Anda di halaman 1dari 19

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

BUDIDAYA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

BAB II. PEMBIBITAN

No. Dokumen : SOP/DPA/EST/II-PEMBIBITAN

Dilarang menggandakan atau memperbanyak dokumen ini dalam bentuk


apapun tanpa ijin tertulis dari PT. DINAMIKA PRIMA ARTHA

SOP/DPA/EST/II-PEMBIBITAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


Tujuan pembibitan kelapa sawit adalah untuk menghasilkan bibit kelapa sawit berkualitas
tinggi yang harus tersedia sesuai dengan kebutuhan tahapan penanaman.

2.1. PENENTUAN LOKASI


Faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi pembibitan:
a. Ketersediaan air yang bermutu baik dan bersih dengan pH minimum 4 yang cukup
untuk mengairi minimal 120.000 liter/ha/10 jam.
b. Lokasi diusahakan datar, berdrainase baik dan tidak terkena banjir.
c. Tersedia top soil dalam jumlah yang cukup untuk pengisian polybag.
d. Aman dari segala gangguan termasuk pohon tinggi di sekitar lokasi pembibitan.
e. Lokasi bibitan tidak di areal gambut dan di hutan primer

2.2. PERHITUNGAN LUAS BIBITAN

Umur bibit siap tanam yang optimum : 11 – 13 bulan.


Jarak antar polybag harus 90 cm dengan bentuk segitiga sama sisi.
Luas 1 ha bibitan dapat menampung 12.000 bibit.
Apabila umur bibit melebihi 24 bulan, maka pihak kebun harus mengajukan kepada
manajemen untuk mendapat pertimbangan lebih lanjut.

2.3. PERSIAPAN LAHAN DAN KEGIATAN PEMBIBITAN

Lahan bibitan harus sudah dalam kondisi bersih lengkap dengan instalasi air dan jaringan
jalan sebelum penanaman kecambah dimulai.

Perusahaan hanya menerapkan cara pembibitan dua tahap dan tidak menerapkan cara
pembibitan satu tahap.

2.3.1. Sistem Irigasi

Tujuan penerapan sistem irigasi yang tepat adalah untuk menjamin bahwa masing-masing
polybag bibit memperoleh air yang cukup setiap hari untuk mendapatkan pertumbuhan yang
optimal.

Penyiraman bibit menggunakan sistem pengairan berkabut (mist irrigation). Air yang
digunakan harus bermutu baik dan bersih dengan pH air minimum 4.

2.3.2. Ukuran Pipa, Mesin dan Pompa Air

Kapasitas mesin dan pompa air yang digunakan dengan sistem Mist Irrigation saling terkait
dengan layout instalasi irigasi dan ukuran pipa-pipanya sesuai dengan kondisi di lapangan.

SOP/DPA/EST/II-PEMBIBITAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


Dept. Engineering harus membantu menghitung total head dan menentukan kapasitas
pompa.

Lokasi mesin pompa air sebaiknya jauh dari sungai (jarak disesuaikan dengan lebar sungai)
untuk menghindari pencemaran air .

Tabel 4. Ukuran pompa dan mesin air untuk bibitan di areal datar

Luas plot Ukuran


Ukuran pompa
bibitan mesin

10 Ha 100 x 65 – 250 30 HP

20 - 30 Ha 125 x 100 – 250 60 HP

Catatan : Ukuran mesin tergantung pada jarak sumber air

Gambar 1. Contoh layout instalasi irigasi bibitan 10 ha

SOP/DPA/EST/II-PEMBIBITAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


Arah Pengaliran mist irrigation tube

Pipa PVC AW 6”

Pipa PVC AW 6”

Pipa PVC AW 4”

Gambar 2. Contoh layout instalasi irigasi bibitan 20 ha 1 mesin pompa

Gambar 3. Letak pemasangan selang irigasi

SOP/DPA/EST/II-PEMBIBITAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


2.4. PRE-NURSERY

Tujuan pre-nursery adalah memberi waktu lebih longgar untuk membuat persiapan areal
bibitan dan mempersempit tempat pemeliharaan bibit selama 3 bulan pertama atau memiliki 4
– 5 helai daun untuk memudahkan pemeliharaan yang optimal.

