Anda di halaman 1dari 69

BAB II

MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN BERBASIS ZAKAT

A. Manajemen Pembiayaan Pendidikan Berbasis Zakat

1. Pengertian, Fungsi, Unsur-unsur dan Proses Manajemen

a. Pengertian Manajemen

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:870),

manajemen adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk

mencapai sasaran.

Menurut George R. Terry (dalam Mulyono, 2008: 16),

Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari

tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggantian, dan

pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai

sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber

daya manusia dan lain-lain.

Menurut Mulyono (2008: 18), “manajemen adalah ilmu dan

seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber

daya yang lain secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan

tertentu”.

Selanjutnya Menurut Arifin yang dikutip oleh Purwanto

(2012:7), “manajemen adalah kegiatan-kegiatan untuk mencapai

sasaran-sasaran dan tujuan pokok yang telah ditentukan dengan

menggunakan orang-orang pelaksana. Jadi, dalam hal ini kegiatan

33
34

dalam manajemen terutama adalah mengelola orang-orangnya sebagai

pelaksana”.

Berbagai beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat

disimpulkan secara umum bahwa manajemen merupakan suatu proses

pemanfaatan sumber daya manusia melaui kerjasama dengan orang

lain untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien yang

dilakukan melalui tindakan perencanaan, pengorganisasian,

penggantian, dan pengawasan.

b. Fungsi Manajemen

Beberapa pakar manajemen mengemukakan berbagai macam

fungsi manajemen dengan rangkaian dan urutan yang berbeda,

perbedaan tersebut disebabkan antara lain keragaman latar belakang

profesional pakar, perbedaan situasi yang dihadapi, variasi pendekatan

yang digunakan dalam menerapkan fungsi manajemen serta

berkembangnya tuntunan dan kebutuhan, ilmu pengetahuan dan

teknologi yang harus dipertimbangkan dalam penyelenggaraan

manajemen.

Beberapa ahli manajemen menjelaskan fungsi-fungsi

manajemen seperti yang ditulis Nana Sudjana (2000:52-59), sebagai

berikut.

1) Henry Fayol, yang dianggap sebagai pakar pertama yang


mengikuti teori manajemen mengemukakan fungsi manajemen
dalam bukunya “General an Industrial Management” yang
terbit tahun 1939. Menurut Fayol, manajemen mencakup lima
fungsi yang berurutan yaitu : Planning (perencanaan),
35

Organizing (pengorganisasian), Commanding (perintah),


Coordinating (pengkoordinasian), dan Controlling
(pengawasan). Rangkaian fungsi ini dikenal dengan singkatan
POCCC.
2) Luther M Gullick, dalam “ Paper on the Science of
Administration”, merinci fungsi-fungsi ke dalam enam urutan
yaitu: Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian),
Staffing (penyusunan staf), Directing (pengarahan),
Coordinating (pengkoordinasian), Reporting (pelaporan) dan
Budgeting (penganggaran). Keenam fungsi ini dapat disingkat
menjadi POSDCORB.
3) John D Mills, dalam “Management and Public Service”,
mengklasifikasikan fungsi-fungsi manajemen ke dalam dua
kategori yaitu directing (pengarahan dan bimbingan), serta
facilitating (pemberian bantuan).
4) Harold Koontz dan Cryill O Done, dalam “Principles of
Management”, menggolongkan fungsi-fungsi manajemen
kedalam lima urutan, dengan singkatan POSDC. Kelima fungsi
itu adalah: Planning (perencanaan), Organizing
(pengorganisasian), Staffing (penyusunan staf), Directing
(pengarahan) dan Controlling (pengawasan).
5) George R Terry (1970), dalam “Principles of Management”,
mengemukakan empat fungsi manajemen, dengan singkatan
POAC yaitu: Planning (perencanaan), Orginizing
(pengorganisasian), Actuating (pelaksanaan) dan Controlling
(pengawasan). Dalam buku yang sama dan diterbitkan tahun
1978, Terry merinci fungsi dasar dan proses manajemen yang
terdiri atas: Planning, Organizing, Controlling. Planning
mencakup penyusunan rangkaian kegiatan.
6) Patrick E Conner (1974). Dalam “Dimension in Modem
Management”, mengelompokkan empat fungsi manajemen
berikut: Planning (perencenaan), Organizing
(pengorganisasian), Staffing (penyusunan staf) dan Controlling
(pengawasan). Perencanaan berkaitan antara lain dengan
penentuan tujuan, unsur-unsur forecasting, dan model
perencanaan yang dinamis. Pengorganisasian meliputi prinsip-
prinsip organisasi, pengintegrasian, kekuasaan, sentralisasi dan
desentralisasi, serta kelompok kerja. Penyusunan staf berkaitan
dengan kualifikasi tenaga, efektivitas interpersonal dan
penampilan, nilai-nilai eksekutif, komunikasi, motivasi dan
pola kepemimpinan. Pengawasan menyangkut aspek-aspek
penampilan organisasi, anggaran biaya, kriteria efektivitas
organisasi dan penilaian.
7) Edwin B Flippo dan Garry M Munsinger (1975), dalam
“Management”, mengemukakan empat fungsi manajemen
yaitu : Planning (perencanaan), Organizing
36

(pengorganisasian), Directing (pengarahan) dan Controlling


(pengawasan). Planning meliputi kegiatan perencanaan resmi
yaitu untuk menyusun tujuan-tujuan yang dikehendaki oleh
masyarakat dan lembaga pengambil keputusan denga
menggunakan sistem informasi manajemen, jenis-jenis
rencana, serta keterlibatan unsur manusiawi. Pengorganisasian
menyangkut proses penyusunan organisasi formal dan/atau non
formal. Pengarahan berkaitan dengan penggerakan secara
resmi oleh pimpinan, motivasi melalui partisipasi dan
komunikasi. Pengawasan menyangkut pengawasan resmi dan
integrasi kepentingan bersama.
8) Hersey, Paul dan Blanchard, Kenneth H (1982)
mengemukakan klasifikasi fungsi-fungsi manajemen menjadi
urutan yang dapat disingkat dengan POMC yaitu: Planning
(perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Motivating
(penggerakan) dan Controlling (pengawasan). Perencanaan
meliputi kegiatan penentuan tujuan umum dan tujuan khususs
serta menyusun peta kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengorganisasian ialah kegiatan untuk menghimpun dan
memadukan sumber-sumber seperti tenaga manusia, modal,
fasilitas dan alat-alat secara efisien dan efektif untuk mencapai
tujan. Penggerakan berkaitan dengan penentuan tingkatan
penampilan para pelaksana serta pengaruhnya dalam upaya
pencapaian tujuan. Motivasi ini sering merupakan bagian dari
pengarahan yang dilakukan bersama melalui komunikasi dan
memimpin. Pengawasan meliputi kegiatan mencari umpan
balik dari hasil yang dicapai dan tindak lanjutnya,
membandingkan tingkat pencapaian dengan rencana, dan
untuk mengadakan penyesuaian apabila terdapat
penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan.
9) Siagian, Sondang P. (1987:5) mengemukakan lima fungsi
manajemen yaitu fungsi perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, pengawasan dan penilaian. Selanjutnya Siagian
mengatakan bahwa manajemen sebagai kemampuan atau
keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka
mencapai suatu tujuan melalui kegiatan orang lain.
10) John R. Schermerhorn, james G Hunt, dan Richard N Osborn
(1985), dalam “Managaning Organizational Behavior”,
mengemukakan bahwa studi tentang perilaku berorganisasi
(organizational behavior) menyangkut berbagai implikasi
praktis dalam setiap fungsi manajemen. Fungsi manajemen ini
terdiri atas lima urutan yaitu: planning, organizing, staffing,
directing or leading, dan controlling. Planning meliputi
pemilihan dan pengarahan tujuan-tujuan di masa datang serta
identifikasi berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut.
Organizing ialah kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut.
37

Organizing ialah kegiatan untuk menggabungkan sumber


manusia dan non-manusia. Staffing ialah pengadaan,
pemilihan, penggajian, dan peningkatan kemampuan
pelaksana. Pengarahan atau kegiatan memimpin menyangkut
bimbingan dan supervisi terhadap kegiatan para pelaksana.
Sedangkan controlling berkaitan dengan pemantauan
penampilan dan kegiatan perbaikan. Pencapaian dengan
rencana, dan untuk mengadakan penyesuaian apabila terdapat
penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan.

Jika diperhatikan fungsi-fungsi menurut para ahli diatas pada

dasarnya memiliki kesamaan, yaitu dimulai dari perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian sampai dengan

pengembangan. Fungsi-fungsi tersebut dapat disederhanakan menjadi:

perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan

(Syarif, 2005:9).

Dari berbagai ahli tentang fungsi manajemen dalam suatu

organisasi penulis memilih pendapat George. R. Terry yang

mengemukakan empat fungsi manajemen yaitu: a) Planning

(perencanaan), b) Organizing (pengorganisasian), c) Actuating

(pelaksanaan), dan d) Controlling (pengawasaan) sama atau ada pada

semua pendapat para ahli, sehingga keempat fungsi manajemen

tersebut merupakan fungsi yang fundamental dalam manajemen,

fungsi tersebut adalah.

1) Perencanaan (Planning)

Udin dan Abidin (2007:3) mengungkapkan pengertian

perencanaan, ialah.

Suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan keputusan


mengenai apa yang diharapkan terjadi (peristiwa, keadaan,
38

suasana dan sebagainya) dan apa yang akan dilakukan


(intensifikasi, eksistensifikasi, revisi, renovasi, substitusi,
kreasi, dan sebagainya).

Menurut Athoilah (2010:22) dalam bukunya menjelaskan.

Planning berasal dari kata plan, artinya rencana, rancangan,


maksud dan niat. Planning berarti perencanaan. Perencanaan
adalah proses kegiatan, sedangkan rencana merupakan hasil
perencanaan. Perencanaan adalah kegiatan yang berkaitan
dengan usaha merumuskan program yang didalamnya
memuat segala sesuatu yang akan dilaksanakan, penentuan
tujuan, kebijaksanaan, arah yang akan ditempuh, prosedur
dan metode yang akan diikuti dalam usaha pencapaian tujuan.

Menurut Banghart dan Trull yang dikutip oleh Syarif

(2005:13) mengemukakan bahwa.

Perencanaan pendidikan adalah dimulai dari proses yang


rasional, yaitu mengacu pada karakteristik pengembangan
organisasi dari aktifitas belaja mengajar. Perencanaan
merupakan faktor yang amat penting didalam suatu
organisasi. Karena perencanaan merupakan dasar untuk
tindakan manajemen, apabila organisasi itu ingin berhasil
dengan baik.

Selanjutnya Terry (2006:17) juga mengemukakan bahwa

perencanaan ialah.

Menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh


kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan.
Perencanaan mencakup kegiatan pengambilan keputusan,
karena termasuk pemilihan alternatif-alternatif keputusan.
Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengadakan
visualisasi dan melihat kedepan guna merumuskan suatu pola
dari himpunan tindakan untuk masa mendatang.

Hasibuan (2006:40) mengemukakan perencanaan adalah

proses penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan, dengan memilih

yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada.


39

Menurut Athoillah (2010:98) bahwasannya dalam

perencanaan terdapat penentuan-penentuan sebagai berikut.

a) Bentuk atau jenis kegiatan yang akan dilaksanakan


b) Prosedur pelaksanaan kegiatan;
c) Kebijakan yang dijadikan landasan kegiatan;
d) Arah dan tujuan yang hendak dicapai;
e) Personal yang melaksanakan rencana;
f) Waktu pelaksanaan rencana;
g) Anggaran biaya yang dibutuhkan.

Dengan memiliki pemahaman akan pengertian perencanaan,

kita dapat merumuskan sendiri fungsi dan tujuan perencanaan.

Dalam hal ini, menurut Udin dan Abin (2007:05) fungsi

perencanaan adalah.

a) Sebagai pedoman pelaksanaan dan pengendalian


b) Menghindari pemborosan sumber daya
c) Alat bagi pengembangan quality assurance,
d) Upaya untuk memenuhi accountability kelembagaan.

Jadi, perencanaan adalah suatu rangkaian proses kegiatan

untuk menetapkan suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh

kelompok untuk mencapai tujuan yang sudah digariskan dengan

memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada.

2) Pengorganisasian (Organizing)

Mengorganisasikan (Organizing) adalah suatu proses

menghubungkan orang-orang yang terlibat dalam organisasi tertentu

dan menyatupadukan tugas serta fungsinya dalam organisasi

(Athoillah, 2010:110).
40

Syarif (2005:19) mengemukakan bahwa.

Pengorganisasian merupakan upaya pengaturan kerja melalui


pembagian tugas, wewenang, sesuai dengan ruang lingkup
kerja. Upaya ini menyangkut analisis tugas, kemampuan
personil dalam mewujudkan akuntabilitas tugas, sehingga
setiap orang bekerja sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya.

