Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Pelaksanaan dan Alat Berat dengan
pembahasan Project MRT Jakarta

Makalah ini disajikan sesuai dengan ketentuan agar memudahkan pemahaman para pembaca terhadap
isi dari makalah. Makalah ini dirangkum dari berbagai sumber yang berkaitan dengan pembahasan
tersebut diatas. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan dapat
menambah wawasan lagi para pembaca.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyajian makalah ini, maka dari itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi perbaikan makalah ini di masa yang
akan dating. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada para pembaca dan segala pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Jakarta, 16 Oktober 2015


Hormat kami,

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PEMBAHASAN

A. MRT JAKARTA
B. TAHAP PELAKSANAAN MRT

BAB II . ALAT BERAT

A. ALAT BERAT UNTUK PEMBANGUNAN MRT


B. METODE TBM (TUNNEL BORING MACHINE)
B.1 Tunnel Boring Machine
B.2 Bagian Tunnel Boring Machine
B.3 TBM Saat Berada Diprabrik
B.4 Proses Perakitan TBM
B.5 Proses Kerja TBM

BAB III. PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PEMBAHASAN

A. MRT JAKARTA

MRT Jakarta, singkatan dari Mass Rapid Transit Jakarta atau Angkutan
Cepat Terpadu Jakarta sebuah sistem transportasi cepat yang sedang dibangun
di Jakarta. Proses pembangunan telah dimulai pada tanggal 10 Oktober 2013 dan
diperkirakan selesai pada tahun 2018

Jalur MRT Jakarta rencananya akan membentang kurang lebih 110.8 km,
yang terdiri dari Koridor Selatan Utara (Koridor Lebak Bulus - Kampung Bandan)
sepanjang 23.8 km dan Koridor Timur Barat sepanjang 87 km.

Jalur Selatan-Utara merupakan jalur yang pertama dibangun. Jalur ini akan
menghubungkan Lebak Bulus, Jakarta Selatan dengan Kampung Bandan, Jakarta
Utara. Pengerjaan jalur ini dibagi menjadi 2 tahap pembangunan ;

Tahap I (Lebak Bulus - Bundaran HI)

Tahap I yang dibangun terlebih dahulu menghubungkan Lebak Bulus sampai


dengan Bundaran HI sepanjang 15.7 km dengan 13 stasiun (7 stasiun layang dan
6 stasiun bawah tanah). Proses pembangunannya sudah dimulai sejak 10
Oktober 2013 dan rencananya akan dioperasikan mulai tahun 2018.

Tahap II (Bundaran HI - Kampung Bandan)

Tahap II akan melanjutkan jalur Selatan - Utara dari Bundaran HI sampai dengan
Kampung Bandan sepanjang 8.1 km. Tahap II akan mulai dibangun tahap I
beroperasi dan ditargetkan beroperasi 2020. Studi kelayakan untuk tahap ini
sudah selesai.

Jalur Barat - Timur saat ini sedang dalam tahap studi kelayakan. Jalur ini
ditargetkan paling lambat beroperasi pada 2024 2027.
Sebagian dari konstruksi jalur MRT Jakarta merupakan struktur layang
(Elevated) yang membentang 10 km; dari wilayah Lebak Bulus hingga
Sisingamangaraja. Dari rute tersebut, terdapat 7 Stasiun Layang, yaitu
Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M dan
Sisingamangaraja. Sementara Depo kereta api dibangun di area Lebak
Bulus, berdekatan dengan stasiun awal/akhir Lebak Bulus. Seluruh stasiun
penumpang dan lintasan dibangun dengan struktur layang yang berada di
atas permukaan tanah, sementara Depo kereta api dibangun di
permukaan tanah (on ground).

Tipe struktur layang yang akan digunakan adalah Tiang Tunggal (Single
Pier) pada bagian bawah serta Gelagar Persegi Beton Pracetak (Precast
Concrete Box Girder) pada bagian atas. Ketinggian gelagar dari
permukaan jalan telah memperhitungkan persyaratan minimal jarak bebas
vertikal (vertical clearance) 5,0 meter sesuai peraturan yang berlaku
untuk jalan perkotaan.