2.4.1. Ukuran Polybag

Ukuran polybag kecil adalah 0,075 mm x 15 cm x 23 cm lay flat (setelah diisi akan
berdiameter ± 10 cm dan tinggi ± 17,5 cm) berwarna hitam dengan dua baris lubang
perforasi berjarak 3 cm x 3 cm. Letak lubang dimulai dari 1/3 bagian atas kantong plastik ke
arah bawah.

2.4.2. Media Tanam


a. Media tanam menggunakan top soil (kedalaman maksimum 30 cm) tanah mineral
dengan tekstur lempung,
b. Khusus areal Ganoderma, media tanam dilarang menggunakan tanah yang berasal dari
lokasi terserang Ganoderma.
c. Media tanah dihindari dari areal bekas tanaman bambu – bambuan, karena biasanya
rawan terkontaminasi Culvularia.
d. Media tanah diayak memakai saringan 1,0 cm x 1,0 cm untuk mencegah masuknya
gumpalan-gumpalan tanah, serta bersih dari sampah dan kotoran lainnya. Sampah dan
kotoran hasil dari pengayakan tidak berserak dan dikumpulkan pada satu tempat
selanjutnya dilakukan penimbunan.
e. Media tanam harus dicampur dengan 50 kg pupuk rock phosphate per ± 2 m3 tanah ( ±
1.000 polybag kecil). Pencampuran pupuk harus dilakukan secara merata dan pupuk
tidak berserak, selanjutnya karung bekas pupuk dikumpulkan pada tempat tersendiri.

2.4.3. Pengisian Polybag

Cara pengisian polybag kecil :


a. Empat minggu sebelum penanaman kecambah, polybag harus sudah diisi tanah dalam
jumlah cukup.
b. Guncang polybag pada waktu pengisian untuk memadatkan tanah dan diisi sampai
mencapai ketinggian 1 cm dari bibir polybag.
c. Polybag disiram air setiap hari sampai tanah jenuh sebelum dilakukan penanaman dan
isi kembali dengan tanah bila diperlukan.

SOP/DPA/EST/II-PEMBIBITAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


2.4.4. Penempatan dan Penyusunan Polybag

a. Persiapkan bedengan dengan lebar 120 cm dan panjang yang disesuaikan dengan
kondisi areal (10 – 15 m), jarak antar bedengan 70 cm. Tanah bedengan ditinggikan ±
5 cm dengan mengikis tanah dari area antar bedengan, sehingga air tidak akan
tergenang di bedengan. Dipasang papan lebar 10 cm atau bambu di sepanjang pinggir
bedengan untuk menahan agar polybag tidak tumbang.
b. Polybag disusun secara rapat pada bedengan. Dalam 1 bedeng areal pre-nursery dapat
disusun sebanyak 1.200 s/d 1.800 polybag kecil.

2.4.5. Penanaman dan Perawatan


2.4.5.1. Perlakuan terhadap kecambah.

Pada waktu penerimaan, peti harus diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari
langsung, dibuka dan tiap-tiap kantong harus diperiksa. Setiap kantong kecambah harus
dibiarkan terbuka selama beberapa menit untuk memungkinkan terjadinya pergantian udara.
Kecambah harus segera ditanam pada hari diterima.

Pada waktu akan dilakukan penanaman, kecambah harus diperiksa dan dipisahkan yang
abnormal. Keputusan untuk membuang kecambah abnormal harus dibuat oleh Asisten
bibitan dan tidak boleh didelegasikan kepada pekerja. Kriteria kecambah abnormal :

a. Belum jelas radicula (berwarna putih) dan/atau plumula (berwarna kuning).


b. Radicula atau plumula yang busuk.
c. Radicula dan plumula searah.
d. Adanya pertumbuhan jamur.
e. Bentuk yang tidak normal atau rusak.

Embrio yang sedang berkembang masih terlampau lemah dan harus diperlakukan dengan
hati-hati. Kecambah harus selalu berada pada tempat yang terlindung sejak diterima sampai
selesai ditanam.
Apabila plumula kembar, maka yang lebih lemah harus dibuang dan kecambah ditanam
seperti biasa. Setelah selesai penanaman kecambah, seluruh kemasan (kotak ataupun
plastik) dikumpulkan pada tempat tersendiri.

2.4.5.2. Penanaman kecambah

a. Siram tanah di polybag sampai jenuh sebelum kecambah ditanam.

SOP/DPA/EST/II-PEMBIBITAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


b. Kantong plastik kecambah dibuka dengan hati-hati dan letakkan kecambah di baki yang
beralaskan goni basah yang telah direndam dalam larutan fungisida Thiram dengan
konsentrasi 0,2 %.
Pekerja yang melakukan perendaman fungisida harus dipastikan menggunakan sarung
tangan dan baju pelindung untuk menghindari kontaminasi.
c. Selanjutnya kecambah diseleksi dan dihitung.
d. Penanaman kecambah harus memperhatikan posisi radicula yang akan diposisikan
arah ke bawah dan plumula yang akan diposisikan ke atas.
e. Kecambah ditanam dengan kedalaman sekitar 2 cm di bawah permukaan tanah
polybag. Hindarkan penanaman kecambah yang terlalu dalam atau terbalik.
f. Polybag disiram sampai jenuh setelah penanaman kecambah.
g. Pemberian naungan disesuaikan dengan iklim setempat.
2.4.5.3. Naungan

Keputusan penggunaan naungan diserahkan kepada kebijaksanaan COO PT. DINAMIKA


PRIMA ARTHA.
Apabila menggunakan naungan, pada tahap awal bibit dapat diletakkan di bawah naungan,
setelah dua daun keluar naungan dapat dikurangi sebesar 50 % dan setelah daun ketiga
keluar naungan harus sudah dihilangkan. Luas naungan minimal sebesar bedengan
dengan tinggi ± 2 m.
2.4.5.4. Penyiraman

a. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari selama 30 menit atau setara dengan 6
mm curah hujan untuk setiap penyiraman.
b. Bila malam hari ada curah hujan > 10 mm, tidak perlu dilakukan penyiraman pada
keesokan pagi hari, dan penyiraman sore hari bergantung pada kelembaban tanah di
polybag.
c. Bila pagi hari turun hujan > 10 mm, maka tidak perlu penyiraman pagi dan sore.

Untuk memonitor penyiraman agar digunakan umbrometer sederhana sehingga


penggunaan air dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Bila ada genangan air yang tertahan di polybag setelah penyiraman, maka buat tambahan
lubang pada polybag dengan cara menusuk menggunakan tusuk bambu beridiameter 5 mm.
2.4.6. Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma di dalam polybag dan di luar polybag dilakukan secara manual
(mencabut) dan tidak boleh menggunakan herbisida. Gulma hasil pencabutan harus
dikumpulkan (tidak berserak) dan ditimbun pada satu tempat yang sudah disiapkan.

SOP/DPA/EST/II-PEMBIBITAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


2.4.7. Pengendalian Hama dan Penyakit

Penjelasan lihat Bab 6.

2.4.8. Pemupukan

Penjelasan lihat Bab 7.


2.4.9. Seleksi
Seleksi bibit dilakukan pada umur 2 bulan dan pada saat transplanting. Bibit yang telah
diafkir harus dimusnahkan dengan dilengkapi berita acara.
Seleksi harus dilakukan secara ketat oleh seorang staff agronomi yang berpengalaman
dengan tujuan untuk memastikan bahwa setiap bibit yang dipindahkan ke polybag besar
adalah bibit yang sehat.
Jumlah bibit afkir selama di pre-nursery antara 8 – 10 % dari total bibit yang ditanam.
2.4.9.1. Tata cara pelaksanaan seleksi bibit di pre-nursery

a. Berikan tanda bibit afkir dengan cara tancapkan lidi pada baby polybag (dilakukan
oleh asisten)
b. Esok harinya dilaporkan kepada Estate Manager (EM) untuk mendapat persetujuan.
c. Angkat dan singkirkan semua bibit afkir dari bedengan sebelum dilakukan
pemindahan bibit sehat ke polybag besar.
d. Musnahkan semua bibit afkir pada tempat khusus dan tidak berserakan.
e. Catat dan laporkan semua bibit yang diafkir.
2.4.9.2. Beberapa ciri fisik bibit yang diafkir di pre-nursery.
a. Pucuk bengkok atau daun berputar.
Kondisi ini diakibatkan oleh penanaman kecambah yang dilakukan terbalik dan/atau
karena faktor genetik dan dapat diketahui dari daun-daun yang tumbuhnya melengkung
membentuk setengah lingkaran.
b. Daun lalang atau daun sempit (Narrow grass leaf).
Bibit tumbuh dengan bentuk daun yang sempit memanjang dan tegak menyerupai daun
lalang, merupakan faktor genetik.
c. Daun kerdil dan sempit (Stump/little leaf).
Perkembangan helai daun nampak kerdil dan sempit.
d. Daun menyempit dan tegak (Acute/erect leaf).
Bibit dengan daun menyempit dan tegak.
e. Daun yang menggulung (Rolled leaf).
Helai daun dari bibit tidak membuka secara normal, tetapi tergulung di sepanjang
batang daun sehingga menyerupai bentuk tombak. Gejala berat disebabkan oleh faktor
genetik.

