Anda di halaman 1dari 4

NAMA : RIO MIKAIL

KELAS : SB
NPM : 202333500888
BAHASA INDONESIA

Ija Suntana dosen Program Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, anggota
Dewan Pakar ICMI Jawa Barat

Jakarta - Saat ini kita sudah memasuki tahun politik. Tanda-tanda tahun
politik adalah warna pakaian yang Anda pakai diperhatikan orang lain
dan dihubungkan dengan dukungan politik. Hijau, kuning, merah, biru,
dan putih bukan lagi sederetan simbol warna melainkan identitas yang
sangat politis. Di tahun politik warna sudah tidak netral lagi. Peci dan
sandal sekalipun akan dianggap gambaran keberpihakan Anda pada
sosok tertentu.
Lontaran kata-kata atau tulisan yang keluar dari mulut banyak orang,
lebih-lebih yang keluar dari tokoh tertentu, dihubung-hubungkan dengan
dukung-mendukung. Kritikan orang pada sosok tertentu (sekalipun
benar) pasti dicurigai beragenda politis.
Di tahun politik eskalasi konflik akan meningkat, baik skala luas maupun
terbatas. Akan banyak pasangan suami-istri yang sering bertengkar
politik, selain bertengkar urusan sembako, yang ikut mewarnai
pertengkaran antarpendukung calon atau partai. Pertengkaran anak dan
orangtua bukan mustahil akan sering terjadi. Hati-hati! Tahun politik
bagaikan api dalam sekam.

Jumlah "orang saleh" angkat meningkat fantastis di tahun politik. Rumah ibadah akan
banyak didatangi para kontestan politik. Jumlah orang yang memesan untuk diberi waktu
bisa datang ke tempat pengajian atau tempat ibadah lain akan meningkat. Begitu juga akan
banyak orang yang mendadak jadi wong cilik. Jangan kaget, Anda akan sering didatangi
orang yang menenteng sembako dan kaos "berwarna" dengan senyum manis dan penuh
keramahan.

Biasanya, jasa paranormal akan menggeliat di tahun politik. Paranormal akan banyak
dikunjungi caleg yang berharap mujur, terutama paranormal yang rajin promosi lewat
brosur dan pamplet. Jasa lembaga survei di tahun politik ini kadang tergeser oleh jasa
"perdukunan". Dibanding datang ke lembaga survei jumlah orang yang datang ke tempat
perdukunan untuk mencari kemujuran politik lebih meningkat.

Dunia usaha juga akan terkena imbas. Perusahaan percetakan akan mengalami peningkatan
pesanan, seiring dengan risiko "macet bayar" dari para pemesan. Di tahun politik korban
paling tragis adalah penerbit dan toko buku, yang harus siap banyak "melamun" dibanding
sibuk melayani pembeli. Masyarakat akan lebih banyak melototi televisi dan media sosial
dibanding berkunjung ke toko-toko buku. Semakin menderitalah para pedagang buku.

Jumlah orang bangkrut akan cukup fenomenal di tahun politik, karena biaya politik yang
tinggi, sementara persaingan sangat ketat. Ini membahayakan keutuhan rumah tangga.
Bisa-bisa akan banyak suami isteri yang bubar, karena bukan mustahil akan banyak orang
yang jatuh pada kubangan hutang biaya kampanye.

Di tahun politik para penegak hukum cukup kesulitan dalam bertindak. Sebab, tindakan
hukumnya akan dituding bermotif politis. Tangkap tangan koruptor akan susah dilakukan
karena sangat sensitif. Tudingan yang akan muncul, ada agenda menjatuhkan orang atau
partai tertentu.

Melabrak Siapa Saja


Tulisan saya ini, sepertinya, menyeramkan banget dan mengundang pesimistis, terutama
bagi para caleg dan pengurus partai. Saya tidak bermaksud menjatuhkan semangat Anda
yang sedang getol memperkenalkan diri kepada masyarakat agar dipilih nanti. Saya hanya
mengingatkan kepada Anda agar banyak taktik, supaya tidak tergilas oleh roda tahun
politik. Tahun politik sangar sekali dan bisa melabrak siapa saja.

