Anda di halaman 1dari 20

Model Program Akselerasi

1. Konsep Akselerasi
Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai
tujuannya.[1] Pressman dan Wildavsky mengemukakan bahwa implementasi adalah sebuah
“proses interaksi antara penentuan tujuan dan tindakan untuk mencapai tujuan tersebut[2].
Akselarasi berasal dari kata bahasa Inggris yaitu” Accelarated” bila diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia berarti dipercepat[3]. Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia, akselarasi
diartikan “ proses mempercepat”[4].Menurut Dave Meier seperti yang dikutip Busro, akselarasi
dapat dilakukan jika adanya suatu objek, dalam hal ini objeknya adalah belajar, yaitu menjadi
percepatan belajar/ accelatied learning.
Depdiknas seperti yang dikutip Zulfan Saam, akselarasi pendidikan adalah bentuk pelayanaan
yang diberikan kepada siswa yang mempunyai kecerdasan dan kemampuan luar biasa untuk
dapat menyelesaikan pendidikan lebih awal dari waktu yang telah ditentukan[5]. Akselarasi
merupakan percepatan belajar bagi siswa yang mempunyai kecerdasan dan kemampuan yang
memenuhi syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan lebih singkat dari
yang sudah ditentukan. Sedangkan Colangelo yang dikutip oleh Reni Akbar menyebutkan bahwa
istilah akselarasi menunjuk pada pelayanan yang diberikan (service delivery), dan kurikulum
yang disampaikan (currikulum delivery). Sebagai model pelayanan, pengertian akselarasi
termasuk juga taman kanak-kanak atau perguruan tinggi pada usia muda, meloncat kelas, dan
mengikuti pelajaran tertentu pada kelas di atasnya. Sementara itu, sebagai model kurikulum,
akselarasi berarti mempercepat bahan ajar dari yang seharusnya dikuasai oleh siswa saat itu.
Dalam hal ini, akselarasi dapat dilakukan dalam kelas reguler, ruang sumber, ataupun kelas
khusus dan bentuk akselarasi yang diambil bisa telescoping dan siswa dapat menyelesaikan dua
tahun atau lebih kegiatan belajarnya menjadi satu tahun dengan cara self-paced studies, yaitu
siswa mengatur kecepatan belajarnya sendiri[6].
Depdiknas mendefinisikan bahwa program akselarasi adalah “program layanan belajar
diperuntukkan bagi siswa yang diidentifikasikan memiliki ciri-ciri keberbakatan intelektual dan
program ini dirancang khusus untuk dapat menyelesaikan program belajar lebih cepat dari waktu
yang ditentukan[7].
Dari beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa program akselarasi berisi
seperangkat kegiatan pelayanan pendidikan yang dirancang khusus dan diperuntukkan bagi siswa
yang memiliki keberbakatan istimewa dengan kecerdasan dan minat luar biasa dibanding dengan
siswa lain (siswa biasa) sehingga kegiatan belajar dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang
lebih singkat.
2. Tujuan Program Akselerasi
Departemen Pendidikan Nasional menetapkan lima tujuan yang mendasari diselenggarakannya
program akselarasi bagi siswa berpotensi tinggi dan berbakat istimewa, sebagaimana yang
disebutkan dalam buku pedoman penyelenggaraan akselarasi, yaitu:

1. Memberikan kesempatan pada peserta didik cerdas istimewa untuk mengikuti program
pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan yang dimilikinya.
2. Memenuhi hak asasi peserta didik cerdas istimewa sesuai kebutuhan pendidikan bagi dirinya.
3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran bagi peserta didik cerdas
istimewa.
4. Membentuk manusia berkualitas yang memiliki kecerdasan spiritual, emosional, sosial, dan
intelektual serta memiliki ketahanan dan kebugaran fisik.
5. Membentuk manusia berkualitas yang kompeten dalam pengetahuan dan seni, berkeahlian
dan berketerampilan, menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab, serta
mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan lebih lanjut dalam rangka mewujudkan
tujuan pendidikan nasional
Menurut Felhusen seperti yang dikutip Reni Akbar dalam buku Akselarasi menyatakan bahwa
“akselarasi diberikan untuk memelihara minat siswa terhadap sekolah, mendorong siswa agar
mencapai prestasi akademik yang baik dan untuk menyelesaikan pendidikan dalam tingkat yang
lebih tinggi bagi keuntungan dirinya maupun masyarakat[8]. Menurut Zulfan Saam, tujuan
umum program akselarasi adalah: 1) memberikan pelayanan kepada peserta didik sesuai dengan
pendidikan dirinya, 2) memenuhi minat intelektual dan perpektif masa depan peserta didik, 3)
menyiapkan peserta didik menjadi pemimpin masa depan. Sedangkan tujuan khusu program
akselarasi adalah; 1) menghargai peserta didik yang memilki kemampuan dan kecerdasan luar
biasa, 2) memacu mutu siswa dalam meningkatkan kecerdasan spritual, intektual dan emosional
secara berimbang, 3) meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran[9].
Southern dan Jones seperti yang dikutip oleh Reni Akbar-hadawi menyebutkan beberapa
keuntungan dari jalannya program akselarasi bagi anak berbakat:

1. Meningkatkan efisiensi
2. Meningkatkan efektifitas
3. Penghargaan
4. Meningkatkan waktu untuk karier
5. Membuka siswa pada kelompok barunya.
6. Ekonomis[10]
Ada dua tujuan yang mendasari dikembangkannya program percepatan belajar bagi peserta didik
yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa:

