Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS TEMA PADA NASKAH

“BUNGA RUMAH MAKAN” KARYA UTUY TANTANG SONTANI

Joni Hidayat.
Seni Teater, Fakultas Seni Pertunjukan, ISI Yogyakarta

E-mail: jonihdayat324@gmail.com

Abstrak:

Naskah yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah naskah berjudul
Bunga Rumah Makan karya Utuy Tantang Sontani. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
tema pada naskah Bunga Rumah Makan menggunakan teori sosiologi drama Lucien Goldman.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini
berupa pembahasan tema pada naskah Bunga Rumah Makan.

Kata kunci : Bunga Rumah Makan, Utuy Tatang Sontani, Lucien Goldman

Abstract:
The manuscript used as a source of data in this study is a manuscript entitled Bunga Rumah
Makan by Utuy Tantang Sontani. This study aims to analyze the themes in the Bunga Rumah
Makan script using Lucien Goldman's drama sociology theory. The method used in this
research is descriptive qualitative. The results of this study are in the form of a discussion of
the themes in the Bunga Rumah Makan script.
Keywords: Restaurant Flowers, Utuy Tatang Sontani, Lucien Goldman

PENDAHULUAN
Sastra merupakan sebuah ciptaan atau kreasi dari seseorang yang memiliki potensi dalam
mengkreasikan pikirannya melalui seni untuk menunjukkan sebuah makna dalam
pemikirannya (Anwar, 2019 : 105). Sebuah karya sastra dipersepsikan sebagai ungkapan nyata
kehidupan dan konteks penyajiannya, disusun secara terstruktur, menarik, serta menggunakan
media bahasa berupa teks yang disusun melalui pengalaman dan pengetahuan secara potensial
memiliki berbagai macam bentuk representasi kehidupan. Maka penelitian ini menggunakan
metode penelitian sosiologi sastra. Sosiologi sastra secara definitif merupakan aktivitas
pemahaman dalam rangka mengungkapkan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung
dalam karya (Bahtiar, 2017). Salah satu karya sastra adalah drama. Drama merupakan bentuk
karya sastra yang digemari oleh masyarakat luas. Hampir setiap masyarakat di setiap pelosok
dunia telah akrab dengan drama (Alimah, 2021 : 110). Menurut Harymawan (1986: 2) drama
adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan
menggunakan percakapan dan action di hadapan penonton (audience). Banyak penulis naskah
drama hebat di Indonesia seperti Kirdjomulyo, Utuy Tantang Sontani, B. Soetarto, dan lain-
lain.
Naskah yang digunakan sebagai sumber penelitian ini adalah naskah Bunga Rumah Makan
karya Utuy Tantang Sontani. Naskah ini ditulis Utuy Tantang Sontani pada tahun 1948. Beliau
adalah seorang pengarang kelahiran Cianjur tahun 1920 yang karyanya menggambarkan
kehidupan sosial pascaproklamasi. Selain itu Utuy Tantang Sontani merupakan salah satu
penulis naskah drama yang karyanya mencerminkan penolakan kekolotan, menentang
idealisme yang tidak realistis, banyak membahas masalah kemanusiaan di kalangan
masyarakat kelas bawah. Menurut Aveling (1979: 25), melalui karyanya Utuy memperlihatkan
kegagalan hubungan antarmanusia karena faktor ekonomi dan politik. Banyak naskah yang
telah diciptakan oleh Utuy Tantang Sontani seperti Suling (1948), Bunga Rumah Makan
(1948), Awal dan Mira (1952), Sayang Ada Orang Lain (1954), dan lain-lain.
Bunga Rumah Makan adalah naskah drama kedua yang ditulis oleh Utuy Tantang Sontani.
Menurut Vira & Rosida (2021: 886), dalam drama sebabak ini Utuy menggambarkan situasi
masyarakat Indonesia pada masa awal kemerdekaan dengan berbagai ragam tokoh yang
dimunculkannya sebagaimana pernyataan Utuy dalam pengantar Bunga Rumah Makan oleh
Rosidi. Naskah drama ini menceritakan sosok Ani yang bekerja sebagai pelayan di Rumah
Makan Sambara milik Sudarman. Tanpa sadar Ani menjual dirinya untuk menarik para
pelanggan untuk mengunjungi rumah makan itu. Hingga datang Iskandar seorang pemuda
pelancongan yang mengakui dirinya sendiri sebagai manusia yang merdeka. Iskandar berusaha
menyadarkan Ani bahwa dirinya hanya terkurung didalam rumah makan itu dan menjual
kecantikannya.
Banyak fakta sosial masa itu yang coba diperlihatkan oleh Utuy pada naskah ini. Salah
satunya seperti bunga yang dimaksud pada drama ini adalah seorang perempuan cantik
yang menjadi pelayan di rumah makan tersebut. Hal tersebut menggambarkan bagaimana
perempuan dijadikan objek. Dengan fakta sosial yang masih aktual tersebut menjadi alasan
naskah ini masih sering dipentaskan.
Naskah ini akan diteliti temanya menggunakan teori sosiologi drama Lucien
Glodmann. Teori sosiologi drama Lucien Goldman yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan strukturalisme. Teori yang dikemukakan oleh Lucien Goldman ini tidak
bisa digunakan untuk mengkaji semua karya drama. Menurut Nur Sahid (2017: 56) hanya
karya-karya yang mempunyai kesatuan (unity), dan keragaman (complexity). Hal itu juga
menjadi salah satu alasan pemilihan Naskah Bunga Rumah Makan menjadi objek material
pada penelitian ini. Naskah ini mempunyai keterkaitan antara tokoh dengan latar yaitu
antara Ani dengan tempat kerjanya dimana tempat itu menjadi sumber konflik cerita ini.
Sementara itu banyak isu-isu yang diangkat dalam naskah ini seperti kesenjangan sosial,
ekonomi, percintaan serta beberapa persoalan lain yang membangun konlik cerita.

LANDASAN TEORI
Teori sosiologi drama Lucien Goldman menggunakan pendeketan strukturalisme.
Pendekatan strukturalisme merupakan pendekatan karya lakon yang berdasarkan struktur
pembentuk cerita seperti tema, tokoh, alur, latar, dan sebagainya dari lakon yang dikaji
(Nur Sahid, 2017: 55). Tema adalah unsur penting dari struktur drama yang akan di analisis
pada penelitian ini. Pengarang memasukkan tema itu secara bersama-sama dengan
kenyataan-kenyataan dan kejadian-kejadian dalam cerita (Nur Sahid, 2017: 67). Dengan
analisis ini akan menemukan konflik-konflik yang terjadi dalam naskah Bunga Rumah
Makan.

METODE
Salah satu jalan untuk menikmati karya sastra adalah melalui pengkajian atau
penelitian. Metode penelitian merupakan cara untuk menganalisis sesuatu berkaitan
dengan teknik kerja penelitian. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif adalah pendekatan penelitian yang sumber
datanya berupa kata-kata. Metode ini bertujuan memaparkan hasil temuan pada proses
penelitian berdasarkan tujuan penelitian (Sugiyono, 2018).
Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang
Sontani. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tema pada naskah tersebut. Berikut tahap
pengumpulan data yang dilaksanakan dalam penelitian ini yaitu: (1) menentukan objek
penelitian , (2) membaca dan memahami objek penelitian, (3) mencari teori yang cocok
untuk menganalisis objek, (4) identifikasi objek penelitian dengan teori yang ditentukan, (5)
menganalisis objek penelitian, (6) memasukan hasil analisis.

