Anda di halaman 1dari 1

Peristiwa politik seperti pemilu seringkali menjadi pintu masuk bagaimana keutuhan satu

bangsa jadi terkoyak karena perbedaan pilihan politik. Pada kontestasi pemilu kali ini, marak
gimik-gimik politik (luring dan daring)

Peristiwa politik seperti pemilu seringkali menjadi pintu masuk bagaimana keutuhan satu
bangsa jadi terkoyak karena perbedaan pilihan politik. Pada kontestasi pemilu kali ini, marak
gimik-gimik politik (luring dan daring) yang semakin mengaburkan esensi demokrasi dan
politik itu sendiri. Gimik politik biasanya digunakan sebagai upaya menarik massa secara
manipulatif tanpa menyodorkan substansi solutif terkait isu-isu dan kebijakan yang
dibutuhkan masyarakat. Upaya politis yang terlalu menebarkan gimik politik yang
kontroversial juga akan menghasilkan polarisasi politik. Kubu-kubu yang berseberangan
akan semakin menguat dan mengeras. Alhasil, kesatuan akan semakin terkikis dan
persaudaraan akan semakin kabur. Jika tidak teratasi dengan baik, amok massa – yaitu
kemarahan kolektif yang susah dikendalikan – sudah menghadang di depan mata. Amok
selalu sambung dengan gelora kehancuran. Dalam hal ini, jauh-jauh hari, Bung Hatta pernah
mengingatkan yang real di lapangan bukanlah “persatuan”, melainkan “persatean” – semua
bersatu dalam satu sunduk namun masing-masing berada dalam keterpisahan satu dengan
yang lainnya. Mengingat persatuan Indonesia tidak pernah ada dengan sendirinya, maka
selalu relevan jika kita terus menggaungkan dan menghidupi lagi semangat persatuan.
Harapan dekatnya, kita mampu melewati “tahun politik” ini dengan terus hidup bersama
walau di antara kita terdapat beda pilihan.

Saksikan: NGANGSU “Ngobrol Asik Ning Sinau” bersama Narasumber:


Assoc. Prof H. Wawan Gunawan Abdul Wahid (Dosen UIN Sunan Kalijaga) & Dr. W. Riawan
Tjandra, S.H., M.Hum., Adv., CCMs. (Dosen Univ. Atma Jaya Yogyakarta). Selasa, 20
Februari 2024 pukul 19.00 WIB disiarkan langsung melalui kanal YouTube Komsos
Keuskupan Agung Semarang.

Anda mungkin juga menyukai