SOP/DPA/EST/II-PEMBIBITAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


f. Daun berkerut/keriput (Crinkle leaf).
Bentuk daun ini memperlihatkan berbagai tingkatan kerutan dan pada tingkat yang lebih
berat akan terlihat kerutan tersebut pecah menyilang. Gejala berat disebabkan oleh
faktor genetik.
g. Daun melipat (Collante).
Helai daun dari bibit tidak membuka secara normal, tetapi menciut lengket seperti
melipat dan bergulung. Gejala ini timbul akibat kekurangan air.
h. Bibit kerdil (Stunted).
Bibit yang pertumbuhan vegetatifnya jauh lebih kecil dibanding bibit sehat seumurnya.
Hal ini disebabkan faktor genetik.
i. Chimaera.
Sebagian atau seluruh daun secara seragam berubah pucat atau bergaris kuning terang
yang sangat kontras dengan warna hijau gelap dari jaringan yang normal.
j. Bibit dengan serangan penyakit berat.
Sebagai tambahan dari karakteristik yang telah dikemukakan di atas, bibit yang
terserang penyakit bercak daun yang disebabkan oleh jamur Curvularia dan penyakit
Anthracnose (daun membusuk mulai dari pinggir) yang disebabkan oleh jamur antara
lain Botriodiplodia, Melanconium elaidis dan Glomerella singulata harus di afkir.
2.4.10. Penanganan Polybag Bekas.

Polybag bekas tidak ditinggalkan di lapangan tetapi harus dikumpulkan di tempat yang telah
ditentukan, selanjutnya mengacu pada SOP pengelolaan limbah B3.

2.5. MAIN NURSERY

Transplanting ke main nursery dilakukan pada bibit yang berumur 3 - 4 bulan atau memiliki
4 - 5 helai daun.

2.5.1. Ukuran Polybag.

Ukuran polybag besar adalah 0,15 mm x 40 cm x 50 cm lay flat (setelah diisi tanah diameter
± 25 cm dan tinggi ± 39 cm) berwarna hitam dengan empat baris lubang perforasi berjarak 5
cm. Letak lubang perforasi ber-diameter 5 mm dalam barisannya dimulai dari 15 cm bagian
atas kantong plastik ke arah bawah sebanyak 5 lubang dengan jarak masing-masing
lubang 5 cm. Total lubang perforasi sebanyak 80 buah.

Untuk sisipan dicadangkan sebanyak 1 bibit Advance Planting Material (APM) per hektar
ditanam pada polybag ukuran 0,18 mm x 50 cm x 60 cm.

SOP/DPA/EST/II-PEMBIBITAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


Ketebalan polybag harus merata, hal ini dapat dilihat dengan cara mengamatinya di balik
sinar matahari, tidak ada bagian yang terang karena tipis. Kelenturan polybag harus cukup
agar tidak rusak atau mudah robek akibat terik matahari, spesifikasi polybag yang dibeli
harus dicantumkan dalam Purchase Requesition agar menjadi perhatian petugas yang
melakukan pembelian (Purchasing). Purchasing harus memastikan bahwa polybag yang
dibeli sesuai dengan spesifikasi.

2.5.2. Media Tanam


Penjelasan mengenai media tanam lihat Bab 2.4.2.a – c.
Tanah 1 m3 cukup untuk 55 polybag. Tanah di polybag besar harus dilubangi dan
selanjutnya dimasukkan 100 g pupuk rock phospate ke lubang polybag besar sebelum bibit
ditanam.
Pekerja yang melakukan aplikasi pupuk harus dipastikan menggunakan sarung tangan
untuk menghindari kontaminasi.

