Abstrak
Kata kunci: Islam dipandang sebagai agama yang sempurna, hal itu karena nilai-nilai Islam
SDM Unggul, yang terkandung dalam al-Qur’an dan Hadits telah memenuhi syarat sebagai
Revolusi ideologi peradaban. Ditengah arus globalisasi yang kian disruptif, manusia
Industry 4.0, dituntut untuk selalu memaksimalkan potensi dirinya agar bisa bertahan dalam
Islam persaingan Global. Sehingga dalam hal ini, Islam sebagai ideologi peradaban
dipandangan perlu untuk menciptakan generasi muda yang unggul dan dapat
bersaing di Era Revolusi Industry 4.0 ini. penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan karakteristik library research, dan metode analisis
yang digunakan adalah analisis isi (content analisys). Adapun dalam penelitian
ini diketahui bahwa: 1) SDM unggulan menurut Al-Quran adalah manusia yang
berwawasan Iqra', Ulul Albab, Shaleh, Penggerak perubahan, dan Berwawasan
Global (Global Mind-set). 2) Ada 5 domain yang harus dimiliki generasi saat ini,
yaitu: profesionalitas, daya kompetitif, kompetensi fungsional, keunggulan
partisipatif, dan kerja sama.
Abstract
Keywords: Islam is seen as a perfect religion, this is because the Islamic values contained
Superior in the Qur'an and Hadith have fulfilled the requirements as an ideology of
generation, civilization. In the midst of an increasingly disruptive flow of globalization,
Industrial humans are required to always maximize their potential in order to survive in
Revolution 4.0, global competition. So in this case, Islam as an ideology of civilization is seen
Islam as necessary to create a young generation that excels and can compete in this
Industrial Revolution 4.0 Era. This study uses a qualitative approach with
library research characteristics, and the analysis method used is content
analysis. As for this research, it is known that: 1) superior human resources
according to the Qur'an are people who have Iqra', Ulul Albab, Salih, change
movers, and Global Mind-set. 2) There are 5 domains that the current
generation must possess, namely: professionalism, competitive power,
functional competence, participatory advantage, and cooperation.
Manusia dikenal sebagai makhluk multimensinal, dia dijuluki sebagai makhluk social
(homo socius), makhluk yang menyukai symbol (homo simbolicum), makhluk yang berorganisasi, dan
dikenal juga sebagai makhluk yang mengeksploitasi sesame manusia (homo homini lupus).1 Manusia
tidak dapat hidup secara individual, karena sejak dilahirkannya ke dunia manusia selalu
membutuhkan terhadap bantuan manusia yang lain. dan karena manusia telah memiliki kesadaran
social sejak lahir, maka perlu untuk mengorganisir komuitasnya dalam bentuk organisasi-
organisasi social, sehingga dapat menunjang terhadap pegembangan dirinya dalam menciptakan
peradaban yang diinginkan. Sejak lahir manusia akan selalu bersentuhan dengan organisasi, mulai
dari organisasi keluarga, organisasi tetangga, organisasi sekolah, dan organisasi-organisasi lainnya,
bahkan dalam kematian pun manusia tetap berorganisasi, yaitu menjadi bagian dari anggota
organisasi kematian.2 Pada dasarnya keberadaan orgaisasi di Dunia ini dicitakan oleh Tuhan
untuk kepentingan hidup manusia agar menjadi Khalifah yang sesuai dengan ajaran-ajaran Tuhan.
Dalam hal ini, organisasi tidak boleh memudarkan adanya eksistensi manusia yang Hanif,
melainkan manusia lah yang harus mengatur, mengelola, dan mengembangkan organisasinya
untuk kemaslahatan umat manusia. Bagi manusia, keberadaan organisasi merupakan suatu hal
yang sangat penting diperhatikan untuk mencapai tujuan hidupnya. Melalui organisasi, manusia
akan bekerja, dan menunjukkan eksistensinya agar bisa mencapai kepuasan terhadap apa yang
telah menjadi tujuan hidupnya. Untuk mencapai produktifitas dan kepuasan dalam bekerja, maka
sebuah organisasi membutuhkan manajemen sebagai alat atau seni mengelola organisasi agar bisa
berjalan dengan efisien, efektif, dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Namun, terlepas dari pentingnya organisasi bagi kehidupan manusia, setiap organisasi
tentunya memiliki nilai-nilai yang digunakan dalam setiap gerak organisasinya sebagai world view
atau pandangan dunia, sehingga organisasi tersebut memiliki gerakan dan tujuan yang jelas, sesuai
dengan cita-cita yang diinginkan. Islam merupakan salah satu agama samawi yang diturunkan
oleh Allah ke muka Bumi melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW yang mana Islam
tidak hanya diposisikan sebagai landasan teologis tapi lebih dari itu, juga sebagai landasan
ideologis bagi umat manusia khususnya umat Islam dalam menjalankan fungsinya sebagai Khalifah
di muka bumi. al-Quran dan Hadits sebagai sumber hukum Islam menjadi alasan utama kenapa
Islam layak dijadikan sebagai landasan ideologis. Karena dalam al-Quran dan Hadits terdapat
nilai-nilai universal yang menunjang terhadap keberlangsugan peradaban manusia yang ideal,
sehingga dalam hal ini Khan memandang Islam sebagai “way of life” atau jalan hidup. Bumi dan
segala isinya diciptakan oleh Allah untuk manusia berdasarkan Q.S. al-Baqarah: 29
Untuk mengelola bumi beserta isinya, manusia dituntut untuk memaksimalkan potensi
dirinya sebagai Khalifah di bumi. Dalam hal ini, nilai-nilai Islam yang terkandung dalam al-Qur’an
dan Hadits, memiliki peran penting dalam membagun kualitas SDM yang unggul karena
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa nilai-nilai islam tidak hanya dijadikan landasan
teologi, melainkan juga dijadikan sebaggai landasan ideologis sehingga nilai-nilai Islam
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Menjadikan islam sebagai landasan ideologis
sebagai upaya untuk menciptakan SDM yang unggul, tidak hanya dilakukan oleh generasi saat ini.
Jauh beberapa abad yang lalu islam telah dijadikan sebagai landasan ideologis sehingga dapat
mencetah generasi-generasi seperti Ibnu Khaldun, al-Jaziri, Ibnu Shina, al-Battutah, al-Ghazali,
dan ulama saintifik lainnya. Namun seiring berjalannya waktu, lambat laun umat islam mulai
1 Dinn Wahyuddin, et.all.,Pengantar Pendidikan. (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2008), hal. 1.
2 Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hal. 126.
Al-Allam : Jurnal Pendidikan; Vol. 3 No. 1, Mei 2022
35
Moh Khorofi
meninggalkan nilai-nilai yang telah membawanya ke masa keemasannya, dan tanpa disadari nilai-
nilai keilmuan itu dianut oleh orang-orang barat dengan Gerakan sekulerismenya. Mengingat
akan pentingnya nilai-nilai islam dalam menciptakan generasi yang unggul, maka dalam tulisan ini
penulis berupaya untuk mengkaji kontribusi nilai-nilai yang terkandung dalam al-Quran dan
Hadits dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang unggul sehingga dapat bersaing di
era globalisasi yang disruptif saat ini.
2. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalan pendekatan kualitatif dengan
jenis penelitian Library Research, yaitu penelitian yang objek utamanya adalah buku-buku atau
sumber kepustakaan lain. ada pun sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Muhammad Syamsudin, Manusia dalam Pandangan KH. A. Azhar Basyir. Dan sumber data
sekundernya adalah referensi-referensi yang masing dianggap relevan dengan judul penelitian.
Sedangkan Sumber data, baik data primer maupun data sekunder diperoleh melalui penelitian
pustaka (Library Research) yaitu dengan menelusuri buku-buku atau tulisan-tulisan yang relevan
dengan judul penelitian. Selanjutnya metode analisis yang digunakan dalam ppenelitian ini adalah
analisis isi (content analisys) yaitu : teknik analisis data yang digunakan untuk membuat inferensi-
inferensi yang dapat ditiru (replicabel), dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya.
Analisis ini menekankan pada proses melihat keajegan isi suatu komunikasi ( dalam sebuah
bahasa tulis) secara kualitatif dan memaknakan isi komunikasi dan interaksi simbolik yang terjadi
dalam komunikasi tersebut.
3Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan (Cet. III; Jakarta: Pustaka al-
Husna, 1995), hal. 261-262.
Al-Allam : Jurnal Pendidikan; Vol. 3 No. 1, Mei 2022
36
Moh Khorofi
pandang islam. Dalam hal ini, al-Qur’an dan Hadits menjadi sumber nilai yang dijadika rujukan
untuk mengkaji potensi dasar manusia tersebut, mulai dari penelaahan terhadap beberap ayat al-
qur’an yang berhubungan dengan potensi dasar manusia hingga beberap hadits yang relevan
dengan kajian tersebut. Allah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Qashas ayat 77.
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa manusia dituntut untuk totalitas dalam
meningkatkan kualitas dirinya sebagai seorang muslim, sehingga dia dapat menjadi pribadi yang
paripurna dan menjadi insan kamil. Di Indonesia ada beberapa filsuf yang mengkaji tema
tersebut, yaitu: KH. A. Azhar Basyir, dia menjelaskan bahwa jika manusia dilihat dari
substansinya, maka potensi dasar manusia terdiri dari beberapa potensi jasmani yang berasal dari
bumi dan potensi ruhani yang berasal dari Tuhan,4 walaupun pada dasarnya semua potensi
tersebut berasal dari tuhan. Hal yang sama juga disampaikan oleh Syahminan Zaini yang
mengatakan bahwa manusia terbentuk dari unsur tanah, dan potensi rohaninya dari Allah.5
dalam pendapat lain, Muhaimin dan Abdul Mujib berpendapat bahwa manusia pada hakekatnya
terdiri dari komponen jasad dan komponen jiwa, menurut mereka unsur jasmani berasal dari
tanah dan unsur ruhani ditiupkan oleh Allah kepada manusia.6 Disisi lain, ada beberapa tokoh
filsuf Pendidikan seperti barwawiye umary yang menguraikan bahwa potensi rohani manusia
terbagi ke dalam beberapa bagian, yaitu roh, qalb, nafs, dan akal.7 Pembagian yang dilakukan
oleh Barmawie Umary tersebut, sedikit berbeda dengan klasifikasi yang diuraikan oleh Muhaimin
dan Abdul Mujib. Menurut keduanya potensi rohani manusia itu dibagi tiga yaitu, potensi fitrah,
qolb, dan akal.
Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat dipahami bahwa potensi dasar manusia
dapat diklasifikasikan kepada dua macam potensi dasar, yaitu: potensi jasmani yang
berhubungan potensi jasad manusia, dan potensi rohani yang berhubungan dengan aspek
ruhaniah manusia seperti akal, hati, dan nafsu manusia.
4 Muhammad Syamsudin, Manusia dalam Pandangan KH. A. Azhar Basyir (Cet. II; Yogyakarta: Titian Ilahi Press,
1997), hal. 77.
5 Syahminan Zaini, Penyakit Rohani Pengobatannya (Cet. III; Jakarta: Kalam Mulia, 1996), hal 6.
6 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya (Cet. I;
berhubungan dengan potensi manusia dapat berkembang dengan semestinya, baik dalam
dimensi lahiriyah maupun dalam dimensi batiniyah. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan islam
dalam menciptakan generasi insan kamil, maka peran Pendidikan sangat dibutuhkan agar potensi
yang dikembangkan dapat seimbang satu sama lain.10
Hasan langgulung memandang bahwa potensi manusia yang begitu besar merupakan
berkah terindah yang diberikan oleh allah kepada manusia, sehingga manusia dapat menjalankan
tugas kekhalifahannya di bumi. Seandainya manusia tidak diberkahi dengan potensi yang begitu
besar oleh allah, maka kata Langgulung niscaya manusia tidak akan mampu menjalankan tugas
kekhalifahannya.11 Dalam hal ini, langgulung memandang bahwa potensi manusia harus
dikembangkan seseimbang mungkin, artinya secara inner personality afektif, kognitif, dan
psikomotorik manusia harus seimbang sehingga menciptakan sdm yang unggul. Jika yang
dikembangkan hanya pada ruang kognitif, maka hasilnya adalah manusia cerdas tanpa moral, jika
yang dikembangkan hanya pada ruang afektif maka hasilnya adalah manusia baik tanpa kualitas,
dan begitu juga jika yag dikembangkan hanya psikomotorik, maka hasilnya adalah manusia
pekerja. Tentunya ini tidak diharapkan dalam generasi mud akita karena yang diharapkan oleh
islam adalah generasi insan kamil yang seimbang antara afektif, kognitif, dan psikomotorik. 12
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa empat kriteria sdm unggul dalam
islam, yaitu:
Pertama, dalam al-qur’an dijelaskan bahwa manusia yang unggul adalah mereka yang
memiliki cara pandang iqra’. Artinya adalah manusia-manusia yang senantiasa berpikir dan
mengkaji berbagai fenomena yang ada di muka bumi ini agar dapat memahami rahasia dibalik
ciptaan allah. Sehingga dengan memahami ciptaan allah, manusia dapat mengembangkan potensi
dirinya baik dalam kaitannya dengan segala hal yang bersifat materi seperti ilmu pengetauhan
(science), maupun yan bersifat non-materi seperti nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan. Dan
oleh sebab itu, manusia yang memiliki paradigma iqra’ akan memenuhi tugasnya sebagai khalifah
di muka bumi, yang meliputi hablum minal allah, hablum minan nas, dan hablum minal alam.
Kedua, dalam al-qur’an juga dijelaskan bahwa manusia yang unggul adalah mereka
yang memiliki wawasan ulul albab. Artinya menusia yang tidak hanya memiliki kecerdasan secara
intelektual, namun lebih dari itu adalah manusia yang juga memiliki kecerdasan spiritual dan
emosional. Dalam hal ini, manusia yang memiliki keseimbangan akal dan jiwa dipandang mampu
dalam mengelola bumi, karena dia tidak hanya melihat bumi melalui sudut pandangan akal saja,
tapi juga melihat bumi melalui sudut pandang nilai dan moral, sehingga potensi untuk
mengeksploitasi bumi dapat diminimalisir.
Oleh sebab itu, manusia yang berkualitas ulul albab, dipandang sebagai manusia yang
memiliki kualitas yan sempurna, karena mencerminkan kualitas insan kamil yang tidak hanya
pintar dalam ilmu pengetahuan, namun juga memegang teguh nilai-nilai ketuhanan dan
kemanusiaan.
Ketiga, dalam al-qur’an juga dijelaskan bahwa manusia yang berkualitas adalah manusia
yang hidup dalam keshalehan. Hal ini dikareakan, amal shaleh merupakan puncak dari
implementasi dari iman dan ilmu, karena kerangka keislaman yang dijelaskan dalam al-qur’an
adalah iman, ilmu, dan amal shaleh. Manusia yang beramal shaleh akan selalu melakukan
kebajikan sesaui dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam islam.
10 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hal. 51.
11 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan....., hal. 57.
12 Wakhudin, Tarmizi Taher; Jembatan Umat, Ulama dan Umara (Bandung: Granesia, 1998), hal. 240-241.
Amal shaleh akan selalu bergandengan dengan iman dan ilmu, dan walaupun secara
tekstual amal shaleh tidak tercatat, namun lebih dari itu secara makna, iman dan ilmu
mengandung nilai-nilai amal shaleh. Dalam al-quran ada berbagai penyebutan kata untuk amal
shaleh, yaitu:
1. Thoyyib. Kata yang merujuk pada kebaikan secara material.
2. Khaer. Kata yang merujuk pada kebaikan secara materi dan non-materi..
3. Ma'ruf. Kata yang merujuk pada kebaikan yang telah menjadi kebiasaan atau budaya
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Ihsan. Kata yang merujuk pada kebaikan yang didasari oleh kesadaran ilahi.
5. Saleh. Kata yang merujuk pada kebaikan dalam segala aspek yang telah dijelaskan di
atas.
Oleh sebab itu, manusia yang unggul dalam al-qur’an adalah manusia yang memiliki karakter
keshalehan dalam setiap aktifitasnya dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat, dalam al-qur’an juga dijelaskan bahwa salah satu kriteria sdm yang unggul
adalah sdm yang memiliki pola piker global atau global mindset. Hal ini dikarenakan islam
merupakan agama global, tidak terikat oleh letak geografis, suku, ras, etnis, dan warna kulit.
Islam merupakan agama yang rahmatan lil alamin, agama yang menjadi rahmat untuk sekalian
alam. Oleh sebab itu, ruang gerak islam tidak terbatas, dan muslim sebagai orang yang menganut
agama islam haruslah orang-orang yang memiliki pola pikir global agar sejalan dengan nilai-nilai
keislamannya.
SDM yang memiliki global mindset akan menjadi sdm yang unggul karena dalam
kehidupannya dia akan lebih fleksibel dalam melihat fenomena-fenomena yang terjadi
disekitarnnya, baik fenomena politik, social, Pendidikan, bahkan ekonomi. Karena melalui cara
pandangang yang global, manusia akan lebih maju dan mengembangkan dirinya dalam
menjalannya tugasnya sebagai khalifah di muka bumi.
Selain itu, Hasibuan mengemukakan bahwa pengembangan adalah suatu usaha untuk
meningkatkan kemampuan teknis, teoretis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan
Menurut Prof Dwikorita Karnawati, revolusi industri 4.0 dalam lima tahun mendatang
akan menghapus 35 persen jenis pekerjaan. Dan bahkan pada 10 tahun yang akan datang jenis
pekerjaan yang akan hilang bertambah menjadi 75 persen. Hal ini disebabkan pekerjaan yang
diperankan oleh manusia setahap demi setahap digantikan dengan teknologi digitalisasi
program.14 Dampaknya, proses produksi menjadi lebih cepat dikerjakan dan lebih mudah
didistribusikan secara masif dengan keterlibatan manusia yang minim. Di Amerika Serikat,
misalnya, dengan berkembangnya sistem online perbankan telah memudahkan proses transaksi
layanan perbankan. Akibatnya, 48.000 teller bank harus menghadapi pemutusan hubungan kerja.
SDM yang berkualitas yang dibutuhkan diperoleh melalui proses, sehingga dibutuhkan
suatu program pendidikan dan pelatihan untuk mempersiapkan dan pengembangan kualitas
SDM yang sesuai dengan transformasi sosial. Menurut Tilaar, terdapat tiga tuntutan terhadap
SDM bidang pendidikan dalam era globalisasi,15 yaitu: SDM yang unggul, SDM yang terus
belajar, dan SDM yang memiliki nilai-nilai indigeneous. Terpenuhinya ketiga tuntutan tersebut
dapat dicapai melalui pengembangan SDM. Dalam upaya pengembangan SDM hendaknya
berdasarkan kepada prinsip peningkatan kualitas dan kemampuan kerja. Terdapat beberapa
tujuan pengembangan SDM, di antaranya adalah: (1) meningkatkan kompetensi secara
konseptual dan tehnikal; (2) meningkatkan produktivitas kerja; (3) meningkatkan efisiensi dan
efektivitas; (4) meningkatkan status dan karier kerja; (5) meningkatkan pelayanan terhadap klient;
(6) meningkatkan moral-etis; dan (7) meningkatkan kesejahteraan.
13 Hasibuan, Malayu, Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarat: Bumi Aksara, 2007) Hal. 69.
14 http://bloktuban.com/2018/10/21/revolusi-industri-40-peluang-dan-tantangan-bagi-perempuan/ diakses tanggal
2 maret 2021.
15 https://proceding.unes.ac.id/index.php/snpasca/article/download/424/265/ diakses tanggal 2 maret 2021.
4. Kesimpulan
Islam tidka hanya bisa dipandang sebagai sebuah landasan teologis yang mengarah pada
hal-hal yang bersifat ritus, lebih dari itu islam juga dipandang sebagai landasan ideologis yang
dapat terimplementasikan di berbagai aspek kehidupan manusia seperti ekonomi, sosial, politik,
pendidikan, dll. Al-Quran dan Hadits sebagai sumber ajaran Islam mengandung nilai-nilai
universal yang mengarah pada pemaksimalan potensi dasar manusia, sehingga bisa dikatakan
bahwa Islam sesuai dengan berbagai kondisi ruang dan waktu. Artinya dapat dijadikan sumber
nilai diberbagai zaman, terhusunya di zaman Revolusi Industri 4.0 saat ini. Adapun dalam
penelitian ini diketahui bahwa: 1) SDM unggulan menurut Al-Quran adalah manusia yang
berwawasan Iqra', Ulul Albab, Shaleh, Penggerak perubahan, dan Berwawasan Global (Global
Mind-set). 2) Ada 5 domain yang harus dimiliki generasi saat ini, yaitu: profesionalitas, daya
kompetitif, kompetensi fungsional, keunggulan partisipatif, dan kerja sama.
Daftar Rujukan
Dinn Wahyuddin, et.all.,Pengantar Pendidikan. (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2008).
Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006).
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan (Cet. III; Jakarta:
Pustaka al-Husna, 1995).
Muhammad Syamsudin, Manusia dalam Pandangan KH. A. Azhar Basyir (Cet. II; Yogyakarta: Titian
Ilahi Press, 1997).
Syahminan Zaini, Penyakit Rohani Pengobatannya (Cet. III; Jakarta: Kalam Mulia, 1996).
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar
Operasionalisasinya (Cet. I; Bandung: Tri Genda Karya, 1993).
Barmawie Umary, Materi Akhlak (Cet. I; Solo: Ramadhani, 1989).
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. III; Jakarta: Bumi Aksara, 1996).
Jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam (Cet. II; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996).
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997).
Wakhudin, Tarmizi Taher; Jembatan Umat, Ulama dan Umara (Bandung: Granesia, 1998).
Hasibuan, Malayu, Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarat: Bumi Aksara, 2007).
http://bloktuban.com/2018/10/21/revolusi-industri-40-peluang-dan-tantangan-bagi-
perempuan/ diakses tanggal 2 maret 2021.
https://proceding.unes.ac.id/index.php/snpasca/article/download/424/265/ diakses tanggal 2
maret 2021.