Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Wajib Umum
Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen pengampu:
Dra.Hj.Siti Komariah, M.Si., Ph.D.
Oleh:
Nama: Amri Sanusi Utami
NIM: 2207307
Kelas: Pendidikan Fisika-1B
Betapa awamnya kita terhadap proses hukum dalam tataran praktis, apa yang
sedang terjadi dan apa yang sedang berkembang? adakah Pancasila hidup dalam
proses hukum Indonesia?
Mengapa RJ diperlukan dan mengapa RJ itu hadir? LEGAL JUSTICE EFFECT
Beberapa kasus yang sangat menjadi keprihatinan kita semua yaitu seperti
menghukum orang-orang kurang beruntung yang mengumpulkan lembar demi
lembar daun jati yang jatuh dari pohonnya demi memenuhi kebutuhan hidup.
Apakah itu yang menjadi tujuan dari sebuah penegakan hukum? Apakah itu yang
di inginkan ketika mengangkat para jaksa untuk menegakkan keadilan? Tentu tidak,
karena sejatinya hukum adalah untuk manusia, bukan manusia untuk hukum, bukan
tajam ke bawah dan tumpul ke atas.
Paradigma APH
Retributif
Birokratif procedural
Procedural justice
Paradigma masyarakat
Restoratif
Dinamis
Substantive justice
Paradigma hukum dimasyarakat yaitu banyak proses-proses yang dilewati,
akibatnya karena hanya mengejar pada angka-angka atau prinsip kuantitatif maka
yang dihasilkan adalah keadilan-keadilan formalitas yang bisa jadi bertentangan
hati nurani dan keadilan masyarakat. Oleh karena itu, frekuensinya harus
disamakan agar pemirsa bisa mendengar dengan baik, kejaksaan terus
mengevaluasi karena hal-hal tersebut.
Dalam buku Law Enforcement, ada minimal 3 aspek yang harus dibenahi dalam
penegakkan hukum yang bermasalah. Pertama, legal structure atau struktur
hukumnya,. Kedua adalah legal culture atau budaya hukum masyarakat. Ketiga,
legal substance atau substansi hukumnya. Keempat adalah ditambahkan oleh
Prof.Romli yaitu legal apparatus atau para jaksa dan jajarannya.
Dinamika praktik penegakkan hukum pidana
1. Metamorfosa teori tujuan hukum konvensional yaitu teori kontemporer
(sustainable justice).
2. Penegakkan hukum pidana ditujukan kepada keadilan, kepastian,
kemanfaatan, dan perdamaian cinta kasih..
Banyak teori yang berkembang dalam tujuan hukum dan sering terjadi
pertentangan Ketika terjadi pertentangan, maka keadilan yang harus
dikedepankan. Jadi, ketiga tujuan utama itu harus menjadi satu kesatuan,
tapi bisa saja ada kerancauan. Oleh karena itu, dibuatlah tujuan keempat
yaitu diakhiri dengan pedamaian cinta kasih atau bias akita sebut dengan
musyawarah mufakat.
3. Pergeseran filosofi retributif menuju filosofi utilitas.
Perbandingan pemidanaan Indonesia dengan Belanda
1) Indonesia:
Penjara is the only way
Kondisi narapidana di penjara terlalu penuh
Mekanisme penebusan kesalahan melalui isolasi dan penderitaan
Tingkat residivis tinggi dan peenjara menjadi scool of crime karena
kegagalan system pebinaan
2) Belanda:
Pidana penjara merupakan ultimum remedium
Tingkat hunian penjara relatif kecil dengan rasio 1:1 sehingga tujuan
pembinaan dapat tercapai
Pemenjaraan adalah sesuatu yang tidak bermanfaat dan
memberatkan perekonomian negara
Menitikberatkan pada pemberian pelatihan dan motivasi agar tujuan
resosialisasi dan mengurangi residivis tercapai
Dominus Litis Jaksa
Yaitu asas universal yang diaukui oleh berbagai negara di dunia. Dominus atrinya
pemilik dan litis artinya perkara, artinya jaksa punya kewenangan untuk
menentukkan apakah perkara yang dibuat oleh penyidik akan dilimpahkan ke
pengadilan atau diberhentikan.
Pasal 139 KUHAP
Pasal 8 ayat (4) UU 16/2004
Jaksa selaku dominus litis
Tidak secara limitatif mewajibkan jaksa untuk melimpahkan
perkara, Ketika syarat formil dan materil terpenuhi
KUHAP memberikan keleluasaan kepada jaksa untuk dapat atau
tidaknya dilimpahkan ke pengadilan
Jaksa memiliki kewajiban untuk menilai terpenuhinya tujuan hukum
dalam proses penanganan perkara
Kepastian, keadilan kemanfaatan
Perdamaian
Suistanable Justice vs Spatnung Verhatnis Gustav Radcburgh
Kejaksaan Indonesia sejak 2020 merubah paradigmanya yang disebut dengan
penerapan konsep keadilan restorative, yaitu penegakkan hukum yang tidak
semata-mata membuat derita pada pelaku, tapi ingin mengetahui akar masalahnya
mengapa pelaku melakukan hal tersebut. Jadi, konsepnya adalah keinsafan,
kesadaran dan keikhlasan korban untuk memaafkan daripada perbuatan pelaku.
Selain itu, diingankan juga pemulihan akibat dan perubahan dari pelaku.