Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan dalam pertumbuhan produk domestrik
bruto (PDB) dalam periode 2011-2025 diasumsikan meningkat rata-rata sebesar 8,0% per
tahun. PDB total Indonsia akan meningkat dari 2463 triliun Rupiah (harga konstan tahun
2000) pada tahun 2011 menjadi 7115 triliun Rupiah pada tahun 2025. Sedangkan
pertumbuhan penduduk diasumsikan meningkat rata-rata sebesar 0,9% per tahun pada
periode tersebut. Pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang besar ini mencerminkan daya
beli masyarakat yang masih relatif besar serta akses terhadap energi yang tinggi
(Kementrian ESDM, 2013). Berdasarkan data dari Badan Pengkajian dan Penerpan
Teknologi (2016), total konsumsi energi nasional meningkat dari 315 juta SBM pada tahun
2000 menjadi 308 juta SBM pada tahun 2014 atau mengalami penurunan rata-rata 0,18%
per tahun.
Konsumsi listrik dalam kurun waktu tahun 2000-2014 mengalami pertumbuhan
rata-rata 6,8% per tahun. Konsumsi listrik yang naik disebabkan oleh meningkatnya
pendapatan masyarakat dan rasio elektrifikasi sehingga penggunaan peralatan listrik seperti
AC, mesin cuci, kulkas, setrika, lampu, dan lainnya bertambah. Pada tahun 2014, rasio
elektrifikasi nasional sebesar 84,4% atau meningkat 3,9% dari tahun 2013. Meskipun
demikian, konsumsi listrik per kapita di Indonesia masih rendah dibanding beberapa
negara ASEAN. Konsumsi listrik di Indonesia sebesar 798 Wh/kapita, Thailand (2.471
kWh/kapita), Malaysia (4.512 kWh/kapita), Singapura (8.840 kWh/kapita), dan Brunai
Darussalam (9.704 kWh/kapita). Selain listrik, konsumsi LPG juga meningkat tajam dari 8
juta SBM (0,97 juta ton) pada tahun 2000 menjadi 52 juta SBM (6,09 juta ton) pada tahun
2014. Peningkatan konsumsi LPG disebabkan oleh adanya program pemerintah yang
mengganti penggunaan minyak tanah untuk memasak di rumah tangga dan usaha kecil
dengan LPG (BPPT, 2016). Kenaikan konsumsi energi ini mengakibatkan peningkatan
emisi gas rumah kaca dimana emisi CO2 pada tahun 2000 yang mencapai 244,31 juta ton
meningkat menjadi 379,47 juta ton pada tahun 2010 (BAPPENAS, 2014).
Peningkatan konsentrasi CO2 diatmosfer terjadi karena berbagai aktivitas manusia
yang melepaskan emisi CO2 keatmosfer, salah satunya dari sektor permukiman.

1
2

Permukiman merupakan salah satu kontributor peningkatan emisi CO2 yang berasal dari
beragam aktifitas yang dilakukan sehari-hari dengan menggunakan bahan bakar fosil dan
pemakaian energi yang berlebihan seperti peralatan penggunaan alat elektronik
(Rani,2016). Konsumsi energi permukiman beberapa negara menghasilkan proporsi cukup
besar dari jumlah penggunaan total energi (Donglan, et al., 2010). Di Indonesia, emisi CO2
dari sektor rumah tangga, tidak termasuk kendaraan pribadi, memberi sumbangan sebesar
21,01 juta ton CO2 pada tahun 2015 atau sebesar 8% dari keseluruhan emisi nasional
(Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2016).
Dalam upaya mengatasi masalah peningkatan konsentrasi GRK, Pemerintah
Indonesia melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2011 tentang
Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi GRK, mencanangkan langkah awal untuk
melakukan suatu rencana aksi, mitigasi perubahan iklim dengan melakukan inventarisasi
GRK. Inventarisasi emisi penting untuk dilakukan sebagai upaya monitoring penerapan
kebijakan dalam upaya pencapaian target penurunan emisi (Lu dan Liu, 2014). Selain itu
dengan melakukan inventarisasi dapat diketahui potensi penurunan emisi CO2 yang dapat
dilakukan (Kennedy et al., 2010). Inventarisasi GRK mulai dilakukan pada wilayah yang
diprakirakan menjadi sumber emisi terbesar, yaitu dengan kepadatan penduduk tinggi
(Satterthwaite, 2008).
Tingkat laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sidoarjo diatas 2% tepatnya
2,21 % yang menyebabkan peningkatan jumlah penduduk dan berakibat pada
meningkatnya kebutuhan lahan untuk permukiman (SLHD Provinsi Jawa Timur, 2010).
Jumlah penduduk berdasarkan laporan perkembangan penduduk bulan Desember tahun
2014 mengalami peningkatan dibandingkan dengantahun sebelumnya yaitu 2.127.043
jiwa, sedangkan tahun 2013 sejumlah 2.090.619 jiwa. Kecamatan yang memilki jumlah
penduduk terbanyak adalah Kecamatan Waru yaitu 230.913 jiwa, sekaligus mempunyai
tingkat kepadatan penduduk yang paling tingi dibandingkan dengan kecamatan lain
(Pemda Kabupaten Sidoarjo, 2014).
Dewasa ini, hampir semua kebutuhan energi manusia diperoleh dari konversi
sumber energi fosil, misalnya pembangkitan listrik dan alat transportasi yang
menggunakan energi fosil sebagai sumber energinya (Mira et al., 2013). Berdasarkan
kondisi tersebut, maka dilakukan inventarisasi emisi CO2 untuk mengetahui kontribusi
produksi emisi karbon dioksida (CO2) dari sumber tidak bergerak yaitu jejak karbon
merupakan suatu ukuran jumlah total dari hasil emisi karbondioksida (CO2) secara
langsung (primer) maupun tidak langsung (sekunder) yang disebabkan oleh aktifitas atau
3

akumulasi dari penggunaan produk dalam kehidupan sehari-hari (Wiedmann and Minx,
2008) dan mengetahui persebaran spasial emisi karbon dioksida (CO2) di wilayah studi
juga keterkaitan antara karakteristik rumah tangga yang dapat mempengaruhi hasil
produksi emisi karbon dioksida (CO2).
1.2 Identifikasi Masalah
 Kecamatan Waru merupakan kecamatan dengan kepadatan tertinggi di Sidoarjo.
Dengan luas wilayah hanya 29,32 Km2, penduduk yang menghuni kecamatan
tersebut sebanyak 7989 jiwa/Km2 dengan peningkatan jumlah penduduk 2% dari
tahun sebelumnya (BPS, 2013). Peningkatan jumlah penduduk akan memicu
peningkatan kebutuhan akan energi dan peningkatan emisi CO2 (Tao Lin, et al.,
2013).
 Pada penelitian Rachmawati et al. (2014) Kecamatan Waru turut menyumbangkan
emisi CO2 sebesar 27.625,983 ton CO2/tahun atau sebesar 11,53% dari total emisi
yang dihasilkan dari penggunaan bahan bakar untuk memasak di Kabupaten
Sidoarjo namun belum diketahui persebaran produksi emisi. Demikian juga
penelitian yang dilakukanoleh Badan Lingkungan Hidup (2011), belum mengkaji
tentang sebaran emisi karbon yang dihasilkan oleh rumah tangga. Sehingga untuk
mengetahui persebaran emisi menurut penelitian Novananda dan Setiawan (2015)
dapat dilakukan dengan mengacu pada studi yang dilakukan Kementrian
Lingkungan Hidup (2013) yaitu pemetaan berbasis grid.
 Dalam penelitian Wulandari (2013), perumahan kelas atas atau dengan tingkat
ekonomi yang lebih tinggi menggunakan energi rumah tangga lebih besar sehingga
menghasilkan emisi CO2 yang lebih besar. Penelitian dari Wicaksono (2010),
disebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi emisi CO2 adalah jumlah
penggunaan bahan bakar, alat-alat listrik yang digunakan di rumah tangga, lama
pemakaian alat-alat listrik, daya listrik dan tipe rumah. Hasil penelitian lain dari
Grunewald et al. (2012), menyatakan bahwa pendapatan, usia, jenis kelamin,dan
pendidikan kepala keluarga mempengaruhi jejak karbon yang dihasilkan rumah
tangga. Penelitian Jaiswal & Shah (2013), menyebutkan bahwa faktor pendapatan,
banyak anggota keluarga, status pekerjaan, dan jenis keluarga mempengaruhi jejak
karbon yang dihasilkan. Pada penelitian tersebut disebutkan faktor yang paling
berpengaruh adalah banyak anggota keluarga. Sehingga untuk mengetahui faktor-
faktor rumah tangga yang mempengaruhi emisi karbondioksida yang dihasilkan di
Kecamatan Waru menurut penelitian Wiratama et al. (2016) dapat dilakukan
4

dengan menggunakan software SPSS. Mengingat Kecamatan Waru merupakan


kecamatan yang menjadi tujuan mobilisasi penduduk dari Kota Surabaya sehingga
hal tersebut dapat mempengaruhi karakteristik penduduk yang bermukim
(Puspitosari, 2013) sehingga usaha untuk dapat mengurangi emisi CO2 tergantung
pada salah satu faktor seperti kebijakan pemerintah (Maulan et al., 2014), untuk
melakukan pengontrolan terhadap faktor yang berngaruh terhadap peningkatan
emisi CO2.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan kondisi yang melatarbelakangi penelitian ini, dapat dirumuskan
beberapa permasalahan, yaitu:
1. Berapa nilai emisi karbon dioksida (CO2) dari sumber tidak bergerak beserta
sebaran spasialnya pada perumahan di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo?
2. Bagaimana hubungan karakteristik rumah tangga terhadap besaran emisi karbon
dioksida (CO2) pada perumahan di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengevaluasi besaran emisi karbon dioksida (CO2) pada perumahan dan pemetaan
produksi emisi karbon dioksida (CO2) secara spasial dari penggunaan lahan
permukiman di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo
2. Menganalisis hubungan karakteristik rumah tangga yang berhubungan dengan
besaran emisi karbon dioksida (CO2) pada perumahan di Kecamatan Waru
Kabupaten Sidoarjo
1.5 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini yaitu mengetahui jumlah emisi karbon dioksida (CO2)
yang dihasilkan dari penggunaan peralatan rumah tangga dan penggunaan bahan bakar
memasak yang digunakan di perumahan di Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. Selain
mengetahui nilai emisi CO2 yang dihasilkan dari wilayah studi , maka akan dapat
dilakukan pemetaan kawasan perumahan Kecamatan Waru berdasarkan persebaran emisi
karbon dioksida (CO2) dan hubungan antara karakteristik rumah tangga terhadap emisi
CO2 yang dihasilkan.
1. Bagi peneliti diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jejak karbon yang
dihasilkan dari konsumsi bahan bakar memasak dan konsumsi energi listrik melalui
perhitungan jejak karbon, juga hubungan antara karakteristik rumah tangga
terhadap emisi CO2 yang dihasilkan. Selain itu dapat menjadi masukan bagi
5

peneliti lain yang memiliki minat dan keinginan meneliti hal yang sejenis dengan
lokasi dan konsentrasi pembahasan yang berbeda.
2. Bagi akademisi, penelitian diharapkan menjadi referensi dalam melakukan
perhitungan emisi CO2 pada sektor rumah tangga dan dapat dijadikan sebagai
sumber bagi pengembagan dari penelitian ini.
3. Bagi pemerintah, diharapkan dapat menjadi masukan dalam membuat atau
mengevaluasi kebijakan perencanaan permukiman atau perencanaan pembangunan
sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan melalui
konservasi energi. Jejak karbon dapat dijadikan sebagai alat yang dapat
menginformasikan sejauh mana masyarakat mengonsumsi energi listrik dan
menjadi alat untuk mendidik masyarakat tentang daya dukung dan konsumsi
berlebihan, dengan tujuan mengubah perilaku pribadi. Penelitain ini menjadi salah
satu proses dalam inventarisasi emisi Gas Rumah Kaca.
1.6 Ruang Lingkup
1.6.1 Ruang Lingkup Wilayah
Wilayah studi terletak pada Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo terletak
7°27′10.9″LS,112°43′2.4″BT, dengan jarak ± 12,5 km dari Ibukota Kabupaten
Sidoarjo.yang memiliki batas, sebagai berikut Gambar1.2:
Sebelah utara : Kota Surabaya
Sebelah timur : Selat Madura
Sebelah barat : Kecamatan Taman
Sebelah selatan : Kecamatan Sedati dan Kecamatan Gedangan
Kecamatan Waru mempunyai luaswilayah sebesar 30,32 km². Penggunaan lahan
sebagian besar digunakan untuk lahan pemukiman dan industri (tanah kering) seluas
2.460.91 hektar atau 81.16 persen. Sedang sisanya merupakan area sawah/tambak seluas
571.09 hektaratau 18.84 % (Kecamatan Dalam Angka, 2016).
1.6.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi sebagai batasan pengkajian permasalahan dan pemfokusan
bahasan penelitian adalah sebagai berikut.
1. Pengambilan data primer ditentukan di kawasan perumahan di Kecamatan Waru
Kabupaten Sidoarjo.
2. Faktor emisi yang digunakan dalam perhitungan sesuai dengan standar IPCC
(1996).
6

3. Survei dilakukan pada rumah yang digunakan sebagai tempat tinggal saja tanpa
adanya aktivitas usaha seperti warung internet, percetakan, laundry, dan
sebagainya.Alat-alat elektronika yang digunakan sebagai data adalah
menggunakan sumber energi listrik.
4. Perhitungan emisi karbon primer yang berasal dari bahan bakar rumah tangga
(memasak) dan emisi karbon sekunder yang berasal dari penggunaan energi
listrik.
5. Karakteristik rumah tangga yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
a. Kondisi Fisik
 Ukuran rumah
 Jumlah lantai rumah
 Jumlah ruang dalam rumah
 Daya listrik rumah
b. Kondisi Non-fisik
 Jumlah anggota keluarga
 Pekerjaan
 Jumlah anggota keluraga yang bersekolah dan bekerja
 Pendapatan rata-rata
 Status rumah
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini yaitu:
A. BAB I PENDAHULUAN
Pada bab I dijelaskan hal-hal yang melatar belakangi penelitian, identifikasi
masalah bagi hal yang diteliti, rumusan masalah serta tujuan, ruang lingkup materi
penelitian, dan kerangka pemikiran.
B. BAB II TINJAUAN TEORI
Pada bab II yang berisi tinjauan teori, dijelaskan teori-teori mengenai jejak karbon,
(carbon footprint). Teori-teori dan kebijakan terkait yang dijelaskan akan diringkas
dalam KerangkaTeori pada akhir bab II.
C. BAB III METODE PENELITIAN
Bab III yaitu metode peneilitian berisi tentang metode pengumpulan data, data yang
dibutuhkan serta metode analisis yang digunakan dalam penelitian. Metode
sampling dalam melakukan wawancara maupun pengisian kuisioner juga dijelaskan
7

dalam bab III. Keterkaitan metode analisis dengan data yang diperolehakan
ditampilkan pada kerangka analisis.
D. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab IV berisi hasil pengumpulan data di lapangan yang kemudian dilakukan
analisis untuk mendapatkan hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian.
Metode yang telah dijelaskan dalam metode penelitian diterapkan dalam hasil dan
pembahasan.
E. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab V, kesimpulan mengenai hasil penelitian dijelaskan dan kemudian
diberikan saran untuk pihak-pihak yang nantinya berkaitan dengan penelitian
dengan harapan penelitian ini akan berguna di masa yang akan dating.
1.8 Kerangka Pemikiran
8
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Gambar 1.2 Peta Orientasi Kecamatan Waru terhadap Kabupaten Sidoarjo

9
10

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

Anda mungkin juga menyukai