Yuni Rahmawati
ryuni0606@gmail.com
BPCB Provinsi Banten
Artikel info
Coresponden author:
Email: ryuni0606@gmail.com
rusak karena tidak adanya pemeliharaan buku panduan tentang teknik ekskavasi,
yang semestinya? Bukankah R. Soekmono penerbitan hasil ekskavasi merupakan
pernah berkata : “jangan kalian menggali suatu keharusan. 6
tanpa memikirkan pemeliharaannya” 4 Tilley menyatakan bahwa sejak
Tentunya kita bisa sama-sama berharap peralihan abad, terutama di Eropa, banyak
tidak akan lagi ada program kegiatan ekskavasi yang dilakukan tanpa adanya
ekskavasi yang tidak dilengkapi dengan publikasi. Memang ada beberapa
program pemeliharaannya (konservasi). ekskavasi yang dipublikasikan secara luas
Sebenarnya ekskavasi sah-sah saja seluruhnya atau sebagian namun
dilakukan jika dalam kondisi dimana jumlahnya sangat sedikit dibandingkan
ekskavasi adalah satu-satunya jalan untuk dengan ekskavasi dengan publikasi.
melakukan penyelamatan atau Bagaimana dengan Indonesia?
pengembangan Cagar Budaya. Misalnya Di Indonesia sudah sangat banyak
kegiatan ekskavasi yang dilakukan untuk kegiatan ekskavasi yang dilakukan oleh
mengetahui struktur, bahan, dan kondisi lembaga-lembaga negara. Namun berapa
pondasi pada sebuah Bangunan Cagar banyak yang informasinya dapat
Budaya sebagai kegiatan pendahuluan masyarakat akses dengan mudah. Bahkan
sebelum dilakukannya renovasi terhadap terkadang, sesama peneliti saja kesulitan
bangunan tersebut. Ekskavasi dilakukan untuk mengakses hasil dari kegiatan
untuk mengetahui kekuatan pondasi ekskavasi. Hasilnya pernah beberapa kali
bangunan apakah mampu menahan beban terjadi dua ekskavasi di lokasi yang percis
jika dilakukan penambahan beban pada sama.
bangunan.5 Surat dari Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan No.34247/A.A5/TU/2016
Publikasi Hasil Ekskavasi Tanggal 5 Agustus 2016 tentang Surat
Perlu kita ingat bahwa pada Edaran Wajib Serah Simpan Karya Cetak
hakikatnya sebuah penggalian merupakan dan Karya Rekam (Terbitan/Publikasi)
penghancuran situs arkeologi. Akibatnya menyatakan bahwa setiap
apabila sebuah ekskavasi tidak dilaporkan terbitan/publikasi* yang dihasilkan setiap
secara lengkap dan kemudian unit kerja di lingkungan Kemendikbud
dipresentasikan dalam bentuk penerbitan, wajib diserahkan sebanyak enam
maka situs tersebut juga akan lenyap untuk eksemplar, masing-masing untuk :7
selama-lamanya. Keadaan ini akan 1. Perpustakaan Nasional RI,
menjadi bertambah parah apabila hasil sebanyak dua eksemplar;
temuan ekskavasi tidak disimpan dan 2. Badan Perpustakaan dan Arsip
dipelihara sebagaimana mestinya, sehingga Daerah Provinsi masing-masing
kehilangan nilai sebagai archeological kedudukan unit kerja, sebanyak
record. Dampak yang paling buruk dari satu eksemplar;
keadaan itu adalah bahwa kita akan 3. Subbagian Perpustakaan, Biro
kehilangan sarana untuk berkomunikasi Komunikasi dan Layanan
dengan masa lalu. Ditinjau dari sudut masyarakat (BKLM), Sekretariat
pandang ini, menjadi jelas bahwa
penerbitan hasil ekskavasi sama
pentingnya dengan ekskavasi itu sendiri. 6
Magetsari, Noerhadi. 2016. Peranan Penerbitan
Bahkan menurut Philip barker, penulis dalam Penelitian Arkeologi, dalam Buku Perspektig
Arkeologi Masa kini. Jakarta : Kompas.
4 7
Disampaikan Wiwin Djuwita Ramelan saat Surat dari Kementerian Pendidikan dan
perkuliahan Pengantar Arkeologi 2016 Kebudayaan No.34247/A.A5/TU/2016 Tanggal 5
5
Laporan Hasil Kegiatan Ekskavasi Penelusuran Agustus 2016 tentang Surat Edaran Wajib Serah
Pondasi Gereja Santa Maria De Fatima, 2016, BPCB Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam
Banten. (Terbitan/Publikasi)
25| Jurnal Widya Citra
menarik tentang sejarah masa lalu situs real story masa lalu. Yang dibutuhkan
yang dihubungkan dengan masa kini; ada masyarakat adalah hubungan hasil temuan
pameran hasil temuan yang telah melalui ekskavasi dengan kondisi masyarakat masa
proses konservasi dan dilengkapi dengan kini. Nilai apa yang bisa dimunculkan
deskripsi kekinian; atau hal lainnya yang yang ada kaitannya dengan masyarakat
bisa disajikan untuk masyarakat. Tidak masa kini. Hal inilah yang harus disadari
mudah memang, tapi tentu saja kita harus oleh para arkeolog bahwa masyarakat
optimis kalau kita bisa memberikan yang butuh sesuatu yang „kekinian‟. Selain itu,
terbaik, sesuatu yang benar-benar dalam melakukan kegiatan ekskavasi tentu
diperlukan masyarakat. Bukankah undang- juga harus memperhatikan masyarakat
undang mengamanatkan bahwa Cagar lokal dan pemerintah tempat ekskavasi
Budaya dilestarikan dan dikelola dalam dilakukan. Hal ini berkaitan dengan juga
rangka memajukan kebudayaan nasional dengan perizinan penelitian yang juga
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat? diatur dalam pasal 26 Undang-Undang No.
Alternatif pilihan lainnya adalah 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.
analisis data koleksi museum. Seperti yang Bahwa penelitian harus memperhatikan
telah disebutkan di atas bahwa museum tetap memperhatikan hak kepemilikan
sudah mengalami over-flowing. Beberapa dan/atau penguasaan lokasi serta memiliki
museum sudah tidak sanggup menampung izin dari pemerintah atau pemerintah
koleksi karena jumlahnya yang terlalu daerah.
banyak. Sangat positif jika kita
mengalihkan kegiatan ekskavasi pada Pasal 26
kegiatan analisis koleksi museum dan (3) Pencarian sebagaimana dimaksud pada
bahkan analisis terhadap Benda Cagar ayat (1) dan ayat (2) hanya dapat
Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dilakukan melalui penelitian dengan
Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar tetap memperhatikan hak kepemilikan
Budaya, dan/atau Kawasan Cagar Budaya dan/atau penguasaan lokasi.
lainnya yang sudah jelas ada di atas (4) Setiap orang dilarang melakukan
permukaan tanah yang masih sangat pencarian Cagar Budaya atau yang
membutuhkan penelitian lanjutan. diduga Cagar Budaya dengan
Ketikapun ekskavasi harus tetap penggalian, penyelaman, dan/atau
dilakukan harus dilakukan pengembangan pengangkatan di darat dan/atau di air
explanatory frameworks. Kerangka kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ekskavasi harus dikembangkan, kecuali dengan izin Pemerintah atau
perencanaan yang baik termasuk Pemerintah Daerah sesuai dengan
perencanaan pemeliharaannya dan tempat kewenangannya.
penyimpanannya harus dipikirkan,
pelaksanaan yang detail dan teliti. Laporan Tujuan ekskavasi bukan semata-
hasil kegiatan yang rinci lengkap dengan mata untuk mengumpulkan tinggalan masa
analisis serta interpratasi dan dihubungkan lalu tanpa interpretasi mendalam.
dengan masa sekarang, serta pendekatan Ekskavasi yang baik idealnya juga
integratif yang telah dibahas sebelumnya. berfungsi untuk mencari identitas dan
kebersamaan (sameness) suatu masyarakat
Hubungan Ekskavasi Dengan (bangsa) yang sebenarnya seringkali dicari
Masyarakat oleh masyarakat. Di sinilah pentingnya
Proses ekskavasi bagaimanapun suatu interpretasi mendalam tentang
harus memperhatikan keinginan dan temuan hasil ekskavasi. Bagaimana
kepentingan masyarakat saat ini. Harus tinggalan masa lalu bisa digali untuk
disadarai bahwa masyarakat pada dasarnya menatap masa depan. Seperti apa yang
tidak melulu melihat ekskavasi sebagai dituliskan oleh Noerhadi Magetsari dalam
27| Jurnal Widya Citra
DaftarPustaka
Magetsari, Noerhadi. 2016. Perspektif
Arkeologi masa Kini. Jakata :
Kompas.
9
Magetsari, Noerhadi. 2016. Perspektif
Arkeologi masa Kini. Jakata :
Kompas.