Anda di halaman 1dari 5

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER

MK Perancangan dan Pengembangan Kurikulum

1. Setelah Anda memahami tentang backward design dalam UbD, tentulah ditemukan sebuah
pola yang berbeda dari yang selama ini dilaksanakan dalam pembelajaran. Untuk itu analisis
apa perbandingan dari implementasi kurikulum menggunakan UbD dengan model
pengembangan kurikulum lainnya (Tyler, Taba, Oliva). Tunjukkan dalam bentuk tabel!

Jawaban:

UbD Tyler Taba Oliva


Model Tyler berpendapat bahwa Model pengembangan Proses pengembangan
pengembangan kurikulum harus logis. kurikulum ini sesuai dengan kurikulum terdiri dari uraian
kurikulum namun Memiliki pola berurutan nama pengembangnya, yaitu filosofis, uraian tujuan,
berangkat dari hasil mulai dari memilih tujuan, Hilda Taba. Menurut Taba pembelajaran umum, tujuan
belajar. Capaian memilih pengalama belajar, pengembangan kurikulum pembelajaran khusus, desain
yang diharapkan mengorganisir pengalaman yang lebih mendorong inovasi perencaan implementasi dan
menjadi tolak ukur belajar, dan evaluasi. dan kreativitas guru-guru evaluasi.
dalam Memiliki 3 sumber, yaitu adalah yang bersifat induktif, Model oliva merupaka model
pengembangannya. masyarakat, siswa dan materi yang merupakan kebalikan pengembangan kurikulum yang
Proses ajar. model tradisional (deduktif). masuk dalam kategori deduktif
pengembangan Terdapat beberapa Ada lima langkah dimana model deduktif
Kurikulum yang pertanyaan yang harus pengembangan kurikulum iniadalah model yang dimulai
terdiri dari dijawab dalam model Taba, yaitu: dari hal umum ke hal yang
identifikasi hasil mengembangkan sebuah  Mengadakan unit-unit khusus.
yang diinginkan, rencana kurikulum kegiatan eksperimen bersama
misalnya tujuan pembelajaran. Pertanyaan guru-guru.
yang relevan tersebut adalah sebagai  Menguji unit
kemudan berikut: Apakah tujuan eksperimen
merencanakan pendidikan yang seharusnya  Mengadakan revisi dan
pengalaman belajar, sekolah capai? Apakah konsolidasi
dan menentukan pengalaman selama ini telah  Pengembangan
bukti yang dapat dapai mencapai tujuan keseluruhan kerangka
diterima. tersebut? Dapatkah
pengalaman pembelajaran kurikulum
tersebut diorganisasi secara  Pelaksanaan dan
efektif? Dan Bagaimanakah penyebaran
kita dapat menentukan
apakah tujuan dapat
tercapai?
Pertanyaan-pertanyaan di
atas dapat diformulasikan
kedalam langkah- langkah
kegiatan yang menghasilkan
kerangka kerja konseptual
yang dikembangkan oleh
Tyler.

2. Dalam penyusunan sebuah kurikulum harus mempertimbangkan kemajemukan, kondisi


sekarang masyarakat dan tujuan masa depan yang akan dicapai. Dalam mengembangkan
kurikulum Indonesia perlu dipilih model yang tepat dan pertimbangan tertentu, sehingga
sesuai dengan karakteristik Bangsa Indonesia. Jelaskan dalam bentuk artikel bahasan
Saudara!

Jawaban:
Proses penyusunan kurikulum sangat mempertimbangkan banyak hal, karena merupakan
payung pendidikan suatu Negara. Setiap Negara tentu memiliki intensitas kemajemukan
tertentu, dari suku, ras, adat, agama dan budaya. Seiring perjalanan waktu tentu mengalami
perubahan dan pembaruan. Indonesia memiliki tingkat keberagaman sangat tinggi, sehingga
memperlukan analisa data masyarakat dan lingkungan. Kurikulum di Indonesia dari zaman
dahulu sudah mengalami perubahan dan pergantian menyesuaikan karakteristik bangsa serta
kemajuan zaman. Akan tetapi yang jadi masalah utama adalah pergantian kurikulum tersebut
yang dianggap tidak sesuai. Banyak kurikulum yang belum tuntas dalam implementasinya
sudah berganti dengan kurikulum baru. Kurikulum itu diibaratkan sebuah garis lurus,
terdapat elemen start dan finish. Kurikulum tentu memiliki tujuan utama yang dicanangkan,
akan tetapi dipertengahan garis selalu mengalami hambatan yaitu pergantiannya kurikulum,
bukan memperbaiki apa saja kekurangan dari kurikulum tersebut. Target pelaksana
kurikulum adalah manusia, bukan sebuah system atau teknologi. Bersama perlu melakukan
analisa evaluasi, bisa dalam proses penyusunan, atau pelaksanaannya.
3. Setelah Anda memahami Peta Konsep dari Backward Design dalam UbD sebagai kerangka
kerja kurikulum. Tentulah ditemukan keterkaitan satu bagian dengan bagian lainnya. Untuk
itu analisis apa keterkaitannya, Idealkah kerangka UbD diterapkan di Indonesia, dan
keunikan apa yang dimiliki oleh UbD dalam meningkatkan kualitas pembelajaran?

Jawaban:
UbD model pengembangan kurikulum namun berangkat dari hasil belajar. Proses
pengembangan Kurikulum yang terdiri dari identifikasi hasil yang diinginkan, kemudan
merencanakan pengalaman belajar, dan menentukan bukti yang dapat diterima.
Understanding by Design (UbD) dimaknai sebagai sebuah design untuk sebuah pemahaman.
Pemahaman dalam hal ini diartikan secara mendalam, dimana siswa tidak hanya mengetahui
sebuah topik dan pembahasannya tetapi segala hal yang berkaitan dengan pemahaman
tersebut. Sebagai contoh seorang guru menjelaskan tentang anggota tubuh, jika
menggunakan kerangka UbD siswa tidak hanya mengetahui macam-macam anggota tubuh
tetapi memahaminya secara menyeluruh untuk apa anggota tubuh tersebut, bagaimana
menggunakannya, bagaimana jika tidak digunakan sebagaimana mestinya dan seterusnya.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut juga berangkat dari pemikiran siswa sendiri sehingga akan
muncul banyak pertanyaan seputar anggota tubuh. Hal ini tentu berbeda dengan
pembelajaran yang selama ini dilakukan, dimana konten atau materi pembelajaran menjadi
hal utama yang dipelajari siswa.

Understanding by Design adalah sebaliknya: Satu dimulai dengan hasil akhir yang
diinginkan (sasaran atau standar) kemudian diturunkan berdasarkan bukti pembelajaran
(diperoleh melalui penilaian berdasarkan tujuan dan standar) dan selanjutnya baru
perencanaan pengalaman belajar dan pembelajaran (Wiggins & McTighe, 2005).

Kerangka UbD akan ideal diterapkan di Indonesia dengan mempertimbangkan guru adalah
penskenario terbaik dalam menemukan bakat dan minat siswa. Perlu adanya adaptasi dengan
karakter dan budaya di Indonesia, bisa dikorelasikan dengan P5. Mengingat literasi siswa
sangat rendah baik dari segi membaca dan numerasi. Pemerintah harus benar-benar
melakukan pemotretan pendidikan Indonesia.

Keunikan dari UbD sendiri adalah proses pemelajaran yang mengarahkan pemecahan
masalah pada siswa dan dapat diterapkan pada satuan atau jenjang tertentu. Desain terbalik,
menjadikan warna dalam penerapan kurikulum yang membentuk pola berpikir.
Untuk mengukur pemahaman pencapaian belajar Backward Design dalam UbD terdapat 6
aspek. Berikan analisis Saudara dalam bentuk artikel.
Jawaban:
Konsep Pemahaman pada peserta didik dalam UbD, bisa saja disamakan sebagai wujud
gagasan siswa, namun memang berbeda dengan konsep "pengetahuan." Jika ditinjau dari
bahasa, maka artinya bagaimana pembelajaran dapat membingkai tujuan pembelajaran
hingga dapat terkait dengan pemahaman. Kata pemahaman memiliki berbagai makna,
terutama menunjukkan bahwa pemahaman bukanlah satu pencapaian tetapi membutuhkan
beberapa pencapaian, dan untukpencapaian dalam UbD pemahaman perlu diungkapkan
melalui berbagai jenis bukti.
Ada beberapa pandangan bagaimana memperoleh bukti terhadap pemahaman siswa. Karena
kompleksitas pemahaman terhadap masalah atau konteks, maka masuk akal untuk
mengidentifikasi aspek pemahaman yang mungkin saja berbeda (meskipun tumpang tindih
dan terintegrasi). UbD telah mengembangkan pandangan beragam tentang bagaimana
membuat pemahaman meningkat melalui enam sisi dari konsep yaitu:

1. Dapat menjelaskan, yaitu peserta didik dapat menjelaskan dengan 1) melalui


generalisasi atau prinsip yang diuatarakan secara umum, 2) memberikan fenomena-
fenomena, fakta, dan data yang dibenarkan dan sistematis, serta 3) membuat koneksi
yang mendalam dan memberikan contoh atau ilustrasi yang menerangi. Siswa dapat
menjelaskan ketika memanfaatkan semua indera yang dimiliki kemudian
dikumpulkan dalam satu tempat dan dibuktikan dalam bentuk tindakan.
2. Dapat menafsirkan, yaitu peserta didik dapat menafsirkan melalui 1) cerita-cerita
yang bermakna, 2) menawarkan terjemahan yang tepat, 3) memberikan dimensi
historis atau pribadi yang terbuka untuk ide 3. dan peristiwa, serta 4) membuat objek
memahami pribadi atau dapat diakses melalui gambar, anekdot, analogi, dan model.
Siswa menafsirkan sesuatu berlandaskan atas objek yang sudah dijelaskan, kemudian
ditangkap oleh indera dan mulai ditafsirkan, bisa kemungkian masih bersifat abstrak.
3. Dapat menerapkan, yaitu peserta didik dapat menerapkan secara efektif
menggunakan dan menyesuaikan apa yang diketahui dalam konteks yang beragam
dan nyata serta siswa mampu menerapkan ketika paham satu diantara yang lain.
4. Memiliki perspektif, yaitu peserta didik dapat memiliki perspektif apabila dapat 1)
Melihat dan mendengar dari berbagai sudut pandang yang kritis; 2) Melihat
gambaran umumnya. Proses berpikir kritis sangat diperlukan pada tahap ini, yang
hasil akhir akan menentukan bagaimana seorang siswa menyimpulkan.
5. Dapat berempati, yaitu peserta didik dapat memiliki empati apabila 1) Menemukan
nilai dalam apa yang orang lain mungkin temukan aneh, dan tidak masuk akal; 2)
Persepsi secara sensitif berdasarkan pengalaman langsung sebelumnya. Sifat empati
siswa akan muncul ketika ada kasus tertentu yang ditemui selama belajar, bisa cara
berpikir, berintindak atau komunikasi.
6. Memiliki pengetahuan diri, yaitu peserta didik memiliki pengetahuan diri apabila 1)
menunjukkan kesadaran metakognitif; 2) memahami gaya pribadi, prasangka,
proyeksi, dan kebiasaan pikiran yang membentuk dan menghambat pemahaman kita
sendiri; 3) menyadari apa yang tidak kita mengerti; 4) Renungkan arti pembelajaran
dan pengalaman. Tahap ini seperti proses penemuan jati diri, yang memerlukan
waktu dan moment tertentu. Sebagian akan menemukan di usia dini dan sisanya pada
fase pertumbuhan. Proses pengetahuan diri bisa dipengaruhi oleh diri dan
lingkungan, tergantung bagaimana mengambil sikap. Jika kesemuanya berhasil, akan
melahirkan formula tertentu dalam meningkatkan pemahaman.

Anda mungkin juga menyukai