REPRODUKSI
WEDNESDAY, DECEMBER 14, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem reproduksi merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung jawab terhadap
kelangsungan hidup suatu generasi. Sistem reproduksi tidak bersifat vital artinya tanpa adanya
proses reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk tidup tidak dapat
bereproduksi maka kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut terancam punah, karena tidak
dapat dihasilkan keturunan (anak). Sistem reproduksi manusia tentunya berbeda pada pria dan
wanita. Sistem reproduksi wanita sangat bertanggungjawab terhadap adanya generasi selanjutnya
karena di dalam rahimnya terjadi perkembangan janin hasil fertilisasi. Hal tersbut didukung
dengan adanya organ-organ penyusun sistem reproduksi yang mempunyai fungsi penting.
Struktur organ reproduksi wanita terdiri organ reproduksi eksternal dan organ reproduksi
internal. Sistem reproduksi eksterna terdiri dari mons veneris, labia mayora, labia minora,
klitoris, vestibulum dan perineum), sedangkan sistem reproduksi interna terdiri atas vagina,
uterus, serviks, tuba fallopii dan ovarium (Hani dkk, 2011). Masing-masing organ reproduksi
tersebut memiliki fungsi spesifik bagi sistem reproduksi. Proses fisiologi yang terjadi dalam
organ reproduksi tersebut juga spesifik. Salah satu proses fisiologi yang berperan penting dalam
sistem reproduksi adalah pembentukan ovum melalui proses oogenesis. Oogenesis atau
pembentukan ovum pada wanita telah dimulai sejak dalam kandungan ibunya. Setelah bayi lahir,
dalam tubuhnya telah ada sekitar satu juta oosit primer. Sebagian oosit primer mengalami
degenerasi sehingga ketika memasuki masa puber jumlah tersebut menurun hingga tinggal
sekitar 200 ribu pada tiap ovariumnya. Oosit primer ini mengalami masa istirahat (dorman),
kemudian proses oogenesis akan dilanjutkan setelah wanita memasuki masa puber.
Masa pubertas pada wanita merupakan masa yang ditandai dengan adanya menstrusi atau
peluruhan dinding rahim. Masa pubertas dapat dikatakan sebagai masa produktif yaitu masa
untuk mendapat keturunan, yang berlangsung kurang lebih 40 tahun. Pada masa ini hormon-
hormon reproduksi berkembang baik sehingga dapat menghasilkan keturunan. Sebagaimana
telah dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa wanita terlihat kuat ketika masa pubertas ini. Allah
telah menjelaskan keberadaan seorang wanita dan sistem reproduksinya dalam firman-Nya Surat
Ar Ruum ayat 54 sebagai berikut :
Artinya : “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu)
sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan
Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa” (QS. Ar Ruum : 54).
Ayat tersebut menunjukkan bahwa meskipun wanita terlihat lemah, namun wanita
tersebut dengan izin Allah dapat mengandung atau menghasilkan keturunan. Wanita diciptakan
sebagai maakhluk yang kuat karena memiliki organ-organ reproduksi yang berperan penting
dalam menjalankan fungsinya menghasilkan keturunan dan menampung proses perkembangan
rahim di dalamnya. akan tetapi seiring dengan pertambahan usia, organ reproduksi wanita
mengalami kemunduran fungsi sehingga sebagaimana telah disebutkan dalam ayat di atas bahwa
wanita akan lemah dan beruban. Proses ini dalam ilmu biologi disebut sebagai tanda-tanda
menopause.
Usia tua seorang wanita dalam siklus reproduksinya berubah menjadi masa
menopause. Menopause merupakan sebuah kata yang memiliki arti atau makna yang
menjelaskan tentang gambaran terhentinya haid atau menstruasi. Menopause dapat diartikan
sebagai haid terakhir. Menopause disebut juga sebagai periode klimakterium di mana seorang
wanita berpindah dari tahun reproduktif ketahun nonreproduktif dalam hidupnya, pada fase ini
wanita akan mengalami akhir dari proses biologis dari siklus menstruasi, yang dikarenakan
terjadinya perubahan hormon yaitu penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan
ovarium. Selanjutnya terjadi kemunduran alat-alat reproduksi, organ tubuh, dan kemampuan
fisik (Kartono, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, maka penting untuk mengenal anatomi dan fisiologi organ
reproduksi. Dengan mengetahui anatomi dan memahami fisiologi reproduksinya maka seorang
wanita tak perlu merasa cemas dan gelisah terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa remaja dan itu adalah suatu hal yang normal. Oleh karena itu, perlu disusun makalah ini
guna mengetahui anatomi dan fisiologi sistem reproduksi wanita.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana anatomi sistem reproduksi wanita?
2. Bagaimana fisiologi yang terjadi ketika menstruasi?
3. Bagaimana fisiologi yang terjadi ketika menopause?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah:
1. Mengetahui anatomi sistem reproduksi wanita.
2. Mengetahui fisiologi yang terjadi ketika menstruasi.
3. Mengetahui fisiologi yang terjadi ketika menopause.
1.4 Manfaat
Manfaat makalah ini adalah:
1. Menambah pengetahuan lebih jauh mengenai sistem reproduksi pada wanita baik dari anatomi
maupun fisiologinya.
2. Menambah pengetahuan lebih jauh mengenai fisiologi menstruasi dan dan menopause.
1.5
BAB II
PEMBAHASAN
Berasal dari bahasa latin, yaitu: Anatomi; Ana= bagian, memisahkan, Tomi (tomie) =
Tomneinei = iris, potong. Fisiologi: Fisis (Phisys) = alam atau cara kerja, Logos (logi) = ilmu
pengetahuan. Jadi anatomi dan fisiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
susunan atau potongan tubuh dan bagaimana alat tubuh itu bekerja. Sistem reproduksi adalah
Jadi anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita merupakan ilmu pengetahuan yang
2.3 Payudara
Disebut juga glandula mammaria merupakan alat reproduksi tambahan. Setiap payudara
terletak pada setiap sisi sterneum. Payudara ditopang oleh ligamentum suspensorium sehingga
tetap stabil, berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang
meluas ke ketiak atau axilla (cauda axillaris). Ukuran payudara berbeda tiap orang, bergantung
pada stadium perkembangan umur. Tidak jarang ukuran salah satu payudar agak besar dari
payudara yag lain, struktur makroskopik payudara terdiri atas bagian-bagian yatu, cauda axillaris
adalah jaringan payudara yang meluas ke arah axilla, areola adalah daerah lingkaran yang terdiri
atas kulit longgar dan mengalami hiperpigmentasi, papilla mamae terletak di pusat areola mamae
setinggi costa ke 4, bagian ini merupakan tonjolan dengan panjang kira-kira 6 mm, tersusun atas
jaringan erektil berpigmen dan sangat peka, papilla ini berlubang-lubang yang merupakan muara
dari duktus laktiferus. Ampulla adalah bagian dari duktus laktiferus yang melebar, yang
merupakan tempat menyimpan air susu, ampulla terletak di bawah areola.
Berdasarkan struktur mikroskopik, payudara terdiri dari dari alveoli, yaitu mengandung
sel-sel yang mengekskresi air susu, tubulus laktiferus adalah saluran kecil yang berhubugan
dengan alveoli, dan duktus laktiferus adalah saluran yang merupakan muara beberapa tubulus
latiferus. Suplai darah ke payudara berasal dari arteria mammaria interna, eksterna, dan arteri
intrcostalis superior, drainase vena melalui pembuluh darah yang akan masuk ke dalam vena
mammaria interna dan vena aksilaris (Ummi dkk, 2011). Sedangkan Syaifuddin (1997) juga
mengatakan bahwa payudara adalah pelengkap organ reproduksi pada wanita dan mengeluarkan
air susu, buah dada terletak dalam fasia superfisialis di daerah antara sternum dan aksila, melebar
dari iga kedua sampai iga ketujuh. Bagian tengah terdapat puting susu yang di kelilingi oleh
aerola mamae yang berwarna coklat. Dekat dasar puting terdapat kelenjar montgomeri yang
mengeluarkan zat lemak supaya puting tetap lemas, putting mempunyai lubang + 15-20 buat
tempat saluran kelenjar susu. Struktur mamae terdiri dari bahan-bahan kelenjar susu (jaringan
alveolar) tersusun atas lobus-lobus yang saling terpisah oleh jaringan ikat dan jaringan lemak,
setiap lobus bermuara ke dalam duktus laktiferus. Pembesaran payudara pada masa awal
menstruasi disebabkan pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang disekresi oleh ovarium.
Pada masa menopause lama-kelamaan ovarium terhenti berfungsi dan jaringan buah dada
mengkerut.
2.4 Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah
ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Bobak, 2004). Suzannec
(2001) mendeskripsikan siklus menstruasi adalah proses kompleks yang mencakup reproduktif
dan endokrin. Menurut Bobak (2004), siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang
secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan.
2.4.1 Fisiologi Menstruasi
Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan
ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi
normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung
jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Bobak,
2004). Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan progesteron. Beberapa
estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium, yang mengandung ovum yang sedang
berkembang dan oleh sel-sel yang mengelilinginya (Suzannec, 2001).
Estrogen ovarium yang paling berpengaruh adalah estradiol. Estrogen bertanggung jawab
terhadap perkembangan dan pemeliharaan organorgan reproduktif wanita dan karakteristik
seksual sekunder yang berkaitan dengan wanita dewasa. Estrogen memainkan peranan penting
dalam perkembangan payudara dan dalam perubahan siklus bulanan dalam uterus. Progesteron
juga penting dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam uterus selama siklus menstruasi.
Progesteron merupakan hormon yang paling penting untuk menyiapkan endometrium yang
merupakan membran mukosa yang melapisi uterus untuk implantasi ovum yang telah dibuahi.
Jika terjadi kehamilan sekresi progesteron berperan penting terhadap plasenta dan untuk
mempertahankan kehamilan yang normal. Sedangkan endrogen juga dihasilkan oleh ovarium,
tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon endrogen terlibat dalam perkembangan dini folikel dan
juga mempengaruhi libido wanita (Suzannec, 2001).
Menstruasi disertai ovulasi terjadi selang beberapa bulan sampai 2-3 tahun setelah
menarche yang berlangsung sekitar umur 17-18 tahun. Dengan memperhatikan komponen yang
mengatur menstruasi dapat dikemungkakan bahwa setiap penyimpangan system akan terjadi
penyimpangan pada patrum umun menstruasi. Pada umumnya menstruasi akan berlangsung
setiap 28 hari selama ±7 hari. Lama perdarahannya sekitas 3-5 hari dengan jumlah darah yang
hilang sekitar 30-40 cc. Puncak pendarahannya hari ke-2 atau 3 hal ini dapat dilihat dari jumlah
pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti fase proliferasi sekitar 6-8 hari (Manuaba dkk,
2006).
2.4.2 Siklus Menstruasi
Siklus ovarium secara spesifik merujuk pada pristiwa yang terjadi di dalam ovary pada
seksual yang matang, wanita tidak hamil (nonpregnant women) selama siklus menstruasi.
Hipotalamus dan pituitari anterior menghasilkan hormon yang mengontrol peristiwa tersebut.
FSH dari pituitary anterior berperan dalam menginisiasi perkembanagan folikel primer dan
sebanayak 25 folikel mulai matang selamas setiap siklus menstruasi. Folikel yang memulai
perkembangannya akibat respon FSH dapat tidak mengalami ovulasi selama siklus menstruasi
yang sama dimana folikel-folikel tersebut mulai amtang, tetapi folikel-folikel tersebut dapat
mengalami ovulasi satu atau dua siklus selanjutnya. Meskipun beberapa folikel mulai matang
selama setiap siklus, normalnya hanya satu yang mengalami ovulasi dan sisanya mengalami
degenerasi. Folikel yag lebih besar dan lebih matang muncul dan mensekresikan estrogen dan
substansi lain yang mempunyai efek inhibitor terhadap folikel lain yang kurang matang.
Awal siklus menstruasi ditandai dengan sekresi GnRH dari hipotalamus, meningkatnya
sensitivitas dari pituitary anterior akibat peningkatan GnRH. Perubahan stimulasi tersebut
memproduksi dan mensekresi FSH dan LH dari pituitary anterior. FSH dan LH menstimulasi
pertumbuhan dan pematangan folikel serta peningkatan sekresi estradiol oleh folikel yang sedang
berkembang. FSH menekankan efeknya pada sel-sel granulose sedangkan LH efeknya dimulai
pada sel-sel teka interna dan selanjutnya pada sel granulosa.
LH menstimulasi sel-sel teka interna untuk memproduksi androgen yang berdifusi dari
sel-sel teka menuju sel-sel granulose. FSH menstimulasi sel-sel granulosa untuk mengubah
androgen menjadi estrogen. Sebagai tambahan, secara berangsur-angsur FSH meningkatkan
reseptor LH pada sel-sel granulosa dan estrogen yang dihasilkan oleh sel-sel granulosa
meningkatkan reseptor LH dalam sel-sel teka. Setelah reseptor LH di dalam sel-sel granulosa
meningkat, LH menstimulasi sel-sel untuk memproduksi beberapa progesterone yang berdifusi
dari sel-sel granulosa menuju sel-sel teka interna dimana progesterone diubah menjadi androgen.
Sehingga produksi androgen oleh sel-sel teka interna meningkat dan perubahan dari androgen
menjadi estrogen oleh sel-sel granulosa berpengaruh pada peningkatan sekresi estrogen oleh sel-
sel tersebut selama fase folikular, meskipun hanya terjadi sedikit peningkatan pada sekresi LH.
Level FSH mengalami penurunan selama fase folikular karena folikel yang sedang berkembang
memproduksi inhibin, dan inhibin memberikan efek umpan balik negative terhadap sekresi FSH.
Sementara itu, level estrogen mulai mengalami peningkatan pada fase folikular, dimana
mereka memberikan efek umpan balik positif terhadap sekresi LH dan FSH oleh hormone
pituitary anterior. Peningkatan level estrogen penting untuk terjadinya efek umpan balik positif.
Sebagai respon dari efek umpan balik positif ini adalah peningkatan sekresi LH dan FSH secara
cepat dan dalam jumlah yang banyak namun hanya sampai sebelum ovulasi.
Peningkatan level LH disebut gelombang LH dan peningkatan level FSH disebut
gelombang FSH. Gelombang LH terjadi beberapa jam lebih awal dan kadar yang lebih tinggi
daripada gelombang FSH. Gelombang LH menginisiasi terjadinya ovulasi dan menyebabkan
folikel yang telah terovulasi menjadi korpus luteum. Sedangkan FSH dapat menjadikan folikel
lebih sensitif untuk mempengaruhi LH dengan menstimulasi sintesis peningkatan reseptor LH di
dalam folikel dan dengan menstimulasi perkembangan folikel yang dapat mengalami ovulasi
pada siklus ovary selanjutnya.
Gelombang LH menyebabkan oosit primer melengkapi pembelahan meiosis I hanya
sebelum atau selama proses ovulasi. Selain itu, gelombang LH menyebabkan beberapa pristiwa
seperti inflamasi atau peradangan di dalam folikel matang dan mengakibatkan terjadinya ovulasi.
Setelah ovulasi, produksi estrogen oleh folikel menurun dan produksi progesterone meningkat
yang menyebabkan sel-sel granulosa diubah menjadi sel-sel korpus luteum. Setelah korpus
luteum terbentuk, level progesterone menjadi lebih tinggi dibandingkan sebelum ovulasi dan
beberapa estrogen juga diprosuksi. Peningkatan estrogen dan progesterone memeberiakn efek
umpan balik negative terhadap sekresi GnRH dari hipotalamus. Akibatnya, sekresi LH dan FSH
dari pituitary anterior menurun. Estrogen dan progesterone menyebabkan reseptor GnRH tidak
teregulasi di dalam pituitary anterior dan sel-sel pituitary anterior menjadi kurang sensitif
terhadap GnRH. Karena penurunan sekresi GnRH, laju sekresi LH dan FSH menurun menuju
level paling rendah setelah ovulasi.
Jika terjadi fertilisasi, calon embrio akan mensekresikan substansii mirip LH yang disebut
HCG (Human Chorionic Gonadotropin), yang menjaga agar korpus luteum tidak mengalami
degenerasi. Akibatnya level estrogen dan progesterone tidak mengalami penurunan dan menses
tidak terjadi. Namun jika tidak terjadi fertilisasi, HCG tidak di produksi. Sel-sel korpus luteum
mulai meluruh pada hari ke-25 atau ke-26 dan level estrogen dan progesterone menurun secara
cepat yang menyebabkan terjadinya menses. Pada saat terjadinya menses, terjadi kontraksi pada
sel-sel otot polos yang terdapat di uterus. Kontraksi tersebut di stimulasi oleh hormone oksitosin.
Hormon oksitosin ini disintesis oleh badan sel nucleus paraventrikularis pada hipotalamus.
Menurut Bobak (2004), ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu:
1) Siklus Endomentrium
Siklus endometrium menurut Bobak (2004), terdiri dari empat fase, yaitu :
Siklus uterus berarti perubaan yang terjadi pada endometrium dari uterus selama siklus
menstruasi. Di sisi lain juga terdapat perubahan yang terjadi dalam vagina dan struktur lain
selama siklus menstruasi. Sekresi siklik dari estrogen dan progesteron yang paling besar
menyebabkan perubahan tersebut.
a. Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan lapisan
yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang
3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon)
menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating
Hormon) baru mulai meningkat.
b. Fase proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke-5
sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari,
hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat
hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ±
3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi
tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.
c. Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi
berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna
mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan
darah dan sekresi kelenjar.
d. Fase iskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah ovulasi.
Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang mensekresi estrogen dan
progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri
spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi
nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.
2.4.4 Siklus Hipofisis-hipotalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah
menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk
mensekresi gonadotropin releasing hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi
folikel stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium
dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu
hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH mencapai puncak pada
sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi
ovum pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron
menurun, maka terjadi menstruasi.
Gambar 2.8 Siklus Menstruasi
2.5 Menopause
Kata ”menopause” berasal dari bahasa Yunani, yaitu ”men” yang berarti bulan dan
”peuseis” yang berarti penghentian sementara. Secara lingustik yang lebih tepat adalah
”menocease” yang artinya berhentinya masa menstruasi (Smart, 2010). Banyak definisi tentang
menopause yang dikemukan oleh para ahli, di antaranya mereka mengatakan menopause adalah :
Burger (2007), mendefinisikan menopause adalah berhentinya menstruasi secara
permanen yang diakibatkan hilangnya folikel ovarium yang diperantai oleh transisi menopause,
suatu penanda awal munculnya ketidakteraturan menstruasi. Mckinlay (1996), mengatakan
secara klinis menopause alami dapat didiagnosa setelah 12 bulan berturut-turut tidak menstruasi
tampa sebab yang jelas (seperti kehamilan, menyusui) sejak menstruasi terakhir.
Menopause adalah masa kehidupan wanita ketika kemampuan reproduksinya berhenti.
Ovary (kelenjar reproduksi wanita) berhenti fungsinya dan menghasilkan hormon yang lebih
sedikit (WHO, 1996). Pengertian lain dari menopause adalah berhentinya menstruasi secara
permanen yang disebabkan hilangnya fungsi folikel-folikel sel telur (Greendale, 1999). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa menopause adalah masa setelah satu tahun berhentinya
menstruasi/haid yang disebabkan oleh menurunnya produksi hormon estrogen dan progesteron
di ovarium dan berakhirnya masa reproduksi seorang wanita.
2.5.1 Fisiologi Menopause
Kasdu (2000), mengatakan sejak lahir bayi wanita sudah mempunyai 770.000-an sel
telur yang belum berkembang. Pada fase prapubertas, yaitu usia 8–12 tahun, mulai timbul
aktifitas ringan dari fungsi endokrin reproduksi. Selanjutnya, sekitar 12–13 tahun, umumnya
seorang wanita akan mendapatkan menarche (haid pertama kali). Masa ini disebut sebagai
pubertas dimana organ reproduksi wanita mulai berfungsi optimal secara bertahap. Pada masa ini
ovarium mulai mengeluarkan sel-sel telur yang siap untuk dibuahi. Masa ini disebut fase
reproduksi atau periode fertil (subur) yang berlangsung sampai usia sekitar 45 tahunan. Pada
masa ini wanita mengalami kehamilan dan melahirkan. Fase terakhir kehidupan wanita atau
setelah masa reproduksi berakhir disebut klimakterium, yaitu masa peralihan yang dilalui
seorang wanita dari periode reproduktif ke periode non produktif. Periode ini berlangsung antara
5–10 tahun sekitar menopause yaitu 5 tahun sesudah menopause.
2.5.2 Tahap-Tahap Menopause
Menopause terbagi dalam beberapa fase, menurut Manuaba (1999), perubahan wanita
menuju masa menopause antara usia 50-65 tahun yaitu :
a. Fase pra-menopause (klimakterium), pada fase ini seorang wanita akan mengalami kekacauan
pola menstruasi, terjadi perubahan psikologis/kejiwaan dan perubahan fisik. Berlangsung sekitar
4-5 tahun, ini terjadi pada usia antar 48-55 tahun.
b. Fase menopause, berhentinya menstruasi. Perubahan dan keluhan psikologis fisik makin
menonjol, berlangsung sekitar 3-4 tahun, pada usia antara 56-60 tahun
c. Fase pasca-menopause (senium), terjadi pada usia di atas 60-65 tahun. Wanita beradaptasi
terhadap perubahan psikologis dan fisik, keluhan makin berkurang.
Kasdu (2004), mengatakan pada masa premenopause, hormon estrogen dan progesteron
masih tinggi, tetapi semakin rendah ketika memasuki masa perimenopause dan postmenopause.
Keadaan ini berhubungan dengan fungsi ovarium yang terus menurun. Semakin meningkat usia
seorang wanita, semakin menurun jumlah sel-sel telur pada kedua indung telur. Hal ini
disebabkan adanya ovulasi pada setiap siklus haid, dimana pada setiap siklus, antara 20 hingga
1.000 sel telur tumbuh dan berkembang, tetapi hanya satu atau kadang-kadang lebih yang
berkembang sampai matang akan juga mati, juga karena proses atresia, yaitu proses awal
pertumbuhan sel telur yang segera berhenti dalam beberapa hari atau tidak berkembang. Proses
ini terus menurun selama kehidupan wanita hingga sekitar 50 tahun karena produksi ovarium
menjadi sangat berkurang dan berakhir berhenti bekerja.
Sarwono (2002), menyebutkan penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurang
kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin, keadaan ini akan
mengakibatkan terganggunya interaksi antara hipotalamus-hipofisis. Pertama terjadi kegagalan
fungsi korpus luteum. Kemudian, turunnya produksi steroid ovarium menyebabkan
berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan
produksi Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Dari kedua
gonadotropin itu yang paling tinggi peningkatannya adalah FSH. Kadar FSH pada masa
menopause adalah 30-40 µ/ml.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Anatomi sistem reproduksi wanita terdiri dari dua bagian yaitu organ reproduksi eksterna dan
interna. Sistem reproduksi eksterna terdiri dari mons veneris, labia mayora, labia minora, klitoris,
vestibulum dan perineum), sedangkan sistem reproduksi interna terdiri atas vagina, uterus,
serviks, tuba fallopii dan ovarium.
2. Menstruasi merupakan peristiwa meluruhnya dinding rahim. Ada beberapa fase yang terjadi
yaitu fase menstruasi, fase proliferasi, fase sekresi/luteal dan fase iskemi/premenstrual di mana
fase-fase tersebut berhubungan dengan sekresi hormon estrogen, progesteron dan LH serta FSH.
3. Menopause adalah masa setelah satu tahun berhentinya menstruasi/haid yang disebabkan oleh
menurunnya produksi hormon estrogen dan progesteron di ovarium dan berakhirnya masa
reproduksi seorang wanita.
BIOLOGI DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
PENGGOLONGAN VITAMIN B