Anda di halaman 1dari 18

PRESENTASI KASUS

“KONDILOMA LATA”

Pembimbing:

dr. Ismiralda Oke


Putranti, Sp.KK

Disusun Oleh:

Muhammad Arya Mandalika

NIM G4A022003

SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RST WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2023

LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui presentasi kasus dengan judul :


“Kondiloma Lata”

Pada tanggal, November 2023

Disusun untuk memenuhi syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik

di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

RST Wijayakusuma Purwokerto

Disusun Oleh:

Muhammad Arya Mandalika

G4A022003

Mengetahui,

Pembimbing

dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan untuk Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus ini.

Ucap terima kasih penulis sampaikan kepada para pengajar, fasilitator, narasumber, dan
rekan-rekan mahasiswa SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, terutama dr. Ismiralda Oke
Putranti, Sp.KK selaku pembimbing penulis. Penulis menyadari presentasi kasus ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi hasil yang lebih baik.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga presentasi kasus ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan pembaca.

Purwokerto, November 2023

Penulis
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondiloma lata adalah salah satu bentuk sifilis sekunder yang disebabkan
oleh Treponema pallidum, dapat bermanifestasi berupa papul maupun plak yang
lembab, datar, berbatas tegas dengan permukaan maserasi atau terkikis di daerah
intertriginosa, biasanya di lipatan labial pada wanita atau di daerah perianal pada
semua pasien. Gambaran kondiloma lata kadang menyerupai bowenoid papulosis.
Bowenoid papulosis disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) 16 dan 18
yang ditandai dengan papula atau plak yang biasanya berdiameter <1 cm, dan
permukaan lesi ini bisa datar, berbentuk kubah, papilomatosa, atau verukosa,
warna yang bervariasi, seperti daging mengkilat, merah muda, coklat kemerahan,
ungu, hitam atau sewarna dengan kulit. Daerah yang sering terkena yaitu penis,
vulva, dan daerah perianal.
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) di Amerika pada tahun 2018 menyatakan bahwa insiden sifilis
primer dan sekunder pada remaja perempuan dan dewasa muda usia 15-24 tahun
adalah 7,2 kasus per 100.000 perempuan. Kejadiannya pada laki-laki usia yang
sama lebih tinggi yakni 28,2 kasus per 100.000 laki-laki. Kondiloma lata terjadi
pada 17% kasus sifilis. Kejadian sifilis primer dan sekunder pria-wanita
meningkat dari 1,2 pada tahun 1996 menjadi 5,7 pada tahun 2005, terutama karena
kejadian sifilis pada MSM (male who have sex with male).
Diagnosis kondiloma lata ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pasien kondiloma lata datang dengan keluhan utama benjolan
yang muncul didaerah tubuh yang lembab terutama daerah anal, dari pemeriksaan
fisik didapatkan lesi berupa hipertrofi jaringan, granulomatosa yang banyak,
berwarna kemerahan atau keunguan, dan seperti bunga kol. Dari pemeriksaan
labratorium didasarkan pada deteksi langsung dari treponema atau DNA
treponema dengan mikroskop dan tes serologi treponema.
Pengobatan pilihan pertama untuk semua manifestasi sifilis adalah
penisilin. Bagi orang-orang yang diketahui memiliki manifestasi alergi terhadap
penisilin, alternatif seperti doxycycline atau tetrasiklin dapat digunakan.
II. LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
1. Nama : Sdr. D
2. No. RM : 004xxxx
3. Usia : 21 tahun
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. Agama : Islam
7. Tanggal Periksa: 20 November 2023
8. Metode Anamnesis: Autoanamnesis
B. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Benjolan pada area anus
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien baru datang ke poli kulit RST Wijayakusuma pada tanggal 20
November 2023 dengan keluhan ada benjolan di area anus. Keluhan
dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya pasien merasakan benjolan
di area anus sedikit kemudian bertambah banyak. Benjolan dirasakan
semakin memberat dan keluar nanah. Keluhan lain yang dirasakan pasien
selain benjolan adalah gatal, nyeri, dan perih. Tidak ada faktor yang
memperingan maupun memperberat keluhan pasien. BAB pasien
mengeluhkan keluar darah segar. BAK tidak ada keluhan
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat penyakit kulit lain : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat demam : disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat penyakit kulit lain : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang mahasiswa yang tinggal bersama keluarganya.
Pasien dalam pergaulan curiga sesuka sesama jenis, Pasien berobat
menggunakan BPJS.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda Vital :
• Tekanan darah : 129/95 mmHg
• Napas : 19x/mnt
• Nadi : 100x/mnt
• Suhu : 36.5 0C
4. Antropometri
• Berat badan : 48 kg
• Tinggi badan : 162 cm
• IMT : 18.4 kg/m2
5. Pemeriksaan Status Lokalis
• Status Dermatologis
- Lokasi: Perianal
- Distribusi: Lokal
- UKK: Papul pustul di atas makula eritem nummular di regio perianal
D. Pemeriksaan Penunjang
1) Pengecetan Gram dan Giemsa

Interpretasi :
Ditemukan bakteri gram negatif, merah muda, berbentuk spiral dan
flagella
Usul :
1) Cek serologi (Antigen Troponema)
2) Cek HIV
E. Diagnosis Kerja
Kondiloma Lata
F. Diagnosis Banding
1) Sifilis Sekunder
2) Kondiloma Akuminata
G. Tatalaksana
a. Medikamentosa
- Azitromicin 500mg 1x1 tab 4
- Gentamicin Cream 5% 2x1
b. Non-medikamentosa
- Jaga kebersihan tubuh terutama bagian perianal
- Minum air putih lebih sering
- Beristirahat yang cukup mengonsumsi makanan bergizi
c. Edukasi
- Edukasi mengenai penyakit, penyebab, dan pengobatan
- Obat diminum sesuai aturan
- Kontrol untuk memantau pengobatan
- Edukasi untuk hubungan seksual dihentikan
- Penegahan menggunakan kondom saat berhubungan seksual
H. Prognosis
Quo Ad Vitam : Ad Bonam
Quo Ad Functionam : Ad Bonam
Quo Ad Sanationam : Ad Bonam
Quo Ad Comesticam : Ad dubia
III. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kondiloma lata merupakan salah satu manifestasi sifilis sekunder yang
disebabkan oleh Treponema pallidum. Manifestasi klinis kondiloma lata berupa
papul-papul berwarna putih atau keabuan pada daerah tubuh yang hangat dan
lembab. Sifilis memerlukan perhatian serius karena penyakit ini merupakan salah
satu factor risiko transmisihuman immunodeficiency virus (HIV) di seluruh dunia.
Sifilis adalah penyakit menular seksual dikenal memiliki presentasi
bervariasidan karena itu dikenal sebagai 'Great Imitator'. Lesi sifilis sekunder yang
muncul didaerah mukokutan disebut sebagai kondiloma lata. Umumnya, kondiloma
lata berwarna cokelat kemerahan atau ungu, datar dan lembab dan biasanya terdapat
diwilayah anogenital.
Sifilis sekunder diketahui telah memberikan manifestasi kulit yang
bervariasidari ruam di selaput lendir dan perubahan pada rambut/kuku. Manifestasi
umumsifilis sekunder berupa ruam (75-100%), limfadenopati (50-80%) dan
lesimucocutaneous seperti mukous patch dan kondiloma lata (40-50%).
B. Epidemiologi
Sifilis adalah infeksi yang disebabkan oleh spirochete T.
pallidum subspesies pallidum. Di Manitoba, angka sifilis menular telah meningkat
dari 9,2 per 100.000 pada tahun 2014 menjadi 57,9 per 100.000 pada tahun
2018. Tahapan klinis penyakit sifilis ada yang primer, sekunder, dini, non primer,
dan tidak diketahui durasinya atau lambatnya. Kondiloma lata dapat dilihat sebagai
manifestasi sifilis sekunder pada sekitar 6 hingga 23% pasien Kondiloma lata telah
dilaporkan pada 9-44% kasus sifilis. Kondiloma lata sering dijumpai pada 35
% kasus pasien dengan sifilis sekunder berulang. Padadaerah oral comisura relative
jarang ditemukan, pada daerah genitalia eksterna diagnosis kondiloma lata sering
diabaikan karena manifestasi klinis yang muncul pada kulit tidak khas.
C. Etiologi
Schaudin dan Hoffman pada tahun 1905 berhasil mengidentifikasi Spirochaeta
pallida sebagai bakteri penyebab sifilis. Klasifikasi sangat sulit dilakukan, karena
spesies Treponema tidak dapat dibiakkan in vitro. Sebagai dasar diferensiasi
terdapat 4 spesies yaitu T. pallidum yang menyebabkan sifilis, T. pertenue yang
menyebabkan frambusia, T. endemicum yang menyebabkan bejel, dan T. carateum
yang menyebabkan pinta.
D. Patogenesis
Treponema pallidum subspecies pallidum merupakan agen penyebab sifilis.
Organisme tersebut merupakan parasit obligat bagi manusia. Treponema pallidum
berbentuk spiral, Gram negatif dengan panjang antara 6-20 μm dan diameter antara
0,09-0,18 μm. Treponema pallidum dapat berenang dalam lingkungan viscous
(contohnya rongga mulut, traktus intestinal), tetapi hanya dapat berputar dalam
airkarena gesekan minimal. Kontak dengan udara, antiseptik, atau cahaya matahari
akanmembunuh mikroba tersebut. Jika diletakkan di luar tubuh dalam lingkungan
gelapdan lembab hanya bertahan tidak lebih dari 2 jam.
Transmisi seksual dimungkinkan karena inokulasi pada abrasi akibat trauma
