Anda di halaman 1dari 1

Analisis Kekar Tiang Berdasarkan Morfometrinya di Desa Ngrayun dan sekitarnya,

Kecamatan Slahun, Ngrayun, dan Bungkal, Kabupaten Ponorogo,


Provinsi Jawa Timur
Disusun Oleh :
Bintang Akbar S, Dzaky Ahmad S, Faisal Fadillah,
Muhammad Bagus R, Rona Aulia Tareza U
Dosen Pembimbing :
Ir. Nugroho Imam Setiawan, S.T., M.T., D.Sc., IPM
198209182015041001

PENDAHULUAN PETA INDEKS


Lokasi pemetaan: Desa Ngrayun dan sekitarnya,

±
Penelitian ini dilakukan di Desa Ngrayun, Munggu, Cepoko, dan Baosan Lor, Kecamatan Slahung, Ngrayun, dan Bungkal, Kecamatan Slahung, Ngrayun, dan Bungkal,
Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Dimana pada daerah penelitian kekar tiang yang ditemukan terbentuk dari litologi lava Ponorogo
andesit dan endapan piroklastik yaitu tuff welded. Keterdapatan kekar tiang ini mendorong penyusun untuk mengetahui dan
hubungan pengukuran kekar tiang terhadap litologi dan setting tektonik yang membentuknya. Ditambah kekar tiang yang 1:100.000
karakteristik dari kekar tiang baik secara megaskopis dan mikroskopis, faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kekar tiang
terbentuk dari endapan piroklastik merupakan hal yang baru yang mendorong penyusun untuk meneliti lebih lanjut mengenai
karakteristik kekar tiang pada endapan piroklastik di daerah penelitian.Metode yang digunakan terbagi menjadi dua yaitu metode
lapangan dengan pengambilan data secara langsung di lapangan dan analisis laboratorium dan menggunakan software ImageJ
yang digunakan untuk mengukur luas area, ketinggian, dan panjang Geometri tubuh lava yang mendingin merupakan hasil dari
setting tektonik yang kemudian membentuk batas pendinginan.Kemudian kami mengklasifikasikan pengamatan lapangan
berdasarkan geometri magma untuk megelompokkan kondisi pendinginannya secara lebih rinci. Kami menggunakan diagram Sumber: Peta Lembar Tulungagung dan Pacitan
(Hetenyi, 2012) untuk memvalidasi hasil dari analisis kekar tiang berdasarkan data yang kami ambil di lapangan. Pengukuran yang (H Samoedra, 1992)
Sumber: DEMNAS
di lakukan di lapangan meliputi, panjang sisi kolom kekar tiang, ketebalan tubuh magma, luas area kolom, serta jumlah sisi polygon.

PETA STA 2. STA Kekar Tiang Daerah Penelitian

Gbr. 1 Kekar tiang yang terbentuk pada endapan Gbr. 2 Kekar tiang yang terbentuk pada endapan piroklastik Gbr.3 Kekar tiang yang terbentuk pada intrusi Gbr.4 Kekar tiang yang terbentuk pada aliran lava
piroklastik dengan litologi tuff welded pada STA 1 dengan litologi tuff welded pada STA 7 dengan litologi andesit pada STA 9 dan membentuk lava tube dengan litologi andesit pada STA 2

3. Analisis Petrografi 4. Tabel Komposisi Mineral

Pada daerah penelitian terdiri dari dua formasi yaitu Formasi Mandalika dan Formasi Arjosari yang PPL(//) XPL(X) PPL(//) XPL(X) PPL(//) XPL(X)
terdiri dari litologi berupa lava andesit, breksi piroklastik, lapili tuf breksi, lapili tuf, tuf, batupasir, Gbr. 1. Kenampakan Tuff(Fisher, 1966) Gbr. 2. Kenampakan Lava Andesite (IUGS,2007) Gbr. 3. Kenampakan Lava Andesite (IUGS,2007)
batugamping, dan endapan kolovial. Pada penelitian terdiri dari 9 STA yang tersebar pada beberapa yang didominasi gelasan pada STA 1 yang didominasi plagioklas pada STA 3 yang didominasi gelasan pada STA 5
litologi yaitu litologi berupa lava andesit dan tuff.

5. Diagram Distribusi Persebaran Kolom dan Diagram Persebaran Mean L vs Area


METODE PENELITIAN

Gbr. 3 Diagram Persebaran Mean A vs


Mean L
Gbr. 1 Diagram Distribusi Polygon di Daerah Penelitan Gbr. 2 Diagram Persebaran A vs Mean L
Pada gambar diatas menjelaskan terdapat sebagian besar kolom berbentuk segi empat,
Jika nilai rata rata dari A semakin besar maka banyaknya N
dan rata rata Navg dibawah 5 (4,59cm) diambil dari 244 data kolom, dimana rata rata
dalam suatu STA tidak bervariasi, hal ini juga berlaku untuk
kolom ternyata tidak berhubungan dengan ukuran rata rata sisi kolom.Navg tidak pernah
mencapai 6 dan pada sistem yang lebih mature, variasi luas dan lebar N harus lebih nilai rata rata L. Berdasarkan Hetenyi (2012) suatu kekar
berkurang (Budkewitsch dan Robin 1994). Berdasarkan nilai dan teori yang didapat akan memerlukan energi yang lebih besar untuk membentuk
kebanyakan dari data yang ditemukan memiliki pendinginan yang cukup lambat dan matang N yang ideal, energi tersebut akan mempengaruhi rata rata
sehingga menghasilkan polygon yang lebih sedikit, namun hal ini tidak dapat sepenuhnya L dan A. Pada area penelitian nilai N yang didapatkan adalah
diyakinkan karena dipengaruhi oleh ideal atau tidaknya singkapan pada titik yang diambil. 4,5, dan 6.

6. Diagram Regresi dA/A dan 1σ variation of N


0.8 0.7
y = -0.2021x + 0.7819 y = 0.2063x + 0.3073
Dalam metode penelitian, pengukuran nilai pada Pada Gbr 4. menjelaskan korelasi antara variasi area relatif
1σ variation of polygonal order N

1σ variation of polygonal order N

penelitian memiliki keterangan yaitu ketebalan 0.6 dari penampang lintang kolom (dA/A) dan variasi 1σ dari urutan
A
mininum tubuh kekar tiang (H), panjang dari sisi L
0.5
poligonal N pada kekar tiang dengan 5 area pengukuran yang
kolom (L), luas area dari kolom (A) dan bentuk merupakan STA lava. Data regresi menunjukkan garis dengan tren
H
polygon dari kolom (N) dimana ini adalah data 0.4 positif dan distribusi nilai kekar tiang bersifat non-Gaussian.
utama yang akan digunakan, 0.3 Sedangkan pada Gbr. 5 menjelaskan Korelasi antara variasi area \
relatif dari penampang lintang kolom (dA/A) dan variasi 1σ dari
N
N
N
0.2 urutan poligonal N pada kekar tiang dengan 4 area pengukuran yang
A
L
N 0.1
merupakan STA piroklastik. Data regresi menunjukkan garis dengan
N

N
tren negatif dan distribusi nilai kekar tiang bersifat non-Gaussian.
0 0
0.2 0.6 1 1.4 1.8 0.2 0.6 1 1.4
H
Relative area variation dA/A Relative area variation dA/A
Gbr. 4 Diagram Regresi Batuan Beku Gbr. 5 Diaram Regresi Batuan Piroklastik

7. Diagram Persebaran H terhadap mean L di daerah penelitian


Legenda Diagram diatas menunjukkan persebaran dari titik yang didapat berdasarkan
Gbr. 1 Contoh pengukuran data L, H, A, dan N di lapangan nilai H dan Mean L di lapangan. Sebagai catatan ketebalan dari tubuh magma
= Lava Flow (SUF) (H) tidak diketahui secara lengkap karena efek penurunan erosi maupun
paparan sebagian kolom sehingga kami mengukur dengan nilai sesuai
= Intrusion (Dyke)
HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI = Pyroclastic flow
singkapan di lapangan. Dari data tersebut terdiri dari 9 STA dengan dua jenis
litologi yaitu piroklastik dan batuan beku. Berdasarkan data, kekar tiang
dengan litologi piroklastik menghasilkan L dan H yang lebih kecil sedangkan
1. Tabulasi Data Penelitian = Lava flow area litologi dengan batuan beku menghasilkan L dan H yang lebih besar yang
dibedakan menjadi intrusi dan lava flow single unit. Kami menggunakan
=Lava dome area
diagram dari (Hetenyi,2012) sebagai acuan pada background diagram kami,
=Intrusion area namun data yang didapatkan di daerah Ponorogo memiliki hasil yang berbeda.
Dimana kami hanya menemukan 3 setting tektonik yaitu intrusi, lava flow (SUF)
= Pyroclastic flow area dan pyroclastic flow. Dengan catatan data yang anomali diluar dari (Hetenyi,
2012) merupakan pengaruh dari tersingkapnya singkapan yang dapat
dipengaruhi beberapa faktor.
Gbr. 6 Diagram Persebaran H vs L

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


-Semakin besar mean A makan semikin minim variasi N pada STA. Pada area penelitian nilai N yang
didapatkan adalah 4,5, dan 6 dengan 4 sebagai modus. Pengolahan menunjukkan proses
Tabel diatas merupakan nilai rata-rata atau mean dari data L, A, H, dan N pendinginan yang cukup lambat dan matang yang menghasilkan polygon yang lebih sedikit.
pada 9 STA yang kami teliti dan akan digunakan pada diagram-diagram -Area Pyroclastic flow berada di dekat persimpangan antara sumbu X dan Y (mendekati area Lava Flow)
untuk menentukan karakteristik dari kekar tiang yang ada di daerah -Terdapat Lava Flow dengan Body of Thickness yang tinggi. Hal tersebut memerlukan identifikasi dari studi lebih lanjut.
-Diagram Hetenyi dapat digunakan untuk menentukan jenis batuan melalui analisis kekar tiang walau masih terdapat anomali.
penelitian.

Anda mungkin juga menyukai