Bagi para caleg, persiapkan mental untuk menghadapi tahun politik, walaupun menyiapkan
uang untuk biaya kampanye harus lebih serius lagi. Kalah atau menang merupakan risiko
yang akan dihadapi siapa saja yang nyaleg, walaupun saya yakin bahwa para caleg lebih
siap menang daripada kalah.

Di samping hiruk-pikuk politik yang menyeramkan tadi, apatisme politik pun diperkirakan
menyeruak di kalangan masyarakat. Apatisme dipicu oleh perilaku korup para politikus dan
pejabat publik, yang beberapa pelakunya ketangkap basah. Apatisme tidak akan kurang
fenomenal dibanding kejadian-kejadian sosial yang mewarnai tahun politik. Walaupun
percakapan politik banyak menghiasi bibir masyarakat di tahun politik, tampaknya tidak
akan sebanding lurus dengan keterlibatan mereka dalam mencoblos. Golput diperkirakan
masih cukup tinggi dalam pemilu nanti.

Apatisme merupakan ancaman bagi partai-partai politik. Partai politik yang tidak memiliki
kader militan akan kena dampak apatisme. Lain halnya partai-partai yang memiliki kader
militan, mereka akan mendulang keuntungan dari gejala apatisme di tahun politik. Paling
tidak, mereka masih akan punya wakil di parlemen.

Tahun politik meningkatkan kekhawatiran dan kecemasan banyak orang. Pemilik rumah
atau toko di pinggir jalan sering dilanda kecemasan. Takut-takut terjadi kerusuhan dan
perusakan oleh peserta pawai partai politik yang kurang "beradab". Pemilik toko di pinggir
jalan lebih banyak khawatir dijarah orang, sehingga buka tutup kadang sering terjadi.
Pemilik kendaraan bermotor dilanda kecemasan berlalu lintas. Para petugas keamanan juga
dihantui rasa kekhawatiran, karena diperkirakan tingkat gangguan keamanan dan
pelanggaran lalulintas akan naik jumlahnya.

Dari mulai sekarang perang urat syaraf politik akan terus berkobar, bahkan menghiasi berita
24 jam. Media sosial akan terjejali broadcast politik, baik yang isinya benar, setengah
benar, palsu, dan setengah palsu. Semua itu akan mendongkrak tingkat stres dan
meningkatkan aura kebencian yang dipastikan mengganggu hubungan erat banyak orang.

Gangguan stres pemilu akan semakin pekat akibat ketidakpastian siapa yang akan
mendapatkan suara pemilih nanti. Liputan dan debat media akan melengkapi kegelisahan
yang terus-menerus melanda rumah, tempat kerja, tempat belajar, dan bahkan rumah
ibadah. Ditambah kekhawatiran tentang bagaimana hasil pemilu nanti akan mempengaruhi
pada kesejahteraan hidup kita. Lengkaplah beban psikologis kita.

Untuk beberapa bulan ke depan kita akan dihadapkan dengan saat-saat penuh ketegangan.
Bahkan, kondisi ketidakpastian yang hebat karena keberpihakan kita akan semakin
mempengaruhi kondisi stress pemilu. Ini ancaman beban psikologis yang mungkin semakin
meningkat dan menghinggapi kita, sambil kita tetap terlibat dalam proses penting ini.

Tahun politik merupakan tahun penuh ketegangan. Jumlah orang yang masuk ke rumah
sakit akan meningkat. Para psikiater dan rumah sakit jiwa akan mengalami kenaikan jumlah
pasien. Jumlah orang stres akan semakin bertambah, lebih-lebih setelah hari-H politik,
akibat kekalahan dalam pertarungan memperebutkan suara masyarakat.

Lalu, apakah pascapemilu nanti kita akan terbebas dari tekanan stres pemilu? Belum tentu.
Untuk beberapa waktu (mudah-mudahan tidak selamanya) kita masih akan dikepung oleh
perdebatan di media arus utama, blog, dan media sosial yang terkadang terasa sebagai
pengepungan tanpa akhir.

Selamat memasuki tahun politik!1

11
https://news.detik.com/kolom/d-6721094/tahun-politik-dan-stres-pemilu

Anda mungkin juga menyukai