seksual yang menyebabkan respons lokal sehingga terjadi erosi, lalu ulkus.
Kejadiantersebut diikuti dengan penyebaran treponema ke kelenjar getah bening
regional dan penyebaran hematogen pada bagian lain tubuh. Hingga kini belum
sepenuhnya di mengerti bagaimana mekanisme kuman menyerang jaringan.
Pada sebagian besar stadium sifilis sering ditemukan gambaran vasculitis
obstruktif pembuluh darah kecil, serta perivascular cuffing dengan sel bulat, sel
plasma, dan adanya proliferasi sel endotel. Gangguan vaskularisasi pada lesi turut
berperan dalam mengakibatkan perubahan jaringan. Infiltrat pada lesi sifilis
didominasi oleh limfosit dan makrofag.
Pada kondiloma lata terjadi 4-10 minggu dari sifilis yang tidak
ditanganisehingga menjadi sifilis sekunder. Lesi cairan pada kondiloma lata
mangandungCD4+, CD8+, Sel T dan sel dendritik. Banyak dari sel dendritik juga
ko-reseptorterhadap HIV (CCR5).
E. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik dari kondiloma lata adalah adanya lesi papular
sifilissekunder yang muncul di daerah tubuh yang lembab, dan merupakan
perpaduan dari berbagai lesi papular yang ada di seluruh tubuh. Lesi kondiloma lata
biasanya berada di daerah lipatan tubuh, misalnya lipatan nasolabial, lipatan dagu,
dibawah dagu, belakang telinga, ketiak, sela jari dan lipatan siku. Lesi sering muncul
pada daerah lipatan payudara, umbilicus, lipatan lutut, sela ibu jari kaki, dan
terutama pada daerah anogenital. Efluoresensi kondiloma lata berupa hipertrofi
jaringan, granulomatosa yang banyak, berwarna cokelat kemerahan atau keunguan
dengan puncak datar dan lembab, permukaan dari kondiloma lata bisa halus,
menonjol atau ditutupi denganvegetasi seperti kembang kol serta lesi yang berisi
treponema.
Gejala lain yang umum pada tahap ini termasuk demam, sakit tenggorokan,
malaise, penurunan berat badan, sakit kepala, meningismus dan pembesaran
kelenjargetah bening. Manifestasi langka yang terjadi pada sekitar 2% dari pasien
termasuk meningitis akut, hepatitis, penyakit ginjal, gastritis hipertrofik, ulcerative
colitis,massa rektosigmoid, arthritis, periostitis, neuritis optik, keratitis interstisial,
iritis dan uveitis.
F. Penegakkan Diagnosis
Diagnosis kondiloma lata ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pasien kondiloma lata datang dengan keluhan utama benjolan yang muncul
didaerah tubuh yang lembab terutama daerah anal, dari pemeriksaan fisik didapatkan
lesi yang berada didaerah lipatan tubuh dengan efluoresensi berupa
hipertrofi jaringan, granulomatosa yang banyak, berwarna cokelat kemerahan atau k
eunguan dengan puncak datar dan lembab, permukaannya bisa halus, menonjol atau
ditutupi dengan vegetasi seperti kembang kol serta lesi yang berisi treponema.
Dari pemeriksaan labratorium didasarkan pada deteksi langsung daritreponema
atau DNA treponema dengan mikroskop atau teknik molekul biologi,
serta berbagai tes serologi yang menilai respon antibodi baik cardiolipin ( tes non -
treponemal ) atau antigen treponema (tes treponema). Diagnosis berbagai tahap
sifilistergantung pada interpretasi hasil uji laboratorium, tanda dan gejala yang
didapatkanseta riwayat penyakit penderita.
Identifikasi Treponema pallidum, dideteksi dengan adanya
mikroorganismeyang tergantung pada identifikasi visual atau antigen melalui
pemeriksaanmikroskopis. Treponema pallidum tidak bisa rutin dibiakkan secara in
vitro. Gambaran histopatologi yang didapatkan pada kondiloma lata adalah
proliferasisel-sel endotel, infiltrat granulomatosa yang terdiri atas epiteloid dan sel-
sel raksasa.
G. Diagnosis Banding
1. Kondiloma Arkuminata
Kondiloma akuminata umumnya ditandai dengan benjolan daging yang
menyerupai bunga kol, sehingga sering dianggap sebagai tumor atau kanker.
Namun, dalam banyak kasus, benjolan yang muncul bisa berukuran kecil dan