2.5.3. Pengisian Polybag

Polybag harus sudah siap diisi tanah minimal 4 minggu sebelum pemindahan bibit dari pre-
nursery, untuk mendapatkan tingkat kepadatan tanah yang stabil setelah dilakukan
penyiraman setiap hari.

Cara pengisian polybag besar :


a. Polybag harus dibalik sebelum diisi tanah agar polybag dapat berdiri tegak dan
silendris.
b. Media tanah harus disaring melalui saringan 1,5 cm x 1,5 cm untuk menghindari adanya
gumpalan-gumpalan tanah, sampah, akar tanaman dll.
c. Persiapkan media tanam dan isikan ke dalam polybag. Hindarkan pemadatan tanah
dalam polybag dengan cara menekan kuat ke arah bawah.
d. Guncang polybag pada waktu pengisian untuk memadatkan tanah dan mencegah agar
tidak ada bagian yang mengkerut/terlipat. Isilah sampai mencapai ketinggian 2,5 cm
dari bibir polybag.

2.5.4. Penempatan Polybag.


a. Bibit ditanam dengan jarak tanam 90 cm segitiga sama sisi, sedangkan bibit APM untuk
sisipan ditanam dengan jarak 150 cm segitiga sama sisi.

SOP/DPA/EST/II-PEMBIBITAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


b. Untuk dapat menempatkan polybag dengan rapi, terlebih dahulu dilakukan
pemancangan di dua sisi petak memakai alat meteran dan kawat licin atau tali rami,
dengan menggunakan bahan cat dan anak pancang.
c. Sewaktu menyusun polybag kedua tangan pekerja harus berada pada dasar polybag.

2.5.5. Transplanting di Polybag Besar

Tata cara pelaksanaan transplanting dari polybag kecil ke polybag besar dilakukan sebagai
berikut :
a. Untuk tempat pemindahan bibit polybag kecil dibuat beberapa kotak kayu, dan dapat
menggunakan pisau silet/cutter untuk menyayat polybag kecil. Dibutuhkan kereta
sorong atau trailer mini tractor untuk memindahkan kotak berisi bibit kecil dari pre-
nursery.
b. Pastikan polybag besar sudah tersusun benar dengan posisi tegak dan telah diisi tanah.
c. Satu hari sebelum transplanting, siram tanah di polybag besar sampai jenuh air, guna
memudahkan pembuatan lubang tanam pada keesokan harinya.
d. Buat lubang di tengah polybag dengan menggunakan alat pelubang yang sudah
dipersiapkan. Kedalaman lubang dibuat ± 20 cm atau disesuaikan dengan tinggi tanah
di polybag kecil.
e. Siram bibit di pre-nursery sebelum dipindahkan.
f. Angkat bibit pre-nursery hati-hati dan disusun ke atas masing-masing kotak kayu
sebagai tempat pengangkutannya dan diangkut ke lokasi polybag besar.
g. Turunkan bibit dilokasi polybag besar dan letakkan hati-hati satu demi satu di samping
masing-masing polybag besar.
h. Apabila menggunakan cutter, sayat polybag kecil secara vertikal di sepanjang sisinya,
keluarkan bibit lengkap dengan tanahnya dari polybag kecil secara hati-hati, masukkan
ke dalam lubang tanam di polybag besar. (Bila lubang terlalu dalam harus terlebih
dahulu diisi tanah untuk disesuaikan kedalamannya, dan bila lubang terlalu dangkal
harus terlebih dahulu didalamkan). Tekan sedikit untuk memadatkan tanah dan lakukan
penambahan tanah sehingga permukaan tanah dari polybag kecil sama dengan
permukaan tanah polybag besar atau ± 5 cm di bawah bibir polybag besar.
i. Lakukan penyiraman secukupnya segera sesudah transplanting.

2.5.6 Perawatan
Perawatan bertujuan membersihkan gulma yang tumbuh di dalam maupun di luar di antara
polybag.

SOP/DPA/EST/II-PEMBIBITAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


Semua peralatan yang dipakai untuk kegiatan perawatan seperti alat semprot, ember,
takaran dan pengaduk, harus diberi tulisan “khusus herbisida“ secara jelas dengan warna
merah, dan disimpan terpisah dari peralatan lainnya, sehingga dipastikan bahwa peralatan
ini tidak digunakan untuk kegiatan penyemprotan pupuk daun maupun pengendalian hama
dan penyakit.
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) harus dipastikan secara lengkap pada saat pekerja
melakukan penyemprotan dengan menggunakan pestisida.
2.5.6.1. Penyiraman

Penyiraman mist irrigation setara dengan 6 mm curah hujan untuk setiap kali penyiraman.
Penyiraman harus dilakukan pagi dan sore. Penjelasan lebih lanjut lihat butir 2.4.5.4.

2.5.6.2. Penambahan tanah

Penambahan tanah di dalam polybag dilakukan seperlunya untuk mempertahankan


permukaan tanah ± 5 cm di bawah bibir polybag.

2.5.6.3. Pemberian mulsa

Mulsa diberikan secara merata di atas permukaan tanah dalam polybag segera setelah
penanaman. Mulsa yang dianjurkan adalah cangkang, apabila tidak tersedia cangkang
dapat juga digunakan fiber atau potongan lalang kering.

2.5.6.4. Pengendalian hama, penyakit dan gulma

Penjelasan lihat Bab 6.

2.5.6.5. Pemupukan

Penjelasan lihat Bab 7.

2.5.6.6. Seleksi

Seleksi dilaksanakan dengan tahapan :


a. Pada umur bibit 6 bulan.
b. Pada umur bibit 9 bulan.
c. Pada umur bibit 12 bulan.
d. Pada saat persiapan pengiriman bibit ke lapangan.

Tata cara pelaksanaan seleksi bibit :


a. Berikan tanda dengan cat warna putih di polybag setiap bibit afkir/ abnormal.
b. Manager atau Proyek Manager memastikan bibit yang ditandai sesuai dengan kriteria
afkir.
c. Catat dan buat berita acara semua bibit yang diafkir.

SOP/DPA/EST/II-PEMBIBITAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


d. Bibit afkir dikeluarkan dari blok bibitan dan dimusnahkan, jumlah bibit afkir selama di
main nursery antara 10 – 15 %.

Ciri bibit abnormal di main nursery :


a. Kerdil (Runt/Stunted)
Bibit yang pertumbuhan vegetatifnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan bibit sehat
seumurnya.
b. Bibit erect
Akibat faktor genetik, daun tumbuh dengan sudut yang sangat sempit/ tajam terhadap
sumbu vertikal sehingga terlihat tumbuh tegak. Biasa-nya anak daun tumbuh dengan
sudut yang sangat sempit terhadap tulang daun (rachis) dan terlihat sangat kaku.
c. Bibit yang layu dan lemah (Limp)
Pelepah dan helai daun terlihat lemah/layu, penampilan bibit secara keseluruhan pucat
dan pertumbuhan daun muda cenderung lebih pendek dari yang seharusnya.
d. Bibit flat top.
Akibat faktor genetik, daun yang baru tumbuh dengan ukuran yang makin pendek dari
daun yang lebih tua, sehingga tajuk bibit terlihat rata.
e. Short internode
Jarak antara anak daun pada tulang pelepah (rachis) terlihat sangat dekat dan bentuk
pelepah tampak pendek.
f. Wide internode
Jarak antara anak daun pada rachis terlihat sangat lebar. Bibit terlihat sangat terbuka dan
lebih tinggi dari normal.
g. Anak daun yang sempit (Narrow leaf)
Bentuk helai anak daun tampak sempit dan tergulung sepanjang alur utamanya (lidi)
sehingga berbentuk seperti jarum. Anak daun ini biasanya tumbuh membentuk sudut
yang tajam dengan rachis.
h. Anak daun tidak pecah (Juvenile)
Helai anak daun tetap bersatu seluruhnya atau tidak pecah.
i. Daun berkerut (Crinkle leaf)
Bentuk daun ini memperlihatkan berbagai tingkatan kerutan dan pada tingkat yang lebih
berat akan terlihat kerutan tersebut pecah menyilang. Gejala berat disebabkan oleh faktor
genetik, dan gejala ringan disebabkan oleh kekurangan air (water stress).
j. Chimaera
Sebagian atau seluruh daun secara seragam berubah menjadi pucat atau bergaris
kuning terang yang sangat kontras dengan warna hijau gelap dari jaringan yang normal.
k. Bibit terserang crown disease

SOP/DPA/EST/II-PEMBIBITAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


Akibat faktor genetik, pelepah menjadi bengkok, melintir dan mudah patah
l. Blast
Bibit biasanya berubah secara progressif ke arah coklat dan mati perlahan-lahan dimulai
dari daun yang lebih tua dan bergerak keatas ke daun yang lebih muda.
m. Bibit yang terserang berat oleh hama dan penyakit
Bibit yang terserang busuk pucuk dan hama/penyakit lainnya harus dipisahkan.

Bibit-bibit afkir hasil penyeleksian harus segera dimusnahkan dan polybag bekas bibit
dikumpulkan pada tempat tersendiri.

2.6. PERSIAPAN PEMINDAHAN BIBIT KE LAPANGAN


2.6.1. Pemutaran Bibit (Rotating)
Bibit diputar pada tempatnya dua minggu sebelum dikirim ke lapangan. Setelah bibit diputar
harus disiram air dengan cukup setiap hari sampai waktu pengiriman ke lapangan.

2.6.2. Perlakuan Bibit untuk Persiapan Pengangkutan


Bibit harus diangkat dengan cara menempatkan satu tangan di dasar polybag dan satunya
lagi menggenggam pangkal batang. Tidak boleh mengangkat bibit dengan cara menarik
daunnya. Bibit tidak boleh dilemparkan atau dibanting, karena akan mengakibatkan polybag
pecah. Bibit disusun satu lapis di atas truk dan disiram sebelum berangkat ke lapangan.

2.7. ADVANCED PLANTING MATERIAL (APM) NURSERY


Dipelihara di pembibitan sampai umur 38 bulan. Penyisipan yang menggunakan bibit dari
APM di areal pertanaman tahun pertama akan memperkecil perbedaan pertumbuhan antara
tanaman asli dengan tanaman sisipan. Prosedur kegiatan penanaman APM harus
mengikuti ketentuan di bawah ini.

2.7.1. Jarak Polybag

Polybag di pembibitan utama berbentuk segitiga sama sisi 150 cm.

2.7.2. Penyiraman

Sistem mist irrigation yang ada dapat dipertahankan. Agar mendapatkan tinggi semprotan
2,0 m, tekanan pengoperasian dari selang harus dipertahankan pada 0,8 kg/cm2, dengan
jarak barisan 1,3 m maka selang irigasi diletakkan pada setiap dua baris. Bilamana
pertumbuhan bibit cukup tinggi maka penyemprotan polybag akan terhalangi, namun
pengairan harus terus dilakukan sampai kelembaban tanah di areal pembibitan terpenuhi.
Hal ini di lakukan karena akar bibit kelapa sawit sudah penetrasi ke dalam tanah.

SOP/DPA/EST/II-PEMBIBITAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


2.7.3. Pemberian Mulsa (Mulching)
Penjelasan lihat Bab 2.5.6.3.

2.7.4. Pengendalian Hama, Penyakit dan Gulma


Penjelasan lihat Bab 6.

2.7.5. Pemupukan

Penjelasan lihat Bab 7.

2.7.6. Seleksi – Culling


Dalam keadaan normal seleksi harus diselesaikan pada bulan ke 12. Bila bibit-bibit tertahan
di pembibitan untuk jangka waktu yang lebih lama, suatu tahap seleksi final bibit harus
dilakukan sebelum dimuat dan diangkut ke lapangan.
Pada waktu penanaman di lapangan, semua bibit kelapa sawit yang sudah diseleksi untuk
dipindah tanamkan harus dalam keadaan sehat dan segar.
Bibit-bibit afkir hasil seleksi harus segera dimusnahkan dan polybag bekas bibit dikumpulkan
pada tempat yang sudah ditentukan.

2.8. PEMANGKASAN PELEPAH BIBIT APM

2.8.1. Pemangkasan Pertama Kali


2.8.1.1. Waktu
Pemangkasan pelepah kerucut biasanya pertama kali dilakukan ketika bibit mencapai usia
18 bulan di pembibitan utama. Walaupun demikian pemangkasan kerucut perlu diatur
waktunya agar berlangsung 4 bulan sebelum rencana tanggal penanaman di lapangan. Ini
berarti, untuk bibit yang akan ditanam 24 bulan setelah penanaman di pembibitan maka
pemangkasan kerucut dilakukan pada umur 20 bulan.