Tujuan Umum
1. Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik spesifik dari segi
perkembangan kognitif dan afektifnya.
2. Memenuhi Hak Asasi peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan bagi dirinya
sendiri.
3. Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik.
4. Memenuhi kebutuhan aktualisasi diri peserta didik.
5. Menimbang peran peserta didik sebagai aset masyarakat dan kebutuhan masyarakat untuk
pengisian peran.
6. Menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin masa depan.
Tujuan Khusus
1. Memberikan penghargaan untuk dapat menyelesaikan program pendidikan secara lebih cepat
sesuai dengan potensinya.
2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran peserta didik.
3. Mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung berkembangnya potensi
keunggulan peserta didik secara optimal.
4. Memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosionalnya
secara berimbang.
Selain tujuan di atas Dave Melier seperti yang dikutip busro, menjelaskan tujuan pembelajaran
program akselarasi adalah “ menggugah sepenuhnya kemampuan belajar para pelajar, membuat
belajar menyenangkan dan memuaskan bagi mereka, serta memberikan sumbangan sepenuhnya
pada kebahagiaan, kecerdasan, keberhasilan mereka sebagai manusia.[11]
3. Rekrutmen Peserta Didik Kelas Akselerasi
Berdasarkan pendapat Ulya Latifah lubis dalam buku Akselarasi, rekrutmen peserta didik
program akselarasi didasarkan atas dua tahap, yaitu tahap 1 dan tahap 2.[12]
a. Tahap 1 Seleksi

Tahap 1 dilakukan dengan meneliti dokumen data seleksi Penerimaan Siswa Baru (PSB).
Kriteria lolos pada tahap 1 didasarkan atas kriteria tertentu yang berdasarkan skor data berikut,

1. Nilai Ebtanas Murni (NEM) SD ataupun SLTP.


2. Skor tes seleksi akademis
3. Skor tes psikologi yang terdiri atas tiga kluster, yaitu intelegensi yang diukur dengan
menggunakan tes CFIT skala 3B, kreativitas yang diukur dengan menggunakan Tes
kreativitas Verbal-Short Battere, dan task commitment yang diukur dengan menggunakan
skala TC-YA/FS revisi. Selain faktor kemampuan umum tersebut, untuk melihat faktor
kepribadian dilakukan tes motivasi berprestasi, penyesuaian diri, stabilitas emosi, ketekunan,
dan kemandirian dengan menggunakan alat tes EPPS yang direvisi. Biasanya, persentase
yang lolos tahap ini berkisar antara 15-25% dari jumlah siswa yang diterima dalam seleksi
Penerimaan Siswa baru.
b. Tahap 2 Penyaringan

Penyaringan dilakukan dengan dua strategi berikut.

 Strategi Informatif Data Subjektif


Informasi data subjektif diperoleh dari proses pengamatan yang bersifat kumulatif. Informasi
dapat diperoleh melalui check list perilaku, nominasi oleh guru, nominasi oleh orang tua,
nominasi oleh teman sebaya, dan nominasi dari diri sendiri.

 Strategi Informasi Data Objektif


Informasi data objektif diperoleh melalui alat-alat tes lebih lengkap yang dapat memberikan
informasi yang lebih beragam (berdiferensiasi), seperti Tes Intelegensi Kolektif Indonesia (TIKI)
dengan sebelas subtes, tes Weschler Intellgenci Scale for Children Adaptasi Indonesia dengan
sepuluh subtes, dan Baterai Tes kreativitas verbal dengan enam subtes.