Konstruksi bawah tanah (Underground) MRT Jakarta membentang 6 km,


yang terdiri dari terowongan MRT bawah tanah dan enam stasiun MRT
bawah tanah, yang terdiri dari Stasiun Senayan, Istora, Bendungan Hilir,
Setiabudi, Dukuh Atas, Bundaran Hotel Indonesia. Metode pengerjaan
konstruksi bawah tanah menggunakan TBM (Tunnel Boring Machine) tipe
EPB (Earth Pressure Balance Machine).

Railway System merupakan prasarana penunjang sistem perkeretaapian


yang terdiri dari 10 subsystem, antara lain Substation System,Overhead
Contact System, Power Distribution System, Signaling
System, Telecommunication System, Facility SCADA, Automatic Fare
Collection System, Platform Screen Doors, Escalator & Elevator,
dan Trackwork. Sistem perkeretaapian MRT Jakarta akan menggunakan
sistem persinyalan terbaru di Indonesia dengan memperkenalkan sistem
persinyalan CBTC (Communication Based Train Control) dan menerapkan
sistem moving block untuk pengaturan perjalanan kereta.
B. TAHAP PELAKSANAAN MRT

Urutan pelaksanaan pembangunan MRT, di bagi 2 tahap :


1. Tahap pra konstruksi
a. Pengupasan jalur hijau, relokasi berbagai utilitas dibawah tanah ( pipa
gas,pipa PDAM,kabel fiber optik dan saluran limbah rumah tangga )
maupun utilitas di atas tanah ( gardu PLN,kabel PLN, tower
komunikasi.dll ) dan pemindahan sarana umum ( halte , jembatan .dll )
b. Pelebaran jalan dan rekayasa lalu lintas ( mengatasi kemacetan )

2. Tahap konstruksi
a. Pembuatan stasiun di awali Pemasangan secant pile untuk memperkuat
lapisan tanah agar proses konstruksi selanjutnya memiliki alas kerja yang
kuat.
* Secant Pile merupakan DPT dari jenis In-situ yang biasanya digunakan
pada area yang sempit karena metode ini tidak membutuhkan area yang
luas untuk membuat konstruksi dan menahan rembesan air. Secant pile
juga bisa diterapkan pada tanah dengan kondisi sulit atau level muka air
yang tinggi.
Struktur secant pile tersusun atas barisan pile beton tak bertulang yang
disebut dengan primary pile dan pile beton bertulang yang disebut
secondary pile. Primary pile dicor terlebih dahulu. Begitu pula dengan
secondary pile yang dicor secara overlap terhadap primary pile. Keduanya
disusun saling menyambung hingga membuat dinding.

Primary pile berfungsi sebagai penutup galian dan pengendap, sedangkan


secondary pile berfungsi sebagai elemen struktural yang memberikan
kapasitas lentur sistem secant pile. Kedalaman secondary pile tergantung
dari tinggi dinding galian dan jenis tanah.
b. Pembangunan dinding stasiun ini diawali dengan pembuatan guide wall.
Hal ini diperlukan agar pembangunan Diaphragma wall atau D-wall bisa
dilakukan dengan presisi.
* Dinding diafragma termasuk kategori In-situ wall yang mengandalkan
kekuatan lenturnya, metode pelaksanaan dinding diafragma yang
dilakukan di lapangan dibedakan menjadi 2 jenis panel primer dan panel
sekunder. Panel primer dan sekunder didesain memiliki koneksi yang
saling mengikat antara satu panel dengan panel lainnya. Proses
pelaksanaan pekerjaan dinding diafragma meliputi pembuatan guide wall,
penggalian saluran dinding, pengangkatan tulangan, dan pengecoran.
Untuk analisis dinding diafragma digunakan program komputer Plaxis
V8.2, tahap analisis dinding diafragma dengan membuat 4 fase
penggalian. Fase 1, 2, 3 dan 4 merupakan kedalaman penggalian secara
berturut-turut adalah 3,5 m, 7,8 m, 13,7 m dan 21,35 m. Hasil analisis
Plaxis V8.2 didapatkan nilai deformasi pada penggalian fase 4 sebesar
260.10 x 10-3 m, gaya aksial sebesar 988.77 kN/m, gaya geser sebesar
681.77 kN/m, momen sebesar 883.06 kNm/m dan SF (Safety Factor) =
1,8168.

c. Penggalian stasiun menggunakan metode top down. Setelah konstruksi


utama stasiun bawah tanah ini selesai pengerjaan bisa dilakukan dengan
pengerjaan kelistrikan dan juga proses arsektural stasiun tersebut.
Metode top-down dimana cara pelaksanaan nya dari atas ke bawah.
Metode ini dilakukan pada kondisi dimana di sekitar proyek terdapat
bangunan yang berdekatan, sehingga dikhawatirkan akan longsor jika
menggunakan metode bottom-up.
top down, dimana slab struktur di cor sambil digali, disini struktur bawah
tanah berfungsi sebagai sistem penunjang horizontal saat menggali.

d. Pengeboran tanah yang menghubungkan antar stasiun bawah tanah,


dengan Metode TBM (Tunnel Boring Machine) tipe EPB (Earth Pressure
Balance Machine).
Ada 6 Stasiun MRT yang berada di bawah tanah ini adalah Senayan, Istora,
Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas dan Bundaran HI. Rencananya
untuk menghubungkan stasiun-stasiun tersebut akan dikerahkan 4 bor
raksasa untuk mengebor Jl Sudirman. Dua bor akan mengebor dari bawah
Patung Pemuda Senayan arah HI. Sedangkan dua bor lainnya akan
mengebor dari HI arah ke Patung Pemuda Senayan.
C. METODE TBM (TUNNEL BORING MACHINE)
C.1 TBM ( Tunnel Boring Machine )
Tunnel Boring Machine ini berbentuk silinder, permukaan terowongan yang
terbentuk jadi seperti lingkaran. Mesin ini semacam robot yang akan melakukan
pengeboran sekaligus menyemen dan membeton. TBM dapat digunakan pada
batuan lunak hingga batuan keras. Diamater alat ini bervariasi mulai dari
semeter hingga 19 meter atau lebih . TBM dilengkapi dengan mata bor yang
tersebar di permukaan kepala bor.

TBM digunakan sebagai alternatif metode drilling and blasting (D&B).


Drilling and blasting merupakan metode konvensional untuk membuat
terowongan yang terdiri dari beberapa tahap dengan drilling (membor) dan
blasting (meledakkan) sebagai dua tahap paling utama.

Tanah hasil bor akan ditampung di bagian mixing chamber lalu diangkut
menggunakan screw conveyor dan diteruskan ke belt conveyor. Dari belt
conveyor tanah hasil pengerusan diangkut ke workshop menggunakan kereta-
kereta kecil. Alat ini juga bisa memasang segmen beton untuk menyangga
terowongan yang telah dibuatnya

Penggalian terowongan MRT di Jakarta menggunakan mesin bor raksasa


yang didatangkan dari Jepang. Pembuatan MRT dijakarta menggunakan 2 mesin
bor, kedua panjang 3 meter dengan diameter 6,7 meter. Secara keseluruhan,
bobot mesin ini mulai dari bagian kepala (cutterhead) hingga bagian akhir
(backup cars) mencapai 323 ton. Mesin yang menggunakan teknologi Earth
Pressure Balance (EPB) pertama di Indonesia diproduksi oleh Japan Tunnel
Systems Corporation (JTSC). TBM ini mengebor terowongan jalur bawah tanah
MRT sepanjang 8 meter per hari dengan lebar 6,05 meter.
TBM (Tunnel Boring Machine) yang didatangkan itu masih berbentuk komponen-
komponen dan akan dirakit di lubang yang sudah disiapkan. Lubang tempat
menaruh TBM itu memiliki kedalaman 12 meter dan lebarnya 16 meter.

TBM ( Turn Borng Mesin )

BAGIAN-BAGIAN TBM
Proses persiapan pengeboran atau
lauching shaft dua mal pada sisi Barat
dan Timur terowongan berdiameter 6,7
meter .

