Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA
“PANCASILA SEBAGAI SITEM FILSAFAT”
Dosen pengampu : komarudin S,Pd.M.M.

Disusun oleh :

NO NAMA NIM
1 Putri Pardiana 221010550937

2 Nafisa Amalia 221010550524


3 Sandra Fabrianti 221010550914
4 Natia Larania 221010550932
5 Sestiani 221010550667

UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Surya Kencana No.1, Pamulang Bar., Kec. Pamulang, Kota Tangerang
Selatan, Banten 15417

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur dipanjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat

dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat. ini disusun untuk memenuhi

tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila yang diampu oleh bapak komarudin S,Pd.M.M.

Makalah ini membahas secara singkat tentang “Pancasila sebagai sitem filsafat”.

Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran

penyusunan makalah ini. Makalah yang penulis susun ini memang masih jauh dari kata

sempurna baik dari bentuk penyusunannya maupun materinya. Kritik dari pembaca yang

membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

Banten, 10 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
1.1. LATAR BELAKANG ........................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 2
2.1. PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA .............................................................................. 2
2.2. MEMAKNAI NILAI SILA PANCASILA .......................................................................... 3
2.3. NILAI SILA-SILA DALAM PANCASILA SEBAGAI KESATUAN SISTEM
FILSAFAT ......................................................................................................................................... 4
2.4. PANCASILA SEBAGAI DASAR FILSAFAT NEGARA ................................................. 5
BAB III ................................................................................................................................................... 8
PENUTUP .............................................................................................................................................. 8
2.1. KESIMPULAN ...................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Filsafat berasal dari Bahasa Yunani philosophia yang terdiri dari 2 suku kata,

yakni philen artinya “mencari” atau “mencintai” dan Sophia, artinya “kebenaran” atau

sebuah “kebijaksanaan”. Dapat disimpulkan mengenai philosophia yang secara harfiah

berarti mencintai kebijaksanaan, mencintai hikmat atau mencintai pengerahuan. Istilah

philosophos pertama kali digunakan oleh pytagoras.

Pancasila merupakan sebuah dasar negara Indonesia. Nama Pancasila ini terdiri

dari 2 kata “panca” dan juga “sila, berarti prinsip ataupun asas. Pancasila dapat

digolongkan sebagai filsafat karena di dalam nya terdapat sebuah arti produk, sebagai

pandangan hidup dan arti praktis.

Menurut Muhammad yamin, yang dikutip C.S.T. kansil perkataan Yunani

philosops itu mula-mula dibentuk karena sebuah hendak menandingi kata Sophos, yang

berarti “sitahu” atau “sipandai” karena merasa telah memegang kebenarannya dalam

genggaman. Louis O. Kattsoff dalam usahanya menjelaskan apa itu filsafat tidak dengan

cara memberikan sebuah definisi di awal pembahasan. Dalam memberikan pemahaman

mengenai filsafat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan yang dibahas dalam makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Pancasila

sebagai system filsafat.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA

Pancasila sebagai dilsafat mengandung sebuah pandangan, nilai dan sebuah

pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat

Pancasila dapat didefinisikan sebagai suatu ringkasan “refleksi kritis dan rasional tentang

Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk

mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan juga menyeluruh.

Pancasila dikatakan sebagai suatu filsafat karena Pancasila merupakaan hasil

permenungan jiwa yang dilakukan oleh the founding father, yang di tuangkan dalam suatu

system (Ruslan Abdul Gani)

Louis O. Kattsof melakuka sebuah pengantaran para pembaca dengan beberapa

pembahasan dengan menguraikan pokok-pokok pikiran antara lain :

1. Filsafat membawa kita kepada pemahanan dan Tindakan.

2. Keinginan kefilsafatan ialah pemikiran secara ketat.

3. Filsafat merupakan pemikiran secara sistematis

4. Filsafat merupakan pemikiran secara rasional

5. Filsafat senantiasa bersifat menyeluruh

6. Filsafat mengajukan kritik atas makna yang dikandung fakta-fakta.

Para ahli dan guru dalam beberapa literatur telah membahas mengenai bagaimana

Pancasila sebagai system filsafat secara jelas dan terperinci. Dalam sebuah pembahasannya
2
mengenai system filsafat ini mengkaji mengenai aspek antologi, epistomologi dan aaspek

aksiologi.

Pancasila sebagai filsafat, memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan filsafat

lainnya, yaitu sila-sila Pancasila merupakan sebuah kesatuan yang sudah bulat dan utuh.

Dengan pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh satu sila dengan sila lainnya akan

terpisah, maka itu bukanlah Pancasila.

Berdasarkan sebuah pembahasan mengenai filsafaft Pancasila yang dikemukakan oleh

syahrial syahrbaini dan aliaras wahid, memaknai sebuah Pancasila dengan 2 tahapan yaitu

1. Memaknai Pancasila sebagai filsafat dengan menitik beratkan oada oermaknaan

sebuah term filsafat, yang dapat di artikan bahwa Pancasila merupakan sebuah

system pemikiran yang mendalam mengenai Indonesia dalam segala hal.

2. Memaknai Pancasila sebagai sebuah system filsafat yang menitikberatkan pada term

system. Yang merupakan satu kesatuan utuh yang terbentuk dari bagian-bagian

pembentukannya yang berupa sila-sila yang memiliki fungsi sendiri-sendiri tetapi

sangat berkaitan dan tidak bisa dilepaskan satu dan lainnya sebagai suatu kesatuan

yang utuh.

2.2. MEMAKNAI NILAI SILA PANCASILA

Menurut frankena yang dikutip oleh kaelan adalah istilah nilai di dalam bidang

filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya sebuah

“keberhargaan” dan “kebaikan”. di dalam dictionary of sosciology and related

sciences yang mengemukakan bahwa nilai adalah sebuah kemampuan yang dipercayai

3
yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Nilai hakikatnya adalah sebuah

sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri.

Didalam nilai itu sendiri terkandung sebuah cita-cita, harapan-harapan,

dambaan-dambaan dan keharusan. Maka apabila kita berbicara tentang sebuah nilai

maka hal ini merupakan hal yang sangat ideal, tentang hal yang merupakan cita-cita,

harapan dambaan dan keharusan.

2.3. NILAI SILA-SILA DALAM PANCASILA SEBAGAI KESATUAN SISTEM

FILSAFAT

Kaelan menjelaskan bahwa sebagai suatu kesatuan, sila-sila dalam Pancasila

bersifat organis, hierarkhis dan berbentuk pyramidal, saling mengisi dan saling

menkualifikasi. Sifat argonis yang dimaksud adalah karena sejatinya sila-sila dalam

Pancasila merupakan penjelmaan hakikat manusia “monoprualis” yang merupakan

kesatuan otganis.

Ketuhanan yang maha esa merupakan nilai tertinggi yang menjiwai kesemua sila

yang ada di dalam Pancasila. Nilai kemudian melahirkan nilai-nilai dalam sila Pancasila

yang berurutan. Nilai kemanusiaan yang adil dan beradap berasal dari sebuah penjiwaan

oleh nilai ketuhanan yang kemudian melahirkan nilai persatuan, karena tidak ada

persatuan tanpa memanusiakan manusia sesuai dengan derajat manusianya. Kita dapat

Bersatu kaarena perasaan sama, sama sebagai makhluk ciptaan tuhan. Nilai persatuan

menjwai nilai permusyawaratan dan perwakilan. Sebuah permusyawaratan bukanlah

musyawarah tanpa didasari nilai persatuan. Musyawarah tanpa nilai persatuan sebenarnya

hanyalah ajang pertarungan dan pemaksaan kepentingan masing-masing golongan.

4
Selanjutnya tujuan akhir dari musyawarah adalah keadilan social bagi seluruh rakyat

Indonesia.

Tujuan besar dari Pancasila sebagai system filsafat adalah mencapai masyarkat

yang adil dan Makmur. Sebagai sebuah system filsafat, maka Pancasila harus dapat

diterakan ke dalam semua aspek kehifupan berbangsa dan bernegara. Untuk hal tersebut

pembahasan pada bagian selanjutnya adalah mengenai bagaimana Pancasila sebagai

system filsafat diterapkan dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

2.4. PANCASILA SEBAGAI DASAR FILSAFAT NEGARA

Pancasila pada hakikatnya merupakan sebuah dasar atau basis filosofi bagi negara

dan tertib hukum Indonesia. Hal itu dapat di rincikan sebagai berikut :

1. Pancasila merupakan dasar filsafat negara (asas kerokhanian negara)

2. Di atas basis (dasar) itu berdirilah sebuah negara Indonesia dengan asas politik

negeara yaitu berupa republic yang berkedaulatan rakyat

3. Kedua-duanya menjadi sebuah basis penyelenggaraan kemerdekaan

kebangsaan Indonesia, yaitu pelaksanaan dan penyelenggaraan negara

sebagaimana tercantu, dalam hukum positif Indonesia, termuat dalam undang-

undang dasar negara Indonesia.

4. Sealnjutnya diatas undang-undang dasar yaitu sebagai basis, maka berdirilah

bentuk susunan pemerintahan dan keselutuhan peraturan hukum positif yang

lainnya. yang mencakup segenap bangsa Indonesia dalam suatu kehidupan

berasama yang berasas kekeluargaan.

5
5. Segala sesuatu yang disebutkan diatas adalah demi tercapainya suatu tujuan

bersama yaitu tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara yaitu kebahagiaan

bersama, baik jasmani ataupun Rohani.

Pada fisafaat negara terdapat beberapa aspek yaitu :

1. Aspek ekonomi Dalam Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 secara jelas disebutkan bahwa Perekonomian

disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Negara

Indonesia belum optimal dalam usahanya menjabarkan dan mempraktekan

apa yang dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 di atas. Hal tersebut dibuktikan bahwa

bentuk-bentuk usaha yang konkrit ada dan menjadi mayoritas bentuk usaha

adalah bentuk korporasi bukan koperasi. Pengaturan hukum dalam bidang

ekonomi lebih mengedepankan aspek korporasi daripada aspek koperasi

seperti Undang-Undang PT, Pengaturan mengenai penanaman modal asing

maupun penanaman modal dalam negeri dan sebagainya. Kesemuanya yang

telah disebutkan lebih mengedepankan aspek permodalan (kapital) sebagai

aktor utama, bukan bagaimana aspek kapital dapat diatur oleh negara

sedemikian rupa sehingga segala bentuk usaha di Indonesia disusun bersama

berdasarkan asas kekeluargaan.

2. Aspek politik, Dalam kehidupan politik, secara singkat dapat dijabarkan

bahwa seharusnya sistem politik di Indonesia adalah sistem Politik yang

berdasarkan Ketuhanan Ynag Maha Esa, menempatkan manusia Indonesia

sebagai subjek dan objek politik Indonesia sesuai dengan martabat

kemanusiaannya dan dperlakukan secara adil dan beradab, kehidupan

berpolitik yang bertujuan menyatukan bukan memecah belah, dilakukan

6
dengan nilai-nilai musyawarah, yang kesemuanya untuk mencapai keadilan

seosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dari pemaknaan tersebut maka para

pelaku politik di Indonesia seharusnya memakai cara-cara yang

mempersatukan bangsa bukan malah memecah belah. Upaya-upaya yang

memanfaatkan perbedaan yagn sudah ada dalam bangsa Indonesia seperti

perbedaan Agama, Suku, Ras, dan golongan untuk tujuan memecah belah

sehingga tujuan politik tercapai, sangat tidak dibenarkan. Upayaupaya politik

yang hanya bertujuan untuk menguntungkan satu golongan saja bukan untuk

kepentingan bersama warga bangsa juga sangat tidak dipujikan. kesemuanya

itu bertentangan dengan Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara

3. Aspek hukum, dalam aspek ini menempatkan Pancasila sebagai cita hukum

dalam suatu peraturan perundang-undangan di Indonesia. Pancasila

merupakan sumber dari segala sumber hukum yang ada di Indonesia. Hal ini

berarti bahwa semua peraturan perundang-undangan di Indonesia bersumber

dan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Segala pembentukan hukum

di Indonesia harus berdasarkan Pancasila sebagai satu kesatuan filsafat tidak

bisa hanya didasarkan silla-persila saja.

7
BAB III

PENUTUP

2.1. KESIMPULAN

Pada pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Pancasila sebagai dilsafat

mengandung sebuah pandangan, nilai dan sebuah pemikiran yang dapat menjadi

substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan

sebagai suatu ringkasan “refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar

negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok

pengertiannya yang mendasar dan juga menyeluruh. Dengan adanya makalah ini penulis

sadar mengenai kekurangan isi dari makalah ini yang berjudul Pancasila sebagai filsafat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Backy Krisnayuda, 2016, Pancasila & Undang-Undang (Relasi Dan Transformasi Keduanya

Dalam sistem Ketatanegaraan Indonesia), Cetakan I, Prenadamedia Group, Jakarta.

C.S.T. Kansil, 2000, Pancasila Dan Undang-Undang Dasar 1945 (Pendidikan Pancasila Di

Perguruan Tinggi), PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Jahroh, Windi Siti Jahroh dan Nana Sutarna. 2016. Pendidikan Karakter Sebagai Upaya

Mengatasi Degradasi Moral.”. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Pendidikan.

Kaelan, 2014, Pendidikan Pancasila, Edisi revisi kesepuluh,Paradigma, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai