Jurnal Mppki 3
Jurnal Mppki 3
1
((Desember 2021)
2
moh Tanziila Rahman, Politeknik Medica Farma Husada Mataram
3Riki, Politeknik Medica Farma Husada Mataram
Abstrak
Latar belakang:
Pembiayaan merupakan faktor penting dalam pembangunan nasional, khususnya pada sektor kesehatan dan pendidikan. Pada kedua sektor
tersebut, terdapat ketimpangan pembiayaan atas dasar tingkatan peraturan yang mengatur sistem, anggaran pembiayaan yang tidak seimbang,
dan alokasi diperuntukannya. Sektor kesehatan dan pendidikan sangat berhubungan erat saling mempengaruhi, sehingga ketimpangan yang ada
dapat mempengaruhi pembangunan kesehatan dan pembangunan pendidikan.
Tujuan:
Untuk mengetahui bagaimana subsistem pembiayaan kesehatan dengan pembiayaan pendidikan di Indonesia
Metode:
Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka dengan penyajian deskriptif
Hasil:
Undangundang pendidikan berpengaruh pada pembiayaan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan pembiayaan kesehatan yang peraturannya
masih berupa Peraturan Presiden. Selain itu, alokasi pembiayaan pendidikan diperuntukkan hanya untuk sebagian masyarakat (usia sekolah),
sedangkan pembiayaan kesehatan untuk seluruh masyarakat.
Kesimpulan:
Undan-gundang pendidikan berpengaruh pada pembiayaan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan pembiayaan kesehatan yang
peraturannya masih berupa Peraturan Presiden. Selain itu, alokasi pembiayaan pendidikan diperuntukkan hanya untuk sebagian masyarakat
(usia sekolah), sedangkan pembiayaan kesehatan untuk seluruh masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah lebih
memprioritaskan sektor pendidikan dibandingkan dengan sektor kesehatan.
Kata Kunci:
Pembangunan Nasional, Pembiayaan Kesehatan, Pembiayaan Pendidikan
METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah literature review atau kajian pustaka, dengan penyajian deskriptif
untuk mendapatkan informasi mendalam terkait subsistem pembiayaan kesehatan dengan pembiayaan pendidikan di
Indonesia. Penelusuran dalam penelitian ini menggunakan data sekunder berupa artikel ilmiah, buku, peraturan
kebijakan kesehatan dan pendidikan, serta sumber lain yang relevan sesuai bidang penelitian, dengan bantuan
program di komputer seperti google search. Pencarian dillakukan dengan menggunakan kata kunci topik penelitian
diantaranya “Pembangunan Nasional”, “Pembiayaan Kesehatan”, dan “Pembiayaan Pendidikan”. Pokok bahasan
kajian pustaka meliputi konsep subsistem pembiayaan kesehatan dan konsep pembiayaan pendidikan di Indonesia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Konsep Subsistem Pembiayaan Kesehatan
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, kesehatan
diartikan sebagai kondisi sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, dan sosial, serta mampu untuk hidup produktif
guna memenuhi kebutuhannya secara sosial ataupun ekonomi. Kesehatan juga merupakan hak asasi bagi setiap
manusia, sekaligus melambangkan unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan guna mencapai cita-cita bangsa
Indonesia dan pembangunan kesehatan, misalnya pencapaian universal health coverage melalui pemanfaatan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) sehingga seluruh masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang sama (tanpa
diskriminasi) dan berkualitas.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005-2025, menyebutkan pembangunan kesehatan adalah upaya dalam meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat guna mencapai peningkatan derajat kesehatan masyarakat
setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan beberapa upaya diantaranya: upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan, peningkatan kualitas sumber daya manusia kesehatan, obat dan alat kesehatan, peningkatan
pengawasan, pemberdayaan masyarakat, dan manajemen kesehatan. Pembangunan nasional harus berwawasan
kesehatan dengan memperhatikan dampak setiap kebijakan publik terhadap kesehatan.
Subsistem pembiayaan kesehatan merupakan bagian dari Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang
menjadi komponen pembangunan kesehatan dan telah diatur didalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
72 Tahun 2012. Dalam peraturan tersebut, subsistem pembiayaan kesehatan didefinisikan sebagai proses pengelolaan
berbagai upaya penggalian, pengalokasian, dan pembelanjaan anggaran kesehatan yang diselenggarakan guna
memastikan anggaran mencukupi, teralokasi secara adil dan merata, tepat guna dan berdaya guna, serta terdistribusi
sesuai kebutuhannya dalam menjamin pembangunan kesehatan.
Unsur-unsur subsistem pembiayaan kesehatan dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Dana, yaitu berasal dari lima sumber dana. Pembiayaan kesehatan dijamin oleh pemerintah dengan bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), kemudian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Publisher: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Palu
MPPKI
(APBD) dari pemerintah daerah, serta bantuan dari masyarakat berupa sistem pembiayaan asuransi kesehatan
atau JKN, swasta berupa pembiayaan asuransi kesehatan komersial, ataupun sumber lainnya. Utamanya, dana
harus mencukupi kebutuhan dan terjamin akuntabilitasnya, serta transparansinya,
b. Sumber daya, dapat berupa SDM pengelola, sarana dan prasarana, standar atau ukuran, kebijakan, serta
kelembagaan yang berdaya guna dalam upaya penggalian, pengalokasian, dan belanja anggaran,
c. Pengelolaan dana kesehatan, yaitu regulasi yang disepakati dan digunakan oleh aktor subsistem pembiayaan
kesehatan seperti pemerintah, pemerintah daerah, lintas sektor, swasta, maupun masyarakat Pembiayaan
kesehatan menerapkan prinsip kecukupan, efektif, dan efisien, ekonomis, adil, transparan dan berkelanjutan
agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan berjalan sesuai dengan tujuan. Berdasarkan UndangUndang
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, besar anggaran yang dialokasikan pemerintah
pada sektor kesehatan yaitu minimal sebesar 5% dari APBN di luar gaji (setelah dikurangi gaji). Pada daerah
provinsi dan kabupaten/kota, pemerintah daerah mengalokasikan anggaran minimal 10% dari APBD di luar
gaji (setelah dikurangi gaji). Daerah diperbolehkan mengalokasikan anggaran kesehatan lebih dari 10%,
kemudian bagi daerah yang belum mampu mengalokasikan anggaran sesuai aturan dapat dilakukan secara
bertahap.
Anggaran yang ada pada sektor kesehatan diprioritaskan pada kepentingan pelayanan publik/public goods yang
terdiri dari layanan preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif, dengan sekurang-kurangnya ⅔ (dua pertiga) dari
anggaran kesehatan dalam APBN dan APBD dipergunakan sebagai pelayanan publik yang dapat berupa Upaya
Kesehatan Perseorangan (UKP) sebesar 40% dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) sebesar 3 12%, sedangkan ⅓
(satu pertiga) dari alokasi kesehatan disepakati untuk pengelolaan dan penguatan sistem kesehatan di pusat dan daerah
berupa tata kelola kesehatan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009, menjelaskan bahwa alokasi pembiayaan
kesehatan diperuntukkan untuk seluruh masyarakat termasuk bagi penduduk miskin, kelompok lanjut usia, dan anak
terlantar tanpa terkecuali. Berdasarkan Tim Kementerian Keuangan (2021), anggaran kesehatan ditujukkan pada
akselerasi pemulihan kesehatan dengan peningkatan akses dan mutu layanan melalui penguatan sistem kesehatan.
Berikut gambaran anggaran kesehatan Indonesia dari tahun 2016 2021 (Gambar 1).
Berdasarkan gambar 1, anggaran pembiayaan kesehatan di Indonesia sejak tahun 2016 2020 mengalami
peningkatan realisasi anggaran pada fungsi kesehatan secara keseluruhan sebesar 3,8%, namun secara jumlah
anggaran masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan anggaran pembiayaan sektor lain. Peningkatan pendanaan
dari tahun 2019 ke tahun 2020 terjadi karena ada alokasi dana untuk penyesuaian premi iuran JKN. Pemerintah
melakukan beberapa terobosan kebijakan dengan memperluas cakupan peserta bantuan iuran JKN bagi 96,8 juta
jiwa masyarakat miskin, sehingga tetap mendapatkan layanan kesehatan yang berkualitas (Kementerian Keuangan,
2020). Pada tahun 2021, anggaran kesehatan mengalami penurunan sebesar 20,1% dibandingkan anggaran di tahun
2020. Anggaran tersebut sebesar Rp. 169,7 triliun atau sama dengan 6,2 persen dari APBN yang diperuntukkan guna
peningkatan dan pemerataan pasokan pengadaan vaksin, perbaiki nutrisi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita,
mitigasi penyakit menular, dan percepatan penurunan kasus stunting, serta perbaikan jaminan kesehatan nasional,
dan lain sebagainya (Presiden RI, 2021).
Anggaran yang minim berimplikasi pada penyelenggaraan subsistem pembiayaan kesehatan yang lemah
akibat permasalahan pembiayaan, dijelaskan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012,
yang menyebutkan permasalahan dari sistem pembiayaan terdiri dari: belum meratanya perlindungan dan jaminan
masyarakat terhadap beban pembiayaan kesehatan, minimnya dana operasional puskesmas untuk menjalankan
kegiatan, terbatasnya peraturan perundangundangan yang mendorong pencapaian jaminan kesehatan, minimnya
kemampuan manajemen pembangunan kesehatan, dan lain sebagainya. Dalam alokasi dana dan kebijakan,
stakeholder menganggap kesehatan bukan sebagai kebutuhan esensial dan investasi berharga untuk pembangunan
karena peraturan yang mengikat Sistem Kesehatan Nasional masih berupa
Peraturan Presiden, dan belum menjadi UndangUndang. Akibatnya sistem dasar pembiayaan kesehatan tidak kuat,
begitupun dalam penganggaran pembiayaannya.
Upaya promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif sangat penting guna
menciptakan pelayanan kesehatan yang bermutu, efektif, dan efisien, terlepas dari ketersediaan pembiayaan kesehatan
yang rendah. Pembiayaan yang betumpu pada UKM memiliki biaya yang lebih murah karena menjaga kesehatan
tidak hanya pada tingkat individu tetapi juga populasi masyarakat, sedangkan UKP pembiayaannya lebih mahal
karena biaya kesehatannya lebih tinggi yakni membutuhkan alat kesehatan dan obat-obatan, gedung atau fasilitas
kesehatan, tindakan kesehatan, dan lain sebagainya. Penting untuk mencegah daripada mengobati, karena berpengaruh
pada pembiayaan kesehatan khususnya berkaitan dengan universal health coverage melalui pemanfaatan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN).
1. Konsep Pembiayaan Pendidikan
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah
upaya yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan dan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi
diri sehingga memiliki kekuatan spiritual dan akhlak yang berbudi pekerti, kontrol diri, kepribadian, kecerdasan,
serta keterampilan yang dibutuhkan untuk dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara. Fungsi dari pendidikan
nasional yakni mengembangkan kemampuan, membentuk watak, dan peradaban yang mencerdaskan kehidupan
bangsa dengan menciptakan generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas. Pelaksanaan pendidikan nasional
dilandasi oleh Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), serta diatur
dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan menjadi salah satu aspek yang tercantum dalam tujuan negara sehingga perlu bertanggung
jawab terhadap terselenggaranya pendidikan yang layak dan berkualitas, serta dapat diterima oleh semua
masyarakat melalui kesempatan memperoleh pendidikan dan kehidupan yang layak.
Pendidikan nasional tidak akan berjalan jika tidak adanya proses pembiayaan. Pembiayaan pendidikan adalah
elemen penting dalam proses belajar megajar guna membentuk sumber daya yang berkualitas. Pemanfaat anggaran
yang efektif dan efisien dalam pembiayaan pendidikan memberikan luaran sumber daya manusia yang berhasil dan
tepat guna, serta berkualitas tinggi (Ferdi, W, 2013)
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 menjelaskan pembiayaan pendidikan adalah tanggung jawab dari
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam
hal ini, pemerintah adalah aktor yang berperan untuk menyediakan anggaran pendidikan. Sumber pembiayaan atau
pendanaan tersebut dilandasi atas dasar prinsip keadilan, ketersediaan, dan keberlanjutan, sedangkan pada
pengelolaan dananya harus dilandasi oleh prinsip keadilan, efisiensi, dan akuntabilitas publik. Penerapan pembiayaan
pendidikan yang sehat dan berkesinambungan tentunya berpengaruh pada pembangunan pendidikan di Indonesia.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) tahun 2005 2025, menyebutkan pembangunan pendidikan merupakan suatu upaya penyediaan