Pintu terowongan Mass Rapid


Transit (MRT) di Kawasan
Senayan, Jakarta, Kamis
(10/12). (Republika/ Wihdan)

Kereta pengangkut tanah hasil pengeboran


untuk tunnel ( by Danis Sriwijaya )

Ruang tunggu MRT Stasiun


Senayan (by Danis Sriwijaya)
Pekerja memasang segment
tunnel (ruas terowongan) saat
pengerjaan konstruksi
terowongan Mass Rapid Transit
(MRT) di kawasan Senayan,
Jakarta, Kamis (26/11). Hingga
kini pengeboran untuk bor
Antarareja I telah mencapai
318 meter dan Antareja II
mencapai 105 meter menuju
Stasiun Senayan yang terletak
di depan pusat perbelanjaan
Ratu Plaza, Jakarta Pusat

C.2 Bagian Bagian TBM


TBM memiliki diameter 6,65m dan panjang 90m terdiri dari 2 bagian yaitu : 10m
Cutter Head + seal dan 80m Supplies Train. Dengan rincian sbb :

a. Cutter Head
Cutter head TBM yang berada di bagian depan ini bisa berputar secara
simultan dan akan menggerus tanah secara perlahan. Mata bor ini bisa
mengeluarkan air agar tanah menjadi lunak dan fleksibel untuk tanah
yang memiliki tekanan berbeda.
b. Mixing chamber
Tempat material penggerusan tanah yang harus dikeluarkan oleh screw
conveyor. bagian ini juga bisa memasang segmen beton untuk
menyangga terowongan yang telah dibuatnya
c. Screw conveyor
mengangkut tanah dari mixing chamber ke belt conveyor
d. Belt conveyor
Dari sini diteruskan hingga material dibuang keluar
e. Erector arm and precast concrete segments
Fungsi erector arm menginstal atau memasang precast concrete
segment . Precast concrete segment dengan spesifikasi sbb:
f. Key segment and segment erection sequence (cont)
Pengunci segment yang terpasang
g. Articulation Jack
h. Shove Jacks
i. Staggered Joind
j. Muck / suppliens train

Screw conveyor, mixing chamber & cutter head bagian-bagian ini berkaitan erat
dengan tekanan didalam tanah. Sehingga Ketiga bagian ini harus di control oleh
sensor tekanan yang menghubungkan ketiga nya.

Ketika TBM dapat menggerus tanah sepanjang 1,2m maka seluruh mesin
pengeboran dihentikan dan pekerjaan dilanjutkan pada pemasangan segment
beton precast.

Segment beton telah dilakukan control kualitas yang tinggi serta dibuat secara
pabrikasi untuk mendapatkan keseragaman ukuran dan kualitas. Segment beton
memiliki ukuran Panjang 1,2m Lebar 4,2m dan tebal 30cm. untuk membuat satu
lingkaran penuh dibutuhkan 6 buah segment beton yang terus di support dengan
suppliens train dan di umpan dari TBM dengan crane khusus pada bagian depan.
Segment beton yang sudah terpasang menjadi tumpuan kekuatan pendorong
tenaga hidrolik TBM dan dikunci pada setiap bagiannya.

Setelah terbentuk lingkaran dinding beton, mesin TBM dengan tenaga hidrolik
kembali mendorong dan memulai proses dari awal. Setiap pekerjaan bor metode
ini di control oleh control cabin TBM.

Para pekerja yang berada di dalam aman dari runtuhan material karena
terlindung oleh bagian luar dari TBM.
Contoh Jika terjadi kerusakan pada bagian cutter head maka sensor dapat
mendeteksi dan segera diganti dengan terlebih dahulu mengosongkan mixing
chamber.

C.3 TBM Saat berada dipabrik


C.4 Proses Perakitan TBM
C.5 Proses Pengerjaan
A. Penggerusan Tanah
Kepala bor yang berbentuk silinder ini akan berputar dan menggerus
tanah dan batuan. Begitu seterusnya sambil TBM bergerak maju. Tanah
yang masuk pada silinder akan dialirkan ke belakang melalui screw
conveyor dan conveyor-conveyor yang lain.
B. Pemasangan Segment
Setelah penggerusan tanah kemudian dipasanglah segmen-segmen untuk
dinding terowongan. Segment-segment tersebut telah dibuat sebelumnya
sesui dengan ukuran yang telah ditentukan.

Pengeboran terowongan ini dapat menimbulkan resiko. Bisa jadi salah


perhitungan, salah eksekusi, atau bisa jadi salah pemilihan teknologi.

Anda mungkin juga menyukai