sering tidak terlihat. Kondisi ini disebabkan oleh virus human papillomavirus
(HPV) dan biasanya ditularkan melalui hubungan seks tanpa kondom. Gejala
yang umumnya muncul adalah rasa nyeri dan gatal, adanya sensasi seperti
terbakar, serta perdarahan saat berhubungan seksual. Kondiloma akuminata
yang sudah lama dibiarkan tanpa penanganan, ukurannya bisa sangat besar dan
menimbulkan rasa tidak nyaman karena terasa mengganjal.
2. Sifilis Sekunder
Sifilis sekunder adalah tahapan yang akan terjadi beberapa minggu setelah
luka di sekitar alat kelamin, dubur, bibir, atau mulut menghilang. Gejala yang
ditimbulkan dari sifilis sekunder yaitu munculnya ruam di beberapa bagian
tubuh, seperti telapak tangan atau kaki.
H. Penatalaksanaan
Pengobatan pilihan pertama untuk semua manifestasi sifilis adalah penisilin.
Bagi orang-orang yang diketahui memiliki manifestasi alergi terhadap penisilin,
alternatif seperti doxycycline atau tetrasiklin dapat digunakan. Ruam akan
menghilang pertama setelah pengobatan dan mungkin diperlukan beberapa bulan
untuk kondiloma lata menghilang.
Regimen tetrasiklin dan sefalosporin, kurang bekerja dengan baik tetapi dapat
menjadi pilihan terapi bagi pasien yang alergi dengan penisilin atau mereka yang
menolak pengobatan parenteral. eritromisin 500mg selama 2 minggu telah diteliti
dapat menjadi alternative oral atau pasien dengan alergi penisilin. Pemberian terapi
dikaitkan dengan tingkat kegagalan yang tinggi karena tidak melewati sawar
darahotak atau plasenta secara efektif.
Azitromisin sebagai dosis tunggal dapat ditoleransi sebagai pilihan yang
efektif, tetapi ditemukan memiliki tingkat ketahanan 40-90% di beberapa penelitian.
ceftriaxone telah dipelajari pada penyakit sifilis awal danmelintasi sawar darah otak
sehingga dapat berguna dalam sifilis awal atau neurosifilis. Namun jika pasien
dengan alergi penisilin, 10% mungkin bereaksi terhadap sefalosporin. Tetracyclin
lebih banyak diteliti dari doxycycline dan bebarapa orang
menggunakan berdasarkan penelitian yang dilakukan, tetapidoxycycline cenderung
lebih banyak digunakan karena menawarkan Efek samping yang kurang terhadap
gastrointestinal.
Tabel. 3.1 Comparison of Guidelines for Treatment of Syphilis by Stage
I. Pencegahan
Cara paling efektif untuk mencegah sifilis dan infeksi menular seksual lainnya
adalah dengan melakukan hubungan seks yang aman. Ini berarti menggunakan
kondom selama semua aktivitas seksual, termasuk seks vagina, anal, dan oral, serta
membatasi jumlah pasangan seksual yang Anda miliki. Jika Anda didiagnosis
mengidap IMS, penting untuk memberi tahu pasangan seksual Anda agar mereka
dapat dites dan diobati sesuai kebutuhan. Pemeriksaan IMS secara teratur juga dapat
membantu mendeteksi infeksi sejak dini dan mencegah penyebaran IMS.
Selain melakukan hubungan seks yang aman dan melakukan pemeriksaan IMS
secara teratur, ada langkah lain yang dapat Anda lakukan untuk mencegah
penyebaran sifilis dan IMS lainnya. Hal ini termasuk menghindari berbagi jarum
suntik atau peralatan pengobatan lainnya, serta mendapatkan vaksinasi hepatitis B
dan HPV, yang juga dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Penting juga untuk
melakukan komunikasi yang terbuka dan jujur dengan pasangan seksual Anda
tentang kesehatan seksual Anda dan potensi risikonya.
J. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu kerusakan lapisan kulit yang localized,
perubahan menjadi ganas, transmisi kejanin atau pasangan seksusal, dan
kekambuhan
K. Prognosis
Pada kondiloma lata (sifilis sekunder), kegagalan terapi sebanyak 5%.
Kambuhklinis umumnya terjadi setahun setelah terapi, berupa lesi menular ada
mulut,tenggorok dan region perianal.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Fitria. Legiawati, Lili. Sifilis pada infeksi human


immunodeficiencyvirus. Health Science Journals: Indonesia. Departemen IK. Kulit dan
KelaminFKUI/RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta. 2012.
Champion RH. Non Melanoma Skin Cancer and Other Epidermal Skin Tumours In : Champion
RH eds. Rook’s, Textbook of dermatology, 8th ed. Washington ;Blackwell Scientific
Publications.2010 p; 52.18-52.23
Darrel, SR. Neoplasma Of The Skin In : Bolognia, JL eds., Dermatology, 2 nd ed. New
York ;Elsevier. 2008 p; 1641-1658.
Deshpande DJ, Nayak CS, Mishra SN, Dhurat RS. Verrucous condyloma latamimicking
condyloma acuminata: An unusual presentation. Indian Journal ofSexually Transmitted
Disease and AIDS. 2009;30:100-2.
Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi Keenam, Cetakan Kedua.Badan Penerbit
FKUI Jakarta. 2011. Hal : 406-411
Emerson, Carol R. Syphilis: A Review of the Diagnosis and Treatment. The Open Infectious
Diseases Journal.2009.3,143-147.
Fiumara, Nicholas J.Unusual location of condyloma lata : A case report. British Journal of
Venereal Diseases. 2009. 53, 391-393
Hendra, Minarto. Suling, Pieter L. Codyloma Lata In a 21-year-old male treatedwith
doxycycline: a case report Jurnal Biomedik (JBM), Volume 6, Nomor 2. 2014.Hal. 131-
136
James WD, Berger TG, Elston DM. Andrew's disease of the Skin: ClinicalDermatology. 10th
ed. Canada: Elsevier Inc; 2000. p. 633-910.
Kels-Grant JM, Bernstein ML, Chapter-115 Basal Cell Carcinoma. Wolf K et all.Fitzpatrick’s
dermatology in general medicine. 8theds. Newyork : Megraw-Hill. 2012. Chapter-23. p;
1838-1846.9.
S. Pavlov, M. Slavova. A case of secondary syphilis with condylomata lata:location on the oral
comissure. Journal of IMAB - Annual Proceedings(Scientific Papers) - 2004, vol. 10,
book 1.
Tsiouris, Simon J.Syphilis. College of Physicians and Surgeons ColumbiaUniversity. Page :
18.7.

Anda mungkin juga menyukai