Anda di halaman 1dari 39

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM

KREATIVITAS DI RUMAH BELAJAR MODERN DESA


BANGUNHARJO SEWON BANTUL

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) pemberdayaan


masyarakat melalui program kreativitas (2) hasil yang dicapai dari pemberdayaan
masyarakat melalui program kreativitas, Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pemilihan subjek
penelitian dengan teknik purposive. Subjek penelitian ini adalah pengelola RBM,
tutor, serta peserta program. Metode pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan, dokumentasi Analisis data dilakukan melalui tahap pengumpulan
data, reduksi data, display data, dan verifikasi serta penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pemberdayaan masyarakat
melalui program kreativitas dilakukan melalui beberapa tahap, terdiri dari tahap
persiapan, pelaksanaan dan evaluasi (2) hasil yang dicapai dari pemberdayaan
masyarakat melalui program kreativitas adalah adanya peningkatan keterampilan
yang dirasakan oleh peserta, para peserta mampu menerapkan ilmu yang
diperoleh, dan program kreativitas mampu mendorong para peserta menjadi
pelaku usaha
Kata kunci : pemberdayaan masyarakat, program kreativitas, RBM
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada saat ini dunia pendidikan terus berupaya meningkatkan kualitas

Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Sumber Daya Manusia (SDM) yang

berkualitas dapat diwujudkan melalui peningkatan kualitas pendidikan yang baik

dan merata untuk semua masyarakat. Pendidikan yang menjadi kebutuhan dasar

bagi manusia merupakan harapan masyarakat sebagai sarana untuk

mengembangkan potensi diri. Sekarang ini seorang individu dituntut untuk

memiliki berbagai macam kompetensi diri untuk bersaing dengan individu lain.

Banyak warga masyarakat yang berpendidikan tinggi namun belum mendapatkan

pekerjaan dikarenakan keterampilan yang kurang mumpuni. Perkembangan pada

masa sekarang ini, tenaga kerja makin bertambah sedangkan lapangan pekerjaan

yang dibutuhkan untuk menampung tenaga kerja relatif tetap. Akibatnya lapangan

pekerjaan yang dibutuhkan tidak bisa menyerap tenaga kerja yang semakin lama

semakin bertambah. Oleh karena itu, melalui berbagai bekal kompetensi diri yang

baik tentunya seorang individu akan lebih siap dalam menghadapi persaingan

dunia kerja.

Sumber daya manusia yang berkualitas tentunya sangat berguna dalam

menunjang pembangunan, karena sumber daya manusia yang berketerampilan

rendah kurang mampu untuk mengatasi permasalahan hidupnya. Hal tersebut


nantinya dapat berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran yang ada.

Maka, usaha pengembangan sumber daya manusia harus terus digalakkan sebagai

upaya mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh seorang individu

saat ini. Individu atau masyarakat sebagai tujuan pembangunan manusia menjadi

subjek yang harus diberikan pendidikan berkualitas tentunya perlu dirangkul

untuk berperan serta dalam pembangunan tersebut.

Masyarakat memandang pendidikan pada umumnya dilaksanakan melalui

lembaga-lembaga formal seperti sekolah baik dari tingkat paud hingga perguruan

tinggi. Namun, pendidikan tidak hanya berlangsung di tingkat formal saja karena

hakikatnya pendidikan dapat dilaksanakan dimana saja dan berlangsung sepanjang

hayat. Seperti ungkapan Hasbullah (2009: 67-68) pendidikan seumur hidup atau

long life education akan memungkinkan seseorang mengembangkan potensinya

sesuai dengan kebutuhan dirinya. Pada dasarnya semua manusia dilahirkan ke

dunia mempunyai hak sama, khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan

peningkatan pengetahuan.

Konsep pendidikan seumur hidup memungkinkan individu untuk belajar

dimana saja dan kapan saja. Masyarakat dapat belajar sesuai dengan keinginan

mereka, karena pendidikan tidak hanya diperoleh melalui sekolah saja namun juga

melalui membaca, internet, pengalaman, dan lain-lain. Penerapan pendidikan

sepanjang hayat sangat cocok untuk meningkatkan kompetensi diri masyarakat.

Upaya untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas harus lebih

ditekankan kepada potensi manusia yang ada. Oleh karena itu, konsep pendidikan

seumur hidup sangat cocok diterapkan sebagai salah satu upaya dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui konsep pendidikan seumur


hidup, seorang individu akan lebih tergali lagi potensinya karena dapat

memperoleh hasil belajar yang lebih fleksibel dan luas guna meningkatkan

keterampilan mereka.

Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Daerah Istimewa

Yogyakarta telah memberikan hasil yang nyata dengan makin meningkatnya

ketersediaan sarana dan prasarana yang dapat digunakan masyarakat untuk

meningkatkan potensi dirinya. Salah satu upaya tersebut adalah melalui

pembentukan Rumah Belajar Modern. Rumah Belajar Modern merupakan salah

satu layanan yang didirikan oleh Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah (BPAD)

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Melalui Rumah Belajar Modern ini sebagai

langkah memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat akan pendidikan.

Lembaga seperti Rumah Belajar Modern ini sebagai tempat berjalannya kegiatan

pembelajaran bagi masyarakat melalui berbagai macam program layananannya.

Masyarakat yang butuh akan peningkatan keterampilan dapat mengikuti program-

program yang dimiliki oleh Rumah Belajar Modern.

Rumah Belajar Modern (RBM) yang didirikan oleh Badan Arsip dan

Perpustakaan Daerah (BPAD) Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai

pengembangan dari sebuah pelayanan perpustakaan. Perpustakaan itu sendiri

merupakan bentuk pendidikan sepanjang hayat. Hal ini telah dijelaskan dalam UU

No 47 tahun 2007 yang menyatakan bahwa dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa sebagaimana diamanatkan dalam Undang Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perpustakaan sebagai wahana belajar

sepanjang hayat mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan nasional.

Sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat, Rumah Belajar Modern dapat

menjadi tempat belajar yang mendukung peningkatan kualitas sumber daya

manusia yang kreatif serta mandiri. Rumah Belajar Modern (RBM) ini merupakan

unit layanan yang pertama didirikan dan terletak di Desa Bangunharjo Sewon

Bantul.

Desa Bangunharjo merupakan salah satu daerah di Kabupaten Bantul dan

berada di Kecamatan Sewon. Berada di antara Kota Yogyakarta dan Kabupaten

Bantul membuat Desa Bangunharjo termasuk wilayah yang strategis. Beragam

jenis pekerjaan dimiliki oleh masyarakat seperti, Petani, Buruh, Pengrajin, PNS,

maupun Wiraswasta. Keberagaman jenis pekerjaan juga mengakibatkan

penghasilan masyarakat tidak merata. Namun, dari banyaknya latar belakang

pekerjaan yang dimiliki, pekerjaan di bidang jasa dan perdagangan lebih dominan.

Potensi yang dimiliki oleh Desa Bangunharjo juga ada seperti di dusun jurug

yakni adanya pengrajin-pengrajin rumahan dimana mereka memproduksi sendiri

berbagai macam kerajinan seperti tas, sarung bantal, dan sebagainya. Namun,

potensi-potensi kerajinan tersebut belum sampai ke tingkat ekspor luar daerah,

hanya sebatas wilayah bantul dan sekitarnya.

Sektor industri rumah tangga yang terdapat di Desa Bangunharjo sebagai

salah satu penggerak laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bantul tentunya

memerlukan tenaga kerja yang mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi.

Namun, kondisi tenaga kerja di Desa Bangunharjo pada umumnya belum mampu
memenuhi tuntutan untuk bersaing dengan sektor industri rumahan yang lain di

luar wilayah Desa Bangunharjo. Dengan demikian, tantangan yang dimiliki adalah

mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya yang

produktif, mampu menciptakan dan memperluas lapangan pekerjaan di Desa

Bangunharjo.

Permasalahan yang muncul adalah tingkat pendidikan yang ditempuh oleh

masyarakat Desa Bangunharjo beragam. Banyak masyarakatnya yang belum

mampu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Masih banyak

warga masyarakat yang rata-rata hanya menempuh tingkat pendidikan Sekolah

Dasar (SD). Ketidakmampuan yang dimiliki masyarakat untuk melanjutkan

pendidikan berdampak pada minimnya keterampilan dan juga kreativitas yang

diperoleh. Keterampilan dan juga kreativitas yang berguna untuk mendukung

potensi diri maupun potensi wilayah Desa Bangunharjo masih banyak yang

belum dimiliki masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya maupu n

pendekatan untuk mengatasi minimnya keterampilan yang dimiliki oleh

masyarakat Desa Bangunharjo.

Salah satu bentuk upaya maupun pendekatan yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan keterampilan yang dimiliki masyarakat Desa Bangunharjo adalah

melalui pemberdayaan. Pemberdayaan ini berorientasi kepada masyarakat

sehingga dapat mengurangi keterbatasan yang dimiliki oleh masyarakat seperti

keterampilan yang masih rendah. Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu

upaya untuk meningkatkan kesejahteraan yang dimiliki oleh masyarakat. Melalui

pemberdayaan, masyarakat diharapkan lebih mandiri serta mampu menghadapi


berbagai permasalahan yang dimiliki. Mandiri dalam hal ini adalah memiliki

keterampilan yang nantinya dapat berguna bagi masyarakat itu sendiri.

Kemandirian dapat dicapai bukan hanya peran dari pihak penyelenggara

pemberdayaan tetapi juga peran serta dari masyarakat. Masyarakat sebagai subjek

pemberdayaan juga harus ikut terlibat didalamnya. Pemberdayaan masyarakat

membutuhkan inisiatif dari masyarakat untuk memperbaiki kondisi diri sendiri.

Namun, masih banyak masyarakat yang belum mempunyai inisiatif untuk

mencoba memperbaiki kondisi dirinya agar memperoleh kemandirian sehingga

nantinya juga berdampak pada peningkatan kesejahteraannya. Masyarakat

cenderung pasif untuk mencari akses menuju sumber untuk membuat mereka

lebih berdaya.

Masyarakat di Desa Bangunharjo sendiri banyak yang belum

memanfaatkan dengan optimal adanya Rumah Belajar Modern. Hal tersebut dapat

terjadi karena beberapa faktor seperti kurangnya informasi kepada masyarakat

karena sosialisasi mengenai RBM memang belum banyak digencarkan atau

mereka belum mendengar maupun sekedar tahu apa itu RBM, sehingga

masyarakat pun belum banyak mengetahui akan manfaat yang bisa diperoleh.

Selain itu bentuk kepasifan masyarakat untuk mengakses sumber-sumber menuju

keberdayaan kurang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Pemanfaatan RBM

oleh masyarakat Desa Bangunharjo sendiri tentunya akan berdampak pada

terbukanya akses untuk peningkatan kualitas kesejahteraan mereka.

Sebagai unit yang bergerak di bidang pelayanan, Rumah Belajar Modern

dapat memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya


manusia. Peran tersebut dapat berupa pelayanan yang mudah diakses oleh

masyarakat serta penyelenggaraannya memperhatikan kebutuhan masyarakat.

Kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang sangat beragam dapat disalurkan melalui

aktivitas-aktivitas yang menunjang kebutuhan mereka. Adapun tugas Rumah

Belajar Modern adalah memberikan pelayanan dengan kualitas prima sebagai

bentuk pemberdayaan kepada masyarakat. Pelayanan kepada masyarakat ini

diwujudkan dalam berbagai macam program. Salah satu programnya adalah

pemberdayaan melalui program kreativitas. Program kreativitas bertujuan untuk

meningkatkan keterampilan, dan wawasan masyarakat agar dapat lebih mandiri.

Program kreativitas diselenggarakan merupakan suatu langkah nyata dalam

meningkatkan kualitas hidup manusia.

Pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas dilaksanakan oleh

Rumah Belajar Modern (RBM) di Desa Bangunharjo Kecamatan Sewon,

Kabupaten Bantul. Pemberdayaan melalui program kreativitas dilakukan melalui

pemberian berbagai macam kreativitas. Melalui program kreativitas yang

diselenggarakan oleh RBM ini tentunya dapat mewujudkan sumber daya manusia

yang berkualitas. Dengan diberikannya program kreativitas oleh Rumah Belajar

Modern diharapkan sebagai salah satu langkah alternatif dalam pengembangan

sumber daya manusia selain melalui dunia pendidikan formal. Program kreativitas

diharapkan mampu membawa masyarakat mengembangkan diri dengan dengan

diberikannya berbagai macam keterampilan sebagai bekal untuk kehidupan

sehari-hari. Program kreativitas penyelenggaraannya menggunakan asas

pendidikan sepanjang hayat. Dalam asas pendidikan sepanjang hayat,


pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja tanpa terikat oleh

apapun.

Program kreativitas di Rumah Belajar Modern merupakan program yang

dilaksanakan dengan cara memberikan kreativitas kepada masyarakat melalui

penerapan buku-buku koleksi yang dimiliki. Program tersebut difokuskan untuk

membuat berbagai macam kreativitas serta dapat diterapkan oleh peserta pelatihan

dalam keseharian maupun kegiatan usaha. Program ini diberikan karena masih

banyaknya masyarakat di Desa Bangunharjo yang masih berpendidikan rendah

dan belum memiliki banyak keterampilan. Oleh karena itu, program ini bertujuan

untuk mengembangkan potensi diri dari masyarkat yang masih minim akan

keterampilan yang dimiliki.

