Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG

Disusun Oleh :
Syafhira Alika Putri

Pembimbing:
dr. Mahdalena Lubis

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA BATCH 1 FEBRUARI


WAHANA PUSKESMAS RAMBATAN II
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I. STATUS PASIEN.................................................................................................
BAB II. PENDAHULUAN.............................................................................................
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................

2
BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : By. M
Usia : 9 Bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jorong Kinawai
Pemeriksaan : 5 Desember 2023
Berat Badan : 7,3 kg
Tinggi Badan : 72 cm

II. IDENTITAS ORANG TUA PASIEN


Nama : Ny. Devi Astuti
Usia : 31 tahun
Status : Ibu Pasien
Pendidikan terakhir: SMA

III. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 5
Desember 2023 di Poli KIA Puskesmas Rambatan II
A. Keluhan Utama
BAB cair sejak 1 hari yang lalu.

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien By. F datang ke Poli KIA Puskesmas Rambatan II dengan
keluhan BAB cair 1 hari yang lalu. BAB 6x sehari yang tidak disertai
lendir dan darah, konsistensi cair dengan sedikit ampas, BAB berwarna
kuning dengan berbau. Pasien tampak rewel, menangis dan minum dengan
lahap.
Pasien juga demam sejak 1 hari yang lalu, demam dirasakan
sepanjang hari dengan suhu 37 o C dan demam turun setelah diberikan obat

3
sanmol oleh ibu pasien. Selain itu pada pasien juga didapatkan muntah
saat makan. Pada pasien tidak didapatkan kejang, sesak dan kembung.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat infeksi SSP : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada yang memiliki keluhan serupa dengan pasien.

E. Riwayat Lingkungan dan Kebiasaan


Ibu pasien mengatakan lingkungan rumah pasien bersih dan tidak dekat
dengan tempat penampungan sampah. Ibu selalu mencuci tangan sebelum
kontak dengan pasien.

F. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Pasien merupakan anak kedua dari dua orang bersaudara. Riwayat
penyakit selama kehamilan, anemia, perdarahan, trauma, merokok, dan
konsumsi alkohol disangkal.
Pasien lahir normal di bidan dengan berat badan lahir 3,5 kg dan
panjang badan 50 cm. Pasien langsung menangis kuat setelah lahir serta
tidak ada kebiruan.

G. Riwayat Imunisasi
Anak mendapatkan imunisasi dasar sesuai dengan usianya.

H. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


A. Pertumbuhan

4
Pasien lahir dengan berat badan lahir 3500 gram. Berat badan pasien
bertambah setiap bulannya. Saat ini, pasien berusia 9 bulan dengan
berat badan 7,3 kg dan panjang badan 72 cm.
B. Perkembangan
Usia Motorik Kasar Motorik Halus Bahasa Personal Sosial
2 bulan Mengangkat kepala Bersuara (ooo Tersenyum
aaah) spontan
4 bulan Menumpu beban pada kaki Tangan Tertawa dan Mengamati
bersentuhan berteriak tangannya

6 bulan Dapat duduk tanpa Meraih Meniru bunyi Makan sendiri


pegangan kata- kata

9 bulan Bangkit terus duduk Mengambil 7 Mengoceh Tepuk tangan


kubus

Tabel 1. Perkembangan

Kesan: Anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usianya

I. Riwayat Nutrisi
ASI : Diberikan sejak lahir hingga saat ini
Susu formula : Pernah diberikan sampai pasien berusia 2 bulan dan
diberikan selang-seling dengan ASI. Sufor diberikan karena ASI ibu yang
sedikit.
MPASI : Diberikan sejak usia 6 bulan
Makanan : Bubur susu sejak usia 6 bulan dan nasi tim sejak usia 9
bulan.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
a. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : Composmentis
c. AVPU : Alert
d. Tanda vital
Nadi : 120 x/menit
Respirasi : 24 x/menit

5
Suhu : 36,3 o C

B. Status Gizi
Antropometri
Berat Badan : 7,3 kg
Tinggi Badan : 72 cm
BB/U : Gizi Baik (Z-Scores >-2)
TB/U : Perawakan Normal (Z-Scores 0)
BB/TB : Gizi Kurang (Z-Scores <-2)

C. Status Lokalis
a. Kulit : Turgor kulit kembali lambat, ikterik (-)
b. Kepala : Normocephal, ubun-ubun cekung (-)
c. Mata : Pupil bulat, isokor, CA (-/-), SI (-/-), air mata (+)
sedikit, cekung (-).
d. Hidung : Bentuk normal, napas cuping hidung (-), sekret (-)
e. Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)
f. Mulut :Bibir sianosis (-), mukosa mulut basah, faring
hiperemis (-), tonsil hiperemis (-)
g. Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB
h. Thorax
Paru
 Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dada simetris
kanan kiri, retraksi sela iga (-).
 Palpasi : Tidak dilakukan
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Auskultasi : Suara napas vesikuler di kedua hemitoraks, ronkhi
(-/-), wheezing (-/-)
Jantung
 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi : Iktus kordis tidak teraba

6
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, tidak ada suara
tambahan
i. Abdomen
 Inspeksi : Permukaan datar, distensi (-)
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), tidak teraba pembesaran
hepar maupun lien, turgor kembali lambat
 Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
j. Ekstremitas : Akral dingin -/-, CRT <2 detik

V. DIAGNOSIS KERJA
Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang

VI. PENATALAKSANAAN
 Oralit 550 cc
 Zink 1x20 mg

VII. IDENTIFIKASI MASALAH YANG TIMBUL


Dari hasil wawancara dan hasil pemeriksaan sesuai dengan format MTBS
pada pasien didapatkan keterangan sebagai berikut :
a. Saat ini anak tidak ada tanda – tanda bahaya umum seperti : tak bisa
minum, tidak sadar, mata cekung, malas minum, turgor kembali sangat
lambat
b. Saat wawancara dengan keluarga, didapatkan keterangan juga bahwa anak
diare sejak 1 hari yang lalu. Hasil observasi pada anak tampak rewel,
menangis dan minum dengan lahap, tidak ditemukan ubun-ubun dan mata
cekung, terdapat sedikit air mata, mukosa bibir basah, turgor kembali
lambat, akral hangat dan CRT <2 detik.
Dari hasil wawancara dan pemeriksaan diatas, dapat diklasifikasikan
bahwa anak saat ini menderita diare akut dengan dehidrasi ringan sedang.
Adapun tindakan yang dilakukan pada klien yaitu :

7
1. Berikan oralit 550 cc untuk 3 jam pertama, minum sedikit tapi sering,
jika anak muntah tunggu 10 menit, lanjutkan ASI
2. Berikan tablet zink 1x20 mg dengan cara :
 Larutkan tablet dengan sedikit air dalam sendok teh dan segera
berikan
 Apabila anak muntah setelah setengah jam setelah pemberian zink
ulangi pemberian dengan potongan yang lebih kecil
 Anjurkan ibu memberikan tablet zink 10 hari penuh walaupun diare
sudah berakhir
3. Setelah 3 jam mulai berikan anak makan
4. Nasihat kapan segera kembali
 Bila berak bercampur darah
 Anak malas minum
5. Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan

BAB II

PENDAHULUAN

Penyakit diare menjadi masalah global di berbagai negara, terutama di


negara berkembang. Diare adalah pengeluaran feses yang konsistensinya lembek
sampai cair dengan frekuensi pengeluaran feses sebanyak 3 kali atau lebih dalam
sehari. Diare merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan
dan kematian anak di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) diare
adalah penyakit kedua yang menyebabkan kematian pada anak-anak. Sekitar 1,7
juta kasus diare ditemukan setiap tahunnya di dunia. Survei morbiditas yang
dilakukan Departemen Kesehatan di Indonesia dari tahun 2000–2010
menunjukkan insidensi diare cenderung naik. Pada tahun 2000, penduduk yang
terkena penyakit diare adalah 301 per 1000 pendudukdan tahun 2010 naik
menjadi 411 per 1000.1

8
Diare sering terjadi pada anak berusia kurang dari 2 tahun dengan
insidensi tertinggi kelompok umur 6-11 bulan. Hal ini dapat disebabkan oleh
penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan
makanan yang terkontaminasi bakteri tinja, dan kontak langsung dengan tinja
manusia atau binatang saat bayi mulai merangkak.1

Diare dapat mengakibatkan demam, sakit perut, penurunan nafsu makan,


rasa lelah dan penurunan berat badan. Diare dapat menyebabkan kehilangan
cairan dan elektrolit secara mendadak, sehingga dapat terjadi berbagai macam
komplikasi yaitu dehidrasi, renjatan hipovolemik, kerusakan organ bahkan sampai
koma.1

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir
dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.2 Apabila diare berlangsung
2 minggu atau lebih, digolongkan pada diare kronik.3

EPIDEMIOLOGI

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara


berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih

9
tinggi. Laporan Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa penyakit Diare
merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita
(25,2%), sedangkan pada golongan semua umur merupakan penyebab kematian
yang ke empat (13,2%).2

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain:


 Faktor lingkungan:
Diare dapat terjadi karena seseorang tidak memerhatikan kebersihan
lingkungan dan menganggap bahwa masalah kebersihan adalah masalah
sepele. Faktor lingkungan yang dominan dalam penyebaran penyakit diare
pada anak yaitu pembuangan tinja dan sumber air minum. Pembuangan
tinja yang sembarangan juga akan menyebabkan penyebaran penyakit.
Penyebaran penyakit yang bersumber dari tinja dapat melalui berbagai
macam cara, baik melalui air, tangan, maupun tanah yang terkontaminasi
oleh tinja dan ditularkan lewat makanan dan minuman melalui vektor
serangga (lalat dan kecoa).
 Faktor sosiodemografi:
Yang berpengaruh terhadap kejadian diare pada anak yaitu pendidikan dan
pekerjaan orang tua, serta umur anak. Semakin tinggi tingkat pendidikan
yang dimiliki orang tua, maka perilaku pencegahan terhadap penyakit
diare akan semakin baik. Selain itu, semakin muda usia anak, semakin
tinggi kecenderungan terserang diare. Daya tahan tubuh yang rendah
membuat tingginya angka kejadian diare.
 Faktor perilaku:
Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dan kebiasaan mencuci tangan
merupakan faktor perilaku yang berpengaruh dalam penyebaran kuman
enterik dan menurunkan risiko terjadinya diare.1

ETIOLOGI

Infeksi baik itu oleh virus, bakteri dan parasit merupakan penyebab diare
tersering. Virus, terutama Rotavirus merupakan penyebab utama (60-70%) diare
infeksi pada anak, sedangkan sekitar 10-20% adalah bakteri dan kurang dari 10%
adalah parasit.4 Mikroorganisme seperti Eschericia coli enterotoksigenic, Shigella

10
sp, Campylobacterjejuni, dan Cryptosporidium sp merupakan mikroorganisme
tersering penyebab diare pada anak.1

Tabel 1. Mikroorganisme penyebab Diare Akut.5

Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. Banyak
dampak yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran
toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan
elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan
gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi
ke lamina propria serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan
maldigesti dan malabsorpsi.2

PATOFISIOLOGI

Virus atau bakteri dapat masuk ke dalam tubuh bersama makanan dan
minuman. Virus atau bakteri tersebut akan sampai ke sel–sel epitel usus halus dan
akan menyebabkan infeksi, sehingga dapat merusak sel-sel epitel tersebut. Sel–sel
epitel yang rusak akan digantikan oleh sel-sel epitel yang belum matang sehingga
fungsi sel–sel ini masih belum optimal. Selanjutnya,vili–vili usus halus
mengalami atrofi yang mengakibatkan tidak terserapnya cairan dan makanan
dengan baik. Cairan dan makanan yang tidak terserap akan terkumpul di usus
halus dan tekanan osmotik usus akan meningkat. Hal ini menyebabkan banyak
cairan ditarik ke dalam lumen usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi
akan terdorong keluar melalui anus dan terjadilah diare.1

MANIFESTASI

Manifestasi klinis dari diare yaitu mula–mula anak menjadi cengeng,


gelisah, demam, dan tidak nafsu makan. Tinja akan menjadi cair dan dapat disertai
dengan lendir ataupun darah. Frekeuensi defekasi yang meningkat menyebabkan
anus dan daerah sekitarnya menjadi lecet. Tinja semakin lama semakin asam
sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat

11
diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat ditemukan sebelum atau
sesudah diare. Muntah dapat disebabkan oleh lambung yang meradang atau
gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit.1

DIAGNOSIS
Anamnesis
Riwayat pemberian makan anak sangat penting dalam melakukan tatalaksana anak
dengan diare. Tanyakan juga hal-hal berikut: 6,7
 Diare
o Frekuensi buang air besar (BAB) anak dalam sehari
o Lamanya diare terjadi (berapa hari)
o Warna dan konsentrasi tinja
o Lendir dan darah dalam tinja
 Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, keadaran menurun, buang air kecil
terakhir, demam, sesak, kejang, kembung
 Jumlah cairan yang masuk selama diare
 Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengonsumsi
makanan yang tidak biasa
 Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum
 Laporan setempat mengenai Kejadian Luar Biasa (KLB) kolera
 Pengobatan antibiotik yang baru diminum anak atau pengobatan lainnya
 Gejala invaginasi (tangisan keras dan kepucatan pada bayi).
Pemeriksaan Fisik 6,7
 Keadaan umum, kesadaran, tanda vital
 Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma,
rasa haus, turgor abdomen menurun
 Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir,
mulut dan lidah
 Berat badan
 Tanda gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit, seperti napas
cepat dan dalam (asidosis metabolik), kembung (hypokalemia), kejang
(hipo atau hipernatremia)

12
 Tanda invaginasi (massa intra-abdomen, tinja hanya lendir dan darah)
 Tanda-tanda gizi buruk
 Perut kembung
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut:
Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala
Tanpa Dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda untuk diklasifikasikan sebagai
dehidrasi ringan atau berat
 Keadaan umum baik, sadar
 Mata tidak cekung, ada air mata, mukosa mulut dan
bibir basah
 Turgor abdomen baik, bising usus normal
 Akral hangat
Dehidrasi Ringan/Sedang Terdapat dua atau lebih dari tanda di bawah ini:
 Rewel, gelisah
 Mata cekung, air mata kurang, mukosa mulut dan
bibir sedikit kering
 Minum dengan lahap, haus
 Cubitan kulit kembali lambat, akral hangat
Dehidrasi Berat Terdapat dua atau lebih dari tanda di bawah ini:
 Letargis/tidak sadar
 Mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa
mulut dan bibir sangat kering
 Tidak bisa minum atau malas minum
 Cubitan kulit perut kembali sangat lambat ( ≥ 2
detik)
Tabel 2. Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare7
Pemeriksaan Penunjang 6,7
 Pemeriksaaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila
ada tanda intoleransi laktosa dengan kecurigaan amubiasis
 Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja:
o Makroskopis: konsistensi, warna, lendir, darah, bau
o Mikroskopis: leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
o Kimia: pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
o Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut
 Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

13
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosa Didasarkan pada Keadaan
Diare cair akut - Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang
dari 14 hari
- Tidak mengandung darah
Kolera - Diare air cucian beras yang sering dan banyak
dan cepat menimbulkan dehidrasi berat, atau
- Diare dengan dehidrasi berat selama terjadi KLB
kolera, atau
- Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V.
cholerae O1 atau O139
Disenteri - Diare berdarah (terlihat atau dilaporkan )
Diare persisten - Diare berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare dengan gizi buruk - Diare jenis apapun yang disertai tanda gizi buruk
Diare terkait antibiotik - Mendapat pengobatan antibiotik oral spektrum
(Antibiotic Associated luas
Diarrhea)
Invaginasi - Dominan darah dan lendir dalam tinja
- Massa intra abdominal (abdominal mass)
- Tangisan keras dan kepucatan pada bayi.
Tabel 3. Bentuk Klinis Diare7

TATALAKSANA
LINTAS DIARE:
1. Berikan oralit/cairan
2. Berikan tablet zinc selama 10 hari berturut-turut
3. Teruskan ASI-makan
4. Berikan antibiotic secara selektif
5. Edukasi ibu / keluarga6,7
Rencana Terapi A: Tanpa Dehidrasi 6,7
1) Beri cairan tambahan
Berikan cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT
diberikan 5-10 mL/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu

14
umur <1 tahun sebanyak 50-100mL, umur >1 tahun sebanyak 100-200 mL
tiap kali BAB.
2) Beri tablet zinc
Pada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet Zinc selama 10 hari dengan
dosis:
 Umur < 6 bulan: ½ tablet (10 mg) per hari
 Umur > 6 bulan: 1 tablet (20 mg) per hari
Ajari ibu cara memberi tablet zinc:
 Pada bayi: larutkan tablet zinc pada sendok dengan sedikit air
matang, ASI perah atau larutan oralit.
 Pada anak-anak yang lebih besar: tablet dapat dikunyah atau
dilarutkan
3) Lanjutkan pemberian makan/ASI
4) Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain
(tidak mau minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus)

Rencana Terapi B: Diare dengan Dehidrasi Ringan/Sedang 6,7

15
1) Beri cairan tambahan
Berikan oralit sebanyak 75 mL/kgBB dalam 3 jam dan sebanyak 5-10
mL/kgBB setiap diare cair.
Umur 4 bulan 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun
Berat Badan <6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
Jumlah Cairan 200-400 400-700 700-900 900-1400
(mL)

 Jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman di atas, berikan
sesuai kehilangan cairan yang sedang berlangsung.
 Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, beri juga
100 - 200 ml air matang selama periode ini.
 Mulailah memberi makan segera setelah anak ingin makan.
 Lanjutkan pemberian ASI.
2) Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi
minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau
melalui pipa nasogatrik. Cairan intravena yang diberikan adalah ringer
laktat atau ringer asetat 70 mL/kgBB yang dibagi sebagai berikut:
Umur Pemberian 70 mL/kgBB selama
Bayi (di bawah umur 12 bulan) 5 jam
Anak (12 bulan-5 tahun) 2,5 jam
3) Beri tablet zinc
Pada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet Zinc selama 10 hari dengan
dosis:
 Umur < 6 bulan: ½ tablet (10 mg) per hari
 Umur > 6 bulan: 1 tablet (20 mg) per hari
4) Lanjutkan pemberian minum/makan
5) Kunjungan ulang jika terdapat tanda berikut ini:
a. Anak tidak bisa atau malas minum atau menyusu
b. Kondisi anak memburuk
c. Anak demam
d. Terdapat darah dalam tinja anak

16
Rencana Terapi C: Diare dengan Dehidrasi Berat 6,7
1) Mulai berikan cairan intravena segera
Larutan intravena terbaik adalah larutan Ringer Laktat. Tersedia juga
larutan Ringer Asetat. Jika larutan Ringer Laktat tidak tersedia, larutan
garam normal (NaCl 0.9%) dapat digunakan. Larutan glukosa 5%
(dextrosa) tunggal tidak efektif dan jangan digunakan.
Beri 100 mL/kg larutan yang dipilih dan dibagi sesuai tabel berikut ini:

Pertama, berikan 30 Selanjutnya, berikan 70


mg/kgBB dalam: ml/kgBB dalam:
Umur <12 bulan 1 jam 5 jam
Umur >12 bulan 30 menit 2,5 jam
2) Juga beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum:
biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)
3) Beri anak tablet Zinc sesuai dosis dan jadwal yang dianjurkan.

17
Pada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet Zinc selama 10 hari dengan
dosis:
 Umur < 6 bulan: ½ tablet (10 mg) per hari
 Umur > 6 bulan: 1 tablet (20 mg) per hari

Probiotik
Selain terapi anjuran dari Lintas Diare, pasien diare dapat juga diberikan
terapi tambahan probiotik.2 Kelompok probiotik terdiri dari Lactobacillus dan
Bifidobacteria atau Saccharomyces boulardii, bila meningkat jumlahnya di
saluran cerna akan memiliki efek positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan
reseptor saluran cerna. Untuk mengurangi/ menghilangkan diare harus diberikan
dalam jumlah adekuat.3
Mekanisme efek probiotik pada diare:8
 Perubahan lingkungan mikro lumen usus (pH, oksigen)
 Produksi bahan antimikroba terhadap beberapa patogen
 Kompetisi nutrien
 Mencegah adhesi patogen pada enterosit

18
 Modifikasi toksin atau reseptor toksin
 Efek trofik terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrien
 Imunomodulasi
Kolera7
Curigai kolera pada anak umur di atas 2 tahun yang menderita diare cair
akut dan menunjukkan tanda dehidrasi berat, jika kolera berjangkit di daerah
tempat tinggal anak.
 Nilai dan tangani dehidrasi seperti penanganan diare akut lainnya.
 Beri pengobatan antibiotik oral yang sensitif untuk strain Vibrio cholerae,
di daerah tersebut. Pilihan lainnya adalah: tetrasiklin, doksisiklin,
kotrimoksazol, eritromisin dan kloramfenikol.
 Berikan zinc segera setelah anak tidak muntah lagi
Disentri7
Tanda untuk diagnosis disenteri adalah BAB cair, sering dan disertai
dengan darah yang dapat dilihat dengan jelas. Di rumah sakit diharuskan
pemeriksaan feses untuk mengidentifikasi trofozoit amuba dan Giardia.
Anak dengan gizi buruk dan disenteri dan bayi muda (umur < 2 bulan)
yang menderita disenteri harus dirawat di rumah sakit. Selain itu, anak yang
menderita keracunan, letargis, mengalami perut kembung dan nyeri tekan atau
kejang, mempunyai risiko tinggi terhadap sepsis dan harus dirawat di rumah sakit.
Yang lainnya dapat dirawat di rumah Di tingkat pelayanan primer semua diare
berdarah selama ini dianjurkan untuk diobati sebagai shigellosis dan diberi
antibiotik kotrimoksazol. Jika dalam 2 hari tidak ada perbaikan, dianjurkan untuk
kunjungan ulang untuk kemungkinan mengganti antibiotiknya.
 Penanganan dehidrasi dan pemberian makan sama dengan diare akut.
 Yang paling baik adalah pengobatan yang didasarkan pada hasil
pemeriksaan tinja rutin, apakah terdapat amuba vegetatif. Jika positif maka
berikan metronidazol dengan dosis 50 mg/kg/BB dibagi tiga dosis selama
5 hari. Jika tidak ada amuba, maka dapat diberikan pengobatan untuk
Shigella.
 Beri pengobatan antibiotik oral (selama 5 hari), yang sensitif terhadap
sebagian besar strain shigella. Contoh antibiotik yang sensitif terhadap

19
strain shigella di Indonesia adalah siprofloxasin, sefiksim dan asam
nalidiksat.
 Beri tablet zinc sebagaimana pada anak dengan diare cair tanpa dehidrasi.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling sering terjadi pada diare adalah gangguan
elektrolit berupa: hipernatremi (Na >150 mmol/L), hiponatremia (Na <130
mmol/L), hiperkalemia (K>5 mEq/L), hipokalemia (K<3,5 mEq/L). Komplikasi
lain berupa asidosis metabolik, gangguan kesadaran, kejang dan syok.9
PROGNOSIS
Sebagian besar kasus diare sembuh sendiri dengan prognosis yang sangat
baik. Bila kita menatalaksana diare dengan baik, sebagian besar (90%) kasus diare
pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%) akan
melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%) akan menjadi
diare persisten.10
PENCEGAHAN
Patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal-oral.
Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara
penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi pemberian
ASI yang benar, memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping
ASI, menggunakan air bersih yang cukup, membudayakan kebiasaan mencuci
tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan sebelum makan, penggunaan
jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga, serta membuang
tinja bayi yang benar. Selain itu, diperlukan upaya-upaya untuk memperbaiki daya
tahan tubuh pejamu. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh anak dan dapat juga mengurangi resiko diare antara lain memberi
ASI paling tidak sampai usia 2 tahun, Meningkatkan nilai gizi makanan
pendamping ASI dan memberi makan dalam jumlah yang cukup untuk
memperbaiki status gizi anak, dan imunisasi campak.11
Pada balita 1-7% kejadian diare berhubungan dengan campak, dan diare
yang terjadi umunya lebih berat dan lebih lama (susah diobati, cenderung menjadi
kronis) karena adanya kelainan pada epitel usus. Diperkirakan imunisasi campak

20
yang mencakup 45-90% bayi berumur 9-11 bulan dapat mencegah 40-60% kasus
campak, 0,6-3,8% kejadian diare dan 6-25% kematian karena diare pada balita.11
Selain imunisasi campak, dapat juga diberikan vaksin rotavirus apabila
tersedia. Di dunia telah beredar 2 vaksin rotavirus oral yang diberikan sebelum
usia 6 bulan dalam 2-3 kali pemberian dengan interval 4-6 minggu. 11
EDUKASI
Orangtua diminta untuk membawa kembali ke anaknya ke pusat pelayanan
kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut: demam, tinja berdarah, makan atau
minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3
hari. Orangtua dan pengasuh diajarkan cara menyiapkan oralit secara benar. 6
Langkah promotif/preventif:
 ASI tetap diberikan
 kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan
 kebersihan lingkungan, buang air besar di jamban
 immunisasi campak
 memberikan makanan penyapihan yang benar
 penyediaan air minum yang bersih
 selalu memasak makanan

DAFTAR PUSTAKA

1. Utami N, Luthfiana N. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare


pada Anak. Majority. 2016;5(4):101-106
2. Perangin-angin HMJ. Acute Diarrhea With Mild to Moderate Dehydration e.c
Viral Infection. Jurnal Agromedicine Unila. 2014;1(1):47-53
3. Amin LZ. Tatalaksana Diare Akut. CDK Journal. 2015;42(7):504-508
4. Hegar B. Bagaimana Menangani Diare Pada Anak. IDAI. 2014 [cited 17
Februari 2021]. Available from: https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-
anak/bagaimana-menangani-diare-pada-anak

21
5. Radlovic N, Lekovic Z, Vuletic B, Radlovic V, Simic D. Acute Diarrhea in
Children. Srp Arh Celok Lek. 2015;143(11-12):755-762
6. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. Pedoman Pelayanan Medis IDAI.
7. World Health Organization. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit.
8. Firmansyah A. Terapi Probiotik dan Prebiotik pada Penyakit Saluran Cerna
Anak. Sari Pediatri. 2001.;2(4):210-214
9. Panduan Praktek Klinis (PPK) Divisi Gastrohepatologi. Departemen
Kesehatan Anak. RSUP Dr. Mohammad Hoes in Palembang. 2014.
10. Diskin, Arthur. 2017. Emergent Treatment of Gastroenteritis.
https://emedicine.medscape.com/article/775277-overview#a2
11. Pickering LK and Snyder JD. Gastroenteritis in Nelson Textbook of Pediatric,
17th Edition. 2003. Page 1272-1276

22

Anda mungkin juga menyukai