T2 - 942014060 - Bab Ii
T2 - 942014060 - Bab Ii
KAJIAN TEORI
2. Manajemen Sekolah Dasar
1. Supervisi Akademis :
a. Kelengkapan Administrasi :
1) Silabus
2) Rencana Program Pembelajaran (RPP)
3) Jadwal pelajaran
4) Progam Tahunan
5) Program Semester
6) Program Bimbingan
7) Daftar Nilai
8) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
9) Daftar Penyerahan Rapor
10) Buku Keliling
11) Bank Soal
12) Analisis Nilai Ulangan
13) Analisis Soal Ulangan
14) Batas Pelajaran
15) Buku Remedial dan pengayaan
16) Buku Daftar Kelas
17) Absen
18) Daftar Piket Siswa
19) Buku Keuangan Siswa
20) Buku Inventaris Kelas
21) Buku Agenda/ rapat guru
22) Buku Tamu
23) Data Dinding dll
Pelaksanaan Supervisi Internal dalam bidang manajerial sekolah dilakukan pada setiap unit
kegiatan yang ada dalam jajaran manajerial SD Tambakroto. Pelaksanaannya dilakukan bersama
oleh Kepala Sekolah bersama dengan Pengawas pada setiap unit dengan target utama adalah
pembenahan pada :
Fungsi penggerakan peneliti menyikapai bahwa keberadaan seorang pemimpin dalam hal
ini kepala sekolah vital keberadaannya. Seorang pemimpin harus meneladani kaedah pendidikan
yang telah dicanangkan Ki Hajar Dewantoro yaitu Ing Ngarso sun Tuladha artinya sebagai
pemimpin segala tingkah lakunya di lembaga menjadi tolak ukur dan contoh bawahannya.
b. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian sekolah merupakan kemampuan kepala sekolah bersama guru, tenaga
kependidikan, dan personel lainnya di sekolah dalam melakukan semua kegiatan manajerial untuk
mewujudkan hasil yang direncanakan dengan menentukan hasil yang direncanakan dengan
menentukan sasaran, menentukan struktur tugas, wewenang dan tanggung jawab (Sagala, 2007:
60).
.
c. Fungsi Penggerakan (Actuating)
Usaha pengkoordinasian dapat dilakukan malalui berbagai cara, antara lain dengan
melaksanakan penjelasan singkat, mengadakan rapat kerja, memberikan petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis serta memberikan balikan tentang hasil kegiatan (Suryosubroto, 2004: 24).
e. Fungsi Pengawasan
Menurut Sagala (2006: 140), input adalah segala sesuatu yang harus tersedia (perangkat lunak
maupun perangkat keras) karena dibutuhkan bagi berlangsungnya proses. Proses pendidikan
adalah berubahnya sesuatu yang merupakan input menjadi sesuatu yang lain dari hasil proses yang
disebut output.
Input sekolah dapat diidentifikasikan mulai dari manusia, uang, material/bahan-bahan, metode-
metode, dan mesin-mesin (Komariah dan Triatna, 2006: 2). Manusia yang dibutuhkan sebagai
masukan bagi proses pendidikan adalah siswa sebagai bahan utama atau bahan mentah. Untuk
menghasilkan manusia yang seutuhnya diperlukan input manusia yang memiliki potensi untuk
dididik, dilatih, dibimbing, dan dikembangkan menjadi manusia seutuhnya.
Sekolah sebagai sistem, seharusnya menghasilkan output yang dapat dijamin kepastiannya
(Komariah dan Triatna, 2006: 5). Output dari aktivitas sekolah adalah segala sesuatu yang kita
pelajari di sekolah, yaitu seberapa banyak yang dipelajari dan seberapa baik kita mempelajarinya.
Output sekolah secara mudah dapat dikatakan sebagai siswa yang berhasil keluar sebagai
pemenang dari kegiatan menuntut ilmu yang diakhiri dengan ujian-ujian dan menghasilkan suatu
nilai penghargaan, berupa angka-angka nilai.
Pendidikan adalah investasi, sehingga keberadannya harus terkait dengan kembali hasil
atau keluaran yang bermanfaat atau menguntungkan secara finansial dan sosial (Komariah dan
Triatna, 2006: 6). Apabila ditinjau dari sudut lulusan, output sekolah adalah lulusan yang
berguna bagi kehidupan, yaitu lulusan yang bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, dan
lingkungannya. Lulusan ini mencakup outcome, yaitu hasil dari investasi pendidikan yang selama
ini dijalani siswa untuk menjadi suatu yang berguna dan bermanfaat. Output pendidikan dasar
adalah siswa dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
Pengawasa oleh
Kepala Sekolah
Tenaga kependidikan
Dalam Peraturan Menteri Pendidikn Nasional Nomor 63 tahun 2009 tentang sistem
penjamin mutu Pendidikan pasal (1) ayat ( 1) memberikan pengertian bahwa mutu pendididkan
adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dpat diraih dari penerapan Sitem Pendidikan
Nasional .Standar mutu pendidikan di Indonesia ditetapkan dalam suatu standarisasi Nasional dan
dikenal dengan standar Nasioanl Pendidikan.
Standar Pendidikan Naioanal tersebut meliputi : (1) Standar Kompentensi Lulusan yang
mencakup Sikap, Pengetahuan, dan Ketrampilan. ( 2) Standar isi adalah ruang lingkup materi dan
tingkat kompentensi yang dituangkan dalam kreteria tentang kompentensi tamatan, kompentensi
bahan kajian, kompenten, kompentensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh peserta didikpada jenjang dan jenis pendidikan tertentu; (3) Standar proses adalah
standar Nasioanal Pendidikan yanag berkaitan dengan pelaksanaan Pembelajaran pada satu satuan
pendidikan untuk mencapai standar kompentensi lulusan. (4). Standar Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan adalah kreteria pendidikan dan kelayakan fisik maupun mental ,serta pendidikan
dalam jabatan. ( 5 ). Standar Sarana dan Prasarana adalah standar Nasioanal Pendidikan yang
berkaitan dengan kreteria monimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat ibadah,
laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berekreasi, serta sumber belajar lainnya yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran ,termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi. ( 6 ) Standar Pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan ,
Kab / Kota , Propinsiatau Nasional agar tercapai efisiensindan efektifitas penyelenggaraan
pendidikan . ( 7) . Standar pembiayaan adalah : Standar yanag mengatur komponen dan besarnya
operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun ( 8 ) Standar Penilaian Pendidkan
adalah ; Standar Nasioanl Pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen
penilaian hasil belajar peserta didik.
Selain pengertian mutu pendidikan yang diuraikan di ata, mutu pendidikan dapat juga
diartikan sebagai seseorang yang telah mencapai tujuan kurikulum ( obyektive of curriculum ) yang
dirancang untuk pengelolaan pembelajaran peserta didik ( Suryadi 1993 ) . Konsep ini lebih
menekankan kepda pengawasan dalam pencapaian tujuan kurikulum pembelajaran , sehimgga
indikator umumnya adalah semakin tujuan kurikulum tercapai maka dapat dikategorikan suatu
pendidikan yang bermutu.
Mutu Pendidikan menurut Amtu ( 2011 : 22-23 ) , adalah berbagai indikator dan
komponen pendidikan yang saling bekaitan . Komponen dan variabel yang menentukan
terwujudnya mutu pendidikan yang baik secara umum masih dikaitkan dengan sistem , kurikulum,
tenaga pendidikan, peserta didik, proses belajar mengajar, anggaran, sarana prasarana pendidikdn
lingkungaan belajar budya organisasi, kepemimpinan dan lain sebagainya.
Menurut Zahroh ( 1014: 58 ) mutu pendidikan harus mengutamakan siswa atau perbaikan
program sekolah yang dilakukan secara kreatif dan konstruktif oleh pihak pendidikan . Lembaga
pendidikan dikatakan bermutu jika Input , proses, dan output dapatmemenuhi persyaratan yang
dituntut oleh pengguna jasa pendidikan. Input yaitu segala sesuatu yang harus tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya KBM , saran prasarana, program dan harapan ( visi misi dan
tujuan ) . Proses yaitu pengambilan keputusan proses pengelolaan kelembagaan , proses
pengelolaan program, proses belajar dan mengajar dan proses monitoring dan evaluasi. Output
yaitu prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses sekolah . Output sekolah dapat dikatakan
berkualitas / bermutu tinggi jika pristasi sekolah , kususnya pristasi belajar siswa menunjukkan
pencapaian yang tinggi. ( 1 ) Pristasi akademik berupa nilai ulangan umum ujian Nasional, karya
ilmiah, lomba akademik. dan (2 ) pristasi non akademik seperti kegiatan - kegiatan
ekstrakurikuler.
Ditegaskan lebih jauh bahwa mutu Pendidikan adalah kemampuan lembaga pendidikan
dalam mendayagunakan sumber sumber pendidikn untuk meningkatkan kemampuan belajar
seoptimal mungkin. Analisis konsep ini lebih menekankan kepada kinerja lembaga, yaitu
kecenderungan semakin efektif dalam mendayagunakan sumbr - sumber pendidikan dan semakin
baik hasil yang dicapai, maka dapat dikatakan pendidikan tesebut memiliki mutu yang baik.
Kelompok Kerja Guru sebenarnya sudah cukup lama mengemuka di kalangan kaum
pendidik.Ini kebanyakan guru menyebutnya KKG. KKG sering kita laksanakan pada setiap Gugus
Sekolah yang terbentuk atas beberapa lembaga Pendidikan atau Sekolah bergabung menjadi satu
dengan nama Gugus sekolah. Keberadaan Gugus Sekolah telah diakui memberi manfaat yang
signifikan bagi pengembangan sistem pembinaan profesional bagi Guru.bahkan Kepala Sekolah
maupun Pengawas Sekolah.
Prinsip pengembangan Gugus Sekolah melalui wadah KKG, KKKS dan KKPS adalah “
dari Guru, Oleh Guru dan untuk Guru “. Artinya semua kegiatan didesain untuk kepentingan dan
pengembangan kompentensi profesional Guru, dilakukan sepenuhnyaoleh para guru di bawah
fasilisator pihak terkait dan tentus saja segala hal yang dikembangkan di gugus sekolah
semuanya berasal dari guru. Melalui wadah KKG,KKKS dan KKPS semua guru yang ada dapat
saling berbagi dan saling mengisi , mereka yang mempunyai kelebihan berbagi dengan mereka
yang memiliki permasalahan kesulitan mengajar di bidang - bidang tertentu. Sehingga semua
permasalahan dan kesulitan akan bisa terpecahkan tanpa harus bertanya ke sana ke mari. Dalam
kegiatan yang dikembangkan guru di gugus sekolah dikenal dengan “ Tutor Sebaya “ atau istilah
“ peer teaching. “ ( Asep Rachmat , 2009 :
2.8 Penelitian Terdahulu
Hanushek (2005) dengan penelitiannya yang berjudul The Economics of School Quality,
( Dampak Ekonomi terhadap Mutu Sekolahan ) Dalam penelitian ini di jelaskan bahwa akhir-akhir
ini prestasi siswa dalam tes PISA sangat memprihatinkan. Sekolah yang berkualitas sangat
dipengaruhi oleh keadaan ekonomi sekolah tersebut. Peningkatan kualitas sekolah erat kaitannya
dengan pengeluaran sekolah. Dalam penelitian ini disebutkan bahwa untuk menjadi sekolah yang
berkualitas dengan meningkatkan kualitas guru yang dapat menghasilkan keuntungan yang cukup
besar dalam kinerja murid serta membuat kebijakan yang tepat untuk mengubah gaya guru dalam
mengajar. Dalam penelitian ini menekankan dari segi biaya seolah sedang penelitian saya
menekankan pada kekompakan kerja. Kesamaannya bermuara pada mutu Sekolah.
Penelitian yang dilakukan oleh Theresia Sri Rahayau ( 2013 ) dengan penelitian yang
berjudul “ Evaluasi Program Pengembangan Profesional Guru Melalui KKG Di Gugus Imam
Bonjol Kec. Sidorejo Kota Salatiga “ guru Dalam Penelitian ini dijelaskan bahwa melalui kegiatan
KKG ( Team Work Theacher ‘ yang diadakan pada masing - masing gugus sekolah membawa
dampak positif guna peningkatan cara belajar dan mengajar yang baik. Ini membawa dan
meningkatkan kualitas belajar siswa. Pada peneliti ini mengarah evaluasi program KKG / POKJA
Guru penelitian saya pengembangan POKJA Guru. Persamaannya pada Kelompok Kerja Guru.
Arifah Haryati ( 2015 ) dengan penelitian yang berjudul “ Strategi Kepala Sekolah dalam
meningkatkan Mutu Pendidikan pada Sekolah Dasar “ Dalam Penelitian ini dijelaskan bahwa
melalui Setrategi Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Bijak dan transparan akan dapat
memperoleh mutu Pendidikan yang baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Sulasmi ( 2015 ) yang berjudul “ Strategi Peningkatan
Mutu Sekolah di SD Negeri 2 Jampiroso Temanggung “ Dalam penelitiannya membukikan bahwa
setrategi yang dikembangkan sekolah membawa peningkatan mutu sekolah sesuai harapan .
Penelitian yang dilakukan Arifah Haryati berfokus pada setrategi Kepala Sekolah sementara saya
pada setrategi semua Guru. Persamaanya bertujuan untuk meningkatkan mutu Sekolah dan
pembelajaran maupun prestasi siswa.
Pada awal sebelum Melakukan setrategi Pembelajaran guru banyak yang mengajar belum
optimal sebagaimana pada standar proses dan Permendikbud 103 tahun 2014 tentang Pelaksanaan
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah, oleh karena itu diadakan Solusi dan setrategi
Pembelajaran dengan merancang model kelompok kerja guru sesuan karakter, kemampuan
maupun bidang penguasaan masing - masing guru, agar dalam memberikan pembelajaran dan
bimbingan bisa optimal yang mengarah ke dalam kemajuan Pembelajaran dan Manajemen
Sekolah.
2.9 Hipotesis Pengembangan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat disimpulkan
sementara (hipotesis) sebagai berikut : “Bahwa pengembangan manajemen Pendidikan dengan
model Team Work Theacher ( pokja guru ) .dapat meningkatkan kompetensi guru dalam
melakukan Kegiatan Pembelajaran secara optimal dan mengarahkan membimbing sesuai
karakter dan kemampuan yag dimiliki guru di bidang yang dikuasai masing - masingdengan
sebaik - baiknya di SDN Purwosari 1 Tahun Pelajaran 2015/2016”.dan seterusnya.