PEMBAHASAN
Analisis Tema
Tema adalah pikiran utama dari keseluruhan cerita. Tema drama merujuk pada sesuatu
yang menjadi pokok persoalan yang ingin diungkapkan oleh penulis naskah (Embang,
2019: 50). Pengarang akan selalu memadukan tema bersama dengan fakta-fakta cerita dan
alat-alat penceritaan sehingga tersusunlah sebuah cerita (Nur Sahid, 2017: 67). Pengarang
akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan cerita jika tema yang ingin dituliskan
tidak jelas. Tema memiliki peran penting dalam memberikan kekuatan pada peristiwa -
peristiwa yang disampaikan pengarang. Tema yang disampaikan pengarang umumnya
bersifat implisit. Pengarang memasukkan tema itu secara bersama-sama dengan
kenyataan-kenyataan dan kejadian-kejadian dalam cerita (Nur Sahid, 2017: 67).
Menurut Nurgiyantoro (dalam Fitri dan Bunga, 2022: 75) tema dibagi menjadi dua
yaitu tema mayor (tema pokok cerita yang menjadi dasar karya sastra itu) dan tema minor
(tema tambahan yang menguatkan tema mayor). Tema mayor merupakan pikiran pokok
yang dijadikan dasar cerita. Pikiran ini terkandung pada sebagian atau keseluruhan cerita.
Sedangkan tema minor adalah persoalan-persoalan kecil yang mendukung tema mayor.
Tema mayor pada naskah Bunga Rumah Makan ini adalah Ani sebagai bunga atau pemikat
pengunjung rumah makan. Dirinya yang sangat cantik membuatnya banyak disukai oleh
banyak lelaki. Ketika dirinya sudah berharap kepada seorang lelaki namun hubungan
mereka berakhir. Ani kemudian memutuskan untuk pergi bersama pemuda pelancong
bernama Iskandar.
Tema Minor dari naskah Bunga Rumah Makan adalah Iskandar yang menyadarkan
Ani dari kepalsuan yang membelenggunya di rumah makan tempat kerjanya. Iskandar
beranggapan bahwa Ani bekerja untuk menjual kecantikannya sebagai daya tarik para
pengunjung khususnya pengunjung laki-laki.
Naskah Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontani ini ditulisnya pada tahun
1948 setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Dalam naskah ini Utuy Tatang Sontani
berusaha memasukan fenomena-fenomena yang terjadi pada masa pasca-proklamasi.
Bunga Rumah Makan sendiri menceritakan seorang gadis cantik bernama Ani yang
diperebutkan oleh banyak lelaki. Tempat kejadian pada naskah ini adalah Rumah Makan
Sambara tempat Ani bekerja serta menjadi sumber konflik yang terjadi pada dirinya.
Alasan Ani bisa bekerja di Rumah Makan Sambara disebabkan Karnaen
membawanya untuk bekerja di tempat itu. Karnaen adalah anak Sudarma pemilik Rumah
Makan Sambara. Tujuan utama Karnaen membawa Ani adalah untuk menjadikannya
sebagai istrinya. Hal ini tampak pada kutipan berikut.
KARNAEN : Tapi, An, ketika engkau dulu kubawa kesini keinginanku bukan hanya
melihat engkau jadi pelayan di sini saja. Aku ingin melihat engkau
menjadi wanita yang sungguh-sungguh wanita. Dan wanita yang
kumaksudkan itu, ialah wanita yang cakap mengurus rumah tangga.

Namun maksud baik Karnaen ini tidak diterima oleh Ani. Dia menyetujui tawaran Karnaen
hanya untuk bekerja layaknya seorang pekerja yang mecari sesuap nasi. Dengan kecantikannya
ini bukan hanya Karnaen yang berhasil terpikat, tetapi para pengunjung terutama pengunjung
laki-laki rumah makan tersebut. Hal ini tampak pada kutipan berikut.
PEMUDA 2 : Kau bilang dia menggembirakan. Mana menggembirakannya?

PEMUDA 1 : Aku juga tidak mengerti, mengapa dia sekarang sedingin itu. Kemarin
dia lain lagi kelihatannya.

Pada kutipan tersebut terlihat bahwa pemuda satu telah datang ke rumah makan kemarin.
Dengan kencantikan Ani yang memikatnya membuat pemuda satu ingin berkunjung kembali
ke rumah makan itu. Bahkan pemuda satu mengajak teman kerjanya yaitu pemuda dua untuk
membuktikan cantiknya pelayan rumah makan itu. Akhirnya mereka berdua kecewa setelah
mengetahui bahwa Ani telah dimiliki oleh laki-laki lain. Hal ini tampak pada kutipan berikut.

ANI : Saya tak sabar menunggu, mas, padahal susu untukmu sudah lama
kusediakan. Saya takut kalau-kalau mas tidak akan datang.
SUHERMAN : Kapan aku dusta padamu, bungaku?

Pada kutipan tersebut terlihat Ani sedari tadi menunggu kedatangan Suherman. Pada
dialog Suherman juga menjelaskan adanya hubungan spesial antara mereka dengan panggilan
bunga yang berarti sayang kepada Ani. Kemudian Suherman pergi untuk melanjutkan
pekerjaannya sebagai tentara dan berjanji akan mengunjungi Ani kembali dalam beberapa jam
setelah urusan pekerjannya selesai. Hati Ani sangat bahagia pada pagi itu sampai temannya
Rukayah merasa heran. Ani bahagia karena merasa mempunyai harapan baru setelah menjalin
hubungan dengan Suherman. Ani bahkan berpikir untuk memberikan jiwa dan raganya kepada
Suherman. Melihat hal ini membuat Rukayah khawatir serta memberikan nasihat kepada Ani
bahwa cinta yang benar itu bukan hanya dilandasi oleh perasaan saja melainkan ada pikiran
yang turut andil dalam mengambil keputusan. Ani merenung memikiran nasihat dari Rukayah
tersebut. Di tengah renungannya datang seorang pemuda pelancongan bernama Iskandar.

Iskandar sering berkunjung ke rumah makan itu tapi bukan untuk belanja melainkan untuk
melihat Ani. Mendengar ini Ani dengan cetus menjawab kalau kehadiran Iskandar itu
menakutinya. Tetapi Iskandar beranggapan bahwa Ani menjual kecantikannya untuk menipu
para lelaki sehingga membuat mereka ingin berkunjung ke rumah makan itu lagi. Hal ini
tampak pada kutipan berikut.

ISKANDAR : Pelancongan? Hm, orang boleh berkata sesuka hatinya. Tapi bagiku,
lebih baik aku disebut pelancongan daripada seperti engkau diam
disini untuk bermain sandiwara, mendagangkan kecantikan, menipu
laki-laki, supaya mau belanja kesini.

Ani yang merasa tidak terima dengan pendapat Iskandar lantas mengusirnya. Namun
Iskandar tidak mau pergi, dia beranggapan Ani tidak memiliki hak untuk mengusirnya
walaupun sudah bekerja disitu. Menurutnya Ani hanya seorang budak pekerja dan tidak
memiliki kuasa apapun di rumah makan itu. Dengan bantuan Karnaen yang menelpon polisi
akhirnya Iskandar pergi. Saat Ani sedang sedih datang Suherman menepati janjinya untuk
mengunjunginya lagi. Namun pada kunjungan ini hubungan mereka berakhir setelah Suherman
merasa dihina oleh Usman. Usman beranggapan bahwa cinta adalah bunga dari perkawinan
sehingga mengira Suherman akan menikahi Ani. Tapi Suherman tidak berpendapat demikian,
dia merasa tidak suka jika ada orang lain turut campur dalam hubungan cintanya. Hal ini
tampak pada kutipan berikut.

SUHERMAN : Rupanya saya datang disini sangat tidak kebetulan. Lebih tidak
kebetulan lagi, karena baru sekali ini saya mendengar orang hendak
turut campur dengan cinta saya. Dalam cita-cita saya, saya datang
disini akan menemui kebahagiaan, tapi tenyata malah disambut
dengan hendak didikte, bahkan rupanya hendak disuruh kawin. Saya
bantah perkataan yang menyatakan, bahwa cinta itu bunga dari
perkawinan, saya tentang anggapan saudara-saudara yang
memandang saya rendah, menyamakan saya kepada anak kecil yang
dimestikan menelan segala yang disuapkan kedalam mulutnya.
USMAN : Ah, kamipun tidak memandang rendah kepada tuan.

SUHERMAN : Orang menyuruh saya kawin itu tidak memandang rendah, tidak
menganggap saya ini orang tolol yang tidak tahu arti cinta kepada
perempuan? Tidak, saya tidak merasa senang dengan perkataan
saudara. Saya malah merasa dihina.

Ani sendiri akhirnya membenarkan bahwa banyak lelaki yang datang ke rumah makan
itu bukan benar-benar untuk makan melainkan untuk melihat dan bermain dengannya. Hal ini
tampak pada kutipan berikut.

USMAN : Apa alangannya setelah kawin dia tetap bekerja disini? Dengan begitu
malah memberi kesucian kepada rumah makan ini, sebab nanti tidak
akan ada lagi laki-laki yang datang disini dengan maksud hanya main-
main dengan Ani. Betul tidak, An?
ANI : Betul juga, paman.
Pemikiran Ani secara tidak langsung terpengaruhi oleh Iskandar. Dia merasa dirinya
hanya dimanfaatkan kecantikannya untuk menarik pengunjung. Setelah hubungannya kandas
bersama Suherman, dia memutuskan untuk pergi bersama iskandar dan pergi dari rumah makan
itu. Ani ingin meninggalkan segala kepalsuan dari pekerjaan yang selama ini
membelenggunya.

Dilihat dari latar cerita ini adalah sebuah rumah makan pada masa pasca proklamasi.
Latar ini memiliki keterkaitan dengan tema yaitu masih kentalnya patriarki pada masa itu.
Perempuan sering menjadi bahan objektifikasi seakan-akan nilai dari dirinya itu tergantung
orang yang melihatnya. Hal ini yang dicoba untuk dikritik Utuy bahwa pada masa itu banyak
pengusaha mempekerjakan perempuan-perempuan yang cantik untuk menarik para pelanggan.

Konflik-Komflik Antar Tokoh


Konflik adalah wujud pertentangan antara tokoh satu dengan tokoh lain. Dengan adanya
konflik maka dramatik akan terbangun. Pada naskah Bunga Rumah Makan terdapat konflik
antara Ani dan Iskandar. Ani berpikir Iskandar hanya seorang pelancongan yang tidak tahu
soapn santun. Iskandar yang kesal beranggapan bahwa lebih baik dirinya sebagai pelancongan
daripada Ani yang terbelenggu di rumah makan itu dan dijadikan objek untuk menarik
pelanggan karena kecantikan yang dimilikinya. Hal ini tampak pada kutipan berikut.

ANI : Tapi disini rumah makan, bukan kebun tempat pelancong berbuat
semaunya.

ISKANDAR : Pelancongan? Hm, orang boleh berkata sesuka hatinya. Tapi bagiku,
lebih baik aku disebut pelancongan daripada seperti engkau diam
disini untuk bermain sandiwara, mendagangkan kecantikan, menipu
laki-laki, supaya mau belanja kesini.
Ani yang marah kepada Iskandar kemudian berusaha mengusirnya. Karnaen yang
mendengar keributan lalu keluar dan bertanya kepada Ani. Ani menjelaskan bahwa pelancong
itu telah menghinanya. Karnaen yang memang memiliki perasaan kepada Ani lantas menyuruh
Iskandar pergi. Tetapi Iskandar menolak untuk pergi dan beradu mulut dengan Karnaen.
Karnaen yang kesal langsung menelpon polisi untuk menangkap Iskandar. Saat Iskandar akan
pergi Karnaen menghampirinya sambil mengepalkan tangan dan berteriak bahwa Iskandar
seorang pengecut. Iskandar kemudian membalikan badannya dan meninju Karnaen sampai
terlentang. Saat Iskandar akan membanting kursi ke arah Karnaen, Ani berteriak dan membuat
Iskandar pergi.

Kritik Sosial Pengarang


Naskah Bunga Rumah Makan adalah karya Utuy Tatang Sontani yang dikenal sering
mengkritik fenomena yang terjadi pada masa itu. Tidak bisa dipungkiri pada naskah ini Utuy
terdapat banyak kritikan. Seperti Tokoh Ani yang menjadi pemikat pengunjung rumah makan.
Disini Utuy berusaha mengkritik tentang patriarki maupun objektivitas perempuan pada masa
itu. Dimana masih kurangnya kesetaraan gender bagi kaum perempuan. Bahkan budaya
patriarki masih sangat erat pada masyarakat zaman dahulu. Disamping itu Utuy juga
mengkritik aspek sosial-ekonomi. Sangat terlihat dari tokoh-tokoh yang diciptikan oleh Utuy
seperti adanya tokoh miskin dan tokoh kaya. Utuy berusaha menggambarkan kesenjangan
sosial yang dialami pada masa itu bahkan masih terjadi hingga saat ini. Perhatikan kutipan
dialog berikut.

SUDARMA : Nanti dulu, jangan membicarakan kawin. Kawin perkara gampang, asal si
laki-laki sudah ada uang, tinggal jadi (kepada Ani). Tapi, An, tadi tidak
ada telpon untukku?
ANI : Ada.
SUDARMA : Dari siapa?
ANI : Saya lupa menanyakan dari siapa-siapanya.
SUDARMA : Kok lupa! Kan tadi aku berat berpesan supaya yang menanyakan aku,
mesti kau catat dan ditanya apa keperluannya. Jika begitu, sia-sia saja aku
menggaji orang disini.
ANI : (menundukkan kepala).
SUDARMA : Itu berarti melalukan keuntungan. Sebab orang yang menelpon itu sudah
pasti berurusan dagang.

Kutipan dialog tersebut menggambarkan bagaimana Sudarma yang merupakan majikan


dari Ani berperilaku seenaknya. Sudarma berpikir karena sudah menggaji Ani maka dia berhak
semena-mena terhadapnya dalam berperilaku. Di sini Utuy berusaha menggambarkan
bagaimana seorang majikan yang hanya mementingkan keuntungan yang diperoleh di atas
segalanya.

KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dalam penelitian ini dapat disimpulkan tema mayor dan tema
minor dalam naskah Bunga Rumah Makan. Tema mayor dalam naskah Bunga Rumah
Makan yaitu Ani sebagai bunga atau pemikat pengunjung rumah. Dirinya yang sangat
cantik membuatnya banyak disukai oleh banyak lelaki. Ketika dirinya sudah berharap
kepada seorang lelaki namun hubungan mereka berakhir. Ani kemudian memutuskan
untuk pergi bersama pemuda pelancong bernama Iskandar. Tema Minor dari naskah Bunga
Rumah Makan adalah Iskandar yang menyadarkan Ani dari kepalsuan yang
membelenggunya di rumah makan tempat kerjanya. Iskandar beranggapan bahwa Ani
bekerja untuk menjual kecantikannya sebagai daya tarik para pengunjung khususnya
pengunjung laki-laki. Walaupun dia harus berurusan dengan Karnaen dan polisi, tapi tanpa
diduga Ani memilih untuk pergi bersamanya.

DAFTAR PUSTAKA
Alimah, F. N. (2021). Kajian Struktural Pada Naskah Drama “Telaga Warna.” Lingua
Franca:Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya, 5(1), 109.
https://doi.org/10.30651/lf.v5i1.5472

Anwar, F. (2019). Kritik Sosial dalam Naskah Drama Alangkah Lucunya Negeri Ini Karya
Deddy Mizwar. , 4(1), 105-121. Jurnal Bahasa Dan Sastra, 4(1), 105–121.
Aveling, H. G. (1979). Man and Society in the Works of the Indonesian Playwright Utuy
Tatang Sontani. Hawaii: Southeast Asian Studies Program, University of Hawaii.

Bahtiar, A. (2017). Warna Lokal Betawi Dalam Kumpulan Cerpen Terang Bulan Terang Di
Kali: Cerita Keliling Jakartakarya SM Ardan. In dalam Prosiding Seminar Sosiologi Sastra UI.

Harymawan, RMA. (1986). Dramaturgi. Remaja Rosdakarya Bandung.

Rahman, F., & Islamy, B. (2022). ANALISIS TEMA DRAMA Pendahuluan. XIX(2), 70-81.

Razan, V. F., & Erowati, R (2021). Perlawanan Objektifikasi Perempuan dalam Karya Utuy
Tatang Sontani. Prosiding Samasta, 885-898.

Sahid, N. (2017). Sosiologi Teater; Teori dan Penerapannya,. Gigih Pustaka Mandiri.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kualitatif. (S. Y. Suryandari, Ed.) (2nd ed.). Bandung:
Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai