Anda di halaman 1dari 24

KELOMPOK 2

SEJARAH ARSITEKTUR
JAWA TIMUR PONOROGO

Mata Kuliah : Sejarah Arsitektur Timur


Dosen Pembimbing : IR. FARIDA MURTI, MT

Kelas : R

Nama & NBI Mahasiswa :

FAISAL - (1441401895)
AKHMAD SYAIFUDDIN - (1441401896)
GURUH HARIS SIDHARTA - (1441401909)
HERSANTI - (1441401906)
RENGGA - (1441401917)
IMAM MALIKI - (1441401918)

Kelompok 2 , Sejarah Arsitektur Timur - Ponorogo


SEJARAH ARSTEKTUR TIMUR

ARSITEKTUR JAWA TIMUR


PONOROGO
SEJARAH ARSTEKTUR TIMUR

STUDI
BANDING

Kelompok 2 , Sejarah Arsitektur Timur - Ponorogo


SEJARAH ARSTEKTUR TIMUR

o Arsitektur Jawa Timur (Ponorogo)

Kelompok 2 , Sejarah Arsitektur Timur - Ponorogo


SEJARAH ARSTEKTUR TIMUR

1. Di Ponorogo terdapat rumah tradisional Jawa yang disebut Rumah Sinom-an


Dan Rumah Doro Gepak.
Rumah Sinom-an adalah rumah yang memiliki 8 tiang,
sementara Rumah Doro Gepak adalah Rumah yang memiliki 4 tiang, masing-masing memiliki
ukuran antar tiang 3 m. Jika dilihat dari banyaknya tiang yang terdapat pada rumah ini, dapat
dikatagorikan bahwa rumah ini merupakan jenis Rumah Doro Gepak, karena pada bagian
tengah rumah ini menggunakan 4 tiang soko guru (Lihat pada gambar 1.2).

sumber :http://temuilmiah.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2015/11/TI2015-E-137-144-Model-Tipe-
Bangunan-Rumah-Tradisional-Ponorogo.pdf

Kelompok 2 , Sejarah Arsitektur Timur - Ponorogo


SEJARAH ARSTEKTUR TIMUR

2. Elemen Arsitektural Makna dan Tektonika


Pada fasade rumah tradisional Ponorogo, menggunakan pintu Gebyog yang memakai material
kayu jati, sesuai dengan ketentuan norma-norma falsafah jawa, namun jika ditelaah pada saat ini
kayu jati merupakan material kayu yang kuat, tahan lama serta mudah dirawat. sehingga
menguntungkan pemilik rumah. Yang dimaksud dengan gebyog adalah pintu rumah yang lebar
serta. kerangka Gebyog menyatu dengan konstruksi bangunan. Gebyog memberikan rasa sejuk
disiang hari , dan hangat di malam hari. Gebyog yang di gunakan untuk Omah Limasan (dalem)
dibuat dengan motif ukiran Kudus, buatan baru dari kayu tua atau lama.

Terdapat ukiran pada bagian atas pintu ornament


merupakan ukiran lung-lungan. dengan arti kata
lung yang berarti batang tumbuhan yang masih
muda, simbol ini berupa tangkai, buah, bunga dan
daun.
Jenis tumbuhan yang sering digunakan adalah
tumbuhan teratai, kluwih, melati, beringin,buah keben
dsb. Simbol ini melambangkan kesuburan sebagai
sumber penghidupan dimuka bumi.

Kelompok 2 , Sejarah Arsitektur Timur - Ponorogo


SEJARAH ARSTEKTUR TIMUR

Pembayangan, penahanan terik matahari


langsung diterima oleh atap dari bahan
genteng, melalui celah-celah masuklah sinar
matahari menerangi di dalam ruang. Hal ini
akan menghangatkan ruang di pagi hari,
namun ketika hari mulai siang terasa ruangan
menjadi panas karena tidak adanya plafon
kecuali hanya di sector guru saja. Ketebalan di
dinding yang mengelilingi ruang dan
terangkainya masa ruang menyulitkan angin
untuk berembus meniup menjadikan panasnya
ruang di siang hari.

Kelompok 2 , Sejarah Arsitektur Timur - Ponorogo


SEJARAH ARSTEKTUR TIMUR

3. Kajian Bentuk dan Ruang Arsitektur Rumah tinggal Daerah Mahasiswa

Rumah tradisional di Jl. Syuhad, desa Ngunut Kec.


Babadan, kabupaten Ponorogo ini jika dilihat dari
bentuk atapnya, rumah ini termasuk rumah Limasan.

Kelompok 2 , Sejarah Arsitektur Timur - Ponorogo


SEJARAH ARSTEKTUR TIMUR

Fasad
rumah
kelahiran
ibu Faisal.

Kelompok 2 , Sejarah Arsitektur Timur - Ponorogo


SEJARAH ARSTEKTUR TIMUR

Denah rumah limasan

Karena rumah ini, memiliki


luasan rumah yang memanjang,
serta jarak antar tiang soko guru
(sebagai konstruksi utama
bangunan) dengan kerangka
atapnya memiliki tinggi 3m.
Selain itu, jika dilihat dari segi
jenis ruangnya, rumah ini
memiliki beberapa jenis ruang
yang memang dimiliki oleh
setiap rumah jenis Limasan.
Ruang-ruang tersebut ialah
regol, langgar, pendhopo,
pringgitan, ndalem, pawon,
kandang, dan lumbung.

Kelompok 2 , Sejarah Arsitektur Timur - Ponorogo


SEJARAH ARSTEKTUR TIMUR
Desain Arsitektural Jenis Tradisional Limasan (Sinom & Dorogepak)
Rumah sekitar Daerah Desa Ngunut

Kelompok 2 , Sejarah Arsitektur Timur - Ponorogo


SEJARAH ARSTEKTUR TIMUR

Desain Arsitektural Jenis Lain sekitar rumah daerah Desa Ngunut

Kelompok 2 , Sejarah Arsitektur Timur - Ponorogo


SEJARAH ARSTEKTUR TIMUR

EVOLUSI (PERUBAHAN)
OBYEK STUDI

Kelompok 2 , Sejarah Arsitektur Timur - Ponorogo


SEJARAH ARSTEKTUR TIMUR
Perubahan Arsitektur Jawa/Ponorogo dalam beberapa tahun
Telah diketahui tipe perubahan atau evolusi suatu bentuk bangunan pada arsitektur Jawa Timur (Ponorogo) terdiri
dari 4 (empat) melalui proses type perubahan yaitu ; tajug, joglo, limasan dan kampung. Adapun di dalam masing-
masing type bentuk dapat dibagi menjadi tiga sektor yaitu sektor Guru, sektor Pananggap dan sektor Emper, arah
orientasi dari semua type ini ada dua arah yaitu panyelak dan pamanjang.

Type bentuk bangunan Jawa berdasarkan Kawruh Kalang R. Sosrowiryatmo

TAJUG JOGLO LIMASAN KAMPUNG

Pemanjang Menunjukkan sektor pada


bangunan Jawa dan arah

Penyelak
orientasi.
GURU
Pamanjang adalah yang menunjukkan
arah yang lebih panjang.
PENANGGAP
panyelak adalah arah yang lebih
EMPER
pendek. Untuk type Tajug maka
orientasi ini tidak dapat disebutkan.

Kelompok 2 , Sejarah Arsitektur Timur - Ponorogo


SEJARAH ARSTEKTUR TIMUR
Dari penarikkan ini maka bentuk denahnya berubah dari
Penetapan kode-awal pada pengembangan empat
type bentuk rumah Jawa dapat digali dari naskah bentuk persegi berubah menjadi persegi panjang,
Kawruh Kalang R. Sosrowiryatmo yang diterjemahkan orientasi yang panjang disebut pamanjang dan orientasi
oleh Prijotomo,disebutkan didalamnya; yang tetap karena tidak tertarik disebut panyelak.
Perubahan luasan terjadi di sektor guru, pananggap
Dari griya tajug ini lalu dibuat pemencaran menjadi pamanjang, emper pamanjang, sedangkan pananggap
beberapa dhapur hingga menjadi dua, tiga bahkan lebih panyelak, emper panyelak luasannya tetap.
dari tiga. Adapun pemencaran tersebut, yang pertama
disebut dhapur joglo. Jadi dhapur itu aslinya dari tajug Bagaimana untuk type limasan;
yang merupakan pula asal mula griya. Untuk nama joglo Dari dapur jug-loro ini kemudian dilakukan pemecaran
ini, asal katanya adalah jug-loro (loro=dua) atau ju-loro dhapur dengan mengandalkan pada blandar dan juga
atau lengkapnya tajug-loro, kemudian lebur menjadi berdasarkan pada pengerat, yaitu dilipat-duakan,........
joglo yaitu dari empat griya taju dirangkai menjadi
satu......Dan namanya diubah bukan taju atau taju-loro
Dari sini diutarakan bahwa type tajug itu merupakan asal lagi, tetapi mmenjadi griya dapur limasan6
mula semua type, type yang lainnya adalah merupakan
Type limasan adalah merupakan lipat empat dari type
hasil pemencaran type tajug. Semisal type joglo adalah
tajug, yang berarti juga lipat dua dari type joglo.
merupakan hasil pengembangan pertama dari type tajug,
Pelipatan dalam kreatifitas transformasi dapat dimaknai
ini dapat juga ditunjukkan dengan penamaan joglo sendiri
penarikkan molo sepanjang dua kali lipat. Dengan
yang berasal dari ju-loro = tajug dua. Dari sudut
penarikan ini type joglo berubah menjadi type limasan,
kreatifitas perubahan atau evolusi yang terjadi
dimana luasan sektor guru, pananggap pamanjang,
munculnya bentuk joglo adalah merupakan hasil
emper pamanjang menjadi bertambah, sedangkan
penarikan type tajug sejauh/sepanjang molo5 (nok).
pananggap panyelak, emper panyelak luasannya tetap.

Kelompok 2 , Sejarah Arsitektur Timur - Ponorogo


SEJARAH ARSTEKTUR TIMUR
Gambar proses evolusi / perubahan dari type tajug berubah menjadi joglo lalu berubah menjadi
limasan hingga berubah menjadi bentuk arsitektur kampung, karena terjadi penarikan molo,
sehingga panjang molonya yang berubah pada proses transformasi ini.

TAJUG JOGLO LIMASAN KAMPUNG

Demikian juga dengan type kampung juga merupakan proses penarikkan molo sejauh lebar sektor pananggap dan sektor emper, sehingga
meniadakan sektor pananggap panyelak dan sektor emper panyelak. Untuk type kampung didalam Kawruh Kalang R. Sosrowiryatmo hanya
disebutkan;
....adapun atap yang berbentuk kampung dinamakan rumah kampung, atau kapung mengambil nama dari empyak ketepung.......
Tidak ada penjelasan di dalamnya bahwa type kampung adalah kelanjutan dari penarikkan type limasan, namun bila diamati adanya jejak tersebut,
seperti apa yang tertulis di atas dengan cara memanjangkan molo. Dalam proses penarikan ini peran elemen molo menjadi elemen yang penting.
Dari proses evolusi atau perubahan type arsitektur Jawa, yang berperan sebagai kode-awal adalah type tajug, adapun yang berperan sebagai
pengendali masih belum dapat ditentukan. Namun bila diamati dari proses penarikkan ini perubahan yang menyolok adalah terteriknya sektor guru
dengan munculnya molo pada type joglo, dan kemudian pada type selanjutnya penarikkan terjadi pada sektor guru lebih panjang lagi sehingga type
kampung. Jadi dapat dikatakan bahwa sektor guru berperan sebagai pengendali dalam proses perubahan ini.

Kelompok 2 , Sejarah Arsitektur Timur - Ponorogo


SEJARAH ARSTEKTUR TIMUR
Jadi kode-awal dari sebuah type arsitektur Jawa adalah sektor guru, adapun sektor pananggap dan sektor emper pada
prinsipnya ukuran dan keberadaannya adalah sangat tergantung dari kondisi, lokasi, bahan, keinginan dan kemampuan
pemilik rumah, demikian pula dengan kehadiran ragam hiasnya juga tergantung dari pemilik rumah dan tukang yang
melaksanakannya.

Disektor guru inilah pengukuran (petungan) dimulai dari pengukuran midhangan, soko, dudur dan sebagainya8. Perubahan
pengukuran akan menentukan type, kehadiran elemen molo pada type tajug merubah type menjadi joglo dan seterusnya.
Jadi transformasi yang berupa penarikan dilakukan di sektor guru, sedang sektor lain mengikuti. Sektor guru yang
posisinya sebagai kode-awal, posisinya bisa hadir tanpa hadirnya sektor pananggap dan sektor emper.

Demikian juga dengan hadirnya sektor pananggap dan emper bisa tidak merata. Panjangnya dudur yang menentukan
kemiringan atap sektor guru ini juga menentukan type bangunannya. Pembahasan tentang panjang dudur dan dikaitkan
dengan type tidak dilakukan dalam kajian ini, namun benang merah keterkaitannya ada dalam konteks pengetahuan
konstruksinya.

Penarikan dilakukan disektor guru, ter-khusus dilakukan pada molo, keberadaan sektor pananggap dan sektor
emper sangat tergantung unsur lainnya, yang dalam ini dapat ditunjuk sebagai elemen pengendali.

Kelompok 2 , Sejarah Arsitektur Timur - Ponorogo


SEJARAH ARSTEKTUR TIMUR

A. TAJUG B. JOGLO C. LIMASAN D. KAMPUNG

Proses penarikan sektor guru secara tiga dimensi. (A) tajug; (B) joglo; (C) limasan; (D) kampung

Regol
Berfungsi sebagai gerbang masuk ke dalam komplek rumah, menggunakan sektor guru yang berdiri sendiri tanpa hadirnya sektor pananggap.
Hadirnya dinding hanyalah sebagai elemen pembatas tidak mendukung struktur atapnya, tetapi didukung oleh soko (kolom). Kemiringan atap tidak
securam kode awal, demikian juga dengan tinggi soko.
Regol rumah Ki Ageng Besari dan proses perubahan bentuknya

Kelompok 2 , Sejarah Arsitektur Timur - Ponorogo


SEJARAH ARSTEKTUR TIMUR
Dari proses transformasi bentuk di atas sebagai kode-awal joglo (B), yang dilakukan adalah penekanan dari atas
dan bawah. yang perlu dicermati adalah seberapa jauh penekanan dilakukan? Disinilah alat pengendali digunakan
yaitu rasa estetika (tradisi), yang dalam hal ini tidak dapat disebutkan secara rasional. Disinilah peran arsitek
diharapkan, khususnya dalam pengolahan rasa estetika dalam konteks tradisional. Demikian juga dengan
pembelokkan wuwungan (jurai), sehingga tampak lebih lues.

Langgar
Masa selanjutnya yang ada di dalam rumah Ki Ageng Besari adalah langgar, digunakan untuk tempat sholat
(beribadah). Langgar adalah salah satu contoh arsitektur jawa yang berbentuk panggung.

Proses perubahan bentuk regol (R) dengan menghadirkan


pananggap.

Kelompok 2 , Sejarah Arsitektur Timur - Ponorogo


SEJARAH ARSTEKTUR TIMUR
Bentuk regol (R) sebagai kode-awal, dengan hadirnya sektor pananggap maka bentuk Regol berubah menjadi tampilan
baru. Kehadiran pananggap yang hanya satu sisi menjadikan variean type baru dari arsitektur Jawa, seberapa besar dan
seberapa kemiringannya sangat ditentukan oleh alat pengendali. Demikian juga seberapa tinggi penaikan gelagar lantai
juga ditentukan oleh alat pengendali, yaitu rasa estetika.

Joglo
II III IV V
I

Proses perubahan bentuk joglo, foto sebelah kiri adalah contoh type joglo yang terdiri hanya satu sektor pananggap (langkah
ke III), sedang di sebelah kanan contoh joglo yang terdiri dari dua sektor pananggap dan sektor emper.

Kelompok 2 , Sejarah Arsitektur Timur - Ponorogo


SEJARAH ARSTEKTUR TIMUR
Proses transformasi sebagai kode-awal adalah joglo (B) pada langkah ke II terjadi penarikan sehingga atapnya
semakin menjulang, hal ini berlawanan dengan proses pembentukan regol. langkah ke III penambahan sektor
pananggap pertama, langkah ke IV penambahan sektor pananggap ke dua. Kehadiran jumlah sektor pananggap
itu tergantung dari kondisi lahan dan jumlah bahan yang dimilikinya.

LIMASAN

I II III

IIA

Proses perubahan bentuk tipe limasan

Kelompok 2 , Sejarah Arsitektur Timur - Ponorogo


SEJARAH ARSTEKTUR TIMUR
Sebagai kode-awal proses transformasi adalah bentuk limasan (C) pada langkah ke I terjadi penambahan sektor
pananggap pertama. Selanjutkan pada langkah ke II terjadi penambahan sektor pananggap kedua, untuk langkah
ke IIA penambahan sektor pananggap kedua hanya bagian depan dan belakang, hal ini menimbulkan varien baru
yaitu limasan sinom. Untuk langkah ke III penambahan sektor emper.

TAJUG
III
A I II

IIIA

Kelompok 2 , Sejarah Arsitektur Timur - Ponorogo


SEJARAH ARSTEKTUR TIMUR
Sebagai kode-awal proses perubahan terutaman pada penutup atap adalah bentuk tajug (A), pada langkah ke I terjadi
penambahan pananggap pertama, pada langkah ke II terjadi penambahan pananggap kedua. Pada langkah ke III A
terjadi penarikan ke atas di sektor guru, dan di langkah ke III terjadi penarikan di sektor pananggap pertama, dan di
sektor guru.

Kesimpulan
menggunakan salah satu bentukan geometri, kemudian dirubah
Sebagai kode-awal proses perubahan bentuk arsitektur jawa dari keempat
bentukannya, baru kemudian dilakukan penambahan-
type ( tajug, joglo, limasan dan kampung) sektor guru. Atau dengan kata lain
penambahan dengan prosedur saluran geometri.
sebutan tajug, joglo, limasan dan kampung adalah sebutan di sektor guru.
Untuk menjawab tantang arsitek dalam membantu mencari
Alat pengendali proses perubahan bentuk arsitektur jawa adalah kepekakan
identitas arsitektur tradisional, dengan menggunakan metode
seorang arsitek terhadap rasa estetika terhadap tradisi. Sedangkan untuk
perubahan bentuk seperti diatas. Yaitu menetapkan kode-
memperoleh rasa estetika tradisi diperoleh dengan memperkaya pengalaman
awal kemudian melakukan langkah merubah bentuknya
dalam mendalami arsitektur jawa. Dan apabila digunakan untuk perubahan
dengan berpegangan pada pengendali yang digali dari rasa
arsitektur tradisional lainnya, maka arsitek harus memahami arsitektur
estetika tradisi. Kemudian untuk supaya dapat dipahami maka
tradisional yang akan di rubah.
kehadiran karya tersebut harus disertai teks yang berkaitan
Langkah terakhir dalam proses evolusi berarsitektur ini adalah membuat teks dengan arsitekturnya.
yang berisikan tentang penjelasan abyek arsitekturnya. Hal ini merupakan
Dalam saluran perubahan seorang arsitek dalam menggunakan
langkah ke empat dari proses perubahan yang diutarakan oleh Anthony C.
saluran ini tidak dituntut untuk selalu mempertahankan
Antoniades.
konsisten terhadap bentuk kode awal-nya, akan tetapi bebas
Penambahan sektor pananggap dan sektor emper tidak selalu mengelilingi arah untuk melakukan perubahan-perubahan, akan tetapi tetap
orientasi pamanjang maupun arah orientasi penyelak, namun dapat hanya dituntut untuk konsisten terhadap variabel pengendali yang
disektor pamanjang saja. telah ditentukan.
Munculnya type baru adalah merupakan proses evolusi dari kode-awal yaitu Ternyata dalam merubah arsitektur tradisional yang terpenting
type tajug, joglo, limasan dan kampung. Type baru tersebut hanyalah sebuah bukanlah bentuknya yang mirip, akan tetapi kesan, jiwa,
varien dari ke empat type yang ada. Suatu misal: type joglo hageng, joglo roh arsitektur yang tercipta, sesuai tidak dengan kesan,
mangkurat, limasan ceblokan, limasan pacul gowang, limasan gajah mungkur, jiwa, roh yang dimiliki oleh kode awal dalam hal ini
limasan trajumas lambang gantung, tajug semar tinandu, tajug lambang adalah arsitektur tradisional.
teplok. Dan sebagainya.
Saluran perubahan merupakan saluran yang dapat dikaitkan dengan saluran
yang lain, bahwa perubahan adalah prosesnya. Suatu misal dalam saluran
geometri, sebagai kode awal dapat

Kelompok 2 , Sejarah Arsitektur Jawa - Ponorogo


SEJARAH ARSTEKTUR TIMUR
Daftar Pustaka.

1. Adi Susilo, Gatot. Kawruh Kalang Arsitektur Ponorogo, Program Pasca Sarjana ITS
Surabaya (2000)
2. Antoniades, Anthony C. Poetics Of Architecture, Theory of Desaign, Van Nostrand Reinhold,
New York (1990).
3. Ching, Francis DK, Architecture: Form, Space & Order, Van Nostrand Reinhold, New York
(1979).
4. Klasen Winand. Architecture And Philosophy, University Of San Carlos Cebu City,
Philippines (1990).
5. Prijotomo, Yosef. Petungan: Sistem Ukuran Dalam Arsitektur Jawa, Gajahmada University
Press (1995).
6. Prijotomo, Yosef. Re- Konstruksi Arsitektur Jawa, P.T. Wastu Lanas Grafika Surabaya
(2006)
7. R. Ismunandar K. Joglo Arsitektur Rumah Tradisional Jawa, Effhar & Dahara Prize.
Semarang (2003).

Kelompok 2 , Sejarah Arsitektur Timur - Ponorogo

Anda mungkin juga menyukai