Sedangkan menurut Terry (2006:73) pengoraganisasian

merupakan.

Kegiatan dasar dari manajemen dilaksanakan untuk dan


mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk
unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan
sukses. Dengan pengorganisasian, orang-orang dapat
disatukan dalam satu kelompok atau lebih untuk melakukan
berbagai tugas. Tujuan pengorganisasian adalah membantu
orang–orang untuk berkerjasama secara efektif dalam wadah
organisasi atau lembaga.

Selanjutnya Menurut Uhar (2010:10), ”pengorganisasian

merupakan penentuan siapa pihak-pihak yang akan diberi tugas untuk

melaksanakan rencana yang sudah disusun serta bagaimana

mekanismenya”.

Menurut Siagian yang dikutip oleh Sudjana (2004:106)

pengorganisasian adalah.

Sebagai keseluruhan proses pengelompokan orang-orang,


alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang
dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Selanjutnya Siagian membedakan pengorganisasian menjadi

dua bagian yaitu.

Pertama disebut administrative organizing, yaitu proses


pembentukan organisasi secara keseluruhan. Kedua disebut
41

managerial organizing, yaitu pengorganisasian bagian-


bagian dari organisasi keseluruhan. Kedua bagian
pengorganisasian ini saling berkaitan antara satu dengan yang
lainnya. Pengorganisaian adalah proses kegiatan manjerial
untuk membentuk organisasi yang diberi tugas melaksanakan
rencana yang telah ditetapkan guna mencapai tujuan
organisasi.

Selanjutnya menurut Sudjana (2004:108). Pengorganisasian

memiliki tujuh ciri yaitu.

Pertama, pengorganisasian berkaitan dengan upaya pemimpin


atau pengelola untuk memadukan sumber daya manusia dan
non-manusia yang diperlukan. Kedua, sumber daya manusia
terdiri atas orang-orang atau kelompok orang yang memenuhi
syarat yang ditetapkan. Ketiga, adanya sumber daya non-
manusia meliputi fasilitas (gedung/panti dan pelengkapa).
Alat-alat dan biaya yang tersedia atau dapat disediakan, serta
lingkungan fisik yang potensial. Keempat, sumber-sumber itu
diintegritaskan ke dalam suatu organisasi. Kelima, dalam
organisasi terdapat pembagian tugas, wewenang dan tanggung
jawab diantara orang-orang untuk menjalankan rangkaian
kegiatan yang telah direncanakan. Keenam, rangkaian tersebut
diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ketujuh, dalam kegiatan pencapaian tujuan, sumber daya
manusia merupakan pemegang peran utama dan saling
menentukan.

Jadi, pengorganisasian adalah kegiatan dasar dari manajemen

yang dilaksanakan untuk dan mengatur seluruh sumber-sumber yang

dibutuhkan termasuk manusia dengan menyatupadukan tugas dan

fungsinya sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses.

3) Pelaksanaan (Actuating)

Menurut Terry (2006:17) Actuating, atau disebut juga

“gerakan aksi” yang mencakup.

Kegiatan yang dilakukan seseorang manager untuk mengawali


dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur
perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat
42

tercapai serta mencakup penetapan dan pemuasan


penghargaan, memimpin, mengembangkan dan memberi
komponisasi kepada mereka.

Menurut Athoillah (2010:116) Actuating atau pelaksanaan

adalah.

Kegiatan yang menggerakan dan mengusahakan agar para


pekerja melakukan tugas dan kewajibannya. Para pekerja
sesuai dengan keahlian dan proporsinya segera melaksanakan
rencana dalam aktivitas yang konkret yang diarahkan pada
tujuan yang telah ditetapkan, dengan selalu mengadakan
komunikasi, hubungan kemanusiaan yang baik,
kepemimpinan yang efektif, memberikan motivasi, membuat
perintah dan instruksi serta mengadakan supervisi, dengan
meningkatkan sikap dan moral setiap anggota kelompok.

Menurut Karna dkk (2010:34-35), pelaksanaan (actuating)

merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan

nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efesien.

Uhar (2010:10) mengemukakan bahwa penggerakan atau

pelaksanaan merupakan.

Fungsi manajemen yang sangat penting sebab dengan fungsi


ini maka rencana dapat terlaksana dalam kenyataan. Namun
demikian diperlukan pembinaan dan pemberian motivasi agar
seluruh komponen dalam organisasi dapat menjadikan proses
pencapaian tujuan organisasi sebagai suatu bagian integral
dalam pencapaian tujuan masing-masing, sehinga
pelaksanaannya dapat berjalan lancar tanpa ada konflik
orientasi dalam pencapaian tujuan tersebut.

Menggerakkan menurut Keith Davis yang dikutip oleh S.

Sagala (2009:53) ialah kemampuan pemimpin membujuk orang-

orang mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan penuh

semangat.
43

Jadi, jika pemimpin menggerakkan dengan penuh semangat,

maka pengikut juga bekerja dengan penuh semangat. Apabila

pengikut tidak semangat dalam melaksanakan tugasnya atau lemah

dalam melaksanakan kinerjanya di suatu organisasi maka

pemimpinnya itu gagal dalam mempengaruhi dan membujuk

pengikutnya.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh S. Sagala (2009:54)

adalah.

Disebabkan lemahnya kepemimpinan dalam organisasi itu,


indikator lemahnya kepemimpinan antara lain adalah
ketidakmampuannya menggerakkan potensi sumber daya
organisasi yang ada. Para personel tidak akan bekerja secara
maksimal jika arahan dan yang dilakukan oleh pemimpin
tidak jelas mau kemana organisasi ini dibawa. Jadi,
penggerakan yang dilakukan oleh pemimpin adalah sebagai
pemicu bagi anggota organisasi untuk bekerja dengan baik
dan benar”.

Jadi, actuating adalah upaya pemimpin untuk menggerakan

(memotivasi) seseorang atau kelompok orang dipimpinnya untuk

menumbuhkan dorongan atau motif dalam dirinya sehingga dapat

merealisasikan rencana yang sudah dibuat untuk menjadi tindakan

nyata dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan dengan secara

efektif dan efisien.

4) Pengawasan (Controlling)

Secara umum pengawasan menurut S. Sagala, (2009:59)

dikaitkan dengan.

Upaya untuk mengendalikan, membina dan pelurusan


sebagai upaya pengendalian mutu dalam arti luas. Melalui
44

pengawasan yang efektif, roda organisasi, impelementasi


rencana, kebijakan, dan upaya pengendalian mutu dapat
dilaksanakan dengan lebih baik. Pengawasan ialah fungsi
administratif yang mana setiap administrator memastikan
bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan yang dikehendaki.

Menurut Karna dkk, (2010:35) pengawasan dapat diartikan

sebagai.

Upaya untuk mengamati secara sistematis dan


kesinambungan, merekam, memberi penjelasan, petunjuk,
pembinaan, dan meluruskan berbagai hal yang kurang tepat,
serta memperbaiki kesalahan. Pengawasan merupakan kunci
keberhasilan dalam keseluruhan proses manajemen, perlu
dilihat secara komprehensif, terpadu, dan tidak terbatas pada
hal-hal tertentu.

Menurut Mocker yang dikutip oleh Karna dkk (2010:36)

pengawasan dalam manajemen adalah.

Suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar


pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang
sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan
nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,
menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan,
serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk
menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan
dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.

Selanjutnya dikemukakan oleh Handoko dalam Karna dkk

(2010:36), bahwa proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu.

a) Penetapan standar pelaksanaan;


b) Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan;
c) Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata;
d) Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan
penganalisisan penyimpangan-penyimpangan;
e) Pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.
45

Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan

saling kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga

menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen.

Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan

proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen (Karna dkk,

2010:36).

Jadi, pengawasan adalah suatu usaha yang sistematis dan

berkesinambungan untuk mengukur dan membandingkan kegiatan

nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan

dan mengukur penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi, serta

mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa

semua sumber daya bisa digunakan dengan cara paling efektif dan

efisien dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu.

c. Unsur-unsur Manajemen

Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-

alat sarana (tools of management). Tools merupakan syarat suatu usaha

untuk mencapai hasil ditetapkan. Menurut Hasibuan (201:20-21) Tools

tersebut dikenal dengan 6 M, yaitu.

1) Man (SDM) yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja


pimpinan maupun tenaga kerja operasional/pelaksana.
2) Money (uang) yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
3) Methods yaitu cara-cara yang dipergunakan dalam usaha
mencapai tujuan.
4) Materials yaitu bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan.
46

5) Machines yaitu mesin-mesin/alat-alat yang diperlukan atau


dipergunakan untuk mencapai tujuan.
6) Market yaitu pasar untuk menjual barang dan jasa-jasa yang
dihasilkan.

Sedangkan menurut Ara dan Imam (2010:15) menjelaskan

bahwa Unsur-unsur manajemen terdiri dari 7 M dengan menambahkan

didalamnya unsur Minute (waktu) yaitu seberapa banyak waktu yang

dibutuhkan dalam mencapai sebuah sebuah tujuan.

Unsur-unsur tersebut sebagai syarat atau sarana dalam

menentukan dan mencapai tujuan manajemen, tetapi yang paling

utama adalah unsur manusia, karena kalau tidak ada unsur manusia,

apapun yang diinginkan oleh manajemen tidaka akan pernah tercapai,

metode, uang, mesin dan yang lainnya bisa bermanfaat karena

digunakan oleh manusia.

d. Proses Manajemen

Proses manajemen adalah serangkaian kegiatan yang

diperlukan untuk mencapai tujuan. Proses manajemen menurut Marno

& Triyo (2008:12) adalah sebagai berikut.

1) Perencanaan yaitu menentukan tujuan serta cara-cara untuk


mencapai tujuan.
2) Pengorganisasian yaitu mengatur tugas sumber daya manusia
(SDM) untuk mencapai tujuan.
3) Penggerakan yaitu mendorong karyawan agar bekerja keras
untuk mencapai kinerja terbaik.
4) Pengawasan atau pengendalian yaitu mengukur hasil kerja
serta tindakan supaya sesuai dengan hasil yang dimiliki.

Sedangkan menurut Engkoswara (2012:94) proses manajemen

secara umum mengikuti langkah-langkah merencanakan,


47

mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan, sebagaimana yang

dijelaskan sebagai berikut.

1) Merencanakan

Merencakan adalah membuat suatu target-target yang akan

dicapai atau diraih di masa depan. Dalam organisasi merencanakan

adalah suatu proses memikirkan dan menetapkan secara matang arah,

tujuan dan tindakan sekaligus mengkaji berbagai sumber daya dan

metode/teknik yang tepat. Merencanakan pada dasarnya membuat

keputusan mengenai arah yang akan dituju, tindakan yang akan

diambil, sumber daya yang akan diolah dan teknik/metode yang dipilih

untuk digunakan. Rencana mengarahkan tujuan organisasi dan

menetapkan prosedur terbaik untuk mencapainya. Prosedur itu dapat

berupa pengaturan sumber daya dan penetapan teknik/metode.

2) Mengorganisasikan

Mengorganisasikan adalah proses mengatur, mengalokasikan,

dan mendistribusikan pekerjaan, wewenang dan sumber daya di antara

anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi (Koswara.

2012:95).

Menurut Stoner yang dikutip oleh Koswara (2012:95),

mengorganisasikan adalah.

Proses memperkerjakan dua orang atau lebih untuk bekerja


sama dalam cara terstruktur guna mencapai sasaran spesifik
atau beberapa sasaran. Mengorganisasikan berarti: (1)
menentukan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan organisasi, (2) merancang dan
48

mengembangkan kelompok kerja yang berisi orang yang


mampu membawa organisasi pada tujuan, (3) menugaskan
sesorang atau kelompok orang dalam suatu tanggung jawab
tugas dan fungsi tertentu, (4) mendelegasikan wewenang
kepada individu yang berhubungan dengan keleluwasaan
melaksanakan tugas (Koswara, 2012:95).

3) Memimpin

Memimpin institusi pendidikan lebih menekankan pada upaya

mengarahkan dan memotivasi para personil agar dapat melaksanakan

tugas pokok fungsinya dengan baik.

Menurut Stoner yang dikutip oleh Marno dan Triyo (2008:31)

memimpin memiliki definisi :

Proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang


berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau seluruh
organisasi. Seorang pemimpin harus mampu memberikan
dorongan kepada anggota kelompoknya untuk bekerja dengan
penuh rasa tanggung jawab serta dapat bekerjasama untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

4) Mengendalikan

Mengendalikan ialah suatu usaha untuk meneliti kegiatan-

kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan. Pengendalian berorientasi

pada obyek yang dituju dan merupakan alat untuk menyuruh orang-

orang bekerja menuju sasaran yang ingin dicapai (Terry, 2006:166).

Mengendalikan institusi pendidikan adalah membuat institusi

berjalan sesuai dengan jalur yang telah ditetapkan dan sampai kepada

tujuan secara efektif dan efisien.

Menurut Engkoswara (2012:96), Pengendalian merupakan.

Proses untuk memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai


dengan aktivitas yang direncanakan. Proses pengendalian dapat
49

melibatkan beberapa elemen yaitu : (a) menetapkan standar


kinerja, (b) mengukur kinerja, (c) membandingkan unjuk kerja
dengan standar yang telah ditetapkan, (4) mengambil tindakan
korektif saat terdeteksi penyimpangan.

Berpijak dari teori-teori diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

proses manajemen adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan untuk

mencapai tujuan tertentu, dari mulai merencanakan apa yang menjadi

tujuan manajemen, mengorganisasi sumber daya yang ada, dengan

tugas dan fungsinya masing-masing, menggerakaan atau melaksanakan

apa yang sudah direncanakan, serta memimpin dan mengawasi apa

yang sudah dikerjakan, agar tujuan yang diinginkan bisa tercapai

secara produktif.

2. Konsep Pembiayaan Pendidikan

a. Pengertian Pembiayaan Pendidikan

Biaya merupakan semua jenis pengeluaran yang berkenaan

dengan penyelenggaraan pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun

barang dan tenaga (yang dapat dihargakan dengan uang). Dalam

pengertian ini, misalnya, iuran siswa adalah jelas merupakan biaya,

tetapi sarana fisik, buku sekolah dan guru juga adalah biaya (Dedi,

2004:3).

Sedangkan menurut Iskandar (2003:111) mendefinisikan biaya

(cost) adalah segala pengeluaran yang berhubungan dengan hasil yang

diharapkan dimasa yang akan datang.


50

Sementara pengertian pendidikan sebagaimana dirumuskan

dalam ketentuan umum Bab I Pasal 1 Undang-undang Pendidikan No.

20 Tahun 2003 dikatakan bahwa.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk


mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Selanjutnya menurut Hasan (2007:34) pendidikan merupakan :

Usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk


memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang
untuk mengembangkan segala potensinya sehingga ia mencapai
kualitas diri yang lebih baik. Inti pendidikan adalah usaha
pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan batin), baik oleh
dirinya sendiri maupun orang lain, dalam arti tuntutan agar
anak didik memiliki kemerdekaan berpikir, merasa, berbicara,
dan bertindak serta percaya diri dengan penuh rasa tanggung
jawab dalam setiap tindakan dan perilaku sehari-hari.

Sementara pengertian biaya pendidikan adalah keseluruhan

usaha yang dicurahkan oleh pemerintah dan masyarakat pendidikan

berupa uang maupun non-moneter, biaya memerlukan

penginventarisasian yang jelas. Maka itu, pembiayaan merupakan fungsi

penyediaan dana yang diperlukan untuk melaksanakan usaha.

Selanjutnya Pembiayan pendidikan menurut Fattah (2009:112)

merupakan.

Sebagai jumlah uang yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk


berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan sekolah dasar
yang mencakup: gaji guru, peningkatan Kemampuan profesional
guru, pengadaan sarana runang belajar, perbaikan ruang belajar,
pengadaan parabot/mebeler, pengadaan alat-alat pelajaran,
pengadaan buku-buku pelajaran, alat tulis kantor, kegiatan
51

ekstrakulikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan, dan supervisi


pendidikan.

Pembiayaan merupakan sebuah komponen yang begitu penting

dalam lembaga pendidikan, dan memiliki sifat sensitif dalam

pengelolaannya, makanya diperlukan strategi pengelolaan yang baik

supaya kebermanfaatannya bisa dialokasikan bagi kepentingan

pendidikan. Selanjutnya Mulyasa (2007: 49), berpendapat.

Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya


yang secara langsung menunjang efektifitas san efisiensi
pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam
impelementasi manajemen berbasis sekolah, yang menuntut
kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi serta mempertanggung jawabkan pengelolaan
dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah. Hal
ini penting terutama dalam rangkan manajemen berbasis
sekolah, yang memberikan kewenangan kepada sekolah untuk
mencari dana memanfaatkan berbagai sumber dana sesuai
dengan keperluan masing-masing sekolah karena pada
umumnya dunia pendidikan selalu dihadapkan pada
keterbatasan dana.

Pendidikan yang berkualitas menentukan kuantitas biaya yang

lebih besar, karena dengan demikian agar terpenuhi semua kebutuhan

dan unsur-unsur pendidikan seperti sarana prasarana, fasilitas, gaji guru

dan karyawisata serta memperlancar efektifitas proses pembelajaran

(Heri, 2005: 138).

Begitu juga menurut Ramayulis (2012:293) menjelaskan bahwa

Pendidikan akan terlaksana dengan baik, apabila didukung oleh


dana yang memadai, sebab mutu dan kualitas pendidikan tidak
bisa terlepas dari ketersediaan dana, mulai dari perencanaaan,
pengaorganisasian, pelaksanaan, pengawasan hingga penilaian,
dan pendidikan membutuhkan dana dan biaya. Demikian dalam
52

kompenen pendidikan tidak bisa diwujudkan tanpa adanya


biaya. Setelah mengetahui pengertian pembiayaan dan
pendidikan, maka penulis mempunyai kesimpulan bahwasannya
pengertian pembiayaan pendidikan adalah semua jenis biaya
pengeluaraan baik berupa uang atau barang yang bisa diuangkan
untuk menyelenggarakan pendidikan dari mulai yang
dikeluarkan oleh orangtua, sekolah dan pemerintah, demi
mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan dan pembiayaan
tersebut merupakan salah satu yang menentukan kualitas sebuah
lembaga pendidikan.

b. Klasifikasi Pembiayaan Pendidikan

Klasifikasi pembiayaan pendidikan menurut Syarif (2005:86)

dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori antara lain.

1) Biaya langsung dan biaya tidak langsung

Di dalam proses pendidikan terdapat pengorbanan-pengorbanan

yang secara langsung berproses dalam produksi pendidikan. Biaya

pendidikan ini akan secara lansung meningkatkan mutu pendidikan.

Dalam pengeluarannya, ada biaya langsung dan biaya tidak langsung.

a) Biaya langsung (direct-cost)

Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan

untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa

berupa pembelian alat-alat pelajaran, sarana belajar, biaya

transportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan pemerintah, orangtua,

maupun siswa sendiri (Fattah, 2009:23).

b) Biaya tidak langsung (indirect-cost)

Biaya tidak langsung merupakan biaya hidup yang

menunjang kelancaran pendidikannya. Misalnya ongkos angkutan,

pondokan, biaya makan sehari-hari, biaya kesehatan, biaya belajar


53

tambahan adalah biaya seperti pendapatan yang hilang ketika siswa

belajar (Dadang, 2012:24).

2) Private cost dan Sosial cost

Disamping pembagian jenis biaya menurut kategori biaya

langsung dan biaya tidak langsung, Menurut Syarif (2005:88) dalam

bukunya, dikenal juga pembagian jenis biaya menurut kategori private

cost dan sosial cost :

Private cost adalah biaya yang dikeluarkan keluarga untuk


membiayai madrasah anaknya dan termasuk di dalamnya
forgorie opportunities. Sedangkan jumlah biaya yang dibayar
masyarakat untuk membiayai madrasah termasuk kedalam
social cost. Jadi social cost dapat dikatakan sebagai biaya
publik yaitu sejumlah biaya madrasah yang dibayar oleh
masyarakat.

3) Monetary dan non monetay cost

Biaya monetary adalah nilai pengorbanan yang berwujud dalam

bentuk pengeluaran uang. Sedangkan non monetary cost adalah

pengorbanan uang seperti biaya yang diperhitungkan dimana seorang

siswa tidak mengambil kesempatan waktu senggangnya untuk

bersenang-senang, akan tetapi dipergunakan untuk membaca buku

(Syarif, 2005:88).

c. Sumber Pembiayaan Pendidikan

Pada prinsipnya sumber pembiayaan pendidikan bisa diperoleh

dari berbagai sumber selama sumber itu diperoleh secara halal dan bisa

dipertanggungjawabkan. Sumber pembiayaan pendidikan di negara

Indonesia, telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003


54

Tentang SISDIKNAS pada pasal 47 ayat 1 yang berbunyi ”Sumber

pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan,

kecukupan, dan berkelanjutan”. Dengan adanya Undang-undang

tersebut jelas akan menjadi suatu indikator bahwa dalam menentukan

sumber pendanaan dalam sebuah penyelenggaraan pendidikan sebuah

prinsip berkelanjutan, dimana kita harus terus memikirkan bagaimana

generasi kita selanjutnya dapat terus menikmati pendidikan.

Sedangkan pengertian dari sumber dana pendidikan sendiri

menurut pendapat Fattah (2009:113) adalah “pihak-pihak yang

memberikan subsidi dan sumbangan yang diterima setiap tahun oleh

lembaga sekolah dari lembaga sumber resmi dan diterima secata

teratur”.

Menurut Dedi (2004:5), dilihat dari sumber-sumbernya, biaya

pendidikan pada tingkat makro (nasional) berasal dari.

1) Pendapatan negara dari sektor pajak (yang beragam jenisnya),


2) Pendapatan dari sektor non-pajak, misalnya dari pemanfaatan
daya alam dan produksi nasional lainnya yang lazim
dikategorikan ke dalam “gas” dan “non-migas”
3) Keuntungan dari ekspor barang dan jasa
4) Usaha-usaha negara lainnya, termasuk dari divestasi saham pada
perusahaan negara (BUMN), serta Bantuan dalam bentuk hibah
(grant) dan pinjaman luar negeri.

Menurut Syarif (2004:90) sumber pembiayaan pendidikan

dilihat dari tingkat sekolahnya yaitu.

1) Sumber Keuangan Sekolah Negeri


55

Lembaga pendidikan pendidikan di Indonesia didanai

melalui beberapa sumber anggaran diantaranya dari : pemerintah

pusat, pemerintah daerah, sumbangan pembanguan pendidikan/

dana penunjang pendidikan (SPP/DPP), badan pembantu

penyelenggaraan pendidikan (BP3), dan sumber lainnya. Dana

sumber lainnya, ini bisa dari perorangan, kelompok, lembaga

swadaya masyarakat atau dari organisasi kemasyarakatan lainnya.

2) Sumber Keuangan Sekolah Swasta

Pada umumnya sumber keuangan sekolah Swasta itu terdiri

dari: (a) Uang Sekolah (dalam hal ini dari SPP) serta sumbangan

BP3, (b) Hibah Yayasan, (c) Subsidi dari pemerintah pusat dan

daerah, dan (c) Bantuan dari luar negeri.

Menurut Jaja dan Amirulloh (2013:82), dalam hal menghimpun

dana (rising funds) pada dasarnya dapat digali dari dua sumber, yaitu

berasal dari dalam lembaga sendiri (intern) dan melalui pihak luar

(ekonomi). Diantaranya sebagai berikut.

1) Pemerintah dan Masyarakat

Dalam Undang-Undang sistem Pendidikan nomor 20 tahun

2003 pasal 46 ayat 1 dijelaskan bahwa pendanaan pendidikan

menjadi tanggungjawab bersama anatar pemerintah, pemerintah

daerah dan masyarakat. Dalam pasal 49 ayat 3 juga dujelaskan

bahwa dana dari pemerintah tersebut berbentuk hibah untuk satuan

pendidikan.
56

2) Wakaf

Menurut Ramayulis yang dikutip oleh Jaja dan Amirulloh

(2013:83) menjelaskan bahwa.

Wakaf adalah sumbangan, dalam pengertian umum


merupakan hadiah yang diberikan untuk memenuhi banyak
kebutuhan spiritual dan temporal kaum muslimin. Dana-
dana yang diperoleh dari sumbangan tersebut digunakan
untuk membangun dan merawat tempat ibadah, mendirikan
sekolah dan rumah sakit, menafkahi para ulama dan da’i,
mempersiapkan kebutuhan kaum muslimin dan memasok
senjata bagi para pejuang yang berperang dijalan Allah.
Begitupun menurut Ahmad tafsir yang dikutip kembali oleh

Jaja dan Amirulloh (2013:84) juga memaparkan.

Salahsatu sumber dana bagi pendidikan islam ialah wakaf


dari orang islam. Wakaf berasal dari amal dengan cara
memanfaatkan harta, dan harta itu harus dikekalkan, atau
yang digunakan adalah hasil harta itu, tetapi asalnya tetap.
Dengan melihat definisi ini saja kita sudah menangkap
bahwa biaya pendidikan yang berasal dari wakaf pasti amat
baik karena biaya itu terus menerus dan modalnya tetap ini
jauh lebih baik dari pada pemberian uang atau bahan yang
habis sekali pakai.

Adapun wakaf secara bebas diartikan sebagai sumbangan

keagamaan (religious endowment) yang mengandung makna

keshalehan yang digunakan bagi kepentingan umum dijalan Allah

SWT (Abudin Nata, 2005:348) ayat mengenai wakf berbunyi :

              


        

    

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),


sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.
57

dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah


mengetahuinya (Ali Imron:92) .

3) Zakat

Pendidikan termasuk ke dalam kepentingan sosial, sudah

sepantasnya zakat dapat dijadikan sumber dana pendidikan. Dana

zakat harus dikelola secara profesional dan transparan agar

sebagiannya dapat dipergunakan untuk membiayai lembaga

pendidikan Islam (Ramayulis, 2008:297).

Zakat merupakan salahsatu sumber dana bagi pendidikan

Islam, karena pendidikan termasuk fii Sabilillah (berada di jalan

Allah). Penggunaan zakat dalam hal ini sesuai dengan firman Allah

SWT, dalam Surat At-Taubah ayat 60 yang berbunyi.

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-


orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat,
Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai
suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
Di Indonesia banyak lembaga Badan Amil Zakat yang

mendanai lembaga-lembaga pendidikan. Contohnya Rumah Zakat,

Dompet Dhuafa, Dompet Peduli Umat Darut Tauhid dan

sebagainya.

4) Shodaqoh

Menurut Ramayulis yang dikutip oleh Jaja dan Amirulloh

(2013:84), menjelaskan bahwa.


58

Shadaqah atau disebut Shadaqah Sunnah, merupakan


anjuran agama yang sangat besar nilainya. Orang yang
bersedekah pada jalan Allah akan mendapat ganjaran dari
Allah tujuh ratus kali nilainya dari harta yang
disedekahkan, bahkan melebihi dari itu. Dari penjelasan di
atas maka sedekah pula dapat dijadikan sumber
pembiayaan pendidikan seperti untuk gaji pengajar,
beasiswa maupun untuk sarana dan prasarana pendidikan
Islam.

Sedekah merupakan suatu pemberian secara suka rela yang

dilakukan oleh seorang muslim dengan hanya mengharap

keridhaan dan pahala semata dari Allah SWT. Beberapa ulama

Fiqh menyebut istilah sedekah memiliki arti sama dengan zakat.

Dengan begitu, sedekah dapat diberikan kepada orang berhak

menerima zakat. Untuk itu, sedekah dapat digunakan sebagai

sumber dana pendidikan yang meliputi gaji guru, sarana dan

prasarana, serta beasiswa. Tercantum dalam firman Allah SWT

yang berbunyi.

 
           
   


            


   
  

     


  

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka,


kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia)
memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau Mengadakan
perdamaian di antara manusia. dan Barangsiapa yang berbuat
59
demikian karena mencari keridhaan Allah, Maka kelak Kami
memberi kepadanya pahala yang besar (QS. An-Nisa : 114).
60

5) Hibah

Hibah adalah pengeluaran harta semasa hidup atas dasar

kasih sayang untuk kepentingan seseorang atau untuk badan sosial,

keagamaan dan ilmiah. Melihat pengertian hibah, jelas bahwa

hibah ini termasuk salahsatu sumber pembiayaan dalam pendidikan

(Ramayulis, 2008:298).

Hibah adalah pemberian harta benda kepada orang lain

semasa hidup tanpa mengharap imbalan untuk kepentingan

seseorang atau untuk badan sosial, keagamaan, ilmiah. Ada

beberapa fungsi hibah yaitu.

a. Menjembatani kesenjangan antara golongan yang mampu dan


yang tidak mampu,
b. Sarana mewujudkan keadilan sosial,
c. Salah satu upaya untuk menolong golongan yang lemah
(Abudin Nata, 2005:352-353)

Dengan melihat kepada fungsi hibah itu sendiri, jelas

bahwa hibah juga termasuk salah satu sumber pembiayaan dalam

pendidikan. Hibah ini dapat dilihat dalam Ayat Al Qur’an yang

berbunyi.

               


 
 

            


     

            


      
61
           
       
 
62

      g      


       
 

                


       
   


Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu


suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-
kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta;
dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan
menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya
apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-
orang yang bertakwa (QS. Al-Baqarah:177).

6) Sumber Dana Lain yang Tidak Mengikat

Dalam hal ini Menurut Ramayulis (2008:298) berpendapat

bahwa.

Dari segi internal Sumber dana ini bisa diperoleh dari


pembentukan badan usaha maupun melakukan promosi dan
kerjasama dengan berbagai pihak yang bisa menunjang
dana kegiatan, sedangkan sumber dana yang bersifat
eksternal bisa diperoleh dari donatur tetap ataupun bantuan
dari luar negeri.

Sumber-sumber dana tersebut bersifat insidental, sangat

dibutuhkan kreativitas pengelola sekolah. Bagi sekolah negeri mungkin

tidak perlu khawatir bagaimana mendapatkan sumber dana, karena

sebagian besar dibiayai oleh pemerintah pusat maupun daerah. Lain hal

dengan sekolah swasta yang memiliki sumber dana sangat terbatas yaitu

hanya bersumber dari dana iuran siswa dan yayasan, walaupun dalam
63
hal ini pemerintah masih mungkin membantu.
64

d. Alokasi Pembiayaan Pendidikan

Alokasi merupakan aspek lain dalam pembiayaan pendidikan.

Dalam hal ini, pembiayaaan terbagi menjadi dua, ada biaya tidak

langsung dan biaya langsung. Biaya tidak langsung adalah biaya yang

dikeluarkan oleh keluarga untuk membiayai proses pendidikan anak-

anaknya, misalnya biaya transportasi, biaya kesehatan, biaya hidup dan

biaya kesempatan. Pembiayaan ini sulit dihitung, karena tidak ada

catatan resmi dan besarnya variatif tiap siswa.

Sedangkan pembiayaan langsung adalah biaya yang dikeluarkan

sekolah dalam menunjang proses pendidikan. Pembiayaan jenis ini,

lebih mudah untuk dihitung dan menjadi pokok pokok pembahasan

dalam penelitian ini.

Nanang Fattah (2012:23) menjelaskan hal-hal yang termasuk ke

dalam biaya langsung diantaranya.

1) Pembelian alat-alat pengajaran


2) Sarana Belajar
3) Biaya transportasi
4) Gaji Guru

Pada dasarnya pengeluaran -pengeluaran sekolah dikategorikan ke

dalam beberapa item, yaitu.

1) Pengeluaran untuk pelaksanaan pengajaran,


2) Pengeluaran untuk tata usaha sekolah,
3) Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah,
4) Kesejahteraan pegawai,
5) Administrasi,
6) Pembinaan teknis educative, dan
7) Pendataan (Fattah, 2012:2005)
65

Selain itu, dalam Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008 Tentang

Pendanaan Pendidikan dijelaskan pada Pasal 3, yaitu.

1) Biaya pendidikan terdiri atas biaya satuan pendidikan dan


biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan, dan
biaya pribadi peserta didik.
2) Biaya satuan pendidikan, meliputi.
a. Biaya investasi terdiri atas biaya investasi lahan
pendidikan dan biaya investasi selain lahan pendidikan.
b. Biaya operasi yang terdiri atas biaya personalia dan
biaya non personalia.
c. Bantuan biaya pendidikan.
d. Beasiswa.
3) Biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan,
meliputi.
a. Biaya investasi terdiri dari biaya investasi lahan
pendidikan dan biaya investasi selain lahan pendidikan.
b. Biaya operasi terdiri dari biaya personalia dan
biaya nonpersonalia.
4) Biaya personalia, meliputi.
a. Biaya personalia satuan pendidikan terdiri atas: gaji pokok
bagi pegawai, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan
struktural bagi pejabat struktural, tunjangan fungsional bagi
pejabat fungsional, tunjangan fungsional bagi guru dan
dosen, tunjangan profesi bagi guru dan dosen, tunjangan
khusus bagi guru dan dosen, maslahat tambahan bagi guru
dan dosen, tunjangan kehormatan bagi dosen yang mmiliki
jabatan professor atau guru besar.
b. Biaya personalia penyelenggaran dan/atau pengelolaan
pendidikan terdiri atas gaji pokok, tunjangan yang
melekat pada gaji, tunjangan struktural bagi pejabat
struktural, tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional.

3. Konsep Manajemen Pembiayaan Pendidikan Berbasis Zakat

a. Pengertian Manajemen Pembiayaan Pendidikan

Manajemen keuangan/pembiayaan adalah usaha atau kegiatan

pimpinan dalam memproses urusan keuangan, menggunakan fungsi-

fungsi manajemen, menggerakkan para pejabat/petugas keuangan.

keuangan bersifat formal karena semuanya sudah diatur dengan

peraturan perundang-udangan yang berlaku (Syarif; 2005:89).


66

Menurut Mulyasa (2007:193) menjelaskan bahwa.

Manajemen keuangan merupakan bagian dari kegiatan


pembiayaan pendidikan, yang secara keseluruhan menuntut
kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan secara efektif dan
transparan. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah,
manajemen keuangan merupakan bagian yang tak terpisahkan
dalam kajian manajemen pendidikan.

Jadi menurut simpulan penulis bahwa, manajemen pembiayaan

yaitu penyelenggaraan atau pengurusan semua bentuk keuangan baik

usaha memperoleh atau mengumpulkan modal untuk membiayai

aktifitas atau kegiatan yang secara langsung maupun tidak langsung

agar semua jenis pengeluaran dari segala sumber daya baik berupa

uang, barang maupun tenaga (yang dapat dihargakan dengan uang)

dapat dikelola dengan lancar, efektif dan efisien untuk menunjang

penyelenggaraan pendidikan, baik yang dikeluarkan oleh sekolah

maupun siswa.

Thomas H. Jones (1982:22) sebagaimana dikutip oleh tim dosen

administrasi Pendidikan UPI (2008:257) menjelaskan bahwa

manajemen memiliki tiga tahapan penting yaitu tahap perencanaan,

tahap pelaksanaan dan tahap penilaian.

Menurut Jaja dan Syarbini (2013:76) apabila ketiga tahap tadi

diterapkan dalam manajemen keuangan adalah menjadi tahap

perencanaan keuangan (Budgeting), pelaksanaan (Actuating/Akunting)

dan tahap penilaian atau evaluasi (Auditing).


67

b. Fungsi Manajemen Pembiayaan Pendidikan

Manajemen pembiayaan pendidikan memiliki tiga kata kunci,

yaitu optimalisasi sumber dana, alokasi dan distribusi. Menurut Jaja dan

Syarbini (2013:74) ketiga kunci ini pada akhirnya menjadi fungsi dari

pembiayaan pendidikan itu sendiri, ialah sebagai berikut.

1) Optimalisasi sumber dana

Fungsi manajemen pembiayan adalah bagaimana lembaga

pendidikan mampu mengoptimalkan sumber-sumber pembiayaan

pendidikan yang diperoleh.

2) Alokasi

Alokasi dalam manajemen pembiayaan pendidikan

merupakan proses financial decision. Di sinilah kebijakan alokasi

pembiayaan pendidikan ditentukan. Kebijakan dalam menentukan

alokasi ini harus mengedepankan program prioritas dalam sebuah

proses pendidikan.

3) Distribusi

Distribusi merupakan proses penyaluran dana sesuai dengan

alokasi yang telah ditentukan. Terkait dengan fungsi manajemen

pembiayaan pendidikan,

Mulyasa (2006:195) mengatakan bahwa.

Dana (biaya) memainkan peran penting dalam pendidikan


pada tiga area; pertama, ekonomi pendidikan dalam
kaitannya dengan pengeluaran masyarakat secara
keseluruhan; kedua, keuangan sekolah kaitannya dengan
68

kabijakan sekolah untuk menerjemahkan uang terhadap


layanan kepada peserta didik; dan ketiga, pajak
adiministrasi bisnis sekolah yang harus diorganisir secara
langsung berkaitan dengan tujuan kebijakan. Pusat perhatian
mendasar dari konsep ekonomi adalah bagaimana
mengalokasikan sumber-sumber terbatas untuk mencapai
tujuan yang beraneka ragam mungkin tak terhingga.

c. Prinsip Manajemen Pembiayaan

Untuk menjalankan fungsi manajemen pembiayaan pendidikan

secara efektif, maka harus memperhatikan prinsip-prinsip yang menjadi

dasar pengelolaannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 48

menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada

prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.

Begitu juga yang dikemukakan oleh Jaja dan Syarbini (2013:75)

prinsip-prinsip manajemen pembiayaan pendidikan itu harus

akuntabilitas, transparan, integritas, konsistensi, efektif dan efisien.

1) Akuntabilitas (Accountability)

Slamet (2005:5) mengemukakan tentang pengertian

akuntabilitas sebagaimana yang dikutip oleh Fakhrurozzi (2012:225)

“akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan

pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja

dan tindakan penyelenggaraorganisasi kepada pihak yang memiliki

hak atau kewajiban untuk meminta keterangan atau

pertanggunjawaban”.
69

Dalam proses manajemen pembiayaan pendidikan harus

mampu mempertanggunjawabkan bagaimana dana itu diperoleh dan

digunakan baik kepada diri sendiri, anggota organisasi maupun kepada

publik. Disinilah nilai yang dianut oleh seseorang yang melaksanakan

manajemen pembiayaan, sehingga ia mampu

mempertanggungjawabkan baik secara moral dan hukum.

Tujuan akuntabilitas adalah agar terciptanya kepercayaan

publik terhadap sekolah. Kepercayaan publik yang tinggi terhadap

sekolah dapat mendorong partisipasi yang lebih tinggi terhadap

pengelolaan manajemen sekolah.

Selanjutnya Fakhrurozzi (2012:227) mengungkapkan.

Akuntabilitas akan semakin memiliki arti ketika sekolah


mampu mempertanggungjawabkan mutu output-nya terhadap
publik. Sekolah yang mampu mempertanggunjawabkan
kualitas output-nya terhadap publik, mencerminkan sekolah
memiliki tingkat keefektivan yang tinggi terhadap output.
Sekolah yang memiliki tingkat keefektivan output tinggi, akan
meningkatkan efisiensi eksternal.

2) Transparan (Transparency)

Di lembaga pendidikan, manajemen keuangan yang transparan

berarti adanya keterbukaan dalam manajemen keuangan lembaga

pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya,

rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya harus jelas sehingga

bisa memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk

mengetahuinya. Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam


70

rangka meningkatkan dukungan orangtua, masyarakat dan pemerintah

dalam penyelenggaraan seluruh program pendidikan di sekolah.

Proses manajemen pembiayaan pendidikan harus dilakukan

secara transparan dan mampu di akses oleh pihak yang

berkepentingan. Prinsip ini bisa direalisasikan dengan menyusun

laporan terhadap pengelolaan dana yang ada (Jaja & Syarbini,

2013:76).

3) Integritas (Integrity)

Pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan harus

memiliki integritas, baik sistem yang dibangun maupun sumber daya

manusia yang menjalankannya (Jaja & Syarbini, 2013:76).

Pengelolaan keuangan dipercayakan kepada sumber daya yang

memiliki kemampuan sesuai dengan bidang kerjanya (integritas) dan

kejujuran yang tinggi sehingga peluang terjadinya korupsi dapat

diminimalkan.

4) Konsistensi (Consistency)

Pengelolaan dana pendidikan harus melakukan secara konsisten

dengan tetap memperhatikan dinamika dan perubahan organisasi yang

ada. Konsistensi ini juga disesuaikan dengan visi, misi dan tujuan

lembaga pendidikan yang telah ditentukan (Jaja & Syarbini, 2013:76)

.
71

5) Efektif dan Efisien

Manajemen keuangan dikatakan memenuhi prinsip efektivitas

kalau kegiatan yang dilakukan dapat mengatur keuangan untuk

membiayai aktivitas dalam rangka mencapai tujuan lembaga yang

bersangkutan dan kualitatif outcomes-nya sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan. Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu

kegiatan. Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara masukan

(input) dan keluaran (out put) atau antara daya dan hasil. Daya yang

dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu, biaya.

Pengelolaan pendidikan harus dilakukan secara efektif dan

efisien dan fokus pada tujuan yang hendak dicapai. Prinsip inilah yang

menjadi indikator produktivitas lembaga pendidikan (Jaja & Syarbini,

2013:76).

d. Pengertian Zakat

Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar

(masdar) dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik.

Sesuatu itu zaka, berarti tumbuh dan berkembang, dan seorang itu

zaka, berarti orang itu baik. (Yusuf Qardawi, 2010:34).

Zakat adalah ibadah maliah ijtimaiyah yang diwajibkan kepada

seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai

dengan ketentuan agama islam untuk diberikan kepada yang berhak

menerimanya (Taufiqullah, 2004:82).


72

Pengertian zakat menurut bahasa dan istilah memiliki hubungan

yang sangat erat bahwa setiap harta yang telah dikeluarkan zakatnya

akan menjadi lebih berkah, tumbuh, bersih, baik dan berkembang.

Zakat tak hanya menciptakan pertumbuhan dari segi material dan

spiritual bagi orang yang membutuhkan saja, tetapi juga dapat

mengembangkan jiwa sosial melalui kepekaan dan kepedulian berbagi

dari yang mengeluarkan zakat.

e. Asnaf Zakat

Asnaf zakat adalah orang-orang/kelompok/pihak-pihak yang

berhak menerima zakat. Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an

Surat At-Taubah ayat 60 :

              


         
  


              


      
 



     


 

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para
mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui
lagi Maha Bijaksana”
73

Sesuai dengan firman Allah SWT tersebut, terdapat delapan

asnaf zakat yaitu :

1) Fakir (al-fuqara)

2) Miskin (al-masakin)

3) Amil Zakat
74

4) Muallaf

5) Hamba Sahaya (Riqab)

6) Orang yang berhutang (gharimin)

7) Orang yang berjuang dijalan Allah (fii sabilillah)

8) Orang yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil)

Menurut Departemen agama dalam Pedoman Zakat (1982:27-

28) menjelaskan bahwa :

Zakat merupakan salah satu jenis ibadah (umat islam) yang


memiliki dimensai ganda, yakni transdental (berkaitan dengan
hubungan manusia dan Tuhan) dan horizontal (berkaitan
dengan hubungan sosial kemasyarakatan). Oleh karena itu,
zakat dipandang sebagai salah satu ibadah yang memiliki
posisi sangat penting, stretegis dan sangat menentukan baik
dari segi syari’ah (agama) maupun dari segi sosial terutama
pembangunan ekonomi masyarakat.

f. Bentuk Pengelolaan Zakat

Zakat merupakan salah satu kewajiban umat islam yang didapat

menjadi sumber dana yang potensial dalam upaya mewujudkan

kesejahteraan masyarakat, jika dikelola dengan baik. Pengelolaan zakat

adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta

pendayagunaan zakat (Taufiqullah, 2004:84). Tahapan pengelolaannya

adalah.

1) Perencanaan

a) Merumuskan tujuan

b) Identifikasi sasaran

c) Menganalisis lingkungan dan sumber daya


75

d) Identifikasi peluang strategis dan tantangan

e) Mengambil keputusan strategis jangka pendek, menengah

dan jangka panjang

f) Implementasi strategis

g) Evaluasi kemajuan dan perkembangan.

2) Pelaksanaan

a) Pengumpulan, yakni kegiatan yang dilakukan untuk

memperolah dana zakat dengan mengajak masyarakat

(muzaki) berdonasi/mempercayakan penyaluran dana zakat

kead lembaga pengelola zakat, pengumpulan ini meliputi

program komunikasi dan fundraising untuk memudahkan

muzakki dalam menunaikan zakat

b) Pengelolaan/Pendayagunaan, (meliputi penyimpanan dan

pengaturan), yaitu proses mengelola hasil penghimpunan

dan zakat meliputi aktivitas accounting dan auditing agar

hasil pengumpulan zakat dpata dipertanggungjawabkan.

c) Pendistribusian, yakni kegiatan merancang dan membuat

program, melaksanakan/membagikan kepada mustahik,

kemudian melakukan pengawasan.

3) Pengawasan

Pengawasan adalah proses manajemen (pengelolaan) untuk

menjamin kegiatan operasional benar-benar sesuai dengan kegiatan


76

operasional yang direncanakan. Pengawasan adalah suatu upaya

sistematik dengan cara sebagai berikut.

a) Menetapkan standar kinerja dalam mencapai tujuan yang

direncanakan

b) Merancanakan sistem informasi umpan balik

c) Membandingkan kinerja aktual dengan standar kinerja yang

ditetapkan

d) Menetapkan apakah erdapat suatu perbedaan, dan mengukur

signifikansi perbedaan tersebut

e) Mengambil tindakan koreksi.

Pengelolaan dana zakat merupakan aktivitas yang penting

dilakukan agar zakat tak hanya konsumtif, tapi juga dapat menjadi

aset produk yang depat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat

termasuk akses pendidikan bagi masyarakat kurang mampu. Disadari

atau tidak, pendidikan adalah tonggak yang dapat memutus mata

rantai kemiskinan seta kesenjangan ekonomi.

g. Makna Pengelolaan Dana Zakat Bagi Anggaran Pendidikan

Selain pemerintah, mayarakat sebagi salah satu stakeholder

pendidikan pun berupaya untuk meningkatkan akses pendidikan baik

perorangan maupun melalui lembaga, diantaranya lembaga zakat.

Telah dibahas sebelumnya bahwa zakat memiliki peran yang sangat

penting dalam upaya meningkatkan mutu dan akses pendidikan bagi


77

masyarakat. Karena zakat dapat menjadi sumber pendanan alternatif

bagi anggaran pendidikan bagi anggaran pendidikan.

Alokasi dana zakat bagi anggaran pendidikan ini digunakan

untuk menngkatkan akses pendidikan masyarakat khususnya

masyarakat kurang mampu dalam berbagai bentuk penyaluran antara

lain, beasiswa, beaguru dan kapasistas guru, penyelenggaraan sekolah

formal, pendidikan informal, pendirian dan operasioanlisasi BLK

atau Balai Latihan Kerja (Yuyu, 2010:28).

Sumber pembiayaan pendidikan tidak hanya mengandalkan

uluran tangan dari anggaran pemerintah saja tetapi lembaga zakat

yang ada disekitar lembaga pendidikan tersebut bisa dijadikan

alternatif dalam pembiayaan pendidikan, dalam sebuah jurnal yang

ditulis oleh Umi Zulfa (2012:244) menjelaskan sebuah ide

pembiayaan pendidikan yang diadopsi dari Amerika dan

ditransformasikan kedalam syariat islam, ialah sebagai berikut.

Dalam mencari sumber pembiayaan pendidikan bisa


menggunakan konsep School levy dalam perspektif Islam,
yang dimana ide utama praktik School Levy yaitu pembiayaan
pendidikan dengan sumber utama dari masyarakat (pajak
properti). Artinya, masyarakat sedemikian rupa dibuat
memiliki kepedulian untuk berbagi dengan anggota
masyarakat di sekitanya, termasuk dalam memajukan
pendidikan yang layak. Pajak properti biasanya dikenakan
untuk barangbarang mewah yang nyata-nyata pemiliknya
orang kaya. Orang kaya dalam Islam adalah orang-orang yang
memiliki harta kekayaan dan wajib menzakatinya ketika
sudah mencapai nishab.

Ide School Levy dipandang mirip dengan ide yang ada dalam

konsep zakat, infak, sedekah, dan wakaf dalam Islam, yaitu ide
78

kepeduliaan terhadap sesama yang diwujudkan dengan saling

berbagi. Konsep zakat, infak, sadakah, dan wakaf (Ziswa) memiliki

nilai kepedulian sosial, termasuk kepedulian dalam pendidikan.

Selanjutnya menurut Umi Zulfa (2012:245) dalam jurnalnya

menjelaskan bahwa.

Dalam School Levy (bersumber dari pajak properti) diperoleh


dari masyarakat. Dalam Ziswa, juga demikian (bersumber
dari umat) dan dimanfaatkan bagi kesejahteraan sosial.
Perbedaanya, school levy spesifik untuk pembiayaan
pendidikan namun tidak spesifik untuk kelompok dan
kepentingan tertentu, sedangkan Ziswa, lebih khusus, yakni
zakat memiliki kelompok khusus yang menjadi mustahiknya.

Menurut Ridwan (2005:189). Nilai strategis zakat dapat

dilihat melalui.

1) Zakat merupakan pengilan agama, ia merupakan cerminan


dari keimanan sesorang
2) Sumber keuangan zakat tidak akan pernah berhenti dan yang
telah membayar setiap tahun atau periode waktu yang lalu
akan terus membayar
3) Zakat secara empirik dapat menghapus kesenjangan sosial
dan sebaliknya dapat menciptakan redistribusi aset dan
pemerataan pembangunan.

Menurut penulis, pengelolaan dana zakat termasuk salahsatu

upaya yang dilakukan dalam menyejahterakan masyarakat serta

dapat meningkatkan akses pendidikan bagi setiap setiap lapisan

masyarakat. Zakat berperan sebagai salahsatu instrumen pembiayaan

termasuk pembiayaan pendidikan. Zakat merupakan penghubung

antara muzakki (pemberi) dengan mustahik (penerima) sehingga

sistem pengelolaan dalam pengumpulan maupun penyaluran dana

zakat sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, diperlukan


79

manajemen/pengelolaan yang profesional, transparan, serta

akuntabel, agar dana dialokasikan dengan baik, efektif dan efisien.

Jika kemudian masyarakat (lokal saja) mampu memanfaatkan

potensí umat Islam dari zakat tersebut, maka segala persoalan

pembiayaan pendidikan di dunia khususnya di Indonesia bisa diatasi,

sebagaimana yang telah diimplementasikan di Amerika, masyarakat

lokalnya mengalokasikan sumber pembiayaan pendidikan dari pajak

properti masyarakatnya, tanpa terlalu menggantungkan alokasi dari

Pemerintah Pusat (federal). Inilah yang dimaksud bahwa zakat dapat

dijadikan sebagai pengganti pajak (tax) dalam konteks school levy

Indonesia, khususnya masyarakat muslim Indonesia.

Selanjutnya menurut Zulfa (2012:247) dalam jurnalnya

mengatakan bahwa.

Jika zakat, sebagai sumber pembiayaan pendidikan,


sehubungan dengan peruntukkannnya yang khas masih
menimbulkan pro dan kontra sebagai akibat dari perbedaan
penafsiran, maka peluang selanjutnya adalah dengan
memanfaatkan sumber pembiayaan pendidikan dari wakaf,
infak, sadakah, nadzar, hibah, dan hadiah. Sumber-sumber
tersebut sangat potensial, mengingat kemungkinan jumlahnya
yang sangat besar, dan tidak adanya ketentuan khusus
tentang pelaku, penerima, waktu serta tempat pelaksanaan.
Hal ini memudahkan lembaga pendidikan dalam mengelola
sumber zakat dari masyarakat, sekolah dan wali. Ketika
sudah berhasil dapat diperluas ke masyarakat desa,
kecamatan, kabupaten dan provinsi tempat sekolah itu
berdomisili. Ini yang dimaksud dengan wakaf, infak,
shadaqah, sebagai pengganti tax dalam konteks school levy
dapat dimanfaatkan warga muslim Indonesia untuk
menerapkan school levy khas pendidikan Islam Indonesia.
80

Dengan melihat sumber-sumber pembiayaan pendidikan

yang ada baik dari pada tingkat makro (nasional) maupun di tingkat

mikro (sekolah) dapat disimpulkan bahwa pembiayaan pendidikan

yang berbasis zakat adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh

seluruh lapisan masyarakat islam baik melalui lembaga atau individu

yang diberdayakan untuk kepentingan masyarakat khususnya dalam

penyelenggaraan pendidikan yang nantinya diperuntukkan bagi para

mustahik yang berhak menerimanya.

B. Perencanaan Pembiayaan Pendidikan Berbasis Zakat (Budgeting)

Perencanaan pembiayaan pendidikan atau sering disebut penganggaran

(Budgeting) merupakan kegiatan atau proses penyusunan anggaran. Budget

merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam

bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan

kegiatan-kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu (Fattah, 2009: 47).

Lebih jauh Fattah menjelaskan bahwa.

Dalam menentukan biaya satuan pendidikan terdapat dua pendekatan


yaitu pendekatan makro dan pendekatan mikro. Pendekatan makro
mendasarkan perhitungan pada keseluruhan jumlah pengeluaran
pendidikan yang diterima dari berbagai sumber dana kemudian dibagi
jumlah murid. Pendekatan mikro mendasarkan perhitungan biaya
berdasarkan alokasi pengeluaran per komponen pendidikan yang
digunakan oleh murid.

Dalam bukunya Maisah (2013:101) menjelaskan bahwa anggaran

(budget) merupakan.

Suatu instrumen yang dirancang untuk memfasilitasi perencanaan.


Anggaran juga memberikan sebuah konteks proses perencanaan dalam
pemilihan langkah-langkah dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
81

Anggaran menjadi dokumen yang meringkaskan keputusan yang


direncanakan dan dapat bertindak sebagai alat untuk memastikan
penggunaan dana masyarakat secara jujur dan hati-hati.

Dalam Proses kegiatan penganggaran pendidikan, menurut Matin

(2014:119) ada beberapa tahap yang perlu dilaksanakan, yaitu

1) Menentukan Alokasi Anggaran Pendidikan

Dalam rangka menentukan alokasi anggaran pendidikan ada

dua hal penting yang perlu diperhatikan, ialah :

a) Menginventarisasikan Sumber Dana Pendidikan

Agar sumber dana dapat dengan mudahkan digunakan

ketika dibutuhkan dalam menentukan alokasi anggaran

pendidikan, maka dat dan informasi tentang sumber dana itu

harus diinventarisasikan dengan baik.

Berdasarkan keterangan yang telah dijelaskan

sebelumnya sumber dana pendidikan itu adalah berasal dari

pemerintah pusat (APBN), pemerintah daerah (APBD), orang tua

siswa, masyarakat, yayasan dan perusahaan, dan dari bantuan luar

negeri.

b) Mengalokasikan Dana Pendidikan

Di bawah ini dijelaskan beberapa tata cara dalam

pengalokasian dana pendidikan :

1) Pengalokasian dana atas dasar siswa


2) Pengalokasian dana atas dasar guru
3) Pengalokasian atas dasar ruang belajar
4) Pengalokasian atas dasar bobot tujuan pendidikan
5) Pengalokasian dana atas dasar peningkaan angka
partisipasi
82

6) Pengalokasian dana atas dasar pengamatan terhadap


rumus-rumus alokasi keuangan (Matin, 2014:122).

c) Menentukan Skala Prioritas

Dalam menentukan skala prioritas ada satu pola umum

yang digunakan sebagai pedoman, yaitu dengan melaksanakan lma

langkah kegiatan.

1) Memeriksa, merumuskan dan menjabarkan permasalahan.


2) Menyusun kriteria untuk melkukan seleksi prioritas.
3) Mengidentifikasi alternatif kebijaksanaan untuk mencapai
tujuan.
4) Mengevaluasi alternatif kebijaksanaan
5) Mengusulkan prioritas kebijaksanaan (Matin, 2014:126)

2) Menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Suatu Unit

Kerja

Ada tiga kegiatan penting yang harus dilakukan ketika akan

menyusun anggaran pendapatan dan belanja suatu unit kerja, yaitu.

a) Menganalisis dan Merevisi program, kegiatan, dan Sasaran.

b) Menganalisis dan merevisi harga satuan.

c) Menetapkan anggaran pendapatan dan belanja unit kerja.

Dalam hal ini ada sejumlah langkah yang harus dilakukan :

1) Mempelajari berbagai kebijaksanaan tahunan pimpinan


dari semua tingkat sampai kebijaksanaan pimpinan unit
kerja itu sendiri
2) Menetapkan tujuan yang akan dicapai baik tujuan umum
maupun tujuan khusus.
3) Menetapkan sumber-sumber pembiayaan pendidikan yang
ada dan biaya satuan yang digunakan.
4) Menetapkan skala prioritas atas dasara, b, dan c, tersebut
di atas.
5) Menetapkan program, kegiatan, sasaran, dan kemungkinan
pembiayaan yang dikaitkan dengan sumber pembiayaan
yang ada.
83

6) Menelaah dan memahami segala peraturan perundang-


undangan yang berlaku dalam bidang pendidikan dan
dalam anggaran baik yang dikeluarkan baik yang
dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, oleh Kemeterian Keuangan, maupun oleh
kementerian lain atau lembaga negara.
7) Menetapkan penanggungjawab program dan jadwal
kegiatan dengan menggunakan sisten penjadwalan
program berupa PERT dan CPM atau diagram batang.
8) Menyiapkan berbagai instrumen gunan mempercepat dan
memudahkan pelaksanaan program dan sekali jalan dapat
digunakan untuk memonitor dan mengendalikan
pelaksanaan program serta bermanfaat dalam memonitor
dan evaluasi.
9) Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja suatu unit
kerja untuk program, kegiaan, dan sasaran berdasarkan
kegiatan, sasaran dan harga yang telah ditetapkan (Matin,
2014:134).

Menurut Fattah (2012:49) menjelaskan bahwa anggaran yang baik

mengikuti prinsip-prinsip berikut, diantaranya.

a. Adanya pembagian wewenang dan tanggungjawab yang jelas dalam


sistem manajemen dan organisasi
b. Adanya sistem akuntansi yang memadai dalam melaksanakan
anggaran
c. Adanya penelitian dan analisis untuk menilai kinerja organisasi
d. Adanya dukungan dari pelaksana mulai tingkat atas sampai bawah

Keempat butir diatas dapat tercipta jika lembaga atau oranisasi dan

manajemennya dalam keadaan sehat dan stabil.

Persoalan penting dalam penyusunan anggaran adalah bagaimana

memanfaatkan dana secara efektif dan efisien, mengalokaskan secara tepat,

sesuai dengan skala prioritas. Itulah sebabnya dalam prosedur penganggaran

memerlukan tahapan-tahapan yang sistematik.

Adapun tahapan penyusunan anggaran menurut Fattah (2012:50) :

1) Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan selama


periode anggaran
84

2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jasa,


dan barang
3) Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang sebab anggaran pada
dasarnya merupakan pernyataan finansial
4) Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah disetujui
dan dipergunakan oleh instansi tertentu
5) Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dari pihak
yang berwenang
6) Melakukan revisi usulan anggaran
7) Persetujuan revisi anggaran
8) Pengesahan anggaran

Dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja

Sekolah atau Madrasah (RAPBS/M) yaitu memanfaatkan dana secara efektif

dan efisien serta mengalokasikan dana secara tepat sesuai kebutuhan. Melalui

RAPBS/M ini dapat diketahui satuan biaya pendidikan yang diperlukan oleh

lembaga pendidikan (Dedi, 2004:04).

Dalam hubungan ini penyusun RAPBS memerlukan analisis masa lalu

dan lingkungan ekstern yang mencakup kekuatan (Strength), kelemahan

(Weakness), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) (Fattah; 2009:

54).

Adapun berdasarkan fakta yang terjadi dalam menetapkan anggaran

pemerintah hanya mengandalkan sektor pajak sebagai sumber penerimaan

utama negara. Pada hal ditinjau dari aspek anggaran pendidikan, dana zakat

memiliki peran yang penting untuk mendukung upaya pemerintah dalam

meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Dalam hal ini Zulfa (2012:245) berpendapat bahwa.

Peluang munculnya pemanfaatan zakat sebagai sumber pembiayaan


pendidikan adalah dengan melakukan penafsiran lebih lanjut untuk
mencari celah pihak-pihak yang dapat dijadikan sebagai sumber
pembiayaan pendidikan. Dari delapan mustahik di atas, pihak yang
85

memiliki peluang masuk dalam pembahasan ini adalah kelompok


fakir, miskin, dan fi sabilillah.

Lebih lanjut lagi penjelasan mengenai ketiga mustahik tersebut

dijelaskan oleh Quraish Shihab (2004:634), ialah.

Fakir adalah mereka yang tidak dapat menemukan peringkat ekonomi


yang dapat mencukupi mereka. Masákín (orang-orang miskin) adalah
mereka yang sama sekali tidak dapat menemukan apa-apa yang dapat
mencukupi mereka. fi sabílilláh (untuk jalan Allah) adalah orang-
orang yang berjuang di jalan Allah, tetapi tanpa ada yang
membayarnya, sekali pun mereka adalah orang-orang yang
berkecukupan. Dalam Tafsir Al Mishbah, kata fi sabílilláh dipahami
oleh mayoritas ulama sebagai pejuang yang terübat dalam peperangan
baik langsung maupun tidak, termasuk pembelian senjata,
pembangunan benteng dan lain-lain yang berhubungan pertahanan
negara, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Ada juga
yang berpendapat bahwa yang termasuk dalam kelompok ini adalah
jamaah haji atau umrah. Berbeda dengan tersebut, sebagian ulama
kontemporer memasukkan kelompok (fi sabilillah) ini adalah sebagai
aspek kegiatan sosial, baik yang dikelola oleh perorangan maupun
organisasi Islam, seperti pembangunan lembaga pendidikan, masjid
rumah sakit dengan alasan bahwa kata sabílilláh dari segí kebahasaan
mencakup segala aktivitas menuju jalan dan keridlaan Allah (Shihab,
2004: 634).

Penulis menekankan dalam mengalokasikan zakat untuk pendidikan

lebih kepada pendapat Syaikh Yusuf Qardhawi pendistribusian untuk fii

sabilillah. Beliau berpendapat bahwa.

Tidak ada perluasan arti fiisabilillah untuk segala kemaslahatan dana


mendekatkan diri kepada Allah, begitu juga tidak terlalu
mempersempit pengertian hanya untuk jihad dalam arti bala tentara
saja, karena jihad sesungguhnya itu bisa dilakukan dengan bentuk
pemikiran, pendidikan, sosial, ekonomi, politik, dan kekuatan bala
tentara, semua bentuk jihad teresbut membutuhkan dana yang bisa
diambil dari dan zakat.

Menurut Sayid Sabiq yang dikutip oleh Yayat Hidayat (2008:224)

menjelaskan bahwa “sabilillah adalah jalan menuju keridhaan Allah, baik

tentang ilmu maupun amal perbuatan. BAZ DKI mengartikan sabilillah


86

adalah usaha-usaha perorangan atau badan yang bertujuan untuk kepentingan

kejayaan dan kepentingan umum”.

Lebih lanjut lagi Yayat menjelaskan bahwa Sabilillah mempunyai

beberapa pengertian, yaitu.

Sabilillah berarti perang, pertahanan dan keamanan Islam, Sabilillah

berarti kepentingan agama islam, Sabilillah mempunyai arti

kemaslahatan umum. Jalan menuju ridha Allah meliputi semua unsur

tersebut atau dengan kata lain meliputi pembangunan manusia

seutuhnya dan masyarakat pada umumnya. Kata ssbilillah mempunyai

arti yang sama dengan kalimat sabili rabbika (Jalan Tuhanmu) dalam

yang tertulis dalam surat Yusuf:108. Dan juga kata sabilillah adalah

lawan dari kata sabilut-thaguth (jalan berhala/setan) yang tertulis

dalam surat An-Nisa:76.

Sesuai dengan kondisi dan tujuan keadaan, maka pendayagunaan jatah

zakat sabilillah dapat disalurkan untuk beberapa hal berikut, diantaranya.

1. Menyebarluaskan ajaran Islam dan mempertahankan Islam,


memerlukan dana untuk peningkatan dakwah Islamiyah, maka
dana itu dapat diambil dari alokasi sabilillah
2. Peningkatan ilmu pengetahuan agama, umum, keterampilan,
keperluan beasiswa, penelitian, penerbitan bukupelajaran, majalah
ilmiah
3. Peningkatan pembangunan fisikatau proyek monumental
keislaman
4. Anggaran belanja orang-orang yang sedang melaksanakan tugas
agama
5. Jatah sabilillah didayagunakan untuk pembelian dan perawatan
alat0alat perlengkapan perang, pembangunan rumah sakit,
angkatan bersenjata, pembangunan dan rehabilitasi jalan-jalan,
yang paliang penting dewasa ini untuk dana perlengkapan dakwah
islamiyah, kegiatan-kegiatan misai islam ke negara non islam
87

6. Mengadakan penataran untuk peningkatana pengetahuan kader-


kader islam danmenyelenggarakan kursus keterampilan dan
wiraswasta untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan mengatasi
pengangguran (Yayat, 2008:224-225).

Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting dalam

kehidupan manusia, begitu pun dalam sebuah hadits Rasulullah menjelaskan

bahwa mencari ilmu adalah kewajiban bagi seluruh muslim, karena

kebermanfaatan ilmu itu sendiri tidak hanya dirasakan oleh diri sendiri tetapi

juga oleh orang lain. Mengenai alokasi zakat untuk para pencari ilmu

sebagaimana yang dikemukakan oleh An-Nawawi yang dikutip oleh Sayyid

Sabiq (2000:587) menjelaskan bahwa.

Sekalipun pencari ilmu itu mampu bekerja yang layak, tapi dia sangat
sibuk mempelajari sebagian ilmu agama, sehingga jika ia bekerja akan
menghambat proses belajarnya, maka dia boleh menerima zakat,
karena hukum mencari ilmu adalah fardu kifayah, sedangkan yang
tidak mencari ilmu tidak berhak menerima zakat, selama masih
sanggup bekerja, sekalipun tinggal dilingkungan madrasah. Pendapat
yang kami sampaikan ini adalah pendapat yang benar dan masyhur.

Alokasi dana zakat dalam bentuk peningkatan pendidikan, tidak harus

berupa beasiswa, bisa juga berupa pelatihan, peningkatan keterampilan non

formal yang dapat dimanfaatkan mustahiq untuk bekal bekerja sehingga dapat

memperoleh kesejahteraan seperti menjahit, pelatihan bahasa asing, pelatihan

kerja, dan lain-lain (Mufairni, 2006:151).

Dari penjelasan tersebut, sumber pembiayaan pendidikan yang berasal

dari zakat bisa diambilkan untuk mustahiq tiga kategori, yaitu: fakir, miskin,

dan fíi sabílillah.


88

Jadi, penganggaran pembiayaan pendidikan berbasis zakat adalah

proses pembuatan pedoman tentang alokasi pembiayaan bersumber dari dana

zakat yang disalurkan kepada para mustahik, didalamnya terdapat penyusunan

anggaran belanja dan pendapatan dan pengembangan anggaran belanja dan

pendapatan. Penganggaran tersebut digunakan sebagai alat penafsir

pendapatan dan pengeluaran yang akan datang, sehingga anggaran bisa

digunakan secara efisien.

C. Pelaksanaan Pembiayaan Pendidikan Berbasis Zakat

(Actuating/Accounting)

Pelaksanaan (actuating) dalam proses pembiayaan disebut sebagai

Accounting (akuntansi atau laporan). Accounting adalah bahasa yang

digunakan untuk menggambarkan hasil kegiatan ekonomi (Tim Dosen, 2008:

265). Menurut Mulyasa (2006: 201) dalam pelaksanaan keuangan sekolah

dalam garis besarnya dapat dikelompokkan ke dalam dua kegiatan, yakni

penerimaan dan pengeluaran.

1. Penerimaan Anggaran

Penerimaan keuangan sekolah dari sumber-sumber dana perlu

dibukukan berdasarkan prosedur pengelolaan yang selaras dengan

kesepakatan yang telah disepakati, baik berupa konsep teoritis maupun

peraturan pemerintah. Secara konsep banyak pendekatan yang dapat

digunakan dalam pengelolaan penerimaan keuangan, namun secara

peraturan termasuk dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah ada

beberapa karakteristik yang identik.


89

Berdasarkan buku pedoman rencana, program dan penganggaran,

sumber dana pendidikan yang dapat dikembangkan dalam anggaran

belanja madrasah antara lain meliputi anggaran rutin; dana penunjang

pendidikan; dana masyarakat; donatur; dan lain-lain yang dianggap syah

oleh semua pihak. Pendanaan pendidikan pada dasarnya bersumber dari

pemerintah, orang tua dan masyarakat (pasal 46, UU Nomor. 20 tahun

2003). Di samping itu dapat pula digali sumber yang mungkin dari pihak

masyarakat dalam bentuk kerjasama saling menguntungkan

(mutualisme).

Prosedur pembukuan penerimaan keuangan sekolah di

lingkungan Departemen Pendidikan Nasional, tampaknya menganut pola

panduan antara pengaturan pemerintah pusat dan sekolah. Artinya

terdapat beberapa anggaran yang telah ditetapkan oleh peraturan

pemerintah yang intinya pihak sekolah tidak bolehmenyimpang dari

petunjuk penggunaan atau pengeluarannya, dan sekolah hanya sebagai

pelaksana pengguna dalam tingkat makro kelembagaan.

Dengan demikian, pola manajemen kauangan sekolah terbatas

pengelolaan dana tingkat operasional. Salah satu kebijakan keuangan

sekolah adalah adanya pencarian tambahan dana dari partisipasi

masyarakat, selanjutnya secara pengelolaannya dipadukan sesuai dengan

tatanan yang lazim sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun

demikian, sesuai dengan semangat otonomi daerah dan desentralisasi

pendidikan dengan pengembangan konsep manajemen berbasis sekolah,


90

maka sekolah memiliki kewenangan dan keleluasaan yang cukup lebar

dalam kaitannya dengan manajemen keuangan untuk mencapai efektifitas

pencapaian tujuan sekolah.

Pada umumnya disetiap sekolah telah ditetapkan bendahara sesuai

dengan peran dan fungsinya. Untuk uang yang haru

dipertanggungjawabkan, ditunjuk bendahara oleh pihak berwenang dan

sebagai atasan langsungnya adalah kepala sekolah. Uang yang dibukukan

merupakan aliran masuk dan keluar setelah mendapat perintah dari atasan

langsung. Sedangkan uang yang diterima dari masyarakat, ditunjuk

bendahara lain dengan sepengetahuan dan kesepakatan pihak komite

sekolah ditunjuk dari anggota sesuai dengan persetujuan masyawarah.

Berkaitan dengan aliran keuangan yang berasal dari asyarakat, sekolah

dalam hal ini pengguna harus mendapat persetujuan komite sekolah.

2. Pengeluaran Anggaran

Dana yang keluar dari berbagai sumber perlu digunakan secara

efektif dan efisien. Artinya. Setiap perolehan dana dalam pengeluarannya

harus didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan yang telah disesuaikan

dengan perencanaan pembiayaan pendidikan di madrasah/sekolah.

Pengeluran sekolah berhubungan dengan pembayaran keuangan sekolah

untuk pembelian sumber atau input dari proses sekolah seperti tenaga

administrasi, guru, bahan-bahan, perlengkapan dan fasilitas. Ongkos

menggambarkan seluruh sumber yang digunakan dalam proses sekolah,


91

apakah digambarkan dalam anggaran biaya sekolah atau tidak. Ongkos

dari sumber sekolah menyumbangkan atau tidak terlihat secara akurat.

Dalam manajemen keuangan sekolah, pengeluaran harus

dibukukan sesuai dengan pola yang sudah ditetapkan oleh peraturan.

Beberapa hal yang harus dijadikan patokan bendahara dalam

pertanggungjawaban pembukuan, meliputi format buku kas harian, buku

tabelaris, dan format pelaporan daya serap penggunaan anggaran serta

beban pajak. Aliran pengeluaran keuangan harus dicatat sesuai dengan

waktu serta peruntukkannya. Untuk mengefektifkan pembuatan

perencanaan keuangan sekolah, maka yang sangat bertanggung jawab

sebagai pelaksana adalah kepala sekolah. Kepala sekolah harus mampu

mengembangkan sejumlah dimensi pembuatan administratif. Kegiatan

membuat anggaran belanja bukan maksud-maksud dasar dari pendidikan

dan progam.

Berdasarkan perspektif tersebut perencanaan keuangan sekolah

harus dapat membuka jalan bagi pengembangan dan penjelasan konsep-

konsep tentang tujuan tujuan pendidikan yang diinginkan, dan merancang

cara-cara pencapainnya.

Dalam manajemen keuangan sekolah penyusunan belanja sekolah

dilaksanakan oleh kepala sekolah dibantu para wakilnya yang ditetapkan

oleh kebijakan sekolah, serta komite sekolah dibawah pengawasan

pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) (E. Mulyasa,

2003:201-204). Pelaksanaan manajemen pembiayaan pendidikan terdiri


92

dari 2 kegiatan yaitu penerimaan dan pengeluaran, kedua kegiatan

tersebut dibuktikan dengan sebuah laporan atau pembukuan yang sudah

disepakati atau yang sudah ditetapkan, agar dana yang masuk dan yang

keluar bisa dipertanggungjawabkan.

Dalam pelaksnaan pembiayaan pendidikan berbasis zakat

menurut Zulfa (2012:246) menjelaskan bahwa.

Zakat sebagai alokasi biaya pendidikan dapat digunakan untuk


biaya individu peserta didik, terutama untuk biaya operasionalnya
maka peserta didik yang masuk kategori fakir dan miskin dapat
dialokasikan dari Zakat al-mal Untuk pendidik yang tidak
dibayar, dapat dialokasikan dari bagian fi sabílillah sebagaimana
pendapat Qardhawi. Tetapi ketika guru sudah dibayar namun
sangat tidak mencukupi maka dapat diambilkan dari bagian zakat
untuk kelompok fakir. Untuk biaya investasi seperti pembelian
lahan penyediaan sarana pendidikan (gedung sekolah), dan biaya
pemeliharaannya dapat diambilkan dan bagian fi sabílilldh
sebagaimana Tafsir Al Mishbah.

Jadi, alokasi zakat untuk pendidikan di atas adalah bahwa sumber

biaya pendidikan kategori biaya operasional sekolah, pengadaan sarana

prasarana, pemeliharaan, dan investasi bisa diperoleh dari zakat al-mal

dengan mengacu kepada tiga mustahik yaitu fakir, miskin, dan sabilllah.

D. Pengawasan dan Pemeriksaan Anggaran Pembiayaan Pendidikan

Berbasis Zakat (Auditting)

Menurut Mulyasa (2006:205) Pengawasan merupakan salah satu

proses yang harus dilakukan dalam manajemen pembiayan bebasis sekolah.

Dalam keuangan manajemen sekolah, kepala sekolah perlu melakukan

pengendalian pengeluaran keuangan sekolah selaras dengan anggaran

anggaran belanja yang telah ditetapkan.


93

Sedangkan Menurut Fattah (2009: 66) secara sederhana proses

pengawasan terdiri dari ketiga kegiatan, yaitu memantau (monitoring), menilai

dan melaporkan.

Pengawasan anggaran adalah suatu sistem penggunaan bentuk-bentuk

sasaran yang telah ditetapkan dalam suatu anggaran untuk mengawasi

kegiatan-kegiatan manajerial dengan melakukan perbandingan pelaksanaan

nyata dan pelaksanaan yang direncanakan (Handoko, 1999:378)

Proses evaluasi dilakukan agar kegiatan-kegiatan yang berkaitan

dengan manajemen pembiayaan berjalan secara efektif dan efisien dan tidak

terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam prosesnya. Disinilah kepala

sekolah harus memantau dan menilai hasilnya.

Pengawasan anggaran pendidikan merupakan kegiatan untuk

mengamankan dan menetapkan rencana, program, dan keputusan-keputusan

yang telah dibuat dan sedang dilaksanakan, menilainya dan mengoreksinya

dengan maksud agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula

(Matin, 2014:188).

Proses pengawasan anggaran pendidikan tidak dapat dilepaskan dari

pembiacaraan konsep efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program kerja yang

ada.

Menurut Matin (2014:188), jika dilihat dari perspektif pelaksana

pengawasan, pengawasan penggunaan anggaran pendidikan dapat

dikategorikan kedalam empat kelompok, yaitu.


94

1) Pengawasan Melekat

Pengawasan melekat (waskat) adalah pengawasan yang

dilaksanakan oleh atasan langsung kepada bawahannya, atau pengawasan

terhadap kinerja bawahan dilaksanakn oleh atasan langsungnya bukan

oleh pihak lain. Atasan langsung meskipun tidak memiliki jabatan

sebagai pengawas, tetapi ia memiliki fungsi pengawasan yang melekat

pada jabatannya sebagai kepala bagian atau sebagai pimpinan suatu unit

kerja.

2) Pengawasan Fungsional

Pengawasan fungsional (wasnal) adalah pengawasan yang

dilaksanakan oleh aparat yang berfungsi sebagai pengawas (pekerjaannya

sebagai pengawas) seperti, Inspektorat jenderal Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan beserta jajarannya, (para inspektorat danpara pengawas

pada tingkat satuan pendidikan), Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan (BPKP), Badan pemeriksa Keuangan (BPK), dan

sebagainya.

3) Pengawasan Legislatif

Pengawasan legislatif (wasleg) ialah pengawasan yang dilakukan

oleh badan legislatif, yaitu oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) terhadap pelaksanaan

rencana dan program kerja pemerintah. Pengawasan legislatif pada

Kementerian pendidikan dan Kebudayaan, dilakukan dengan cara :


95

Inspektorat Jenderal kementerian pendidikan dan Kebudayaan beserta

jajarannya menyampaikan hasil pengawasan pada satuan kerja

dilingkungannya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

oleh anggota dewan dalam rapat dengar pendapat dengan DPR/DPRD.

4) Pengawasan Masyarakat

Pengawasan masyarakat (wasmas) anggodalah pengawasan yang

dilakukan oleh anggota masyarakat baik anggota masyarakat secara

individual maupun berkelompk dengan cara melihat, memerhatikan,

memonitor, menilai dan melaporkan pelaksanaan kegiatan suatu unit

kerja, terutama unit kerja pemerintah melalui pengiriman surat

pengaduan kepala pimpinan kementerian atau melalui kotak pos 5000.

Pada dasarnya, pengawasan anggaran bertujuan untuk mengukur,

membandingkan, menilai alokasi biaya, dan tingkat penggunaannya.

Diharapkan pengawasan anggaran tidak hanya berfungsi untuk menilai sebuah

kegiatan berjalan atau tidak sesuai rencana namun perlu ada timbal balik (feed

back) dari hasil pengawasan. Hal pokok dari pengawasan adalah untuk

mengetahui sejauhmana tingkat efektifitas dan efisiensi sumber dana yang

tersedia.

Pendapat Nanang Fattah (2012:66-67) bahwa proses pengawasan

terdiri dari kegiatan pokok, diantaranya.

1) Memantau
2) Menilai, dan
3) Melaporkan
96

Proses pengawasan anggaran dapat digambarkan sebagai berikut.

INPUT PROSES

Kinerja Aktual Monitoring- Rekomendasi


Evaluasi-
Menurut Fattah (2012:67) pada dasarnya pemeriksaan (Audit) adalah.
Aktivitas menilai, baik catatan (record) dan menentukan prosedur-
prosedur dalam mengimplementasikan anggaran, apak sesuai dengan
peraturan, kebijakan, dan standar-standar yang berlaku. Dalam
pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh pihak-pihak luar lembaga
(external audit), seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau
akuntan publik yang mempunyai sertifikasi dan pimpinan langsung
(internal audit) terhadap penerimaan dan pengeluaran biaya. Hasil-
hasil dari pemeriksaan, baik secara audit internal mauoun audit
eksternal didasarkan atas temuan-temuan praktis dilapangan yang
kemudian dilaksanakan, dibahas bersama kemudian
direkomendasikan.

Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti

tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang

dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat melaporkan

kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan

(Tim Dosen, 2008: 265).

Adapun menurut Matin (2014:197) menjelaskan bahwa.


Pemeriksaan atau audit penggunaan anggaran pendidikan merupakan
kegiatan melihat dengan teliti, menyelidiki, mempelajari, menelaah,
dan mengusut penggunaan anggaran pendidikan, termasuk mengusut
tata cara pembukuannya salah benarnya suatu hal, peristiwa yang telah
di catat, ditempakan pada pos-posnya serta proses penerimaan uang
dan barang yang dimiliki oleh suatu sekolah atau suatu unit kerja
lainnya baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh
masyarakat.
97

Tujuan dari pemeriksaan adalah.


1) Memberikan laporan penggunaan anggaran pendidikan setelah
diperiksa oleh akuntan (pemeriksa) kepada pengelola, pemilik, dan
pihak lain secara independen
2) Menghindari kesalahan pencatatan atas penerimaan dan
pengeluaran uang dan arus penerimaan dan pengeluaran barang
3) Menghindari adanya penyimpangan atas proses pengelolaan
keuang dan barang
4) Membetulkan kesalahan dan atau penyimpangan dalam proses
pembukuan
5) Menghindari terulangnya kesalahan dan atau penyimpangandalam
proses pembukuan
6) Menciptakan kondisi penggunaan sumber daya pendidikan yang
efisien dan efektif (Matin, 2014:198).

Berikut ini adalah contoh data yang diperlukan oleh pemeriksa

yang dapat dikerjakan oleh staf pengelola.

1) Neraca Saldo Akhir Tahun


2) Kas
3) Piutang
4) Investasi Surat Berharga
5) Persediaan
6) Biaya yang dibayar dimuka
7) Aktiva tetap
8) Hutang dagang dan Hutang wesel
9) Hutang Jangka Panjang
10) Modal
11) Pendapatan dan Biaya
12) Lain-lain (Matin, 2014:199-201)

Sedangkan menurut Nanang Fattah (2012:68-72), sasaran dari

pemeriksaan (audit) adalah.

1) Pemeriksaan Kas
2) Pemeriksaan Pengurusan Barang
3) Tuntutan Ganti Rugi
4) Pemeriksaan Anggaran Pre Audit

Dalam kegiatan manajemen pembiayaan pendidikan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaaan, serta evaluasi perlu dikelola secara efektif dan

efisien mungkin agar proses pelakasanaan berjalan sesuai tujuan yang telah
98

ditetapkan. Untuk itu perlu adanya keterpaduan antara penerimaan keuangan

dan pengeluaran keuangan.

Dalam hal ini Pidarta (2004: 4). Merumuskan bahwa.

Manajemen Pembiayaan dalam lembaga pendidikan berbeda dengan


manajemen pembiayaan perusahaan yang berorientasi profit atau laba.
Organisasi pendidikan dikategorikan sebagai organisasi publik yang
nirlaba (non-profit). Oleh karena itu, manajemen pembiayaan
memiliki keunikan sesuai dengan misi dan karakteristik pendidikan.
Manajemen dalam pendidikan dapat diartikan sebagai aktivitas
memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya.

Apabila pembiayaan pendidikan dari mulai perencanaan, pelaksanaan,

dan pengawasan dikelola secara baik dan profesional. Maka keuangan suatu

lembaga akan tetap stabil dan tidak akan terjadi penyimpangan sehingga

apapun yang menjadi tujuan lembaga bisa tercapai secara efektif dan efisien.

E. Manfaat Dana Zakat Bagi Pendidikan

Pada tahap implementasinya pendidikan tidak terlepas dari unsur

pendukung utama kelancaran proses pendidikan yaitu pembiayaan/anggaran

pendidikan. Anggaran pendidikan merupakan salahsatu komponen masukan

instrumental (instrumental input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan

pendidikan (Dedi, 2006:3). Oleh karen itu anggaran pendidikan memiliki

peranan yang sangat menentukan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan

baik tujuan-tujuan yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

Dalam hal ini Abdurrachman Qadir (2001:83) berpendapat bahwa :

Alokasi dana zakat bagi pendidikan adalah salahsatu cara yang


dilakukan untuk dapat meningkatkan akses pendidikan bagi setiap
masyarakat khususnya masyarakat yang kurang mampu. Zakat
merupakan salah satu nilai instrumental yang strategis dan sagat
99

berpengaruh pad hubungan sosial serta pembangunan


masyarakat.Tujuan pengelolaan zakat tidak sekedar menyantuni
masyarakat yang kurang mampu secara konsumtif, tetapi mempunyai
tujuan yang lebih permanen yaitu mengentaskan kemiskinan dan
mencerdaskan setiap generasi.

Zakat dan pendidikan memiliki keterkaitan secara teknis dengan

proses kehidupan. Dalam hal, ini zakat berperan sebagai faktor pendukung

terhadap proses pendidikan terkait pendanaan pada sektor anggaran

pendidikan.

Selanjutnya Zulfa (2012:252) menjelaskan bahwa manfaat yang

diperoleh dengan mengadopsi sistem school levy khas pendidikan islam

adalah dapat menumbuhkan.

a) Kesadaran masyarakat mampu/yang berkewajiban membayar zakat


untuk bisa mendistribusikan zakat yang dibayarkannya secara tertib
dan teratur dengan baik
b) Kesadaran untuk menumbuhkan budaya berinfak, Shadaqah dan
yang lainnya bukan atas tuntutan sebagai bentuk kesalehan pribadi
tetapi juga untuk kesalehan sosial, karena dengan pendidikan yang
baik (karena terjamin pembiayaannya) maka akan tercipta
masyarakat yang baik.
c) Kesadaran sikap kemandirian untuk tidak terlalu bergantung kepada
pemerintah dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu dan roda
perekonomian akan berjalan dengan baik.

F. Faktor Kunci Keberhasilan dalam Manajemen Pembiayaan

Pendidikan

Sebagaimana menurut Akdon dkk (2014:115) bahwa Faktor kunci

keberhasilan merupakan (Critical Success Faktor) merupakan.

Upaya untuk membangun kemampuan suatu organisasi agar dapat


memutuskan langkah-langkah yang harus dilakukan berkenaan dengan
anggaran yang telah ditetapkan, sehingga dapat mencapai misi yang
menjadi pedoman dalam melaksanakan proses pendidikan. Hal ini
10
0

terjadikarena faktor-faktor keberhasilan tersebut membimbing dan


mengarahkan organisasi dalam menetapkan tujuan, sasaran, dan
aktivitas kegiatan sehingga dapat mengefisienkan waktu, biaya, dan
tenaga.

Selanjutnya menurut Daniel yang dikutip oleh Matin (2015:115)

mengatakan bahwa.

Critical Success Faktor (CSF) is the term for an element which is


necessary for an organization or protect to achieve its mission. They
are the critical factor or activities required for ensuring he success of
yoru bussiness. The term was initially used in the woeld of data
analysis, and business analysis.

(Faktor kunci keberhasilan adalah suatu istilah untuk suatu unsur yang
penting bagi suatu organisasi atai proyek dalam mencapai misinya.
Kegiatannya meliputi aktivitas atau faktor kritis yang diperlukan
untuk memastikan sukses dari kegiatan bisnis/organisasi. Istilah
tersebut pada awalnya digunakan dalam dunia analisis data dan
analisis bisnis).

Menurut Akdon dkk (2015:116), untuk menentukan faktor-faktor

penentu keberhasilan ini diperlukan tahapan-tahapan sebagai berikut.

1. Refleksi Organisasi

Refleksi organisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk

mendapatkan Analisis Lingkungan Internal (ALI) dan Analisi Lingkungan

Eksternal (ALE). Untuk itu satuan pendidikan harus mengenal kondisi-

kondisi elemen internal organisasi yang sifatnya controllable (dapat

dikuasai) yang berguna untukmengetahui faktor kekuatan atau kelemahan

organisaisi, serta mengenal elemen-elemen kondisi eksternal organisasi

yang sifatnya uncontrollable (relatif kurang dikuasai) yang berguna untuk

mengetahhui faktor peluang dan ancaman dengan menggunakan

pendekatana analisis SWOT : Strengths (kekuatan), Weakness

(kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Analisis


10
1

ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat urgensi dan dampak potensial

serta skala prioritasnya.

2. Penentuan Strategi

Tahap berikutnya berdasarkan ALI dan ALE tersebut ditentukan

stretegi yang tepat dalam menenukan Critical Success Factor dengan

membagi empat strategi dengan mempertimbangkan posisi sekolah,

berikut macam-macam strateginya.

a) Strategi S-O (Mengoptimalkan kekuatan untuk menangkap


peluang)
b) Strategi S-T (Memanfaatkan kekuatan untuk mengadapi ancaman)
c) Strategi W-O (memanfaatkan peluang untuk meminimalkan
kelemahan)
d) Strategi W-T (Meminimalkan kelemahan untuk menghindari
ancaman) (Akdon dkk, 2015:126).

Kedua faktor tersebut perlu dimaksimalkan untuk mencapai

keberhasilan dalam hal manajemen pembiayaan pendidikan khususnya yang

bersumber dari dana zakat.

Anda mungkin juga menyukai