Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN TERAPI OKUPASI MENGGAMBAR TERHADAP PERUBAHAN

TANDA GEJALA PASIEN DENGAN GANGGUAN PRESEPSI HALUSINASI

KARYA ILMIAH NERS


(KIAN)

Disusun Oleh :
Nama : Fatrawati Bahuwa
NIM : G3A022133

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skizofrenia ditandai dengan pemikiran atau pengalaman yang nampak tidak berhubungan
dengan kenyataan, ucapan atau perilaku yang tidak teratur, dan penurunan partisipasi dalam
aktivitas sehari-hari. Kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengingat ., Skizofrenia bisa
menyerang masyarakat pada semua tingkatan umur walaupun kasus yang ditemukan pada
penyakit ini terjadi pada masa dewasa awal dan relatif kurang terjadi pada usia
perkembangan lanjut usia. Insiden (tingkat diagnosis) kasus baru skizofrenia meningkat
pada usia remaja mencapai puncak kerentanan antara usia 16 dan 25 tahun. Pria dan wanita
menunjukkan pola kerentanan yang berbeda untuk mengembangkan gejala skizofrenia.
Laki-laki mencapai satu puncak kerentanan untuk mengembangkan skizofrenia antara usia
18 dan 25 tahun. Sedangkan kerentanan untuk perempuan mencapai dua kali lipat yaitu pada
usia 25 dan 30 tahun, kemudian pada usia menginjak sekitar 40 tahun (American Addiction
Centers 2020).
Prevalensi gangguan jiwa di seluruh dunia menurut data WHO, (World Health
Organization) pada tahun 2019, terdapat 264 juta orang mengalami depresi, 45 juta orang
menderita gangguan bipolar, 50 juta orang mengalami demensia, dan 20 juta orang jiwa
mengalami skizofrenia. Meskipun prevalensi skizofrenia tercatat dalam jumlah yang relative
lebih rendah dibandingkan prevalensi jenis gangguan jiwa lainnya berdasarkan National
Institute of Mental Health (NIMH), skizofrenia merupakan salah satu dari 15 penyebab
besar kecacatan di seluruh dunia, orang dengan skizofrenia memiliki kecendrungan lebih
besar peningkatan resiko bunuh diri (NIMH, 2019).
Berdasarkan catatan Kemenkes RI pada tahun 2019, prevalensi di Indonesia dengan
gangguan kejiwaan tertinggi terdapat di Provinsi Bali dan DI Yogyakarta dengan masing-
masing prevalensi menunjukan angka 11,1% dan 10.4% per 1000 dengan pengidap
skizofrenia/psikosis. Selanjutnya diikuti oleh provinsi-provinsi lain diantaranya: Provinsi
Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Aceh, Jawa Tengah, Sulawesi
Tengah, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat secara berurutan.
Berdasarkan data Humas Provinsi Jawa Tengah, 2018 bahwa sekitar 5% masyarakat Jawa
tengah menderita gangguan jiwa ringan dan sedangkan untuk gangguan jiwa berat sekitar
12.000 orang. Kondisi itu perlu diberlakukan penanggulangan serius dari pemerintah juga
publik, dikarenakan dapat mempengaruhi penurunan produktivitas. Penyebab mereka dapat
didiagnosis gangguan jiwa dapat disebabkan dari beberapa faktor, sedangkan alasannya
dapat dikarenakan kemiskinan, lingkungan, atau gejolak keluarga Kesehatan jiwa itu sendiri
terbagi menjadi 2 kelompok yaitu, gangguan jiwa berat/kelompok psikosa dan, kemudian
gangguan jiwa ringan meliputi semua gangguan mental emosional yang berupa kecemasan,
panik, gangguan alam perasaan, dan sebagainya. Untuk skizofrenia merupakan kelompok
dalam gangguan jiwa berat jiwa, dimana skizofrenia merupakan suatu penyakit yang dapat
digolongkan sebagai penyakit kronis (WHO, 2018) serta suatu gangguan psikosis
fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik
yang khas dan oleh kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri.
Ada beberapa macam terapi yang dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan pada
pasien skizofrenia dengan halusinasi salah satunya terapi lingkungan dengan menggunakan
metode menggambar. menggambar adalah sebuah teknik terapi yang menggunakan media
seni untuk mengeksplorasi perasaan, mendamaikan konflik emosional, menumbuhkan
kesadaran diri, mengelola perilaku, mengembangkan keterampilan sosial, meningkatkan
orientasi realitas, mengurangi kecemasan dan meningkatkan harga diri (Furyanti & Sukaesti,
2018). Menggambar merupakan kegiatan terapi menggunakan kombinasi alat gambar, warna
dan media dengan maksud untuk mengekspresikan emosinya (Malchiodi & Online, 2020).
Menggambar adalah suatu aktifitas yang nondirective memberikan kesempatan untuk
bebas berekspresi dan sangat terapeutik serta sesuai dengan prinsip rumah sakit dimana
secara psikologis aktifitas ini dapat membantu dalam mengekspresikan perasaan cemas,
takut, sedih, tertekan dan emosi (Firmawati et.al., 2023). Melalui dengan kegiatan
menggambar orang dengan gangguan jiwa bisa mengekspresikan pikiran dan perasaannya
dengan komunikasi nin verbal melalui media gambar.
Manfaat terapi menggambar untuk pasien jiwa yaitu agar dapat melepaskan emosi,
mengepresikan diri, mengurangi stress, media untuk membangun komunikasi serta
meningkatkan aktivitas pada pasien gangguan jiwa
Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk mengetahui hasil penerapan terapi okupasi
menggambar terhadap perubahan tanda gejala pada pasien dengan presepsi sensori
halusinasi.

B. Metode
Standar Operasional Prosedur Penerapan Terapi Okupasi Menggambar
1) Tujuan
 Klien dapat mengespresikan perasaan melalui gambar
 Klien dapat memberi mkna pada gambar
2) Scrining
 Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
 Ruangan nyaman dan tenang
3) Alat
 Kertas HVS
 Pensil 2B (bila tersedia krayon juga dapat digunakan)
4) Metode
 Dinanika kelompok
 Diskusi
5) Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapiotik
 Salam terapis pada klien
 Terapi dank lien memakai papan nama
b. Evaluasi / validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak
 Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menggambar dan
menceritakan kepada orang lain.
 Terapis menjelaskan aturan main berikut.
- Jika ada yang ingin meninggalkan kelompok, haru minta izin
kepada terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien mengikuti kegatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
menggambar dan menceritakan hasil gambar kedapa klien lain
b. Terapis membagikan kertas dan pensil, untuk tiapnklien
c. Terapis meminta klien menggambar apa saja sesuai dengan yang
diinginkan saat ini
d. Sementara klien mulai menggambar, terapis berkeliling, dan memberi
penguatan kepada klien untuk terus menggambar. Jangan mencela klien
e. Setelah semua klien selesai menggambar, terapis meminta masing-
masing klien untuk memperlihatkan dan menceritakan gambar apa dan
apa makna gambar tersebut menurut klien
f. Kegiatan poin e dilakukan sampai semua klien mendapat giliran
g. Setiap kali klien selesai menceritakab gambbarnya, terapis mengajak
klien lain untuk bertepuk tangan
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
 Terapis mena nyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk mengespresikan perasaan melalui
gambar
c. Kontrak yang akan datang
 Menyepakati TAK yang akan datang
 Menyepakati waktu dan tempat
Lembar Kuesioner/Skala AHRS (Auditory Hallucinations Rating Scale)

No Responden.......................................................Pretes/Posttest (Coret salah


satu) Umur Responden : .......................................
Jenis Kelamin : .......................................
Lama dirawat : .......................................

Berikan tanda (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan kondisi pasien
yang Anda temukan.
1. Seberapa sering Anda mendengar suara-suara?

 Suara tidak muncul, atau suara muncul kurang dari satu kali seminggu
 Suara muncul sekali seminggu
 Suara muncul sekali sehari
 Suara muncul sekali dalam satu jam
 Suara muncul setiap saat atau terus menerus

2. Ketika Anda mendengar suara-suara tersebut, seberapa lama suara-suara


tersebut bertahan atau ada?
 Suara tidak muncul
 Suara berlangsung selama beberapa detik atau hanya sekilas
 Suara berlangsung selama beberapa menit
 Suara berlangsung setidaknya satu jam
 Suara berlangsung selama berjam-jam pada satu waktu

3. Ketika Anda mendengar suara tersebut dari mana suara itu terdengar, dari
dalam kepala atau dari luar kepala Anda
 Tidak ada suara yang muncul
 Suara berasal dari kepala saja
 Suara di luar kepala tetapi dekat dengan telinga atau kepala
Suara berasal di dalam atau dekat telinga dan di luar kepala jauh dari
telinga
 Suara berasal dari ruang angkasa luar dan jauh dari kepala

4. Seberapa keras suara yang Anda dengar tersebut. Apakah suara tersebut
lebih jelas dari suara Anda, sama dengan suara Anda atau lebih
tenang/lemah atau hanya bisikan saja?
 Suara tidak muncul
 Suara lebih lembut atau lemah dari suara sendiri berupa bisikan
 Suara terdengar nyaring kenyaringan sama dengan suara dirinya
 Sumber suara lebih keras dari suara sendiri
 Sangat keras seperti berteriak

5. Menurut Anda apa yang menyebabkan suara tersebut muncul, apakah


Anda berpikir muncul karena diri sendiri (internal) atau karena orang lain
dan lingkungan (eksternal). Jika karena faktor eksternal seberapa yakin
Anda berpikir suara tersebut berasal dari orang lain/lingkungan?
 Suara tidak muncul
 Pasien kurang yakin suara muncul atau terjadi semata-mata dari dirinya
(internal) dan berhubungan dengan dirinya

 Pasien 50% yakin bahwa suara berasal dari penyebab eksternal (orang
lain dan lingkungan)

 Pasien dari 50% yakin tetapi kurang dari 100% suara-suara berasal dari
penyebab eksternal (orang lain dan lingkungan)

 Pasien yakin 100% suara-suara yang muncul berasal dari eksternal


(orang lain dan lingkungan)
6. Apakah suara yang Anda dengar mengatakan hal-hal yang negatif atau
tidak menyenangkan, bisa diceritakan suara-suara tersebut. Berapa banyak
suara yang mengatakan hal yang tidak menyenangkan?
 Tidak ada konten yang tidak menyenangkan
 Konten menyenangkan sesekali/ kadang-kadang
 Minoritas konten suara tidak menyenangkan atau negatif (kurang dari
50%)

 Mayoritas konten suara tidak menyenangkan atau negatif (lebih dari


50%)
 Semua konten suara tidak menyenangkan atau negatif

7. Jika suara tersebut hal yang tidak menyenangkan, minta pasien untuk
memberikan nilai atau skala secara detail?
 Tidak menyenangkan atau negatif
 Seberapa sering isi negatif, tetapi tidak ada komentar pribadi yang
berkaitan dengan dirinya dan keluarga (misalnya sumpah serapah,
kata- kata kasar, atau komentar yang tidak diarahkan pada dirinya)
misalnya “orang itu jahat”.
 Pelecehan verbal terhadap Anda, mengomentari perilaku Anda,
misalnya “Seharusnya melakukan itu, atau mengatakan bahwa...”

 Pelecehan verbal terhadap Anda yang berkaitan dengan konsep diri,


misalnya “kau malas, kau jelek, kau gila, kau sesat”
 Ancaman terhadap Anda (misal mengancam Anda untuk menyakiti diri
atau keluarga, perintah atau petunjuk yang ekstrim untuk menyakiti diri
sendiri atau orang lain, dan pelecehan diri secara verbal.

8. Apakah suara yang Anda dengarkan menyedihkan, berapa lama suara itu
menyedihkan?
 Suara tidak menyusahkan sama sekali
 Suara sesekali menyusahkan dan mayoritas tidak menyusahkan
 Suara antara menyusahkan dan tidak menyusahkan sama
 Mayoritas suara menyusahkan, minoritas tidak menyusahkan
 Suara selalu menyedihkan atau menyusahkan
9. Ketika suara yang menyedihkan muncul, bagaimana sampai menyedihkan
Anda, apakah suara tersebut muncul baru saat ini atau sudah pernah?
 Suara tidak menyusahkan atau mengganggu
 Suara sedikit menyedihkan atau mengganggu
 Suara menyedihkan atau mengganggu pada tingkat sedang
 Suara sangat menyedihkan atau mengganggu dan pasien bisa merasa
kondisinya lebih buruk

 Suara sangat menyedihkan atau mengganggu, merasa kondisinya


sangat buruk

10. Apakah suara tersebut sampai mengganggu hidup Anda atau mengganggu
pelaksanaan pekerjaan dan harian aktivitas harian Anda, apakah
mengganggu hubungan dengan teman dan keluarga? apakah mengganggu
Anda dalam pelaksanaan tugas perawatan diri Anda
 Tidak ada gangguan dalam kehidupan, mampu mempertahankan hidup
mandiri tanpa masalah dalam ketrampilan hidup sehari-hari. Mampu
mempertahankan hubungan sosial dan keluarga (jika ada)
 Suara yang didengar menyebabkan gangguan dengan jumlah yang
minimal dalam kehidupan: mengganggu konsentrasi walaupun mampu
melakukan aktivitas siang hari dan mampu berhubungan sosial serta
dapat mempertahankan hidup secara mandiri tanpa dukungan
 Suara yang didengar menyebabkan gangguan dengan jumlah yang
sedang dalam kehidupan: menyebabkan gangguan diri melakukan
aktivitas siang hari dan hubungan sosial serta dapat mempertahankan
hidup dengan bantuan dan dukungan dari orang sekitar
 Suara menyebabkan gangguan parah pada kehidupan sehingga rawat
inap biasanya diperlukan. Pasien mampu mempertahankan beberapa
kegiatan sehari-hari, perawatan diri. Pasien mengalami gangguan yang
berat dalam pelaksanaan ketrampilan hidup sehari-hari dan dalam
hubungan social
 Suara menyebabkan gangguan hidup yang lengkap membutuhkan
rawat inap. Pasien tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari dan
hubungan sosial, serta perawatan diri terganggu
11. Apakah Anda berpikir memiliki kontrol ketika suara itu muncul, apakah
Anda mampu mengusir atau menghalau suara tersebut

 Pasien percaya dapat memiliki kontrol atas suara-suara dan selalu bisa
menghentikan suara sesuka hati

 Pasien percaya dapat memiliki kontrol atas suara-suara di sebagian


besar kesempatan

 Pasien percaya dapat memiliki kontrol atas suara-suara di beberapa


kesempatan
 Pasien percaya dapat memiliki kontrol suara-suara dan hanya mampu
membantu menghilangkan suara-suara hanya sesekali saja. Sebagian
besar tidak sanggup mengatasi atau mengendalikan

 Pasien tidak memiliki cara kontrol ketika suara terjadi dan tidak
mampu mengusir suara-suara tersebut sama sekali

Skor Total: .................................

Anda mungkin juga menyukai