Anda di halaman 1dari 2

Nama : Amalia Putri Yoseva

NPM : 10070321039
Kelas : B
Akhlaq
Menjaga Lingkungan
Allah S.W.T berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 22:

‫ض َخلِيفَة ۖ قَالُ ٓوا‬ ‫َوإِذأ قَا َل َربُّكَ لِلأ َملَٓئِكَ ِة إِنِى َجا ِعل فِى أ‬
ِ ‫ٱْل َ أر‬
َ‫ح بِ َح أمدِك‬ ُ ِ‫ٱلد َما ٓ َء َونَحأ ُن نُسَب‬
ِ ُ‫سفِك‬
‫سدُ فِي َها َويَ أ‬ِ ‫أَتَجأ عَلُ فِي َها َمن يُفأ‬
‫ِس لَكَ ۖ قَا َل إِنِ ٓى أَ أ‬
‫علَمُ َما َل تَعألَ ُمون‬ ُ ‫َونُقَد‬
Artinya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S Al-Baqarah : 22).
Tafsir ( as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di):
Dan Dia memberikan nikmat kepada kamu dengan nikmat-nikmat lahiriyah mapun batiniyah, Dia
menjadikan untukmu dunia ini sebagai hamparan yang menjadi tempat kamu menetap, dan kamu
mengambil manfaatnya dengan membangun rumah, pertanian, pembajakan, dan berkelana dari suatu
tempat menuju tempat lain, dan lain sebagainya dari bentuk-bentuk pemanfaatannya, lalu Dia
menjadikan langit sebagai atap bagi rumah sebagai tempat tinggal kalian dan menyediakan manfaat-
manfaat yang merupakan kebutuhan pokok hidup kalian dan kebutuhan dasar, seperti matahari, bulan
dan bintang, "dan Dia menurunkan air hujan dari langit.” Langit adalah segala yang ada di atas kalian,
oleh karena itu para ahli tafsir berkata, ”Maksud dari langit disini adalah awan di mana Allah ta’ala
menurunkan air hujan darinya, “lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan, ” seperti
biji-bijian dan hasil-hasil dari pohon kurma, buah-buahan, tanaman dan lain sebagainya, ”sebagai rizki
untukmu” yang dengannya kamu mendapatkan rizki, kamu makan, kamu hidup, kamu bahagia.
“Karena itu janganlah kau mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, ” yakni yang diserupakan dan
disepadankan dari makhluk-makhlukNya, lalu kamu menyembahnya sebagaiman kamu menyembah
Allah, kamu mencintainya sebagaimana kamu mencintai Allah padahal mereka itu sama saja seperti
kalian, mereka adalah makhluk yang diciptakan, diberi rizki, dan diatur, dimana mereka tidak memiliki
seberat biji atom pun di bumi dan tidak pula di langit, serta mereka tidak dapat memberikan manfaat
kepadamu dan tidak juga menimpakan mudarat. “padahal kamu mengetahui, ” bahwasanya Allah tidak
memiliki sekutu, tidak pula kesamaan, tidak pada mencipta, memberi rizki, dan mengatur semesta,
tidak pula pada peribadahan dan kesempurnaan, lalu bagaimanakah kamu menyembah tuhan-tuhan
lain bersamaNya padahal kalian mengetahuinya? Hal ini merupakan perkara yang paling mngherankan
dan yang paling bodoh.
Ayat ini menyatukan antara perintah untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan larangan dari
beribadah kepada selain Allah, dan penjelasan akan dalil yang sangat jelas atas kewajiban beribadah
kepadaNya dan batilnya beribadah kepada selainNya, yaitu penyebutan tauhid rububiyah yang
mengandung keesaanNya, dalam mencipta, memberi rizki, dan mengatur semesta. Lalu apabila setiap
orang menetapkan bahwasanya tidak ada sekutu bagi Allah dalam hal itu, maka itulah yang
seharusnya, maka haruslah seperti itu juga penetapannya bahwasanya Allah itu tidak ada sekutu
bagiNya dalam beribadah kepadaNya. Ini adalah dalil logika yang paling terang atas keesaan Sang
Pencipta, Allah ta’ala dan batilnya kesyirikan.
Dan firmanNya, ”Agar kamu bertakwa, ” kemungkinan maknanya adalah, bahwasanya karena kamu
sekalian beribadah hanya kepada Allah semata, maka dengan hal itu kalian telah menjaga diri kalian
sendiri dari murka dan AzabNya, karena kalian telah melakukan sebab yang mendorong hal tersebut.
Kemungkinan lain maknanya adalah, bahwasanya jika kamu menyembah Allah semata, niscaya kamu
menjadi golongan orang-orang bertakwa yang memiliki sifat ketakwaan. Kedua arti ini adalah benar,
dan keduanya saling berkaitan, karena barangsiapa yang melakukan ibadah secara sempurna, niscaya
ia menjadi golongan orang-orang bertakwa, dan barangsiapa yang tergolong dalam orang-orang
bertakwa, pastilah ia akan memperoleh keselamatan dari azab dan murka Allah.

Anda mungkin juga menyukai