Penyelenggaraan program kreativitas dalam tanda kutip “bukan dari

lembaga non formal” seperti Rumah Belajar Modern menarik minat peneliti untuk

mengkaji lebih jauh mengenai proses penyelenggaraannya. Sebagai unit

pelayanan kepada masyarakat yang pertama di propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta, Rumah Belajar Modern dalam menyelenggarakan pemberdayaan

masyarakat memang masih berjalan kurang optimal dan terdapat berbagai

kendala-kendala yang dihadapi. Oleh karena itu untuk mendeskripsikan

pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Rumah Belajar Modern, maupun

hasil yang dicapai dari proses pemberdayaan serta faktor pendukung dan

penghambat apa saja di dalam pelaksanaannya, akan coba dikaji lebih jauh oleh

peneliti dalam penelitian yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui


Program Kreativitas Di Rumah Belajar Modern Desa Bangunharjo Sewon

Bantul”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka dapat dikemukakan beberapa

rumusan masalah di antaranya :

1. Bagaimana pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah

Belajar Modern Desa Bangunharjo Sewon Bantul ?

2. Apa hasil yang dicapai dari pelaksanaan program kreativitas di Rumah Belajar

Modern Desa Bangunharjo Sewon Bantul ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan

untuk :

1. Mendeskripsikan pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di

Rumah Belajar Modern Desa Bangunharjo Sewon Bantul.

2. Mendeskripsikan hasil yang dicapai dari pemberdayaan masyarakat melalui

program kreativitas di Rumah Belajar Modern Desa Bangunharjo Sewon

Bantul.
BAB II
KAJIAN TEORI

1. Kajian tentang Pemberdayaan Masyarakat

a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Di Indonesia istilah pemberdayaan sudah dikenal sejak tahun 1990-an

yang merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu empowerment. Edi Suharto

(2010: 57-58) mengungkapkan bahwa secara konsep kata pemberdayaan atau

pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata “power” (kekuasaan atau

keberdayaan). Ide utama dari pemberdayaan berdekatan dengan konsep mengenai

kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan untuk membuat

orang lain melakukan apa yang diinginkan, terlepas dari keinginan dan minat

mereka. Maka dari itu, pemberdayaan sering kali diartikan sebagai pendelegasian

kekuasaan kepada orang lain.

Pengertian tersebut dapat diasumsikan bahwa kekuasaan sebagai suatu

yang tidak berubah, tidak vakum, dan senantiasa hadir dalam relasi sosial antar

manusia. kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan sangat tergantung pada

dua hal yaitu : (1) bahwa kekuasaan dapat berubah dan jika kekuasaan tidak dapat

berubah, pemberdayaan tidak dapat terjadi dengan cara apapun; (2) bahwa

kekuasaan dapat diperluas, konsep ini menjelaskan bahwa kekuasaan yang tidak

statis melainkan dinamis.


Edi Suharto (2010: 58) mengatakan bahwa pemberdayaan menunjuk pada

kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka

memiliki kekuatan atau kekuasaan dalam :

1) Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan

(freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan

bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan;

2) Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat

meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa

yang mereka perlukan; dan

3) Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang

mempengaruhi mereka.

Sunit Agus T (2008: 9) mengungkapkan bahwa pemberdayaan seringkali

digunakan sebagai indikator keberhasilan suatu bidang pembangunan. Konsep

pemberdayaan berkaitan dengan dua istilah yang saling bertentangan, yaitu

konsep berdaya dan tidak berdaya terutama bila dikaitkan dengan kemampuan

mengakses dan menguasai potensi dan sumber kesejahteraan sosial. Masyarakat

berdaya memiliki kemampuan dalam mengembangkan potensi diri yang dimiliki

serta mengakses sumber-sumber yang dapat menjadikannya lebih sejahtera.

Namun, kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh masyarakat yang kurang berdaya

dikarenakan akses menuju sumber tersebut harus ditempuh dengan sulit.

Menurut Randy R dan Riant N (2007: 115) secara konsep konvensional,

pemberdayaan sebagai terjemahan empowerment, yang mengandung dua

pengertian, yaitu (a) to give power or authority atau memberi kekuasaan,


mengalihkan kekuasaan, atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain, (b) to give

abiliy to atau usaha untuk memberi kemampuan atau keberdayaan atau bagaimana

menciptakan peluang dan mengaktualisasikan keberdayaan seseorang. Menurut

peneliti, pengertian pemberdayaan cenderung lebih tepat pada pengertian kedua

yaitu to give ability to atau memberi kemampuan atau keberdayaan kepada

seseorang karena untuk mengembangkan potensi masyarakat bukan melalui

pemberian kekuasaan melainkan mengkatualisasikan keberdayaan seseorang.

Menurut Ambar Teguh Sulistyani (2004: 77) :

“pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya” yang berarti kekuatan atau
kemampuan. Pemberdayaan dimaknai sebagai suatu proses menuju
berdaya, atau proses untuk memperoleh daya/kekuatan/kemampuan, dan
atau proses pemberian daya/kekuatan/kemampuan dari pihak yang
memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya”.

Sumodiningrat (dalam Ambar Teguh S, 2004: 78) berpendapat bahwa

pemberdayaan sebenarnya istilah khas Indonesia daripada Barat. Di barat istilah

tersebut diterjemahkan empowerment, dan isitilah itu benar tapi tidak tepat.

Pemberdayaan yang kita maksud adalah memberi “daya” bukanlah “kekuasaan”.

Empowerment dalam khasanah barat lebih bernuansa “pemberian kekuasaan”

daripada “pemberdayaan” itu sendiri. Dalam konteks Indonesia pemberdayaan

dalah memberi daya agar yang bersangkutan mampu untuk bergerak secara

madiri.

Pemberdayaan masyarakat juga dapat dikatakan sebagai pemberdayaan

sumber daya manusia. Pemberdayaan sumber daya manusia dapat dilakukan oleh

lembaga milik pemerintah maupun milik swasta. Salah satu tujuan dari adanya

pemberdayaan masyarakat adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya


manusia.

b. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat dapat dikatakan berhasil apabila proses

memandirikan masyarakat dapat terwujud. Menurut Ambar Teguh S (2004: 80)

tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah membentuk

individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi

kemandirian berpikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka lakukan.

Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh

masyarakat ditandai dengan kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta

melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah

yang dihadapi menggunakan daya/kemampuan yang dimiliki. Kemampuan

tersebut terdiri atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan

pengerahan sumber daya yang dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat

tersebut.

Untuk mencapai kemandirian masyarakat diperlukan sebuah proses yang

bertahap. Melalui proses belajar masyarakat secara bertahap memperoleh

kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, dan afektif. Dengan demikian akan


terakumulasi kemampuan yang memadai, untuk mengantarkan kemandirian

mereka.

Tujuan akhir dari pemberdayaan masyarakat harus membuat masyarakat

menjadi swadiri, mampu mengurusi dirinya sendiri, swadana, mampu membiayai

keperluan sendiri, dan swasembada mampu memenuhi kebutuhannya sendiri

secara berkelanjutan.

2. Kajian Tentang Program Kreativitas

a. Pengertian Program

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), program adalah

rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan. Menurut Jones dalam

Arif Rohman (2009: 101-102) menyebutkan bahwa program merupakan salah satu

komponen dalam suatu kebijakan. Program merupakan upaya yang berwenang

untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan, diperlukan suatu strategi

pencapaian yang hakikatnya adalah suatu upaya untuk melaksanakan misi yang

dijalankan. Penetapan strategi dipadukan dengan sebuah tujuan dan membimbing

penggunaan sumber daya yang diperlukan untuk menggerakkan organisasi ke arah

tujuan tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya prosedur pelaksanaan yang harus

diciptakan agar kegiatan terarah dan sistematis sehingga proses kegiatan dapat

dicapai dengan efektif dan efisien.


Menurut Herman (dalam Farida, 2000: 9) menyatakan bahwa program

ialah segala sesuatu yang coba dilakukan seseorang dengan harapan akan

mendatangkan hasil atau pengaruh. Suatu program mungkin saja berbentuk nyata

(tangible) seperti kurikulum, atau yang abstrak (intangible) seperti prosedur,

misalnya distribusi biaya hidup atau sederetan kegiatan untuk meningkatkan

sikap.

Menurut Arikunto (2014: 4) program didefinisikan sebagai suatu unit atau

kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu

kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam

suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Program bukan hanya

sebuah kegiatan yang dilakukan dan berlangsung secara singkat saja, namun

merupakan sebuah kegiatan yang berkesinambungan karena melaksanakan sebuah

kebijakan.

Program merupakan sebuah sistem yaitu rangkaian kegiatan yang

dilakukan tidak hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Menurut Arikunto

(2014: 4) ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan

program, yaitu (1) realisasi atau implementasi suatu kebijakan, (2) terjadi dalam

waktu relatif lama bukan kegiatan tunggal tetapi jamak berkesinambungan, (3)

terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Program merupakan salah satu unsur yang harus ada demi tercapainya

suatu kegiatan. Di dalam sebuah program dibuat beberapa aspek, bahwa di dalam

setiap program dijelaskan mengenai tujuan kegiatan yang akan dicapai, kegiatan

yang diambil dalam mencapai tujuan, aturan yang harus dipegang dan prosedur
yang harus dilalui, perkiraan anggaran yang dibutuhkan, dan juga strategi

pelaksanaan kegiatan.

Berdasarkan beberapa pengertian program yang telah diuraikan diatas,

dapat diartikan bahwa program adalah pengimplementasian dari satu kesatuan dari

beberapa komponen kegiatan (kebijakan) yang direncanakan secara sistematis,

dilaksanakan secara berkesinambungan pada suatu organisasi dengan harapan

mendatangkan hasil atau pengaruh.

b. Pengertian Kreativitas

Kreativitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari

kata dasar kreatif, yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu. Menurut

Munandar (2009: 12) kreativitas adalah hasil interaksi antara individu dan

lingkungannya, seorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana

ia berada dengan demikian baik berubah di dalam lingkungan dapat menunjang

atau dapat menghambat upaya kreatif.

Menurut Supriyadi dalam Yeni Rachmawati (2005: 15) kreativitas juga

diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik

berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah

ada sebelumnya.

Menurut Conny R. Semiawan (2009: 44) kreativitas adalah modifikasi

sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru. Dengan kata lain, kreativitas

merupakan penggabungan atau pengkombinasian antara konsep lama yang

dikombinasikan dengan satu konsep baru. Kreativitas dapat diartikan bermacam-


macam tergantung dari sisi mana kreativitas itu dilihat, apakah merujuk pada

suatu ide-ide atau sebuah karya.

c. Pengertian Program Kreativitas

Berdasarkan pengertian mengenai program dan juga pengertian mengenai

kreativitas yang dipaparkan diatas. Maka, program kreativitas dapat diartikan

sebagai kegiatan yang dilakukan secara terorganisir dan berkesinambungan untuk

melahirkan sesuatu yang baru berupa gagasan atau karya nyata yang relatif

berbeda dari sebelumnya.

3. Kajian Tentang Rumah Belajar Modern

a. Pengertian Rumah Belajar Modern

Rumah Belajar Modern secara terminology adalah rumah berarti bangunan

atau tempat tinggal, belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,

dan modern berarti sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan

tuntutan zaman. Dari pengertian diatas, Rumah Belajar Modern dapat diartikan

sebagai tempat untuk memperoleh ilmu yang sesuai dengan perkembangan

zaman.

Rumah Belajar Modern adalah wahana belajar bagi masyarakat yang

merupakan bentuk pengembangan pelayanan perpustakaan. Menurut Sutarno NS

(2006: 11) mengemukakan bahwa perpustakaan adalah mencakup suatu ruangan,

bagian dari gedung/ bangunan atau gedung tersendiri yang berisi buku-buku

koleksi, yang diatur dan disusun sedemikian rupa, sehingga mudah untuk dicari

dan dipergunakan sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca.


Perpustakaan di era modern seperti sekarang ini bukan seperti

perpustakaan seperti dulu yang hanya menyimpan buku-buku cetak. Tetapi, telah

berkembang menjadi agen perubahan (agent of change), tempat berbagai

informasi disimpan dan juga benih intelektual diciptakan. Artinya, perpustakaan

tidak lagi sebagai penyimpan buku semata, tetapi menjadi tempat pengguna (user)

mampu menciptakan lagi sesuatu yang mampu dibaca dan digunakan orang lain.

Konsekuensi perkembangan jaman adalah tuntutan bagi perpustakaan

untuk selalu berkembang pula mengikutinya dengan berupaya memberikan

pelayanan terbaik bagi pengguna. Perkembangan yang tampak sekarang adalah

mulai digalakkannya pengembangan pelayanan perpustakaan. Di dalam

pengembangan pelayanan perpustakaan, bukan hanya menjadi tempat membaca

saja melainkan sudah sampai tahap pemberdayaan masyarakat. Pada hakikatnya

perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang hayat berfungsi untuk

menciptakan sumber daya manusia yang mempunyai daya saing dan cerdas.

Perkembangan zaman menuntut perubahan pola pikir masyarakat agar

mampu beradaptasi dengan baik pada situasi dan kondisi yang ada. Demikian pula

dengan paradigma perpustakaan yang dituntut mampu mengikuti perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Perpustakaan sebagai pusat sumber

belajar dan penelitian masyarakat mempunyai fungsi sebagai tempat belajar dan

penelitian masyarakat sehingga menjadi masyarakat yang cerdas dan

berpengetahuan luas. Mengenai hal tersebut, telah dijelaskan dalam Pasal 2 UU

No. 43 Tahun 2007 yang menyebutkan bahwa perpustakaan diselenggarakan

berdasarkan asas pembelajaran sepanjang hayat. Perpustakaan bertujuan untuk


memberikan layanan kepada pemustaka serta mempeluas wawasan dan

pengetahuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Rumah Belajar Modern adalah

pusat sumber belajar sebagai tempat pembelajaran bagi masyarakat yang

diselenggarakan atas asas pendidikan sepanjang hayat untuk memperoleh ilmu

yang sesuai dengan perkembangan zaman.

b. Misi Rumah Belajar Modern

Pada dasarnya Rumah Belajar Modern merupakan sebuah perpustakaan

bagi masyarakat yang juga mempunyai misi seperti perpustakaan umum lainnya.

Misi masing-masing perpustakaan tentu berbeda, hal tersebut disebabkan karena

visinya pun berbeda. Menurut Suwarno (2010: 83) pada prinsipnya secara garis

besar misi perpustakaan ada sepuluh yaitu sebagai berikut :

1) Menciptakan dan memantapkan kebiasaan membaca masyarakat sesuai dengan


jenis perpustakaan dan pemakainya.
2) Mendukung pendidikan perorangan secara mandiri maupun pendidikan formal
pada semua ajang.
3) Memberikan kesempatan atau menstimulasi bagi pengembangan kreativitas
dan imanjinasi pribadi maupun masyarakat.
4) Meningkatkan kesadaran terhadap warisan budaya, apresiasi seni, dan hasil
temuan ilmiah.
5) Menyediakan akses pada ekspresi-ekspresi kebudayaan dan perubahan.
6) Mendorong dialog antarumat beragama oleh karena keanekaragaman budaya.
7) Menyediakan layanan informasi sesuai dengan kebutuhan pemakainya.
8) Memberikan kemudahan kepada pengembangan informasi peningkatan ilmu
pengetahuan dan keterampilan.
9) Mendukung dan berpartisipasi dalam program-program perpustakaan bagi
masyarakat pemakainya.
10) Ikut serta dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam arti luas.

c. Tugas Rumah Belajar Modern

Menurut Sutarno dalam Suwarno (2014: 45) tugas pepustakaan secara

garis besar ada tiga yaitu :


1) Tugas menghimpun informasi, meliputi kegiatan mencari, menyeleksi, mengisi

perpustakaan dengan sumber informasi yang memadai/ lengkap baik dalam arti

jumlah, jenis, maupun mutu yang disesuaikan dengan kebijakan organisasi,

ketersediaan dana, dan keinginan pemakai serta mutakhir.

2) Tugas mengelola, meliputi proses pengolahan, penyusunan, penyimpanan,

pengemasan agar tersusun rapi, mudah ditelusuri kembali (temu balik

informasi) dan diakses oleh pemakai, dan merawat bahan pustaka. Pekerjaan

pengolahan mencakup pemeliharaan atau perawatan agar seluruh koleksi

perpustakaan tetap dalam kondisi bersih, utuh, dan baik. Sedangkan kegiatan

mengelola dalam pengertian merawat adalah kegiatan yang dilakukan dalam

rangka preversasi dan konservasi untuk menjaga nilai-nilai sejarah dan

dokumentasi.

3) Tugas memberdayakan dan memberikan layanan secara optimal. Perpustakaan,

sebagai pusat informasi yang menyimpan berbagai ilmu pengetahuan,

memberikan layanan informasi yang ada untuk diberdayakan kepada

masyarakat pengguna, sehingga perpustakaan menjadi agen perkembangan

ilmu pengetahuan dan informasi, teknologi, dan budaya masyarakat. Termasuk

dalam tugas ini adalah upaya promosi dan publikasi serta sosialisasi agar

masyarakat pengguna mengetahui dengan jelas apa yang ada dan dapat

dimanfaatkan dari perpustakaan.


d. Tujuan dan Fungsi Rumah Belajar Modern

Tujuan Rumah Belajar Modern adalah terjadinya transformasi dan transfer

ilmu pengetahuan dari sumbernya kepada pemakai dalam hal ini adalah

masyarakat. Fungsi dari Rumah Belajar Modern adalah :

1) Membina dan mengembangkan serta memberdayakan dalam segala bentuk

potensi dari masyarakat.

2) Mengembangkan minat dan respon masyarakat untuk berkunjung dan

memanfaatkan Rumah belajar Modern secara maksimal, menumbuhkan

kesadaran, sendiri dan bukan atas paksaan.

Dapat disimpulkan fungsi dari Rumah Belajar Modern yaitu sebagai

tempat untuk mengembangkan serta memberdayakan segala bentuk potensi yang

dimiliki oleh masyarakat dan menumbuhkan minat masyarakat untuk berkunjung

dan memanfaatkan segala fasilitas yang diberikan secara maksimal atas kesadaran

diri sendiri.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian dengan pendekatan kualitatif

menekankan analisis berpikir secara induktif berkaitan dengan dinamika

hubungan antar fenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika

ilmiah. Melalui pendekatan kualitatif ini penelitian yang dilakukan oleh peneliti

dapat menghasilkan data deskriptif guna menjawab permasalahan yang dihadapi

di lapangan. Menurut Lexy J. Moleong (2009: 6) penelitian kualitatif adalah

“penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang


dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dll. , secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah”.
Melalui pendekatan ini peneliti berusaha menggali dan mengungkapkan

data di lapangan tentang pemberdayaan masyarakat melalui Rumah Belajar

Modern Desa Bangunharjo Sewon Bantul, serta faktor pendukung dan

penghambat dalam pelaksanaannya.

Dalam penelitian ini, peneliti menentukan sendiri subjek penelitian yang

diambil. Hal tersebut dilakukan karena peneliti menganggap unsur-unsur

informasi yang dibutuhkan pada penelitian yang dilakukan sudah terpenuhi pada

subjek penelitian yang diambil tidak secara acak, melainkan ditentukan oleh

peneliti sesuai dengan tujuan awal penelitian. Adapun subjek penelitian yang

ditentukan sendiri oleh peneliti yaitu meliputi pengelola Rumah Belajar Modern,

tutor Rumah Belajar Modern, dan peserta program di Rumah Belajar Modern.

Untuk memperoleh jenis data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan

teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan sebuah kata yang berasal dari kata dokumen.

Kata dokumen sendiri berasal dari bahasa latin yaitu docere, berarti mengajar.

Pengertian dari kata dokumen menurut Gottschalk dalam Imam Gunawan (2013:

175) seringkali digunakan oleh para ahli dalam dua pengertian, yaitu pertama,

berarti sumber tertulis dari bagi informasi sejarah sebagai kebalikan daripada

kesaksian lisan, artefak, peninggalan-peninggalan terluks, dan petilasan-petilasan

arkeologis. Pengertian kedua diperuntukkan bagi surat-surat resmi dan surat-surat

negara, seperti surat perjanjian, undang-undang, hibah, konsesi, dan lainnya.


Menurut Sugiyono dalam Imam Gunawan (2013: 179) studi dokumen

merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam

penelitian kualitatif.

Dokumentasi ini diambil dari data-data dan catatan yang ada di Rumah

Belajar Modern. Pengumpulan data menggunakan dokumentasi merupakan teknik

pendukung dalam melakukan penelitian


BAB IV
HASIL PENELITIAN

1. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Kreativitas di Rumah

Belajar Modern

Rumah Belajar Modern (RBM) yang berdiri di Desa Bangunharjo Sewon

Bantul merupakan sebuah bentuk pengembangan dari layanan perpustakaan.

Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Rumah Belajar Modern melalui

program layanan yang dimilikinya. Salah satu program pemberdayaan masyarakat

tersebut adalah program kreativitas. Penyelenggaraan program kreativitas

dilatarbelakangi oleh faktor bahwa Rumah Belajar Modern merupakan sebuah

perpustakaan, maka dari itu dibutuhkan partisipasi masyarakat didalamnya.

Faktor lain yang melatarbelakangi adalah Desa Bangunharjo sebagai

wilayah industri rumahan. Adanya industri rumahan di sekitar wilayah RBM

membuat pengelola berusaha memaksimalkan potensi yang ada dengan mengajak

masyarakat untuk meningkatkan keterampilan yang dimiliki. Diharapkan nantinya

masyarakat mampu menerapkan dan melakukannya sendiri dengan membuat

sebuah home industri. Keadaan masyarakat yang masih memiliki keterampilan

rendah tentu perlu diberdayakan maka diselenggarakan suatu program untuk

meningkatkan keterampilan mereka.

Pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas sesuai dengan yang

diungkapkan oleh Ambar Teguh (2004: 83) bahwa proses belajar dalam

pemberdayaan masyarakat berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap

pemberdayaan melalui program kreativitas seperti yang dirincikan Azis dalam


Alfitri (2011: 26), tahap tersebut meliputi : 1) Tahap pertama, membantu

masyarakat dalam menemukan masalahnya 2) Tahap kedua, melakukan analisis

terhadap permasalahan secara mandiri. 3) Tahap ketiga, menentukan skala

prioritas masalah, dalam arti memilah dan memilih masalah yang paling

mendesak untuk diselesaikan. 4) Tahap keempat, mencari penyelesaian masalah

yang sedang dihadapi, antara lain dengan pendekatan sosio kultural yang ada

dalam masyarakat. 5) Tahap kelima, melaksanakan tindakan nyata untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi. 6) Tahap keenam, mengevaluasi seluruh

rangkaian dan proses pemberdayaan itu untuk dinilai sejauh mana keberhasilan

dan kegagalannya.

Tahap pertama yang dilakukan oleh Rumah Belajar Modern yaitu

membantu masyarakat dalam menemukan masalahnya. Dalam hal ini pihak

pengelola berusaha membantu masyarakat dengan melakukan pertemuan dengan

para dukuh yang ada di Desa Bangunharjo Sewon Bantul. Pertemuan tersebut

melibatkan elemen-elemen penting dalam masyarakat yakni lurah maupun dukuh

sebagai pihak yang mengerti kondisi masyarakatnya. Dengan adanya pertemuan

tersebut pihak pengelola maupun pejabat pemerintah desa menguraikan tentang

permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan berusaha mengatasi

permasalahan tersebut bersama-sama. Pihak pengelola memberikan gambaran

mengenai program-program yang dimiliki oleh RBM dapat membantu mengatasi

permasalahan yang ada di masyarakat. Pihak pengelola melakukan hal tersebut

guna merangsang kesadaran masyarakat akan pentingnya meningkatkan kapasitas

diri.
Tahap kedua dan ketiga yaitu melakukan analisis terhadap permasalahan

secara mandiri serta penentuan skala prioritas masalah yang paling mendesak

untuk diselesaikan. Setelah diadakannya pertemuan dengan pejabat pemerintah

desa, pihak pengelola melakukan analisis permasalahan yang ada di Desa

Bangunharjo Sewon Bantul bersama dengan tim dari pengelola Rumah Belajar

Modern. Kegiatan analisis perlu dilakukan oleh pihak pengelola sebagai acuan

untuk menentukan masalah yang mana perlu diselesaikan terlebih dahulu dengan

program apa yang paling tepat untuk diberikan kepada masyarakat.

Tahap keempat yaitu mencari penyelesaian masalah yang sedang dihadapi,

antara lain dengan pendekatan sosio kultural yang ada dalam masyarakat. Program

yang akan diberikan kepada masyarakat tentunya mempertimbangkan aspek sosial

dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Program tersebut disesuaikan

dengan kondisi masyarakat yang akan menjadi sasaran program agar dapat

dikembangkan potensinya dengan baik. Masyarakat akan memperoleh

pengetahuan melalui berbagai interaksinya dengan Rumah Belajar Modern.

Tahap kelima yaitu melaksanakan tindakan nyata untuk mengatasi

permasalahan yang dihadapi. Bentuk tindakan nyata yang dilakukan oleh Rumah

Belajar Modern melalui program kreativitas yang melihat kebutuhan masyarakat.

Program kreativitas yang intinya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, dan taraf hidup masyarakat tentunya sesuai dengan tahap kelima ini.

Rumah Belajar Modern menempatkan masyarakat sebagai subjek pemberdayaan

dengan begitu masyarakat dilibatkan dalam perencanaan program kreativitas yang

akan dilakukan.
Tahap keenam yaitu mengevaluasi seluruh rangkaian dan proses

pemberdayaan itu untuk dinilai sejauh mana keberhasilan dan kegagalannya. Pada

tahap ini pihak pengelola akan mengkaji sejauh mana keberhasilan program

kreativitas yang telah diselenggarakan dengan melihat seluruh aspek. Aspek yang

dinilai oleh pihak pengelola dari pembelajaran yang dilakukan seperti apa tingkat

keberhasilannya maupun kegagalannya.

Perencanaan merupakan tahap awal dalam program kreativitas yang ada di

Rumah Belajar Modern. Program kreativitas tersebut melihat apa yang menjadi

kebutuhan masyarakat sebagai sasaran program dan juga potensi masyarakat

sekitar. Perencanaan program kreativitas di Rumah Belajar Modern melibatkan

berbagai pihak yang terkait seperti instansi pemerintah desa setempat dan juga

masyarakat itu sendiri. Hal tersebut perlu dilakukan agar dalam merencanakan

sebuah program dapat tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan mereka.

Terdapat beberapa tahapan dalam merencanakan program kreativitas yang

ada di Rumah Belajar Modern yaitu : (1) Identifikasi kebutuhan : Identifikasi

kebutuhan bertujuan untuk mengetahui apa saja yang menjadi kebutuhan dari

masyarakat sebagai penerima program. Proses identifikasi kebutuhan dengan

melihat potensi dari masyarakat sekitar dan juga memperhatikan pertimbangan

dari tokoh masyarakat. (2) Penentuan tujuan : Merencanakan sebuah program

diperlukan adanya tujuan. Hal tersebut supaya program dapat terarah dengan baik

dan mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Tujuan program kreativitas di

Rumah Belajar Modern yaitu untuk meningkatkan minat baca masyarakat,

meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan pemberdayaan buku (3) Penentuan


sasaran : sasaran yang telah ditentukan dengan jelas maka program pemberdayaan

dapat berjalan dengan baik. Sasaran program kreativitas lebih difokuskan kepada

ibu-ibu rumah tangga karena mereka lebih mempunyai waktu luang untuk

mengikuti program. (4) Penentuan tema kegiatan : pihak pengelola menentukan

apa saja yang menjadi tema kegiatan yang akan dilakukan dengan begitu program

kreativitas sudah terplot dengan baik dan nantinya tutor hanya memberikan materi

sesuai dengan tema yang telah ditentukan. (5) Penentuan tutor : tutor sangat

berperan dalam keberhasilan program kreativitas yang ada di Rumah Belajar

Modern, tutor haruslah merupakan orang yang ahli dibidangnya dan mempunyai

kemampuan untuk menyampaikan materi kepada peserta dengan baik. Tutor tidak

hanya memiliki kemampuan menyampaikan materi pelatihan tetapi juga mampu

mendorong peserta untuk menerapkan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan

sehari-hari. (6) Sosialisasi : sosialisasi perlu dilakukan agar masyarakat dapat

mengetahui adanya program kreativitas yang diselenggarakan oleh Rumah Belajar

Modern. Sosialisasi dilakukan melalui pertemuan dengan dukuh, melalui media

massa seperti koran, dan media massa yang lain. (7) Pengadaan Sarana Pelatihan :

sarana atau fasilitas pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas perlu

dipersiapkan untuk menunjang pelaksanaan pelatihan. Sarana atau fasilitas

meliputi alat dan bahan yang digunakan dalam pelatihan dengan didukung oleh

peralatan seperti laptop, screen, mic, tape recorder, dan juga speaker.

Pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas dilakukan melalui

berbagai jenis kegiatan pelatihan. Pelatihan tersebut lebih berfokus kepada


peningkatan keterampilan masyarakat, sehingga masyarakat nantinya mampu

menerapkan ilmu yang diperoleh selama pelatihan.

Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas yang

dilaksanakan di Rumah Belajar Modern, waktu pembelajarannya ditetapkan pada

hari jumat sesuai dengan kesepakatan antara pengelola dan juga peserta. Waktu

yang sudah disesuaikan dan disepakati bersama tersebut tentunya membuat para

peserta dapat menghadiri pelatihan yang dilakukan.

Pemberian keterampilan melalui pelatihan kreativitas menjadi materi tutor

yang diajarkan kepada peserta di Rumah Belajar Modern. Materi tersebut

diajarkan melalui metode tanya jawab, ceramah, dan juga praktek langsung. Para

peserta dapat belajar dan mengembangkan keterampilan yang dimiliki sehingga

dapat menerapkan ilmu yang diperoleh. Hasil pembelajaran dari program

kreativitas mampu diterapkan peserta menjadi berbagai macam kreasi seperti

kreasi flanel, kreasi tanaman hidrogel, membatik, maupun merajut.

Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan program

kreativitas, apakah program tersebut sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Evaluasi juga bertujuan untuk mengetahui kendala-kendala yang

dihadapi peserta ketika pelatihan berlangsung. Evaluasi dalam kegiatan kreativitas

ini dilakukan ketika sesi pelatihan berakhir. Tutor dan juga pengelola memberikan

kesempatan kepada peserta untuk memaparkan kesulitan yang mereka alami

ketika pelatihan dilaksanakan. Kemudian tutor maupun pengelola akan

memberikan jawaban atau mengenai permasalahan yang dialami peserta. Melalui

evaluasi yang dilakukan setelah selesai pelatihan tentunya sebagai langkah untuk
memperbaikinya pada pelatihan selanjutnya. Evaluasi secara keseluruhan

dilakukan oleh pengelola pada akhir tahun untuk menilai setiap kegiatan pelatihan

yang dilakukan.

Pihak pengelola juga akan membuat suatu wadah atau komunitas bagi para

peserta yang berguna untuk menampung hasil-hasil kreasi dari peserta. Upaya lain

juga dilakukan oleh pengelola adalah adanya kerjasama dengan lembaga mitra

yang mampu menyalurkan hasil kreasi peserta. Tutor dari program kreativitas juga

berusaha membantu para peserta dengan memilih kreasi terbaik untuk dipasarkan.

2. Hasil Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Kreativitas di Rumah

Belajar Modern

Pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas dapat

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat menciptakan

individu yang terampil, mandiri, serta mempunyai wawasan agar dapat

meningkatkan taraf hidup mereka.

Menurut Ambar Teguh (2004: 80) tujuan yang ingin dicapai dalam

pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi madiri.

Hal tersebut sesuai dengan tujuan program kreativitas yang diselenggarakan di

Rumah Belajar Modern yaitu meningkatkan keterampilan masyarakat dan

meningkatkan taraf hidup masyarakat. Hasil dari pemberdayaan melalui program

kreativitas yang diikuti oleh para peserta adalah adanya peningkatan keterampilan

yang mereka rasakan dan juga mereka mampu mengaplikasikan ilmu mereka di

rumah. Para peserta yang telah menerapkan ilmu yang mereka peroleh dapat

berinovasi sendiri di rumah dengan membuat berbagai macam kreasi seperti tas
rajut, kreasi dari kain flanel yang dapat dibuat menjadi baju, sepatu rajut dan

sebagainya. Sehingga adanya program kreativitas tersebut dapat menciptakan

masyarakat terampil dan mandiri.

Program kreativitas yang diikuti oleh ibu-ibu rumah tangga sekarang bisa

mengisi waktu luang di rumah dengan membuat berbagai macam kreasi sehingga

bisa menjadi pelaku usaha dengan membuka industri rumahan sendiri. Dari kreasi

tersebut diharapkan meningkatkan taraf hidup mereka serta membantu

meningkatkan perekonomian keluarga. Para peserta jadi lebih berdaya dengan

keterampilan mereka dan mempunyai tambahan penghasilan sendiri sehingga

mampu menambah pendapatan keluarga.

Program kreativitas yang dilaksanakan di Rumah Belajar Modern telah

memberikan hasil yang nyata bagi para peserta yang mengikutinya. Dari hasil

penelitian diketahui bahwa hasil dari program kreativitas adalah :

 Para peserta program kreativitas merasakan adanya peningkatan pengetahuan

dan juga keterampilan yang dimiliki. Hal tersebut dibuktikan melalui para

peserta mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari program kreativitas.

 Para peserta program kreativitas dengan bekal ilmu yang diperoleh

menerapkannya dengan membuat berbagai macam kreasi seperti kreasi kain

flanel, tas rajut, dan sebagainya.

 Program kreativitas mampu mendorong semangat peserta pelatihan di Desa

Bangunharjo yang mayoritas sebagai ibu rumah tangga untuk lebih maju.

Semangat tersebut dibuktikan dengan adanya peserta yang menjadi pelaku


usaha. Hal tersebut tentunya bermanfaat untuk meningkatkan taraf hidup

mereka.

 Program kreativitas mampu meningkatkan taraf hidup peserta, dapat dilihat

dari sebagian peserta yang telah lama mengikuti kegiatan di Rumah Belajar

Modern mempunyai kegiatan usaha, meskipun tidak keseluruhan peserta

mengalami.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Pemberdayaan masyarakat melalui program kreativitas di Rumah Belajar

Modern di Rumah Belajar Modern meliputi beberapa tahapan yaitu tahap

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. (a) Tahap perencanaan diawali dengan

proses identifikasi kebutuhan, penentuan tujuan, penentuan sasaran, penentuan

tema kegiatan, penentuan tutor, sosialisasi, dan pengadaan sarana pelatihan. (b)

Tahap pelaksanaan program kreativitas : program kreativitas yang dilakukan

waktu pembelajarannya sudah disepakati bersama antara pengelola dan

masyarakat, metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah, tanya jawab,

dan praktek langsung, program kreativitas dilakukan melalui berbagai jenis

pelatihan diantaranya pelatihan kreasi kain flanel, pelatihan merajut, pelatihan

hidrogel, pelatihana membatik, dan sebagainya. (c) Tahap evaluasi dilakukan

dengan dua metode yaitu evaluasi setiap pelatihan oleh tutor pemberi materi dan

evaluasi keseluruhan pelatihan oleh pengelola.

Hasil yang dicapai dari pemberdayaan masyarakat melalui program

kreativitas di Rumah Belajar Modern adalah masyarakat meningkat

keterampilannya dan mampu menerapkan keterampilan tersebut ke dalam

kehidupan sehari-hari. Para peserta yang telah menerapkan ilmu yang mereka

peroleh dapat berinovasi sendiri di rumah dengan membuat berbagai macam


kreasi seperti tas rajut, kreasi dari kain flanel yang dapat dibuat menjadi baju,

sepatu rajut dan sebagainya. Sehingga adanya program kreativitas tersebut dapat

menciptakan masyarakat terampil dan mandiri. Program kreativitas mampu

mendorong peserta menjadi pelaku usaha yang berguna untuk meningkatkan taraf

hidup mereka.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian terhadap pemberdayaan masyarakat melalui

program kreativitas di Rumah Belajar Modern Desa Banungharjo Sewon Bantul,

maka ada beberapa saran yang peneliti ajukan, yaitu sebagai berikut :

1. Pelaksanaan jam pembelajaran yang oleh peserta dirasa kurang jika

mendapatkan materi yang sedikit sulit, maka pelaksanaan program harus

ditambah waktunya sampai peserta benar-benar dapat menyelesaikan pelatihan

di tempat.

2. Hasil dari program kreativitas yang diselenggarakan oleh Rumah Belajar

Modern perlu ditindaklanjuti dengan membuat sebuah wadah untuk

menampung hasil dari kreasi peserta, sehingga para peserta keseluruhan dapat

lebih berdaya.
DAFTAR PUSTAKA

Alfitri. (2011). Community Development : Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Alifuddin, Moh. (2011). Kebijakan Pendidikan Nonformal : Teori, Aplikasi, dan


Implikasi. Jakarta: MAGNAScript Publishing.

Arikunto, Suharsimi & Cepi Safruddin. (2014). Evaluasi Program Pendidikan


(Pedoman Teoritis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan). Jakarta: Bumi
Aksara.

Gunawan, Imam. (2013). Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik.


Jakarta: Bumi Aksara.

Hasbullah. (2011). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Kuntari, Sri. (2009). Strategi Pemberdayaan (Quality Growth) Melawan


Kemiskinan. Yogyakarta: B2P3KS PRESS.

Mardikanto, Totok., dan Soebianto, Poerwoko. (2015). Pemberdayaan


Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Miles, Mathew B. A, Michael Huberman, Saldana. (2014). Analisis Data


Kualitatif. Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi. UI Press. Jakarta.

Moleong, Lexy J. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

NS, Sutarno. (2006). Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto.

Rohman, Arif. (2009). Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogayakarta:


Laksbang Mediatama.

Rusmiyati, Chatarina. (2011). Pemberdayaan Remaja Putus Sekolah. Yogyakarta:


B2P3KS PRESS.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi
(Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edi. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian


Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial.
Bandung: Refika Aditama.

Sulistyani, Ambar Teguh. (2004). Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan.


Yogyakarta: Gava Media.

Suwarno, Wiji. (2010). Ilmu Perpustakaan & Kode Etik Pustakawan. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.

Suwarno, Wiji. (2014). Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan : Sebuah Pendekatan


Praktis. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Tricahyono, Sunit Agus. (2008). Pemberdayaan Komunitas Terpencil di Provinsi


NTT. Yogyakarta: B2P3KS.

Yusuf, Farida. (2000). Evaluasi Program. Jakarta : Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai