BERITA ACARA INOVASI PEMBELAJARAN : ALAT PERMAINAN EDUKATIF
DALAM PENGEMBANGAN INOVASI PEMBELAJARAN
Dosen Pengampu: Esya Anesty Mashudi, S.Pd.,M.Pd. Mata Kuliah : Kebijakan dan Inovasi PAUD
Hari, Tanggal : Selasa, 4 April 2023
Waktu Diskusi : 13.00-14.40 WIB Tempat Diskusi : Google Meet Moderator : Umi Rodiahtus Saidah ( 2100439 ) Notulensi : Juli Anggreni Nainggolan ( 2102535 ) Jumlah Peserta : 73 Tim Penyaji : Kelompok 7
Diskusi di pimpin oleh moderator Umi Rodiahtus Saidah pada pukul 13.30 WIB. Penanggung jawab mata kuliah memberikan link presensi kehadiran pada pukul WIB. Kemudian setelah membuka presentasi moderator mempersilahkan kelompok penyaji menyajikan materinya dipukul 13.35 WIB, dan audiens menyimak pemaparan dan membaca power point yang telah ditayangkan dilayar GoogleMeet. Setelah kelompok penyaji memaparkan materinya, moderator membuka sesi tanya jawab tepat pada puku 13.51WIB, dibuka Sesi tanya jawab ada pertanyaan yang diajukan dan semua pertanyaan telah dijawab. Setelah selesai sesi tanyajawab, moderator menutup dan menyimpulkan hasil diskusi pada pukul 14.18 WIB. Pertanyaan , Jawaban , Tambahan, Sanggahan Pertanyaan : Juli Anggreni Nainggolan (2102535) Jika kita seorang pendidik yang ditempatkan untuk mengajar diderah terpencil dan serba keterbatasan baik itu termasuk APE , nah ada kala nya kita ingin nih menggunakan metode pembelajaran menggunakan APE pada proses pembelajaran, nah apakah hal itu dapat berjalan dan bagaimana cara pendidik dalam membuat metode pembelajaran dalam keterbatasan APE pada hal tersebut?
Tentu saja hal tersebut dapat dilakukan. Meskipun terdapat keterbatasan APE, pendidik dapat tetap menggunakan metode pembelajaran yang melibatkan APE dalam proses pembelajaran. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan: 1. Membuat rencana pembelajaran yang kreatif: Pendidik dapat membuat rencana pembelajaran yang kreatif dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar. Misalnya, menggunakan bahan alam atau benda sehari-hari untuk dijadikan media pembelajaran. 2. Menggunakan media yang sederhana: Pendidik dapat menggunakan media yang sederhana dan mudah ditemukan, seperti gambar, poster, atau alat tulis, sebagai alat bantu pembelajaran. 3. Mengoptimalkan interaksi sosial: Interaksi sosial antara pendidik dan siswa dapat dimaksimalkan sebagai sarana pembelajaran. Pendidik dapat mengajak siswa untuk berdiskusi atau bermain peran dalam kelas, sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran. 4. Memanfaatkan teknologi yang sederhana: Meskipun keterbatasan APE, pendidik dapat memanfaatkan teknologi sederhana seperti televisi, radio, atau ponsel sebagai media pembelajaran. 5. Melibatkan masyarakat sekitar: Pendidik dapat melibatkan masyarakat sekitar sebagai sumber pembelajaran dan membantu dalam menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan. Dalam membuat metode pembelajaran dalam keterbatasan APE, pendidik perlu berpikir kreatif dan memaksimalkan sumber daya yang ada di sekitar. Yang terpenting adalah memastikan bahwa pembelajaran tetap efektif dan bermanfaat bagi siswa, meskipun menggunakan metode yang sederhana.
Menambahkan : Siti Yayu Fadilah ( 2100960)
Dapat berjalan walaupun itu di daerah terpencil. Sebenarnya dari bahan-bahan alam kita bisa memanfaatkan untuk alat permainan edukatif. Misalnya batu, daun dan ranting. Batu bisa di manfaatkan untuk aspek seni dan juga matematika. Batunya di warnai dengan warna yang berbeda. Misalnya 2 batu merah diitambah 3 batu hijau maka berapa jumlahnya. Itu jga termasuk kedalam alat permainan edukatif. Secara tidak langsung anak belajar matematika dan seni secara bersamaan. Menambahkan : Sinta Chairani ( 2109648 ) Jika dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran sekolah memiliki keterbatasan dalam APE sebagai alat bantu dalam pembelajaran, pendidik dapat menggunakan media LooseParts sebagai media alternatif dimana Loose Parts adalah bahan yang dapat dipindahkan, dibawa, digabungkan, dirancang ulang, dipisahkan dan disatukan kembali dengan berbagai cara. Loose Parts menciptakan kemungkinan kreasi tanpa batas dalam aktifitas pembelajaran dan mengundang kreativitas peserta didik. Loose part merupakan media bahan ajar yang kegunaannya dalam pembelajaran peserta didik tidak pernah ada habisnya Juga bahan ajar loose part dapat digunakan sebagai alat untuk mengeksplorasi berbagai aspek: Pemecahan masalah, Kreativitas, Konsentrasi , Motorik halus, Motoric kasar, Sains (Sience), Pengembangan bahasa (Literasi), Seni (Art), Logika berpikir Matematika (Math), Teknik (Engineering), Teknologi (Technology). Anak anak akan menjadi kreatif dengan adanya prinsip penggunaan bahan ajar loose parts, mereka bebas berkreasi membongkar pasang bahan ajar sesuai dengan imajinasi peserta didik akan belajar menghargai bahan-bahan atau benda-benda di sekeliling mereka, seperti bahan loose parts alam. Anak-anak juga akan dapat ikut memelihara lingkungan ketika mereka memahamai bahwa barang-barang bekas dapat didaur ulang dan dijadikan sebagai bahan untuk bermain dan berkativitas merakitnya menjadi barang yang berguna. Metode STEAM sangat erat dengan ketrampilan abad 21. Metode STEAM : Kritis berfikir Kreatif Kolaboratif Komunikatif Melalui metode ini anak akan belajar tanpa menyadari bahwa dirinya sedang belajar, karena STEAM dikemas dalam bentuk permainan menyenangkan bagi anak. Tentunya anak akan sangat senang jika diajak bermain kan? anak-anak akan bermain permainan yang memiliki nilai edukasi. Keunggulan dalam pembelajaran metode STEAM dengan loose part yaitu : 1. Membantu anak untuk mengajukan pertanyaan 2. Meningkatkan tingkat permainan kreatif dan imajinatif anak 3. Anak menjadi lebih aktif secara fisik 4. Lebih hemat dan mudah didapat 5. Mendorong anak menyelesaikan masalah 6. Menemukan cara baru dalam melakukan sesuatu 7. Tanggapan siswa atau respon anak yaitu sangat bermanfaat sebagai ruang ekspresi positif anak dan proses pembelajaran yang alami. Pertanyaan : Nadia Novianti (2108923) Bagaimana cara seorang guru memilih media pembelajaran yang tepat agar dapat memunculkan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran? Jawaban dari Penyaji : Sapti Monasari (2102869) Sebagai seorang guru, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media pembelajaran yang tepat untuk memunculkan keaktifan siswa: 1. Sesuaikan media dengan tujuan pembelajaran: Pilihlah media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Misalnya, jika tujuan pembelajaran adalah untuk memperkenalkan konsep baru, maka media yang visual seperti video atau gambar mungkin lebih efektif. 2. Pertimbangkan kebutuhan siswa: Perhatikan kebutuhan siswa saat memilih media pembelajaran. Apakah siswa lebih suka belajar melalui media audio, visual, atau tulisan? Apakah siswa memiliki kesulitan dengan mata pelajaran tertentu yang mungkin memerlukan media pembelajaran yang lebih interaktif 3. Sesuaikan dengan gaya belajar siswa: Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda- beda. Ada yang lebih memahami dengan cara mendengar, membaca, atau melihat. Oleh karena itu, pilihlah media pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa agar mereka lebih mudah memahami materi yang diajarkan. 4. Gunakan media yang menarik perhatian: Pilihlah media pembelajaran yang menarik perhatian siswa agar mereka lebih tertarik dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Misalnya, menggunakan media gamifikasi, seperti game atau quiz online, yang bisa menarik minat siswa dalam belajar. 5. Sesuaikan dengan kemampuan teknologi yang tersedia: Pastikan media pembelajaran yang dipilih dapat diakses oleh siswa dan sesuai dengan kemampuan teknologi yang tersedia di sekolah atau rumah siswa. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, seorang guru dapat memilih media pembelajaran yang tepat untuk memunculkan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Pertanyaan : Zahra Nur aida ( 2103723 )
Apa saja tantangan yang dihadapi dalam pengembangan dan penggunaan alat permainan edukatif dalam pembelajaran? Jawaban dari Penyaji : Tamara Rizka Safitri (2102377) Berikut adalah beberapa tantangan yang dihadapi dalam pengembangan dan penggunaan alat permainan edukatif dalam pembelajaran: 1. Konten Edukatif: Tantangan utama dalam pengembangan alat permainan edukatif adalah memastikan bahwa konten edukatifnya sesuai dengan kurikulum dan memenuhi tujuan pembelajaran. Hal ini memerlukan kerja sama antara ahli pendidikan dan pengembang game untuk menciptakan game yang sesuai dengan standar pendidikan dan juga menarik bagi siswa. 2. Keterbatasan Teknologi: Alat permainan edukatif memerlukan teknologi untuk dioperasikan, seperti perangkat keras dan perangkat lunak, yang dapat membatasi akses siswa ke game tersebut. Selain itu, keterbatasan teknologi seperti koneksi internet yang lambat dan keterbatasan perangkat keras dapat mempengaruhi kinerja game dan mengurangi efektivitas pembelajaran. 3. Biaya: Pengembangan alat permainan edukatif bisa sangat mahal. Dibutuhkan biaya untuk merancang, mengembangkan, dan menguji game, yang bisa menjadi hambatan bagi sekolah atau lembaga pendidikan yang memiliki anggaran terbatas. Menambahkan : Amelya Ayu Syaputri (2104125) 1. Kesulitan dalam Evaluasi: Evaluasi pembelajaran yang dihasilkan dari penggunaan alat permainan edukatif seringkali lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan evaluasi dari metode pembelajaran tradisional. Hal ini dikarenakan game biasanya lebih interaktif dan tidak terstruktur seperti metode pembelajaran tradisional. 2. Penyesuaian dengan Kurikulum dan Kebutuhan Siswa: Alat permainan edukatif harus disesuaikan dengan kurikulum dan kebutuhan siswa. Pada saat yang sama, pengembang harus mempertimbangkan berbagai gaya belajar siswa dan memastikan bahwa alat permainan edukatif dapat diakses oleh siswa dengan berbagai tingkat kemampuan dan kebutuhan. 3. Tantangan Motivasi: Tantangan terakhir adalah mengatasi masalah motivasi dan kebosanan yang mungkin timbul saat menggunakan alat permainan edukatif. Meskipun game dapat meningkatkan motivasi siswa, namun jika game tidak menarik, maka siswa mungkin kehilangan minat dan merasa bosan dalam belajar. Menambahkan : Ratna Anjani ( 2109596 ) Kendala dalam Penggunaan Alat permainan Edukatif 1. Guru Mengalami Kesulitan untuk Mengontrol Anak-Anak Ketika Menggunakan APE Pembelajaran anak usia dini berbeda dengan model pembelajaran usia lebih tinggi, kelas belajar anak ialah kelas yang unik, menarik dan penuh energik, begitu pula bagi guru mengajar dikelas anak usia dini ialah hal yang menantang dan melelahkan karena aktif dan nyaris tidak ada duduk, gaya belajar anak juga berbeda sehingga lingkungan belajar pada anak usia dini perlu dijadikan prioritas. Keadaan siswa yang sulit diatur ketika proses pembelajaran tentu saja akan menggangu proses belajar, guru merasakan kesulitan ketika mengatur anak-anak ketika menggunakan APE karna ketika guru mengeluarkan APE anak- anak saling rebut dengan temannya dan tidak mendengarkan arahan yang diberikan guru, susana gaduh dan tidak terkontrol ini bisa menyebabkan guru kewalahan sehingga kegiatan main menggunakan APE tidak berjalan lancar, akibatnya ialah tidak tercapainya tujuan pembelajaran dan berkurangnya manfaat APE untuk anak. Ketika suasana kelas tidak terkontrol maka anak tidak bisa menerima pelajaran dan bermain dengan baik sehingga manfaat dan tujuan yang telah ditetapkan guru tidak bisa tercapai secara optimal. 2. Tidak Menguasai Penggunaan APE dalam Pengembangan 6 Aspek Seperti yang diungkapkan oleh Badru Zaman yang menyatakan Setiap APE dirancang untuk menstimulasi aspek perkembangan tertentu, namun tidak jarang satu APE bisa multifungsi untuk beberapa aspek perkembangan (Zaman, 2016). Muncul tidaknya semua aspek perkembangan anak dalam penggunan APE dipengatuhi oleh bagaimana APE digunakan, sebagai contoh saja ketika anak memainkan APE lego didalamnya memuat perkembangan kognitif berkaitan dengan kemampuan mengkonstruksi serta kemampuan motorik anak, guru bisa mengembangkan kemampuan sosial dan agama dengan melakukan permainan secara berkelompok, serta seni dengan membuat hasil karya tertentu.hal ini dirasa sulit oleh guru dikarenakan mereka harus berfikir keras cara menstimulasi 6 aspek perkembanagn anak. 3. Jumlah Alat Permainan Edukatif tidak Sesuai dengan Jumlah Anak Ketidak sesuaian jumlah APE dengan jumlah anak ini menjadi kendala bagi guru, ketika jumlah APE yang hendak dipakai guru kurang dan anak-anak ada yang tidak dapat memakai APE yang sama, maka masalah akan timbul, anak akan ramai dan saling berebut, pembelajaran menjadi tidak seefektif jika APE yang dipakai sesuai dengan jumlah anak. 4. Guru Tidak Berlatar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini Banyak guru PAUD yang tidak berlatar belakang pendidikan anak usia dini dan tentu saja sedikit tidaknya ini mempunyai pengaruh terhadap kegiatan pembelajaran itu sendiri ketika pengalaman dan pengetahuan digabungkan menjadi satu maka kegiatan pembelajaran akan lebih maksimal lagi, sehingga latar belakang pendidikan dirasa mempunyai pengaruh ketika menggunakan APE, karena pemahaman tentang APE dan pembelajaran anak akan membuat guru tidak merasa kesulitan menggunakan APE, dan hal sebaliknya bisa terjadi yakni guru merasa kesulitan menggunakan APE.
Pertanyaan : Lea Sartika ( 2109215 )
Bagaimana proses implementasi alat permainan edukatif dalam pembelajaran dapat dilakukan secara efektif?
Jawaban dari Penyaji : Qurratul Azzahra ( 2101130 )
1. Menentukan tujuan pembelajaran: Sebelum memilih alat permainan edukatif yang akan digunakan, penting untuk menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 2. Memilih alat permainan edukatif yang tepat: Setelah menentukan tujuan pembelajaran, guru dapat memilih alat permainan edukatif yang sesuai dengan topik atau materi pembelajaran yang akan disampaikan. 3. Menjelaskan alat permainan edukatif: Sebelum menggunakan alat permainan edukatif, guru harus menjelaskan cara penggunaannya dengan jelas kepada siswa. Menambahkan : Siti Nur Alfiyah (2101422) 1. Integrasi dalam kurikulum: Guru dapat mengintegrasikan alat permainan edukatif ke dalam kurikulum mereka, sehingga dapat digunakan sebagai bagian dari proses pembelajaran. 2. Mengevaluasi efektivitas: Setelah menggunakan alat permainan edukatif, guru dapat mengevaluasi efektivitasnya. 3. Menyesuaikan strategi: Jika hasil evaluasi menunjukkan bahwa alat permainan edukatif tidak efektif, maka guru dapat menyesuaikan strateginya atau memilih alat permainan edukatif yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa. DOKUMENTASI KEGIATAN