1. Setelah Anda memahami tentang backward design dalam UbD, tentulah ditemukan sebuah
pola yang berbeda dari yang selama ini dilaksanakan dalam pembelajaran. Untuk itu analisis
apa perbandingan dari implementasi kurikulum menggunakan UbD dengan model
pengembangan kurikulum lainnya (Tyler, Taba, Oliva). Tunjukkan dalam bentuk tabel!
Jawaban:
Jawaban:
Proses penyusunan kurikulum sangat mempertimbangkan banyak hal, karena merupakan
payung pendidikan suatu Negara. Setiap Negara tentu memiliki intensitas kemajemukan
tertentu, dari suku, ras, adat, agama dan budaya. Seiring perjalanan waktu tentu mengalami
perubahan dan pembaruan. Indonesia memiliki tingkat keberagaman sangat tinggi, sehingga
memperlukan analisa data masyarakat dan lingkungan. Kurikulum di Indonesia dari zaman
dahulu sudah mengalami perubahan dan pergantian menyesuaikan karakteristik bangsa serta
kemajuan zaman. Akan tetapi yang jadi masalah utama adalah pergantian kurikulum tersebut
yang dianggap tidak sesuai. Banyak kurikulum yang belum tuntas dalam implementasinya
sudah berganti dengan kurikulum baru. Kurikulum itu diibaratkan sebuah garis lurus,
terdapat elemen start dan finish. Kurikulum tentu memiliki tujuan utama yang dicanangkan,
akan tetapi dipertengahan garis selalu mengalami hambatan yaitu pergantiannya kurikulum,
bukan memperbaiki apa saja kekurangan dari kurikulum tersebut. Target pelaksana
kurikulum adalah manusia, bukan sebuah system atau teknologi. Bersama perlu melakukan
analisa evaluasi, bisa dalam proses penyusunan, atau pelaksanaannya.
3. Setelah Anda memahami Peta Konsep dari Backward Design dalam UbD sebagai kerangka
kerja kurikulum. Tentulah ditemukan keterkaitan satu bagian dengan bagian lainnya. Untuk
itu analisis apa keterkaitannya, Idealkah kerangka UbD diterapkan di Indonesia, dan
keunikan apa yang dimiliki oleh UbD dalam meningkatkan kualitas pembelajaran?
Jawaban:
UbD model pengembangan kurikulum namun berangkat dari hasil belajar. Proses
pengembangan Kurikulum yang terdiri dari identifikasi hasil yang diinginkan, kemudan
merencanakan pengalaman belajar, dan menentukan bukti yang dapat diterima.
Understanding by Design (UbD) dimaknai sebagai sebuah design untuk sebuah pemahaman.
Pemahaman dalam hal ini diartikan secara mendalam, dimana siswa tidak hanya mengetahui
sebuah topik dan pembahasannya tetapi segala hal yang berkaitan dengan pemahaman
tersebut. Sebagai contoh seorang guru menjelaskan tentang anggota tubuh, jika
menggunakan kerangka UbD siswa tidak hanya mengetahui macam-macam anggota tubuh
tetapi memahaminya secara menyeluruh untuk apa anggota tubuh tersebut, bagaimana
menggunakannya, bagaimana jika tidak digunakan sebagaimana mestinya dan seterusnya.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut juga berangkat dari pemikiran siswa sendiri sehingga akan
muncul banyak pertanyaan seputar anggota tubuh. Hal ini tentu berbeda dengan
pembelajaran yang selama ini dilakukan, dimana konten atau materi pembelajaran menjadi
hal utama yang dipelajari siswa.
Understanding by Design adalah sebaliknya: Satu dimulai dengan hasil akhir yang
diinginkan (sasaran atau standar) kemudian diturunkan berdasarkan bukti pembelajaran
(diperoleh melalui penilaian berdasarkan tujuan dan standar) dan selanjutnya baru
perencanaan pengalaman belajar dan pembelajaran (Wiggins & McTighe, 2005).
Kerangka UbD akan ideal diterapkan di Indonesia dengan mempertimbangkan guru adalah
penskenario terbaik dalam menemukan bakat dan minat siswa. Perlu adanya adaptasi dengan
karakter dan budaya di Indonesia, bisa dikorelasikan dengan P5. Mengingat literasi siswa
sangat rendah baik dari segi membaca dan numerasi. Pemerintah harus benar-benar
melakukan pemotretan pendidikan Indonesia.
Keunikan dari UbD sendiri adalah proses pemelajaran yang mengarahkan pemecahan
masalah pada siswa dan dapat diterapkan pada satuan atau jenjang tertentu. Desain terbalik,
menjadikan warna dalam penerapan kurikulum yang membentuk pola berpikir.
Untuk mengukur pemahaman pencapaian belajar Backward Design dalam UbD terdapat 6
aspek. Berikan analisis Saudara dalam bentuk artikel.
Jawaban:
Konsep Pemahaman pada peserta didik dalam UbD, bisa saja disamakan sebagai wujud
gagasan siswa, namun memang berbeda dengan konsep "pengetahuan." Jika ditinjau dari
bahasa, maka artinya bagaimana pembelajaran dapat membingkai tujuan pembelajaran
hingga dapat terkait dengan pemahaman. Kata pemahaman memiliki berbagai makna,
terutama menunjukkan bahwa pemahaman bukanlah satu pencapaian tetapi membutuhkan
beberapa pencapaian, dan untukpencapaian dalam UbD pemahaman perlu diungkapkan
melalui berbagai jenis bukti.
Ada beberapa pandangan bagaimana memperoleh bukti terhadap pemahaman siswa. Karena
kompleksitas pemahaman terhadap masalah atau konteks, maka masuk akal untuk
mengidentifikasi aspek pemahaman yang mungkin saja berbeda (meskipun tumpang tindih
dan terintegrasi). UbD telah mengembangkan pandangan beragam tentang bagaimana
membuat pemahaman meningkat melalui enam sisi dari konsep yaitu: