seluruh dinding uterus diliputi oleh serosa
(peritoneum viseral) kecuali di bagian anterior dan di bawah ostium histologikum uteri
internum. Uterus mempunyai tiga lapisan, yaitu:
1. Perimetrium: di bawahnya terdapat jaringan ikat subserosa; lapisan yang paling padat dan
terdapat berbagai macam ligamen yang memfiksasi uterus ke serviks.
2. Miometrium: lapisan otot uterus dan lapisan paling tebal, terdiri atas serabut-serabut otot
polos yang dipisahkan oleh jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah. Miometrium
terdiri atas tiga lapisan, otot sebelah luar berjalan longitudinal dan lapisan sebelah dalam
berjalan sirkuler, di antara kedua lapisan ini otot polos berjalan saling beranyaman.
Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan berelaksasi. Ketebalan
miometrium sekitar 15 mm pada uterus perempuan nulipara dewasa.
3. Endometrium: lapisan terdalam yang terdapat di sekitar rongga uterus. Endometrium terdiri
atas epitel selapis kubik, kelenjar-kelenjar dan stroma dengan banyak pembuluh darah yang
berkelok-kelok. Endometrium mengalami perubahan yang cukup besar selama siklus
menstruasi. Bagian atas uterus disebut fundus uteri dan merupakan tempat tuba Falopii kanan
dan kiri masuk ke uterus.
c. Saluran telur (tuba falopii)
Saluran yang keluar dari kornu rahim kanan dan kiri, panjangnya 12-13 cm, diameter
mencapai 8 mm. Bagian luarnya diliputi oleh peritoneum visceral yang merupakan bagian
dari ligamentum latum. Bagian dalam saluran dilapisi silia, yaitu rambut getar yang befungsi
untuk menyalurkan telur dan hasil konsepsi. Fungi saluran telur adalah sebagai saluran telur,
menangkap dan membawa ovum yang dilepaskan oleh indung telur, sebagai saluran dari
spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya pembuahan (konsepsi/fertilisasi) dan
empat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang
siap mengadakan implantasi. Tuba fallopi terdiri atas (Mochtar, 1998):
1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari osteum internum tuba.
2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan merupakan bagian yang paling
sempit.
3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”.
4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang disebut fimbriae
tubae.
Gambar 2.4 Bagian-bagian tuba fallopi
d. Indung telur (ovarium)
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus
dibawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus.
Bentuknya seperti buah almon, sebesar ibu jari tangan (jempol) berukuran 2,5-5 cm x 1,5-2
cm x 0,6-1 cm. Indung telur ini posisinya ditunjang oleh mesovarium, liga ovarika, dan liga
infundibulopelvikum. Menurut strukturnya ovarium terdiri kulit (korteks) atau zona
parenkimatosa yang terdiri dari tunika albuginea (epitel berbentuk kubik), jaringan ikat di
sela-sela jaringan lain, stroma (folikel primordial, dan folikel de Graaf), dan sel-sel
Warthand. Inti (medula) atau zona vaskulosa, terdiri dari stroma berisi pembuluh darah,
serabut saraf, dan beberapa otot polos.
Diperkirakan terdapat 100 ribu folikel primer pada wanita. Pada kurun reproduksi,
tiap-tiap bulan satu folikel atau kadang-kadang dua folikel akan matang, lalu keluar pecah
dan muncul ke permukaan korteks. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum
dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Fungsi indung telur
adalah menghasilkan ovum, hormon-hormon (progesteron dan estrogen) dan ikut serta
mengatur haid. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi
ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid. Ada 2 jenis bagian dari
ovarium yaitu (Mochtar, 1998):
1) Korteks ovarii
a) Mengandung folikel primordial
b) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
c) Terdapat corpus luteum dan albikantes
2) Medula ovarii
a) Terdapat pembuluh darah dan limfe
b) Terdapat serat saraf
Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai pertumbuhan folikel
primordial ovarium yang mengeluarkan hormon estrogen. Estrogen merupakan hormone
terpenting pada wanita. Pengeluaran hormone ini menumbuhkan tanda seks sekunder pada
wanita seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan rambut
ketiak, dan akhirnya terjadi pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebut
menarche. Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel graaf belum melepaskan
ovum yang disebut ovulasi. Hal ini terjadi karena memberikan kesempatan pada
estrogen untuk menumbuhkan tanda-tanda seks sekunder. Pada usia 17-18 tahun
menstruasi sudah teratur dengan interval 28-30 hari yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari
disertai dengan ovulasi, sebagai kematangan organ reproduksi wanita.
Gambar 2.5 Perkembangan Folikel di Ovarium

2.3 Payudara
Disebut juga glandula mammaria merupakan alat reproduksi tambahan. Setiap
payudara terletak pada setiap sisi sterneum. Payudara ditopang oleh ligamentum
suspensorium sehingga tetap stabil, berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor
(cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau axilla (cauda axillaris). Ukuran payudara
berbeda tiap orang, bergantung pada stadium perkembangan umur. Tidak jarang ukuran salah
satu payudar agak besar dari payudara yag lain, struktur makroskopik payudara terdiri atas
bagian-bagian yatu, cauda axillaris adalah jaringan payudara yang meluas ke arah axilla,
areola adalah daerah lingkaran yang terdiri atas kulit longgar dan mengalami
hiperpigmentasi, papilla mamae terletak di pusat areola mamae setinggi costa ke 4, bagian ini
merupakan tonjolan dengan panjang kira-kira 6 mm, tersusun atas jaringan erektil berpigmen
dan sangat peka, papilla ini berlubang-lubang yang merupakan muara dari duktus laktiferus.
Ampulla adalah bagian dari duktus laktiferus yang melebar, yang merupakan tempat
menyimpan air susu, ampulla terletak di bawah areola.
Berdasarkan struktur mikroskopik, payudara terdiri dari dari alveoli, yaitu
mengandung sel-sel yang mengekskresi air susu, tubulus laktiferus adalah saluran kecil yang
berhubugan dengan alveoli, dan duktus laktiferus adalah saluran yang merupakan muara
beberapa tubulus latiferus. Suplai darah ke payudara berasal dari arteria mammaria interna,
eksterna, dan arteri intrcostalis superior, drainase vena melalui pembuluh darah yang akan
masuk ke dalam vena mammaria interna dan vena aksilaris (Ummi dkk, 2011). Sedangkan
Syaifuddin (1997) juga mengatakan bahwa payudara adalah pelengkap organ reproduksi pada
wanita dan mengeluarkan air susu, buah dada terletak dalam fasia superfisialis di daerah
antara sternum dan aksila, melebar dari iga kedua sampai iga ketujuh. Bagian tengah terdapat
puting susu yang di kelilingi oleh aerola mamae yang berwarna coklat. Dekat dasar puting
terdapat kelenjar montgomeri yang mengeluarkan zat lemak supaya puting tetap lemas,
putting mempunyai lubang + 15-20 buat tempat saluran kelenjar susu. Struktur mamae terdiri
dari bahan-bahan kelenjar susu (jaringan alveolar) tersusun atas lobus-lobus yang saling
terpisah oleh jaringan ikat dan jaringan lemak, setiap lobus bermuara ke dalam duktus
laktiferus. Pembesaran payudara pada masa awal menstruasi disebabkan pengaruh hormon
estrogen dan progesteron yang disekresi oleh ovarium. Pada masa menopause lama-kelamaan
ovarium terhenti berfungsi dan jaringan buah dada mengkerut.
2.4 Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah
ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Bobak, 2004).
Suzannec (2001) mendeskripsikan siklus menstruasi adalah proses kompleks yang mencakup
reproduktif dan endokrin. Menurut Bobak (2004), siklus menstruasi merupakan rangkaian
peristiwa yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan.
2.4.1 Fisiologi Menstruasi
Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis,
dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran
reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya
bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus
menstruasi (Bobak, 2004). Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan
progesteron. Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium, yang
mengandung ovum yang sedang berkembang dan oleh sel-sel yang mengelilinginya
(Suzannec, 2001).
Estrogen ovarium yang paling berpengaruh adalah estradiol. Estrogen bertanggung
jawab terhadap perkembangan dan pemeliharaan organorgan reproduktif wanita dan
karakteristik seksual sekunder yang berkaitan dengan wanita dewasa. Estrogen memainkan
peranan penting dalam perkembangan payudara dan dalam perubahan siklus bulanan dalam
uterus. Progesteron juga penting dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam uterus selama
siklus menstruasi. Progesteron merupakan hormon yang paling penting untuk menyiapkan
endometrium yang merupakan membran mukosa yang melapisi uterus untuk implantasi ovum
yang telah dibuahi. Jika terjadi kehamilan sekresi progesteron berperan penting terhadap
plasenta dan untuk mempertahankan kehamilan yang normal. Sedangkan endrogen juga
dihasilkan oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon endrogen terlibat dalam
perkembangan dini folikel dan juga mempengaruhi libido wanita (Suzannec, 2001).
Menstruasi disertai ovulasi terjadi selang beberapa bulan sampai 2-3 tahun setelah
menarche yang berlangsung sekitar umur 17-18 tahun. Dengan memperhatikan komponen
yang mengatur menstruasi dapat dikemungkakan bahwa setiap penyimpangan system akan
terjadi penyimpangan pada patrum umun menstruasi. Pada umumnya menstruasi akan
berlangsung setiap 28 hari selama ±7 hari. Lama perdarahannya sekitas 3-5 hari dengan
jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncak pendarahannya hari ke-2 atau 3 hal ini
dapat dilihat dari jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti fase proliferasi sekitar
6-8 hari (Manuaba dkk, 2006).
2.4.2 Siklus Menstruasi
Siklus ovarium secara spesifik merujuk pada pristiwa yang terjadi di dalam ovary
pada seksual yang matang, wanita tidak hamil (nonpregnant women) selama siklus
menstruasi. Hipotalamus dan pituitari anterior menghasilkan hormon yang mengontrol
peristiwa tersebut. FSH dari pituitary anterior berperan dalam menginisiasi perkembanagan
folikel primer dan sebanayak 25 folikel mulai matang selamas setiap siklus menstruasi.
Folikel yang memulai perkembangannya akibat respon FSH dapat tidak mengalami ovulasi
selama siklus menstruasi yang sama dimana folikel-folikel tersebut mulai amtang, tetapi
folikel-folikel tersebut dapat mengalami ovulasi satu atau dua siklus selanjutnya. Meskipun
beberapa folikel mulai matang selama setiap siklus, normalnya hanya satu yang mengalami
ovulasi dan sisanya mengalami degenerasi. Folikel yag lebih besar dan lebih matang muncul
dan mensekresikan estrogen dan substansi lain yang mempunyai efek inhibitor terhadap
folikel lain yang kurang matang.
Awal siklus menstruasi ditandai dengan sekresi GnRH dari hipotalamus,
meningkatnya sensitivitas dari pituitary anterior akibat peningkatan GnRH. Perubahan
stimulasi tersebut memproduksi dan mensekresi FSH dan LH dari pituitary anterior. FSH dan
LH menstimulasi pertumbuhan dan pematangan folikel serta peningkatan sekresi estradiol
oleh folikel yang sedang berkembang. FSH menekankan efeknya pada sel-sel granulose
sedangkan LH efeknya dimulai pada sel-sel teka interna dan selanjutnya pada sel granulosa.
LH menstimulasi sel-sel teka interna untuk memproduksi androgen yang berdifusi
dari sel-sel teka menuju sel-sel granulose. FSH menstimulasi sel-sel granulosa untuk
mengubah androgen menjadi estrogen. Sebagai tambahan, secara berangsur-angsur FSH
meningkatkan reseptor LH pada sel-sel granulosa dan estrogen yang dihasilkan oleh sel-sel
granulosa meningkatkan reseptor LH dalam sel-sel teka. Setelah reseptor LH di dalam sel-sel
granulosa meningkat, LH menstimulasi sel-sel untuk memproduksi beberapa progesterone
yang berdifusi dari sel-sel granulosa menuju sel-sel teka interna dimana progesterone diubah
menjadi androgen. Sehingga produksi androgen oleh sel-sel teka interna meningkat dan
perubahan dari androgen menjadi estrogen oleh sel-sel granulosa berpengaruh pada
peningkatan sekresi estrogen oleh sel-sel tersebut selama fase folikular, meskipun hanya
terjadi sedikit peningkatan pada sekresi LH. Level FSH mengalami penurunan selama fase
folikular karena folikel yang sedang berkembang memproduksi inhibin, dan inhibin
memberikan efek umpan balik negative terhadap sekresi FSH.
Sementara itu, level estrogen mulai mengalami peningkatan pada fase folikular,
dimana mereka memberikan efek umpan balik positif terhadap sekresi LH dan FSH oleh
hormone pituitary anterior. Peningkatan level estrogen penting untuk terjadinya efek umpan
balik positif. Sebagai respon dari efek umpan balik positif ini adalah peningkatan sekresi LH
dan FSH secara cepat dan dalam jumlah yang banyak namun hanya sampai sebelum ovulasi.
Peningkatan level LH disebut gelombang LH dan peningkatan level FSH disebut
gelombang FSH. Gelombang LH terjadi beberapa jam lebih awal dan kadar yang lebih tinggi
daripada gelombang FSH. Gelombang LH menginisiasi terjadinya ovulasi dan menyebabkan
folikel yang telah terovulasi menjadi korpus luteum. Sedangkan FSH dapat menjadikan
folikel lebih sensitif untuk mempengaruhi LH dengan menstimulasi sintesis peningkatan
reseptor LH di dalam folikel dan dengan menstimulasi perkembangan folikel yang dapat
mengalami ovulasi pada siklus ovary selanjutnya.
Gelombang LH menyebabkan oosit primer melengkapi pembelahan meiosis I hanya
sebelum atau selama proses ovulasi. Selain itu, gelombang LH menyebabkan beberapa
pristiwa seperti inflamasi atau peradangan di dalam folikel matang dan mengakibatkan
terjadinya ovulasi. Setelah ovulasi, produksi estrogen oleh folikel menurun dan produksi
progesterone meningkat yang menyebabkan sel-sel granulosa diubah menjadi sel-sel korpus
luteum. Setelah korpus luteum terbentuk, level progesterone menjadi lebih tinggi
dibandingkan sebelum ovulasi dan beberapa estrogen juga diprosuksi. Peningkatan estrogen
dan progesterone memeberiakn efek umpan balik negative terhadap sekresi GnRH dari
hipotalamus. Akibatnya, sekresi LH dan FSH dari pituitary anterior menurun. Estrogen dan
progesterone menyebabkan reseptor GnRH tidak teregulasi di dalam pituitary anterior dan
sel-sel pituitary anterior menjadi kurang sensitif terhadap GnRH. Karena penurunan sekresi
GnRH, laju sekresi LH dan FSH menurun menuju level paling rendah setelah ovulasi.
Jika terjadi fertilisasi, calon embrio akan mensekresikan substansii mirip LH yang
disebut HCG (Human Chorionic Gonadotropin), yang menjaga agar korpus luteum tidak
mengalami degenerasi. Akibatnya level estrogen dan progesterone tidak mengalami
penurunan dan menses tidak terjadi. Namun jika tidak terjadi fertilisasi, HCG tidak di
produksi. Sel-sel korpus luteum mulai meluruh pada hari ke-25 atau ke-26 dan level estrogen
dan progesterone menurun secara cepat yang menyebabkan terjadinya menses. Pada saat
terjadinya menses, terjadi kontraksi pada sel-sel otot polos yang terdapat di uterus. Kontraksi
tersebut di stimulasi oleh hormone oksitosin. Hormon oksitosin ini disintesis oleh badan sel
nucleus paraventrikularis pada hipotalamus.
Menurut Bobak (2004), ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu:
1) Siklus Endomentrium
Siklus endometrium menurut Bobak (2004), terdiri dari empat fase, yaitu :
Siklus uterus berarti perubaan yang terjadi pada endometrium dari uterus selama
siklus menstruasi. Di sisi lain juga terdapat perubahan yang terjadi dalam vagina dan struktur
lain selama siklus menstruasi. Sekresi siklik dari estrogen dan progesteron yang paling besar
menyebabkan perubahan tersebut.
a. Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan
lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima
hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH
(Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH
(Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.
b. Fase proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari
ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus
28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal
sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh
menjadi setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat
ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.
c. Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode
menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan
sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi
kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.
d. Fase iskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah ovulasi.
Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang mensekresi estrogen
dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat,
arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan
terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi
dimulai.

Gambar 2.6 Siklus Uterus


Siklus uterus dimulai dari fase poliferasi. Pada fase proliferasi, tebal lapisan
endometrium 0,5 mm akan bertumbuh menjadi 4-5 mm. Fase poliferasi terbagi atas 3 tahapan
yaitu: (1) Fase awal (hari ke-4 sampai hari ke-7) terjadi regenerasi epitel, kelenjar masih
pendek dan mitosis epitel, stroma padat disertai mitosis; (2) Fase pertengahan (hari ke-
8sampai hari ke-10) ditandai dengan gambaran kelenjar panjang dan berbentuk kurva, epitel
permukaan menjadi kolumnar dan terdapat mitosis; dan (3) Fase proliferasi lanjut, kelenjar
berkelok-kelok, inti pseudostratified dan stroma tumbuh sangat aktif dan tebal (Kurman and
Mazur, 2005).
Setelah terjadi ovulasi, akan diikuti fase sekretori. Fase sekretori, vaskularisasi
endometrium sangat meningkat dan stroma endometrium longgar akibat pengaruh hormon
estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum. Kelenjar mulai bergelung dan
menggumpar, serta mulai mensekresikan cairan. Akhir dari siklus uterus adalah fase
menstruasi. Fase menstruasi terjadi regresi korpus luteum, pasokan hormon untuk
endometrium terhenti. Endometrium menjadi lebih tipis, karena terjadi nekrosis di
endometrium, juga terjadi spasme dan nekrosis dinding arteri spiralis. Yang menimbulkan
pendarahan berbercak,selanjutnya menyatu dan menghasilkan darah menstruasi (Ganong,
2008).
Gambar 2.7 Siklus Menstruasi
2.4.3 Siklus Ovulasi
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran FSH,
kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon). Peningkatan kadar LH
merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit yang
tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam
ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi
mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi
ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum
mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon
estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan
kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan
akhirnya luruh.
2.4.4 Siklus Hipofisis-hipotalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah
menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus
untuk mensekresi gonadotropin releasing hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH
menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi perkembangan
folikel de graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-
RH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH
mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi
fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar
estrogen dan progesteron menurun, maka terjadi menstruasi.

Anda mungkin juga menyukai