Anda di halaman 1dari 13

SURVEI TEROWONGAN

I. PENDAHULUAN
a. Pengertian
Terowongan adalah struktur bawah tanah yang mempunyai panjang
lebih dari lebar penampang galiannya, dan mempunyai gradien
memanjang kurang dari 15%.
b. Klasifikasi
a. Ditinjau berdasarkan kegunaan terowongan, Made Astawa Rai (1988)
membagi terowongan menjadi 2 bagian, yaitu :
i. Terowongan lalu – lintas ( traffic tunnel )
ii. Terowongan kereta api, adalah terowongan yang merupakan
terowongan paling penting diantara terowongan lalu – lintas.
iii. Terowongan jalan raya, dibangun untuk kendaraan bermotor karena
pesatnya pertambahan lalu – lintas jalan raya bersamaan dengan
berkembangnya industri kendaraan bermotor.
iv. Terowongan pejalan kaki, termasuk dalam grup terowongan jalan
(road tunnel) tetapi penampangnya lebih kecil, jari – jari belokannya
pendek dan kemiringannya besar (lebih besar dari 10%).
Terowongan ini biasanya digunakan dibawah jalan raya yang ramai
atau dibawah sungai dan kanal sebagai tempat menyebrang bagi
pejalan kaki.
v. Terowongan navigasi, dibuat untuk kepentingan lalu-lintas air di
kanal-kanal dan sungai-sungai yang menghubungkan satu kanal
atau sungai ke kanal lainnya. Disamping itu juga dibuat untuk
menembus daerah pegunungan untuk memperpendek jarak dan
memperlancar lalu – lintas air.
vi. Terowongan transportasi dibawah kota
vii. Terowongan transportasi ditambang bawah tanah, dibuat sebagai
jalan masuk kedalam tambang bawah tanah yang digunakan untuk
lalu – lintas para pekerja tambang, mengangkut peralatan tambang,
mengangkut batuan dan bijih hasil penambangan.
viii. Terowongan angkutan
ix. Terowongan stasiun pembangkit listrik air, air dialirkan dari sungai
atau reservoir untuk digunakan sebagai pembangkit listrik disebuah
stasiun pembangkit yang letaknya lebih rendah. Terowongan ini
dapat dikategorikan pada suatu grup utama berdasarkan
kegunaannya.
x. Terowongan penyediaan air, berfungsi menyalurkan air dari mata air
ketempat penyimpanan air di dalam kota atau membelokkan air ke
tempat penyimpanan tersebut.
xi. Terowongan untuk saluran air kotor, dibuat untuk membuang air
kotor dari kota atau pusat industri ke tempat pembuangan yang
sudah disediakan.
xii. Terowongan yang digunakan untuk kepentingan umum, dibuat di
daerah perkotaan untuk menyalurkan kabel listrik dan telepon, pipa
gas dan air, dan juga pipa – pipa lainnya yang penting, dibuat
dibawah saluran air, jalan raya, jalan kereta api, blok bangunan
untuk memudahkan inspeksi secara kontinyu, pemeliharaan dan
perbaikan sewaktu – waktu kalau ada kerusakan.
b. Berdasarkan lokasinya terowongan dibagi menjadi beberapa bagian
sebagai berikut:
i. Underwater Tunnels, dibangun dibawah dasar muka air. Pada
umunnya dibangun dibawah dasar dan sungai atau laut.
Perhitungannya lebih kompleks, selain ada tekanan tanah.juga
terdapat tekanan air yang besar.
ii. Mountain Tunnels, terowongan yang mempunyai peran penting
ketika suatu daerah memiliki topografi yang beragam, sehingga
perlu adanya terowongan yang dibangun menembus sebuah bukit
maupun gunung.
iii. Tunnels at Shallow Depth and Water City Streets, cocok untuk
dibangun di perkotaan. Baik itu untuk transportasi maupun saluran
drainase kota. Jaringan transportasi di Negara-negara maju seperti
Amerika, Inggris, dan Jepang banyak yang menerapkan tipe
terowongan ini.
c. Berdasarkan material yang dipakai, Paulus P Raharjo (2004)
menjelaskan terdapat 3 jenis terowongan, yaitu:
i. Terowongan Batuan (Rock Tunnels), dibuat langsung pada batuan
massif dengan cara pemboran atau peledakan. Terowongan batuan
umumnya lebih mudah dikonstruksikan daripada terowongan
melalui tanah lunak karena pada umumnya batuan dapat berdiri
sendiri kecuali pada batuan yang mengalami fracture.
ii. Terowongan melalui tanah lunak (Soft Ground Tunnels), dibuat
melalui tanah lempung atau pasir atau batuan lunak (soft rock).
Karena jenis material ini runtuh bila digali, maka dibutuhkan suatu
dinding atau atap yang kuat sebagai penahan bersamaan dengan
proses penggalian. Umumnya digunakan shield (pelindung) untk
memproteksi galian tersebut agar tidak runtuh. Teknik yang umum
digunakan pada saat ini adalah shield tunneling Pada terowongan
melalui tanah lunak ini,lining langsung dipasang dibelakang shield
bersamaan dengan pergerakan maju dari mesin pembor
terowongan (Tunnel Boring Machine).
iii. Terowongan gali – timbun (Cut and Cover Tunnel), dibuat dengan
cara menggali sebuar trench pada tanah, kenudian dinding dan atap
terowongan dikonstruksikan di dalam galian. Sesudah itu galian
ditimbun kembali dan seluruh struktur berada dibawah timbunan
tanah. (Sumber : Rai Made Astawa Rai : Teknik Terowongan: 1988)

II.METODE
1. Pengukuran survey terowongan
Dalam pembuatan terowongan ada bermacam-macam metode,
untuk terowongan yang dangkal metode konstruksinya adalah cut
and over. Untuk terowongan yang melewati banyak batu
menggunakan metode drill and blast. Metode shield digunakan untuk
terowongan dengan tanah berliquid serta berbatu.
a. Kontrol Geodetik & Monitoring Deformasi
Pada tahapan awal, penentuan jaring geodetik horizontal dan
vertikal serta sistem referensi
koordinat di atas tanah dan di
bawah tanah diperlukan
untuk operasi survey.
Penentuan terdiri dari
beberapa tahapan, yaitu :
Desain jarring, Monumentasi titik control, Pengukuran lapangan,
Proses data, Perataan jaring dengan model least-square, serta post-
analisis untuk mengetahui akrasi pengukuran dan koordinat.
Pada permuakaan atas tanah, jaring kontrol horizontal
dioptimisasi dengan kombinasi dari triangulasi, trilaterasi, traverse
dan pengamatan GPS. Jaring kontrol vertikal dibuat secara
independen dari kontrol horizontal dengan leveling titik kontrol.
Kemudian jaring kontrol horizontal diperpanjang hingga ke
terowongan bawah tanah secara zig-zag melalui lubang portal dan
tangga. Metode transfer titik kontrol horizontal melalui lubang
ventilasi vertikal dapat dilakukan dengan metode co-planning,
Weisbach, atau metode quadrilateral tergantung pada peralatan
yang tersedia. Setelah titik kontrol horizontal di fix-kan berada pada
perpotongan antara terowongan dan lubang (shaft), gyro-theodolite
digunakan untuk mempertahankan arah dari pengeboran
terowongan. Selama proyek berlangsung, titik kontrol horizontal dan
vertikal digunakan oleh Structural Health Monitoring (SHM) yang
mengamati ground displacement dan deformasi struktural untuk
keamanan pekerja dan publik. Dimana instrumen geodetik seperti
GPS, geodetik total station, serta InSAR dan instrumen geoteknikal
diterapkan untuk memonitoring deformasi dan ground displacement.
b. Pemetaan detil dan modelling sistem geometric
Pemetaan semua fitur, baik di atas permukaan maupun di bawah
permukaan tanah diintegrasikan ke dalam web berdasarkan sistem
informasi geografis dan ke sistem CAD untuk memfasilitasi
perencanaan proyek dan desain konstruksi. Data-data untuk
pemetaan tersebut dapat diperoleh dengan pengukuran
menggunakan Total station dan 3D mobile mapping system. Mobile
mapping system ini terintegrasi dengan reciever GPS, inertial
measurement unit (IMU), laser scanners (dapat scan lebih dari 8000
titik per second), dan digital camera ( dapat mengambil gambar
lebih dari 15 frames per second). Kemudian point clouds dan gambar
digital diupload ke CAD, GIS lalu dilakukan permodelan geometrik
dari terowongan
c. Setting out dan as-build survey untuk desain dan konstruksi
terowongan
As-built surveys dibutuhkan untuk melakukan pengecekan
toleransi dari struktur yang telah selesai dengan metode :
i. Mengukur offset langsung ke alat pengukur struktur (contoh, cross-
section template) yang dipasang pada troli dan didorong
sepanjang terowongan. Metode ini memakan waktu dan tenaga.
ii. Penggunaan total station reflectorless dari permukaan terowongan
secara otomatis dicatat, diolah dan dianalisis oleh sistem komputer
laptop di lapangan (misalnya, TMS dari Leica Geosystems dan
Amberg Technologies). Titik-titik yang terkoordinasi kemudian
digabung untuk membentuk permukaan 3D Triangulasi Integrated
Network (TIN) untuk merencanakan undercut dan overcuts di
lintas-bagian pada interval reguler dan untuk merencanakan
kontur undercut atau daerah undercut lebih dari 50 mm
iii. Penggunaan survei trolley untuk memeriksa kedua jalur kereta api
dan terowongan (misalnya, troli Swiss Terra International). Troli
dilengkapi dengan inclinometers longitudinal dan lateral,
odometer, reflektor total station, receiver GPS, laser scanner,
kamera digital dan data kolektor yang didorong di lintasan untuk
mengumpulkan koordinat rel dan element cross-section. Data
direkam oleh sensor, auto-tracking total station, receiver GPS dan
laser scanner yang akan digabungkan bersama-sama untuk
memeriksa terhadap rancangan, cross-section template dan
standar jalur kereta api atau sesuai kebutuhan.
2. Tahapan pembuatan terowongan secara umum adalah
sebagai berikut :

b. Pekerjaan Persiapan, Penentuan dan perhitungan “temporary facility”


yang akan dipakai, meliputi :
i. Water Supply : Air yang diperlukan oleh peralatan-peralatan yang
digunakan dalam pemboran terowongan.
ii. Air Supply : Udara yang diperlukan untuk kompressor yang
dipergunakan untuk untuk pemboran dan “shotcreting
iii. Electric Supply : Instalasi dan besarnya daya yang diperlukan
untuk peralatan yang memerlukan listrik.
iv. Ventilating : Suplai udara bersih yang diperlukan bagi pernapasan,
dan mendilusi gas maupun debu akibat pekerjaaan terowongan,
sehingga menjaga kesehatan kerja.
v. Drainage System : Penirisan terowongan agar tidak mengganggu
pekerjaan “tunneling” terciptanya kesehatan kerja.
c. Surveying, adalah pekerjaan penentuan titik pusat terowongan dan
arah relatif terhadap titik ikat di permukaan, sekaligus menjaga
besarnya diameter terowongan.
d. Konstruksi Portal, adalah pekerjaan awal dari penggalian terowongan
yang letaknya di awal penggalian dan harus dipastikan kokoh untuk
menjaga keselamatan pekerjaan penggalian terowongan.
e. Pemboran, adalah pekerjaan pemboran dengan menggunakan alat
mekanis jumbo drill dan atau jack leg, sesuai dengan kondisi batuan
f. Charging, adalah pekerjaan pengisian bahan peledak, baik dengan
“priming” dan isian utama dengan pola dan teknik peledakan yang
telah ditentukan.
g. Blasting , adalah peledakan yang dilaksanakan sesuai prosedur yang
telah ditentukan dengan menggunakan pola delay dan metode
peledakan yang telah disesuaikan dengan kondisi batuan dan
geometri terowongan.
h. Mucking, adalah pengambilan batuan hasil penggalian dengan
menggunakan loader dan dilanjutkan dengan alat angkut belt
conveyor, lori, atau truk.
i. Scalling, adalah pembersihan batuan menggantung (“hanging rock”)
sebelum dilakukan pekerjaan selanjutnya.
j. Shotcreting Sebagai Penyangga Sementara, adalah suatu konstruksi
penyangga sementara yang direncanakan untuk mencegah lepasan
(“loosening”) dengan penyemprotan campuran semen dan air
(slurry) ke permukaan dinding terowongan dengan atau tanpa
ditambahkan dengan “wiremesh”
k. Rockbolting, adalah pemasangan penyanggaan atau perkuatan aktif,
dimana batuan diusahakan untuk menyangga dirinya sendiri.
l. Lining Concrete, adalah pengecoran permukaan “tunnel” dengan
beton, sehingga permukaan licin dan kuat.
m. Grouting, adalah pengisian rongga batuan dengan menggunakan
fluida “cemented” yang sifatnya sebagai penyangga aktif sama
dengan “rocbolting”.
3. Metode penggalian terowongan
Dalam penggalian terowongan ada beberapa metode yang umum
digunakan,akan tetapi metode penggalian terowongan yang akan
dipilih disesuaikan oleh keadaaan alam sekitar dengan segala
pertimbangan dan analisis, Rai Made Astawa Rai (1988), membagi
beberapa metode penggalian terowongan yang biasa diterapkan
dilapangan sebagai berikut :
a. Metode full face
Metode full face adalah suatu cara dimana seluruh penampang
terowongan digali secara bersamaan. Metode ini sangat cocok untuk
terowongan yang mempunyai ukuran penampang melintang kecil
hingga terowongan dengan diameter 3 meter. Cara penggaliannya
yaitu dimana seluruh bidang muka setelah dibor untuk tempat
detonator kemudian diledakkan seluruh bidang muka. Ini umumnya
dilakukan pada adit yang mempunyai diameter kecil yaitu kurang
dari 10 feet.
Metode full face memiliki keuntungan yaitu pekerjaan akan lebih
cepat karena penampang permukaan terowongan digali secara
bersamaan dan proses tunneling dapat dilakukan dengan kontinyu.
Kerugian menggunakan metode ini yaitu banyak membutuhkan alat
– alat mekanis, metoda ini tidak dapat digunakan apabila kondisi
tanah tidak stabil, dan hanya untuk terowongan dengan lintasan
pendek
b. Metode Heading and Bench
Metode “ Heading” and “ Bench” adalah cara penggalian dimana
bagian atas penampang terowongan digali terlebih dahulu sebelum
bagian bawah penampangnya. Setelah penggalian bagian atas
mencapai panjang 3 – 3,5 meter (heading), penggalian bawah
penampang dikerjakan ( bench cut) sampai membentuk penampang
terowongan yang diinginkan. Ini diterapkan bila bridging capacity
rendah terutama pada adit yang mempunyai diameter besar
Metoda “heading” dan ”bench”
Metode heading and bench memiliki keuntungan memungkinkan
pekerjaan pengeboran dan pembuangan sisa peledakan dilakukan
secara simultan, dan metoda ini efektif untuk pekerjaan terowongan
dengan penampang besar dan dengan lintasan yang relative
panjang
c. Metoda Drift

Metoda drift
Metode “drift” adalah suatu metode yang menggali terlebih
dahulu sebuah lubang bukaan berukuran kecil sepanjang lintasan
terowongan yang kemudian diperbesar sampai membentuk
penampang yang direncanakan. Metode ini terbagi menjadi 4
bagian yaitu : Top Drift, centre Drift, Bottom Drift, danSide Drift
1. Top Drift
Metode ini banyak digunakan pada penggalian endapan di tambang.
Metode ini tidak jauh berbeda dengan medode “ heading and
bench”.
2. Centre Drift
Metode ini dimulai dengan penggalian lubang berukuran 2,5m x
2,5m – 3m x 3m dari portal ke portal. Perluasannya dimulai setelah
penggalian “center drift” selesai. Keuntungan menggunakan metode
ini yaitu memberikan sistem ventilasi yang baik, tidak memerlukan
penyangga sementara yang rumit karena ukurannya cukup kecil,
dan mucking dapat dilakukan bersamaan dengan penggalian.
Kerugiannya yaitu pekerjaan perluasannya harus menunggu center
drift selesai secara keseluruhan, dan alat bor harus dipasang dengan
pola tertentu
3. Bottom drift
Pada metode ini, penggalian dimulai dengan membuka bagian
bawah penampang. Pembuatan lubang-lubang bahan peledak untuk
membuka bagian atas penampang dilakukan dengan mem-bor dari
bottom drift vertikal ke atas.
4. Side Drift
Pada metode ini dua “drift” digali sekaligus pada sisi-sisi
penampang, sepanjang lintasan terowongan. Proses selanjutnya
adalah penggalian bagian “arch” yang diikuti dengan pemasangan
penyangga sementara. Metode ini memiliki keuntungan yaitu proses
pekerjaan lining dapat dilakukan sebelum penggalian bagian tengah
selesai, dan cocok untuk penggalian terowongan besar dengan
kondisi tanah yang buruk.
d. Metoda Pillot Tunnel
Pilot tunnel digali paralel pada jarak kurang lebih 25 meter dari
sumbu terowongan yang akan direncanakan dengan ukuran 2 x 2 m 2
– 3 x 3 m2. Penggalian pada terowongan utama sendiri dilakukan
dengan metode “drift”. (Sumber : Rai Made Astawa Rai : Teknik
Terowongan: 1988). Pilot tunnel adalah cara terbaik untuk
menyelidiki lokasi terowongan dan harus digunakan bila terowongan
berukuran besar akan dilaksanakan pada jalur yang mempunyai
kondisi geologi yang kritis. Degan membuat pilot tunnel maka
berbagai masalah yang akan ditemui pada pelaksanaan penggalian
pada skala yang lebih besar dapat diantisipasi sedini mungkin.
Memiliki keuntungan yaitu cocok untuk penggalian terowongan
besar dengan medan yang/kondisi geologi ktiris dan tingkat resiko
pada kondisi geologi yang kritis dapat dinimalisir.
e. Metode Sumuran Vertical
Sumuran adalah suatu terowongan yang digali secara vertikal
(yang menyerupai sumur besar), dimana pada dinding atau dasar
sumur tadi dapat digali lubang-lubang ke arah horizontal. Metode ini
dilaksanakan dengan membuat lubang vertikal tegak lurus sampai
pada terowongan yang akan digali. Dengan dibuatnya satu lubang
yang memotong lintasan terowongan akan didapatkan paling sedikit
tiga buah heading face.
Metoda top Sumuran vertical
4. Metode Peledakan di dalam Terowongan
a. Pola Lubang Tembak
Peledakan didalam terowongan selalu dimulai dengan satu
atau lebih peledakan pemula untuk menciptakan satu gua atau
bolongan pada permukaan terowongan yang akan ditembus. Gua
atau bolongan ini disebut “Cut” yang berfungsi sebagai bidang
bebas terhadap paledakan berikutnya. “Cut” ini kemudian
diperbesar dengan peledakan dua atau lebih susunan lubang
tembak “easer”. Peledakan berikutnya atau yang terakhir adalah
peledakan lubang “trimmer” yang menentukan bentuk dari
terowongan.
b. Lubang “easer” dan Trimmer”
Lubang “easer” dibuat mengelilingi “cut” untuk memperbesar
bukaan “cut” sehingga lubang “trimmer” dapat membuat bentuk
daripada terowongan. Untuk terowongan berukuran biasa, satu
ronde peledakan terdiri dari sekitar 40 buah lubang tembak
dimana setiap lubang tembak membuat bukaan seluas sekitar
0,25-0,5 m2. Banyaknya lubang “easer” serta penempatannya
tergantung kepada pola lubang “cut”. Pada pola “burn cut”
penempatan lubang “easer” tidak boleh terlalu dekat pada “cut”
untuk menghindari terjadinya ledakan premature daripada lubang
easer. Disarankan untuk menempatkan lubang easer antara 30-50
cm dari “cut”. Lubang trimmer pada akhirnya akan membuat
bentuk dari terowongan. Banyak dan posisi daripada lubang
“trimmer” tergantung daripada ukuran terowongan, kekerasan
batuan, dan fragmentasi yang disesuaikan dengan system
pemuatan.
c. Sistem Kemajuan
Pada prinsipnya pembuatan terowongan sama dengan shaft,
hanya arahnya saja yang berbeda yaitu horizontal. Apabila
pembuatan lubang bukaan sudah lebih besar daripada 45 o maka
ini sudah dinamakan shift. Sistem kemajuan tergantung kepada
alat bor yang tersedia, kondisi batuan dan sistem penyangga yang
dipergunakan, tetapi cara yang umum dipakai dalam pembuatan
terowongan terdiri dari dua system yaitu cara “full face” dan “top
heading and bench”
d. Perimeter Blasting
Perimeter Blasting adalah proses peledakan yang
dilaksanakan dengan sangat hatu-hati. Untuk mendapatkan
permukaan akhir lubang bukaan yang tepat dan kondisi batuan
disekitar lubang tersebut tidak mengalami kerusakan. Maksud dari
“perimeter blasting” tidak hanya untuk memperoleh permukaan
bukaan yang rata tetapi juga untuk menjaga agar daerah disekitar
permukaan tidak mengalami keretakan dan kerusakan selama
bukaan tersebut digunakan. Perimeter Blasting berguna untuk
membuat rata permukaan terowongan, membuat agar permukaan
terowongan lebih stabil, mengurangi “over break”, mengurangi
pemakaian beton, mengurangi retakan dan masuknya aur tanah
kedalam terowongan.

III. PERALATAN
Dalam pengukuran terowongan, peralatan yang digunakan yaitu :
a. GPS untuk pengamatan jaring kontrol horizontal dioptimisasi dengan
kombinasi dari triangulasi, trilaterasi, traverse.
b. Gyro-theodolite digunakan untuk mempertahankan arah dari
pengeboran terowongan.
c. Total station dan 3D mobile mapping system untuk mendapatkan
data-data untuk pemetaan. Mobile mapping system ini terintegrasi
dengan reciever GPS, inertial measurement unit (IMU), laser
scanners, dan digital camera
d. GPS, geodetik total station, serta InSAR dan instrumen geoteknikal
diterapkan untuk memonitoring deformasi dan ground displacement
Pelaksanaan galian terowongan dapat dikerjakan dengan bantuan
alat-alat berat (excavator dengan perlengkapan-perlengkapan
clampshell, backhoe, shovel, dan juga crawler loader), sehingga
pekerjaan dapat diselesaikan dalam waktu relatif cepat dan
memperkecil kemungkinan runtuh.
IV. PENYAJIAN DATA
Data yang disajikan pada survey terowongan/tunnel surveing dapat
terdiri dari :
a. Data GPS
b. Survey setting-out dan as-built
untuk desain dan konstruksi
terowongan
c. Rencana terowongan sesuai
koordinat yang telah ditentukan
d. Data kajian teknis metoda konstruksi, peralatan penggalian/bor,
transportasi material hasil galian, dan pekerjaan
e. Data Ground displacement dan deformasi struktural (pendekatan
dengan mengkombinasikan pengukuran secara geodetik dan
geoteknik)
f. Data yang ter-plot pada CAD atau web-based GIS

V. CONTOH
Berikut beberapa contoh terowongan di dunia.

Terowongan saluran air (AUSTRALIA) Terowongan jalan


raya (INDONESIA)

Terowongan kereta api (INGGRIS) Terowongan navigasi


(BELANDA)
Terowongan jalan kaki (MINA) Terowongan
tambang (INDONESIA)

VI. DAFTAR PUSTAKA


Wiweko M.A, 2015, Pembuatan Terowongan (Tunneling) Widyaiswara
Pertama-Pusdiklat Minerba
https://fileq.wordpress.com/download/makalah/teknik-terowongan/)

Anda mungkin juga menyukai