2.8.1.2. Cara
Pemangkasan secara kerucut pada semua pelepah dengan ketinggian 120 cm pada
pelepah terluar sampai dengan 150 cm pada pucuk dari permukaan tanah di dalam polybag.
Parang yang digunakan harus tajam

2.8.1.3. Penyiraman
Penyiraman yang cukup dibutuhkan sesaat setelah dilakukan pemangkasan kerucut.
Kekurangan air dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada bibit yang telah
dipangkas.

SOP/DPA/EST/II-PEMBIBITAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


2.8.1.4. Pelepah hasil pangkasan
Pelepah hasil pangkasan diletakkan antar polybag bibitan, namun jika jumlahnya berlebih
sebagian dapat dibuang ke luar areal bibitan. Jika terjadi serangan penyakit bercak daun
(Curvularia dll), maka pelepah hasil pangkasan harus dibuang keluar bibitan dan ditimbun
pada tempat yang sudah ditetapkan.

2.8.1.5. Pemangkasan akar – root pruning

Tiga bulan sebelum penanaman di lapangan, harus dilakukan pemang-kasan akar dengan
cara memutar polybag dengan arah yang berlawanan. Penyiraman yang teratur akan
memastikan bahwa bibit-bibit akan pulih kembali. Tiga minggu setelah pemangkasan akar,
polybag harus diputar kembali untuk mencegah pertumbuhan akar ke dalam tanah. Pada
sore hari sebelum pemindahan tanaman, bibit-bibit harus disiram dengan cukup guna
mengurangi resiko kekurangan air pada saat ditransportasi dan penanaman di lapangan.

2.8.2. Pemangkasan Kedua Kali


Bilamana bibit akan tertahan di pembibitan hingga 30 bulan atau lebih, harus dilakukan
pemangkasan kerucut kedua kalinya dengan menggunakan teknik yang sama yaitu 4
(empat) bulan sebelum penanaman di lapangan.
Pemangkasan kerucut ke dua kalinya harus diikuti oleh pemangkasan akar berikutnya yang
dikerjakan seperti petunjuk pada butir 2.8.1.5.
2.9. ABLASI

Bibit yang tertahan di pembibitan selama lebih dari 24 bulan diperkirakan sudah berbunga.
Bunga ini harus dibuang pada saat pemangkasan pelepah.

2.10. PRA-PENANAMAN/PENANAMAN
Penanaman APM di lapangan harus dilakukan pada saat musim hujan. Penanaman pada
periode musim kering yang sudah diperkirakan, harus dihindari.
Sesaat sebelum dilakukan pindah tanam, pelepah bibit kelapa sawit harus diikat dengan
menggunakan tali rafia pada 2 titik. Upaya ini akan memudahkan pemuatan dan
pengangkutan bibit tersebut ke lokasi penanaman. Bilamana terjadi penundaan antara
pengangkutan ke lokasi dan penanaman di lapangan, bibit kelapa sawit harus disiram lagi
hingga mencapai kejenuhan.
Selama proses penanaman, harus diteliti bahwa tanah di sekeliling bibit telah dipadatkan.
Saat pemadatan tanah, tali rafia yang digunakan dilepaskan sehingga pelepah-pelepah
dapat kembali ke posisi alaminya.

SOP/DPA/EST/II-PEMBIBITAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


Gambar 4. Bibit normal di pre-nursery dan main nursery

Pucuk bengkok Daun melipat Daun lalang


dan berputar (Collante) (Narrow grass leaf)

Gambar 5. Bibit abnormal di pre-nursery dan main nursery

Daun kriput Daun Bibit kerdil


menggulung

Gambar 6. Bibit abnormal di pre-nursery dan main nursery

SOP/DPA/EST/II-PEMBIBITAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


Chimaera Bibit tegak Bibit rata atas

Anak daun tidak pecah Antar daun terlalu rapat Antar daun terlalu jarang

Gambar 7. Bibit abnormal di pre-nursery dan main nursery.

Anak daun sempit Crown diseases

Gambar 8. Bibit abnormal di pre-nursery dan main nursery.

SOP/DPA/EST/II-PEMBIBITAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021


Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 02 Januari 2021

Arief Prasetiyono
Chief Operational Officer

SOP/DPA/EST/II-PEMBIBITAN No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 02/01/2021

Anda mungkin juga menyukai