4. Kegiatan Pembelajaran atau Setting Pembelajaran


a. Kurikulum Kelas Akselerasi

Untuk melayani kebutuhan pendidikan anak berbakat perlu diusahakan pendidikan yang
berdiferensiasi, yaitu memberi pengalaman pendidikan yang sesuai dengan minat dan
kemampuan intelektual siswa[13]. Beberapa unsur pokok yang perlu diperhatikan dalam
menyusun kurikulum berdiferinsiasi adalah:
1. Materi (konten) yang dipercepat atau yang lebih maju.
2. Pemahaman yang lebih majemuk dari generalisasi, asas, teori, dan struktur dari bidang
materi.
3. Bekerja dengan konsep dan proses pemikiran yang abstrak.
4. Tingkat dan jenis sumber yang digunakan untuk memperoleh informasi dan keterampilan.
5. Waktu belajar untuk tugas rutin dapat dipercepat, dan waktu untuk mendalami suatu topik
atau bidang dapat lebih lama.
6. Mencipta informasi dan/atau produk baru.
7. Memindahkan pembelajaran ke bidang-bidang lain yang lebih menantang.
8. Pengembangan dari pertumbuhan pribadi dalam sikap, perasaan, dan apresiasi.
9. Kemandirian dalam berpikir dan belajar.[14]
Kurikulum nasional dan muatan lokal yang dimodifikasi dengan penekanan pada materi
esensial dan dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi
integrasi antara pengembangan spiritual, logika, etika, dan estetika, serta dapat
mengembangkan kemampuan berpikir holistik, kreatif, sistemik, dan konvergen, untuk
memenuhi tuntunan masa kini dan masa mendatang.
Kurikulum nasional dan muatan lokal yang dikembangkan secara berdiferensiasi untuk
memenuhi pendidikan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
dengan cara memberikan pengalaman belajar yang berbeda dalam arti kedalaman, keluasan,
percepatan, maupun jenisnya.
Pengembangan kurikulum berdiferensiasi untuk program percepatan belajar dapat dilakukan
dengan melakukan modifikasi kurikulum nasional dan muatan lokal. Menurut Maker dalam buku
Utami Munandar, modifikasi kurikulum ada empat hal, yaitu materi (konten) yang diberikan,
proses atau metode pembelajaran, produk yang diharapkan dari siswa, dan lingkungan
belajar[15]. Sedangkan menurut buku pedoman penyelenggaraan program percepatan belajar,
berikut modifikasi kurikulum berdiferensiasi.
1. Modifikasi alokasi waktu,yang disesuaikan dengan kecepatan belajar bagi siswa yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa;
2. Modifikasi isi/materi,dipilih yang esensial;
3. Modifikasi sarana-prasarana,yang disesuaikan dengan karakteristik siswa yang memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa yakni senang menemukan sendiri pengetahuan
baru;
4. Belajar yang memungkinkan siswa memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dapat
memenuhi kehausan akan pengetahuan;
5. Modifikasi pengelolaan kelas,yang memungkinkan siswa dapat bekerja di kelas, baik secara
mandiri, berpasangan, maupun berkelompok.
Pada dasarnya pengembangan kurikulum ialah mengarahkan kurikulum sekarang ke
tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang
datangnya dari luar atau dari dalam sendiri, dengan harapan agar peserta didik dapat
mengahadapi masa depannya dengan baik[16]. Ada empat unsur yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan kurikulum, yaitu:
1. Merencanakan, merancang, dan memprogramkan bahan ajar dan pengalaman belajar.
2. Karakteristik peserta didik.
3. Tujuan yang akan dicapai dan
4. Kriteria-kriteria untuk mencapai tujuan[17].
Oleh sebab itu struktur program (jumlah jam setiap mata pelajaran) sama lebih
dipercepat dengan kelas reguler, hanya perbedaannya terletak pada waktu penyelesaian
kurikulum tersebut dari pada kelas reguler. Untuk itu sekolah dapat menyusun kalender
pendidikan khusus untuk program percepatan belajar.
b. Kompetensi Guru Akselerasi

Kata kompetensi berarti seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dari seorang tenaga profesional[18]. Guru
yang mengajar pada program percepatan belajar pada dasarnya sama dengan guru yang mengajar
pada program reguler, hanya saja dipilih yang memiliki kemampuan, sikap, dan keterampilan
terbaik diantara guru yang ada (the best of the best). Berikut ini adalah beberapa persyaratan
bagi guru anak berbakat :
1. Sesuai dengan bidang studi dan memiliki akta mengajar.
2. Memiliki karakteristik umum yang dipersyaratkan dengan mengacu pada aspek kepribadian.
3. Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang karakteristik dan kebutuhan peserta didik
cerdas/berbakat istimewa.
4. Menguasai substansi mata pelajaran yang diampu.
5. Mampu mengembangkan kreativitas peserta didik.
6. Mampu berbahasa Inggris aktif dan menggunakan dalam kegiatan pembelajaran.
7. Mampu menggunakan IT dalam melaksanakan pembelajaran[19].
Kepribadian yang ada pada seorang guru yang mengajar siswa CI+BI harus mampu
menyesuaikan diri dengan karakteristik yang ada pada diri peserta didik cerdas istimewa.
Feldhusen dalam buku pedoman penyelenggaraan program akselarasi mengidentifikasi
kepribadian yang perlu dimiliki guru, antara lain:

1. Percaya diri
2. Sabar
3. Objektif dan adil
4. Terbuka terhadap perubahan
5. Fleksibel dalam berpikir
6. Kreatif
7. Memiliki rasa humor
8. Cerdas dan berpengetahuan luas
9. Pekerja keras dan berorientasi pada prestasi
10. Memiliki sikap positif terhadap peserta didik cerdas istimewa
11. Mampu mengapresiasi peserta didik[20]
5. Sarana dan Prasarana Pendukung Program Kelas Akselerasi
Sekolah penyelenggara program akselarasi diharapkan mampu memenuhi sarana penunjang
kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa yang mencakup:

1. Prasarana belajar: (1) ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BK, ruang TU, dan ruang
OSIS, (2) ruang kelas,dengan formasi tempat duduk yang mudah dipindah-pindah sesuai
dengan keperluan, (3) ruang labor IPA, labor IPS, labor bahasa, labor kertakes, labor
komputer dan ruang perpustakaan, (4) kantin sekolah, koperasi sekolah, musholla, dan
poliklinik, (5) Aula pertemuan, (6) lapangan olah raga, (7) kamar mandi/wc dan (8) ruang
pengembangan bakat dan keterampilan.
2. Sarana belajar: (1) sumber belajar seperti buku paket, buku pelengkap, buku referensi, buku
bacaan, majalah, koran, modul, kertas kerja, kaset video, vcd, cd-room dan sebagainya. (2)
media pembelajaran seperti radio,casset, recorder, tv, ohp,
3. Ruang belajar, ruang kelas serta ruang-ruang lainnya harus di desain dengan memperhatikan
aspek kenyaman, kebersihan, kesehatan, dan keamanan. Pengaturan ruang belajar dan
perabot kelas (meja, kursi, almari, papan tulis, dan meja guru) hendaknya memperhatikan
bentuk dan ruangan kelas, bentuk dan ukuran meja kursi peserta didik, jumlah dan tingkatan
peserta didik, jumlah kelompok dalam kelas, dan jumlah peserta didik dalam tiap
kelompok[21]
4. Laboratorium MIPA, setiap sekolah penyelenggara program akselarasi harus memiliki
laboratorium MIPA. Untuk SD/MI minimal 1 laboratorium, untuk SMP/MTS terdiri dari
labor Fisika, Biologi, dan Matematika. Sedangkan untuk SMA/MA terdiri dari laboratorium
Fisika, Biologi, Kimia, dan Matematika.
5. Laboratorium Komputer digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dan tenaga
pendidikan dalam melakukan pembelajaran sebagai media dan alat pembelajaran. Di
samping itu, laboratorium komputer digunakan untuk kegiatan pembelajaran yang bersifat
interaktif yang mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis IT
6. Laboratorium Bahasa diperlukan dalam upaya mengoptimalkan kemampuan berbahasa asing,
terutama bahasa Inggris.
7. Perpustakaan, perpustakaan harus dilengkapi dengan buku-buku yang beragam secara materi
maupun bahasa, jurnal nasional dan internasional, buletin, majalah serta bahan cetak yang
mampu memberikan informasi tentang berbagai hal terkait dengan materi pelajaran.
Kesimpulan
Program akselerasi ini pada dasarnya adalah sebuah program yang mempunyai kemampuan
khusus ( lebih) dari yang lainnya. Program ini dapat dilaksanakan dengan cara mempersiapkan
siswa memalui seleksi khusus, melengkapi sarana dan prasarana belajar, mempersiapkan
kurikulum khusus, meningkatkan mutu guru dan manajemen sekolah

Kebijakan pemerintah dalam program percepatan belajar perlu mendapat perhatian dari semua
kalangan sehingga mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Bagi sekolah penyelenggara
agar benar-benar menyelenggarakan program percepatan belajar ini sesuai dengan aturan-aturan
yang sudah ditetapkan. Bagi pemerintah sendiri yang mengeluarka izin penyelenggaraan
program ini perlu memilki sikap hati-hati, jangan sampai program pelayanan khusus bagi anak
berbakat ini menjadi hilang maknanya.

Catatan Kaki:
[1] Riant Nugroho. 2008. Public Polici.( Jakarta: PT Elex Media Komputindo Gramedia) hlm
432
[2] Wayne Parsons, 2005. Public Policy,. Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan.
(Jakarta: Kencana) hlm 466
[3] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta:
Balai Pustaka) Cet, I, hlm 702
[4] Jhon M. Echols dan Hasan Shadily. 2005.Kamus Inggris-Indonesia( Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka utama). Cet XXVI, hlm.5
[5] Zulfan Saam. 2011. Psikologi Pendidikan.(Pekanbaru: Pusbangdik CV Witra Irzani) hlm.
134
[6] Reni Akbar-Hadawi, 2004. Akselarasi,(Jakarta: PT Grasindo Anggota Ikapi), hlm 5-6
[7] Depdiknas, 2004. Isu-Isu Pendidikan: Lima Isu pendidikan triwulan Kedua Jakarta:
Balitbang Diknas, hal 87.
[8] Reni Akbar-Hawadi, Op.Cit., 6-7
[9] Zulfan saam. Ibid . hlm 32-33
[10] Reni, Ibid . hlm 7-8
[11] Busro, Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan melalui Program Kelas Akselarasi di SMA N 1
Pamulung, hlm 31
[12] Reni Akbar-Hadawi, Op.Cit., hlm 122-123
[13] Utami Munandar, Ibid
[14] Utami Munandar, Ibid
[15] Utami Munandar, Ibid hlm 140
[16] Dakir, 2004, Perencanaan dan Pengembangan kurikulum, Jakarta, PT Rineka Cipta hlm, 84
[17] Dakir, Ibid hlm 86
[18] Sudarwan, Ibid hlm 111
[19] Depdiknas,Op.Cit.,
[20] Depdiknas, Op.Cit.,
[21] Ali Imron,2003, Manajemen Pendidikan. Surabaya, UNM, hlm 45

Makalah: Umpan Balik, Perbaikan, dan Pengayaan

Persoalan pendidikan adalah sesuatu yang tak pernah habis untuk dibahas, selalu ada saja hal-hal
dapat diperbincangkan terutama dari segi pelaksanaan pembelajaran. Ada satu hal yang dalam
proses pendidikan di sekolah yang merupakan satu sisi terpenting untuk mendapatkan hasil
maksimal dari prestasi belajar siswa serta menumbuhkan sikap positif terhadap proses belajarnya
yakni persoalan feedback (umpan balik) dalam pembelajaran.
Dengan umpan balik perkembangan siswa akan mampu untuk memantau sendiri dengan sukses,
memiliki aspirasi yang lebih tinggi untuk pencapaian lebih lanjut, kepuasan pribadi yang lebih
besar, dan kinerja yang lebih tinggi secara keseluruhan.
Dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar isi dan standar kompetensi lulusan,
pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaksi, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan
yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kendati demikian, tidak dapat dipungkiri
bahwa untuk mencapai tujuan dan prinsip-prinsip pembelajaran tersebut pasti dijumpai adanya
peserta didik yang mengalami kesulitan atau masalah belajar. Untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut, setiap satuan pendidikan perlu menyelenggarankan program pembelajaran perbaikan
dan pengayaan.
Mudah-mudahan makalah yang kurang bermutu ini menambah pengetahuan bagi pembaca.
Kritik dan saran kami harapkan demi terciptanya kesempurnaan pada pembuatan makalah
selanjutnya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian Umpan Balik, Perbaikan dan Pengayaan?
2. Apa tujuan dan fungsi Umpan Balik, Perbaikan dan Pengayaan?
3. Bagaimana prosedur Umpan Balik, Perbaikan dan Pengayaan?
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Umpan Balik, Perbaikan dan Pengayaan?
2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi Umpan Balik, Perbaikan dan Pengayaan?
3. Untuk mengetahui bagaimana prosedur Umpan Balik, Perbaikan dan Pengayaan?
BAB II PEMBAHASAN

A. Umpan Balik
1. Pengertian Umpan Balik

Yang dimaksud dengan umpan balik adalah pemberian informasi yang diperoleh dari tes atau
alat ukur lainnya kepada siswa untuk memperbaiki atau meningkatkan pencapaian/hasil
belajarnya.[1]

Umpan balik hanya dapat berfungsi memperbaiki belajar siswa dalam kondisi tertentu saja.
Hanya menyajikan tes dan memberikan serta menyampaikan skor kepada siswa. Sangat
bermanfaat apabila guru bersama siswa menelaah kembali jawaban-jawaban tes baik yang
dijawab benar maupun salah oleh siswa, siswa diberikan kesempatan memperbaiki jawaban yang
salah itu.

Umpan balik tidak akan membantu belajar jika siswa tidak mengerti bahan yang harus
dikuasainya dahulu sebelum mempelajari hal yang diteskan itu, atau hanya mengerti sedikit atau
sama sekali tidak mengerti isi pelajaran pada waktu tes itu disajikan. Hal ini menunjukan
pentingnya memeriksa tes siswa dan memperbaiki kesalahannya. Umpan balik dalam kajian ini
adalah pemberian informasi mengenai benar atau tidaknya jawaban siswa atas soal/pertanyaan
yang diberikan, disertai dengan informasi tambahan berupa penjelasan letak kesalahan.

Melalui umpan balik seorang siswa dengan mengetahui sejauh mana bahan yang telah diajarkan
dapat dikuasainya serta dapat mengoreksi kemampuan diri sendiri atau dengan kata lain sebagai
sarana koreksi terhadap kemajuan belajar siswa itu sendiri.[2]
Sedangkan bagi guru dengan umpan balik ia dapat mengetahui sejauh mana materi yang
diajarkan telah dikuasai oleh siswa. Pentingnya umpan balik dalam pembelajaran dikelas
berguna untuk membantu siswa belajar secara berkelompok maupun perorangan mengenai
kemampuannya sehingga dapat melatih suatu ketrampilan.

Dengan demikian, dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan, pemberian umpan balik
sangat diperlukan terlebih jika ditinjau dari penerapan konsep belajar tuntas (mastery learning)
yang menghendaki semua siswa dapat mencapai tujuan yang dirumuskan secara maksimal.[3]

2. Tujuan Umpan Balik

Pengajar seharusnya dapat mengetahui sejauhmana murid mengerti bahan yang telah diajarkan,
sehingga pengajar dapat menentukan apakah akan melanjutkan materi selanjutnya atau perlu
adanya pengulangan. Apabila masih banyak materi yang belum dimengerti oleh murid,
sebaiknya pengajar mengulang materi tersebut. Seringnya murid tidak mengetahui sejauhmana
mereka mengerti dengan bahan ajar yang telah disampaika. Oleh karena itu, pengajar perlu
mengadakan umpan balik.

Umpan balik tidak sama dengan penilain. Umpan balik hanya bertujuan untuk mencari informasi
sampai dimana murid mengerti bahan yang telah dibahas. Selain itu murid/mahasiswa juga
diberikan kesempatan untuk memeriksa sampai dimana mereka mengerti bahan tersebut,
sehingga mereka dapat melengkapi pengertian-pengertian yang belum lengkap.[4]

Setiap umpan balik pengajaran menentukan isi pelajaran berikutnya. Oleh karena itu, umpan
balik tidak hanya perlu bagi guru, malainkan juga perlu bagi murid.

Tanya jawab memungkinkan guru untuk memeriksa pemahaman murid tentang pelajarannya,
dan ini penting untuk mengetahui sejauhmana murid menangkap topik yang diajarkan. Umpan
balik langsung tersebut menjadi kelebihan mengajar seluruh kelas secara interaktif dibandingkan
metode-metode individual, dimana umpan balik pemahaman murid lebih lambat diterima oleh
guru.

Menurut Kardi dan Nur, untuk memberikan umpan balik yang efektif kepada siswa yang
jumlahnya banyak, dapat digunakan beberapa pedoman yang patut dipertimbangkan, sebagai
berikut:

a. Memberikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan, hal ini tidak berarti umpan balik
perlu diberikan kepada siswa dengan seketika, namun umpan balik seharusnya diberikan segera
setelah latihan sehingga siswa dapat mengingat dengan jelas kinerja mereka sendiri.

b. Mengupayakan agar umpan balik jelas dan spesifik mungkin agar dapat membantu siswa.
c. Umpan balik ditujukan langsung pada tingkah laku dan bukan pada maksud yang tersirat
dalam tingkah laku tersebut.

d. Menjaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

e. Memberikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar.

f. Apabila memberi umpan balik negatif, tunjukkan bagaimana melakukannya dengan benar.
Apabila mengetahui bahwa sesuatu telah dilakukan salah umpan balik negatif harus selalu
disertai dengan demonstrasi yang benar oleh guru.

g. Membantu siswa memusatkan perhatiannya pada proses dan bukan pada hasil.

h. Mengajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri, dan bagaimana menilai
keberhasilan kinerjanya sendiri.[5]

Dalam pembelajaran yang berorientasi pada keaktifan siswa sendiri memiliki beberapa kadar.
Berikut kadar pembelajaran tersebut dilihat dari proses pembelajaran:

1) Adanya keterlibatan siswa baik secara fisik, mental emosional maupun intelektual dalam
setiap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perhatian, serta motivasi siswa
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

2) Siswa belajar secara langsung.

3) Adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif

4) Keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan setiap sumber belajar yang tersedia yang
dianggap relevan dengan tujuan pembelajaran.

5) Adanya keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa, seperti menjawab dan mengajukan
pertanyaan, berusaha memecahkan masalah yang diajukan atau yang timbul selama proses
pembelajaran berlangsung.

6) Terjadinya interaksi yang multi-arah baik antara siswa dengan siswa atau antara guru dan
siswa. Interaksi ini juga ditandai dengan keterlibatan semua siswa secara merata. Artinya
pembicaraan atau proses tanya jawab tidak didominasi oleh siswa-siswa tertentu.[6]

3. Fungsi Umpan Balik

Umpan balik memiliki 3 fungsi utama, antara lain:

a. Fungsi Informasional
Tes sebagai alat penilaian hasil pencapaian hasil belajar. Dengan demikian dapat memberikan
informasi sejauh mana siswa telah menguasai materi yang diterimanya dalam proses kegiatan
belajar mengajar. Berdasarkan informasi ini dapat diupayakan umpan balik pengayaan atau
perbaikan.

b. Fungsi Motivasional

Dengan pemberian umpan balik, maka tes berfungsi sebagai motivator bagi siswa untuk belajar.
Upaya tersebut antara lain[7]:

1) Diupayakan kaitan yang jelas antara prosedur penyajian umpan balik dengan akibat-akibatnya.
Misalnya disampaikan kepada siswa bahwa dengan adanya umpan balik itu ditetakan bahwa
siswa yang mendapatkan nilai 70 keatas boleh mengikuti pelajaran selanjutnya. Yang mendapat
nilai kurang dari 70 harus mengulangi seluruh materi pelajaran yang diajarkan pada waktu itu.

2) Menjaga kerahasiaan pribadi siswa yang menerima umpan balik dengan cara memberikan
komentar atau saran perbaikan langsung dalam kertas pekerjaan siswa.

c. Fungsi Komunikasional

Pemberian umpan balik merupakan komunikasi antara siswa dan guru. Guru menyampaikan
hasil evaluasi kepada siswa dan bersama siswa membicarakan upaya perbaikan jawaban siswa.
Dengan demikian melalui umpan balik siswa mengetahui letak kelemahannya.[8]

B. Perbaikan (Remedial)
1. Pengertian Remedial

Dalam pelaksnaan proses pembelajaran, tidak semua siswa dapat mencapai ketuntasan dalam
belajar, artinya ada siswa yang tidak mencapai standar kompetensi sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam tujuan pembelajaran. Made alit mariana (2003) menyatakan, untuk
memberikan kesempatan agar siswa yang terlambat mencapai ketuntasan menguasai materi
pembelajaran tersebut, diadakan pembelajaran remedial.[9]

kata “remedial” adalah “suatu hubungan dengan perbaikan”. Dengan demikian pengajaran
remedial adalah suatu pembelajaran yang bersifat penyembuhan atau bersifat perbaikan.
Pengajaran remedial merupakan bentuk kasus pengajaran, yang bermaksud membuat baik atau
menyembuhkan. Dan pembelajaran remedial adalah suatu bentuk pembelajaran yang bersifat
menyembuhkan atau membetulkan, atau pengajaran yang membuat menjadi lebih baik. Menurut
Abin syamsudin dalam bukunya, pengajaran remedial di defenisikan sebagai upaya guru (dengan
atau tanpa bantuan/kerja sama dengan ahli/ pihak lain) untuk menciptakan suatu situasi
(kembali/baru/beda dari biasanya) yang memungkinkan individu atau kelompok siswa dengan
karakteristik tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga
memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang di harapkan, dengan melalui suatu proses interaksi
yang terencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi dan terkontrol dengan lebih memperhatikan
taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif individu atau kelompok siswa yang
bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungannya.

2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Remedial

Tujuan pembelajaran remedial adalah agar setiap siswa dapat mencapai prestasi belajar sesuai
dengan tujuan pembelajaran sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan
pembelajaran remedial ini diharapkan agar siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat
mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui penyembuhan atau perbaikan.

Perbaikan diarahkan untuk mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan
masing-masing melalui perbaikan keseluruhan proses belajar mengajar dan keseluruhan
kepribadian murid.

Adapun fungsi kegiatan pembelajaran remedial, yaitu:[10]

a. Fungsi korektif, yaitu memperbaiki cara mengajar dan cara belajar, kegiatan remedial
mempunyai fungsi korektif bagia kegiatan pembelajaran karena melalui kegiatan remedial ini
guru memperbaiki cara mengajarnya dan siswa memperbaiki cara belajarnya.

b. Fungsi pemahaman, dalam kegiatan remedial akan terjadi proses pemahaman baik pada diri
guru maupun pada diri siswa.

c. Fungsi penyesuaian, pelaksanaan kegiatan remedial disesuaikan dengan kesulitan yang


dihadapi individu siswa. Tujuan dan materi pelajaran, disesuaikan dengan kesulitan yang
dihadapi siswa. Karena semua aspek kegiatan remedial disesuaikan dengan kemampuan dan
karakteristik siswa, proses pembelajaran tidak lagi merupakan beban bagi siswa, siswa akan
termotivasi lebih giat sehingga dapat mencapai prestasi belajar siswa yang lebih baik.

d. Fungsi pengayaan, melalui kegiatan remedial guru memanfaatkan sumber belajar, metode
mengajar atau alat bantu pembelajaranyang lebih bervariasi dari yang diterapkan guru dalam
pembelajaran biasa.

e. Fungsi ekselerasi, guru dapat mempercepat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran.

f. Fungsi terapeutik, guru dapat membantu siswa yang berkaitan dengan aspek social pribadi.

3. Pelaksanaan Pembelajaran Remedial


Terdapat beberapa alternatif berkenaan dengan waktu atau kapan pembelajaran remedial
dilaksanakan. Pertanyaan yang timbul, apakah pembelajaran remedial diberikan pada setiap akhir
ulangan harian, mingguan, akhir bulan, tengah semester, atau akhir semester. Ataukah
pembelajaran remedial itu diberikan setelah peserta didik mempelajari SK atau KD tertentu?
Pembelajaran remedial dapat diberikan setelah peserta didik mempelajari KD tertentu. Namun
karena dalam setiap SK terdapat beberapa KD, maka terlalu sulit bagi pendidik untuk
melaksanakan pembelajaran remedial setiap selesai mempelajari KD tertentu. Mengingat
indikator keberhasilan belajar peserta didik adalah tingkat ketuntasan dalam mencapai SK yang
terdiri dari beberapa KD, maka pembelajaran remedial dapat juga diberikan setelah peserta didik
menempuh tes SK yang terdiri dari beberapa KD. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa
SK merupakan satu kebulatan kemampuan yang terdiri dari beberapa KD. Mereka yang belum
mencapai penguasaan SK tertentu perlu mengikuti program pembelajaran remedial.

Hasil belajar yang menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi melalui penilaian diperoleh dari
penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses diperoleh melalui postes, tes kinerja,
observasi dan lain-lain. Sedangkan penilaian hasil diperoleh melaluiulangan harian, ulangan
tengah semester dan ulangan akhir semester.[11]

Tingkat keberhasilan proses pembelajaran dapat dimanfaatkan untuk berbagai upaya dan salah
satunya adalah berhubungan dengan perbaikan proses pembelajaran, apabila terdapat indikasi
kegagalan belajar, baik meyangkut seluruh pokok bahasan atau sebagiannya saja.

Proses perbaikan dapat dilakukan jika terdapat bukti-bukti otentik adanya kegagalan dalam
belajar seperti:

a. Jika 85% dari jumlah mencapai taraf keberhailan optimal atau bahkan maksimal ( mencapai
75% penguasaan materi), maka proses pembelajaran berikutnya dapat membahas pokok bahasan
yang baru sehingga tidak begitu penting untuk menyelenggarakan program perbaikan.

b. Jika 75% atau lebih dari jmlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran mencapai taraf
keberhasilan kurang ( dibawah taraf menimal), maka proses pembelajaran berikut hendaknya
bersifat perbaikan (remidial)

Pembelajaran remidial biasanya mengandung kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Mengulang pokok bahasan seluruhnya.

b. Mengulang bagian dari pokok bahasan yang hendak dikuasai

c. Memecahkan masalah atau menyelesaikan soal bersama-sama

d.Memberikan tugas-tugas
4. Prosedur pelaksanaan remedial

Adapun langkah-langkah pelaksanaan remedial, yaitu:[12]

a. Analisis hasil diagnosis

Melalui kegiatan diagnosis, guru akan mengetahui para siswa yang perlu mendapat bantuan.
Untuk keperluan kegiatan remedial, tentu yang menjadi sorotan adalah siswa-siswa yang
mengalami kesulitan belajar yang ditunjukkan dengan tidak tercapainya criteria keberhasilan
belajar.

b. Identifikasi penyebab kesulitan

Sebelum kita mulai merancang kegiatan remedial, terlebih dahulu kita harus mengetahui
mengapa siswa mengalami kesulitan dalam mencapai kompetensi yang diharapkan atau
menguasai kesulitan belajar.

c. Penyusunan rencana

Adapun komponen-komponen yang harus diperhatika dalam pelaksanaan kegiatan remedial,


adalah sebagai berikut:

- Merumuskan kompetensi atau tujuan pembelajaran.

- Menentukan materi pelajaran sesuai dengan kompetensi atau tujuan yang telah dirumuskan.

- Memilih dan merancang kegiatan remedial sesuai masalah dan factor penyebab kesulitan
belajar serta karakteristik dari masing-masing siswa.

- Merancang waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan remedial.

- Menentukan jenis, prosedur, dan alat untuk penilaian untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa.

d. Pelaksanaan kegiatan

Biasanya kegiatan remedial dilaksanakan di luar jam belajar biasa. Oleh karena itu dituntut
kerelaan dari guru untuk menyediakan waktu tambahan di luar jam belajar, untuk membantu
siswa yang memerlukan.
e. Evaluasi remedial

Untuk mengetahui berhasil tidaknya kegiatan remedial yang telah dilaksanakan, kita harus
melaksanakan penilaian. Penilaian itu dapat dilakukan dengan mengkaji kemauan siswa. Guru
harus menganalisis komponen pembelajaran, dengan mengajukan pertanyaan tentang
kompetensi, materi, kegiatan, waktu, serta materi.

C. Pengayaan
1. Pengertian Pengayaan

Pengayaan adalah kegiatan tambahan yang diberikan kepada siswa yang telah mencapai
ketentuan dalam belajar yang dimaksudkan untuk menambah wawasan atau memperluas
pengetahuannya dalam materi pelajaran yang telah dipelajarinya. Di samping itu, pembelajaran
pengayaan juga bisa diartikan memberikan pemahaman yang lebih dalam dari pada sekedar
standar kompetensi dalam kurikulum. Pembelajaran pengayaan juga dilakukan untuk memberi
kesetaraan kesempatan bagi siswa yang belajar lebih cepat. Hal ini dilaksanakan tetap pada suatu
keyakinan bahwa pelajaran merupa kan suatu yang menyenangkan dan sekaligus menantang.[13]

Kegiatan pengayaan ini ada dua macam, yaitu:

a. Pengayaan horizontal, yaitu upaya memberikan tugas sampingan yang akan memperkaya
pengetahuan siswa mengetahui materi yang sama, karena dalam suatu kelas, siswa dan teman-
temannya yang memiliki perbedaan tingkat pengetahuan, mungkin akan merasa bosan atau jenuh
bila seseorang guru tetap menerangkan bahan yang sudah dikuasainya.

b. Pengayaan vertikal, yaitu kegiatan pengayaan yang berupa peningkatan dari tingkat
pengetahuan yang sedang diajarkan ke tingkat yang lebih tinggi yang akan diajarkan, sehingga
siswa maju dari satuan pelajaran yang sedang diajarkan kesatuan pelajaran berikutnya menurut
kemampuan dan kecerdasannya sendiri.

2. Tujuan Pengayaan

Adapun tujuan program pengayaan selain untuk meningkatkan pemahaman dan wawasan
tehadap materi yang sedang atau telah dipelajarinya juga agar siswa dapat belajar secara optimal
baik dalam hal pendayagunaan kemampuannya maupun perolehan dari hasil belajar.

3. Prosedur Pelaksanaan Program Pengayaan


Kegiatan program pengayaan diawali dari kegiatan pembelajaran atau penyajian pelajaran
terlebih dahulu dengan mengacu kepada kriteria belajar tuntas.

Pelaksaan program pengayaan didasarkan pada hasil tes formatif atau sumatif yang fungsinya
sebagai feedback bagi guru dalam rangka memperbaiki kegiatan pembelajaran akan terdapat dua
kemungkinan:

a. Bagi siswa yang taraf penguasaannya kurang dari 75% perlu diberikan perbaikan ( remidial
teaching).

b. Bagi siswa yang taraf penguasaannya lebih dari 75% perlu diberikan pengayaan.

Pelaksanaan kegiatan pengayaan ini bisa dilakukan baik dari dalam atau di luar jam tatap muka.
[14]

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Umpan balik adalah pemberian informasi yang diperoleh dari tes atau alat ukur lainnya kepada
siswa untuk memperbaiki atau meningkatkan pencapaian/hasil belajarnya. Melalui umpan balik
seorang siswa dengan mengetahui sejauh mana bahan yang telah diajarkan dapat dikuasainya
serta dapat mengoreksi kemampuan diri sendiri atau dengan kata lain sebagai sarana koreksi
terhadap kemajuan belajar siswa itu sendiri.

Sedangkan bagi guru dengan umpan balik ia dapat mengetahui sejauh mana materi yang
diajarkan telah dikuasai oleh siswa. Pentingnya umpan balik dalam pembelajaran dikelas
berguna untuk membantu siswa belajar secara berkelompok maupun perorangan mengenai
kemampuannya sehingga dapat melatih suatu ketrampilan.

B. Saran

Karna isi makalah ini sangat penting bagi kita sebagai calon pendidik, disarankan untuk
membaca dan memahami isi makalah ini. .

Daftar Pustaka

Djamarah, Syaiful Bahri.. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2000

Mutakim, Zainal. Strategi dan Metode Pembelajaran. STAIN Pekalongan Press, 2009
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia Group.
2008

Silverius, Suke. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: PT Grasindo, 1991

Sobry Sutikno, Belajar Dan Pembelajaran. Lombok : Holostica,2013

Sumantri, Mulyani.dkk, Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Mulana, 2001

Winataputra dan Udin, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka, 2006

Catatan Kaki:

[1] Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, (Jakarta: PT Grasindo, 1991), h.148

[2] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT
Rhineka Cipta, 2000), h. 208

[3] Zainal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (STAIN Pekalongan Press,2009), h. 16

[4] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Yogyakarta: Matagraf Yogyakarta,
2015), hlm.191

[5] Ibid, hlm.193-194

[6] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenadamedia Group,
2008), cet. ke-1, hlm.183-184

[7] Zainal Mustakim,Strategi dan Metode Pembelajaan,….h.22-23

[8] Ibid

[9] Sobry Sutikno, Belajar Dan Pembelajaran (Lombok : Holostica,2013) h. 163

[10] Winataputra dan Udin, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Universitas Terbuka, 2006). hlm.
52

[11] http//: Remedial dan Pengayaan _ AnakFisika.htm 07:39 pm

[12] Sumantri, Mulyani Dan Permana, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV. Mulana, 2001).
Hlm. 75

[13] Ibid,

[14] Ibid, Belajar Dan Pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai