Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

OLEH :

ARIFKAH
(142.2023.0076)

CI INSTITUSI CI LAHAN

(Dr. Brajakson Siokal, S.Kep., Ns., (Badriah Basry, S.Kep., Ns)


M.Kep., Sp.Kep., Kom)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
A. Konsep Defisit Perawatan Diri

1. Definisi

Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul


pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering
mengalami ketidakpedulian dalam merawat diri. Keadaan ini merupakan
gejala prilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan dan dijauhi oleh
orang sekitar.(Wati et al., 2023). Defisit perawatan diri adalah suatu
keadaan pada individu yang mengalami ketidakmampuan dalam
melaksanakan maupun melengkapi kegiatan merawat diri misalnya
berhias, berpakaian, mandi, makan, dan BAB/ BAK (Albertina Lende,
2020)

Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami


kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.Tidak ada keinginan untuk
mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor,bau badan, bau
nafas, dan penampilan tidak rapi (Periza et al., 2021)

2. Penyebab
Penyebab defisit perawatan diri sebagai berikut :
a. Gangguan muskuloskeletal
b. Gangguan neuromuskuler
c. Kelemahan
d. Gangguan psikologis atau psikotik
e. Penurunan motivasi/ minat(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
Penyebab kurang perawatan diri menurut (Damayanti, Mukhripah
S.Kep. & Iskandar S.Kep., 2014) adalah sebagai berikut :
1. Faktor predisposisi

a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/ lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri.(Damayanti, Mukhripah
S.Kep. & Iskandar S.Kep., 2014)
3. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang dialami pasien dengan defisit perawatan diri
sebagai berikut:
a. Mayor
1) Subjektif
a) Menolak melakukan perawatan diri
2) Objektif
a) Tidak mampu mandi/ mengenakan pakaian/ makan/ toilet/
berhias secara mandiri
b) Minat melakukan perawatan diri kurang. (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2017)
4. Dampak Defisit Perawatan Diri

Dampak dari defisit perawatan diri secara fisik yaitu: gangguan


integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, serta gangguan fisik
pada kuku, juga berdampak pada masalah psikososial seperti gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan
harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial. Lebih jauh lagi
masalah tersebut bisa menularkan berbagai macam penyakit kepada
penghuni lain dan juga tenaga kesehatan(Periza et al., 2021).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri

1. Pengkajian
Defisit Perawatan Diri pada klien dengan gangguan jiwa ada
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan perawatan
diri tanpak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri makan secara
mandi, berhias diri secara mandiri dan eliminasi BAB/BAK secara mandiri
(Erlando, 2019).
a. Identitas Terdiri dari : nama klien, umur, jenis kelamin, alamat,
agama, pekerjaan, tanggal masuk,alasan masuk, nomor rekam medis,
keluarga yang dapat dihubungi.
b. Alasan masuk Merupakan penyebab klien atau keluarga datang, atau
dirawat dirumah sakit. Biasanya masalah yang dialami klien yaitu
senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain,
terlihat murung, penampilan acak–acakan, tidak peduli dengan diri
sendiri dan mulai menggangu orang lain.
c. Faktor predisposisi
1) Pada umumnya klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa
lalu.
2) Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Pengobatan sebelumnya kurang berhasil
4) Harga diri rendah, klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat
diri.
5) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, yaitu perasaan
ditolak, dihina, dianiaya dan saksi penganiayaan.
6) Ada anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa,
pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan yaitu kegagalan
yang dapat menimbulkan frustasi.
d. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan TTV, pemeriksaan head to toe yang
merupakan penampilan klien yang kotor dan acak–acakan.
e. Psikososial
1) Genogram Menurut (Hastuti, 2018), genogram menggambarkan
klien dan anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa,
dilihat dari pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola
asuhan.
2) Konsep Diri
a) Citra tubuh Persepsi klien mengenai tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai, reaksi klien tubuh ysng disukai maupun tidak
disukai (Nurgaini, 2018).
b) Identitas diri Kaji status dan posisi pasien sebelum klien
dirawat, kepeuasan pasien terhadap status dan posisinya,
kepuasan klien sebagai laki–laki atau perempuan (Bunaini,
2020)
c) Peran diri Meliputi tugas atau peran klien didalam
keluarga/pekerjaan/kelompok maupun masyarakat,
kemampuan klien didalam melaksanakan fungsi ataupun
perannya, perubahan yang terjadi disaat klien sakit maupun
dirawat, apa yang dirasakan klien akibat perubahan yang
terjadi (Ndaha, 2021).
d) Ideal diri Berisi harapan klien akan keadaan tubuhnya yang
ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan/sekolah,
harapan klien akan lingkungan sekitar, dan penyakitnya
(Bunaini, 2020).
e) Harga diri Kaji klien tentang hubungan dengan orang lain
sesuai dengan kondisi, dampak pada klien yang berhubungan
dengan orang lain, fungsi peran yang tidak sesuai dengan
harapan, penilaian klien tentang pandangan atau penghargaan
orang lain (Safitri, 2020).
f) Hubungan sosial Hubungan klien dengan orang lain akan
sangat terganggu karena penampilan klien yang kotor yang
mengakibatkan orang sekitar menjauh dan menghindari klien.
Terdapat hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
(Bunaini, 2020).
g) Spritual Nilai dan keyakinan serta kegiatan ibadah klien
terganggu dikarenakan klien mengalami gangguan jiwa.
h) Status mental
(1) Penampilan Penampilan klien sangat tidak rapi, tidak
mengetahui caranya berpakaian dan penggunaan pakaian
tidak sesuai (Putri, 2018).
(2) Cara bicara/Pembicaraan Cara bicara klien yang lambat,
gagap, sering terhenti/bloking, apatis serta tidak mampu
memulai pembicaraan (Malle, 2021).
(3) Aktivitas Motorik Biasanya klien tampak lesu, gelisah,
tremor dan kompulsif (Putri, 2018).
(4) Alam perasaan Klien tampak sedih, putus asa, merasa tidak
berdaya, rendah diri dan merasa dihina (Malle, 2021).
(5) Afek Klien tampak datar, tumpul, emosi klien berubah –
ubah, kesepian, apatis, depresi/sedih, dan cemas (Putri,
2018).
(6) Interaksi Saat Wawancara Respon klien saat wawancara
tidak kooperatif, mudah tersinggung, kontak kurang serta
curiga yang menunjukkan sikap ataupun peran tidak
percaya kepada pewawancara/orang lain.
(7) Persepsi Klien berhalusinasi mengenai ketakutan terhadap
halhal kebersihan diri baik halusinasi pendengaran,
penglihatan, dan perabaan yang membuat klien tidak ingin
membersihkan diri dan klien menglami depersonalisasi.
(8) Proses pikir Bentuk pikir klien yang otistik, dereistik,
sirkumtansial, terkandang tangensial, kehilangan asosiasi,
pembicraan meloncat dari topik dan terkadang pembicaraan
berhenti tiba–tiba.
i) Kebutuhan Klien Pulang
1) Makan Klien kurang mampu makan, cara makan klien
yang terganggu serta pasien tidak memliki
kemampuan untuk menyiapkan dan membersihkan
alat makan.
2) Berpakaian Klien tidak mau mengganti pakaian, tidak
bisa memakai pakaian yang sesuai dan berdandan.
3) Mandi Klien jarang mandi, tidak tahu cara mandi,
tidak gosok gigi, mencuci rambut, memotong kuku,
tubuh klien tampak kusam dan badan klien
mengeluarkan aroma bau.
4) BAB/BAK Klien BAB/BAK tidak pada tempatnya
seperti dintempat tidur dan klien tidak dapat
membersihkan BAB/BAK nya.
5) Istirahat Istirahat klien terganggu dan tidak
melakukan aktivitas apapun setelah bangun tidur.
6) Penggunaan obat Jika klien mendapat obat, biasanya
klien minum obat tidat teratur.
7) Aktivitas di Rumah Klien tidak mampu melakukan
semua aktivitas di dalam rumah karena klien selalu
merasa malas.
j) Mekanisme Koping menurut Dayanti (2018) yaitu :
1) Adaptif Menurut (Danyanti, 2018), klien tidak mau
berbicara dengan orang lain, tidak buisa
menyelesaikan masalah yang ada, klien tidak mampu
berolahraga karena klien sama sekali, selalu
menghindari orang lain.
2) Maladaptive Menurut (Dayanti, 2018), klien bereaksi
sangat lambat terkadang berlebihan, klien tidak mau
bekerja sama sekali, selalu menghindari orang lain.
3) Masalah Psikososial dan Lingkungan Menurut
(Dayanti, 2018), klien mengalami masalah psikososial
seperti berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya dukungan dari
keluarga, pendidikan yang kurang, masalah dengan
sosial ekonomi dan pelayanan kesehatan.
4) Pengetahuan Menurut (Dayanti, 2018), klien defisit
perawatan diri terkadang menglami gangguan kognitif
sehingga tidak mampu mengambil keputusan.
k) Sumber koping Menurut (Maryam, 2018), sumber koping
merupakan evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi
seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas
dengan menggunakan sumber koping yang terdapat
dilingkungannya. Sumber koping ini dijadikan modal
untuk menyelesaikan masalah (Nissa& Kadir, 2023).
2. Pohon Masalah

Gangguan Pemeliharaan EFFECT


Kesehatan

Defisit Perawatan Diri CORE PROBLEM

Isolasi Sosial : Menarik Diri

CAUSA

Harga Diri Rendah


3. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan gangguan psikologis
dan/ atau psikotik
b. Isolasi Sosial berhungan dengan perubahan status mental
c. Harga Diri Rendah Kronik berhubungan dengan gangguan
perilaku kegagalan berulang
4. Rencana Keperawatan

No. DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
1. Defisit Perawatan Setelah dilakukaan Defisit Perawatan
Diri berhubungan tindakan keperawatan Diri (I.11348)
dengan gangguan selama 6x24 jam Observasi
psikologis dan/ atau maka perawatan diri 1) Identifikasi
psikotik meningkat dengan kebiasaan
kriteria hasil : aktivitas
a. Kemampuan perawatan diri
mandi meningkat sesuai usia
b. Kemampuan 2) Monitor tingkat
mengenakan kemandirian
pakaian 3) Identifikasi
meningkat kebutuhan alat
c. Kemampuan bantu
makan kebersihan diri,
meningkat berpakaian,
d. Kemampuan ke berhias dan
toilet makan
(BAK/BAB) Terapeutik
meningkat 1) Sediakan
e. Minat lingkungan
melakukan yang terapeutik
perawatan diri (mis. suasana
meningkat hangat, rileks,
f. Mempertahankan privasi)
perawatan diri 2) Siapkan
meningkat keperluan
pribadi(mis.
parfum, sikat
gigi, dan sabun
mandi)
3) Dampingi
dalam lakukan
perawatan diri
sampai mandiri
4) Fasilitasi untuk
menerima
keadaan
ketergantungan
5) Fasilitasi
kemandirian,
bantu jika tidak
mampu
melakukan
perawatan diri
6) Jadwalkan
rutinitas
perawatan diri
Edukasi
1) Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara konstitusi
sesuai
kemampuan
Sumber : (PPNI Tim Pokja SDLI, 2017, SLKI DPP, 2019 &
SIKI DPP, 2018)
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan atau perencenaan keperwatan
adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat yang tujuannya untuk
membantu pasien dengan masalah kesehatan yang dihadapinya agar
dalam keadaan sehat. Pelaksanaan keperawatan merupakan
pelaksanaan perencanaan pekerjaan keperawatan. Tujuan dari fase ini
adalah melakukan perencanaan keperawatan untuk mencapai tujuan
yang berorientasi pada klien (Induniasih & Sri, 2021).
6. Evaluasi Keperawatan
Menurut Ginting (2021) evaluasi adalah proses berkelanjutan
untuk menilai efekdari tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi
dapat dibagi dua yaitu: Evaluasi proses atau formatif yang dilakukan
setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil tau sumatif yang
dilakukan dengan membandingkan antara respons pasiendantujuan
khusus serta umum yang telah ditentukan
a. S ( subjektif ) : Informasi yang didassarkan pada keluhan yang
diungkapkanatau dilaporkan oleh pasien yang masih ada setelah
pengobatan diberikan
b. ( Objektif ) : Informasi didassarkan dari hasil
pengukuran atau pengamatanoleh perawat diberikan langsung
pada klien serta menunjukan bagaimanaperasaan klien setelah
dilakukan operawatan
c. A ( Analisis/ Assesment ) : Merupakan penafsiran dari data
subjektif dandatapbjektif. Masalah keperawatan berkelanjutan
disebut analisis, dan juga dapat merujuk pada masalah atau
diagnosis baru yang muncul
d. P ( Planning ) : Adalah rencana perawatan yang
dilanjutkan, dihentikan, diubah atau ditabahkan oleh perawat
padda rencana sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Albertina Lende. (2020). Hubungan Tingkat Depresi Dengan Tingkat


Kemandirian Dalam Melakukan Aktivitas Sehari-Hari Pada Pasien Lansia
Yang Mengalami Defisit Perawatan Diri Di Pondok Lansia Al-Ishlah
Malang. 1–23.
http://rinjani.unitri.ac.id/bitstream/handle/071061/366/aALBERTINA
LENDE-HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN TINGKAT
KEMANDIRIAN.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Damayanti, Mukhripah S.Kep., N., & Iskandar S.Kep., N. (2014). Asuhan


Keperawatan Jiwa (A. Gunarsa (ed.)). PT Refika Aditama.

Induniasih, & Hendrasih Sri. (2021). Metodologi Keperawatan (Pertama).


PUSTAKA BARU PRESS.
Periza, R. H., Yanti, R. D., & Putri, V. S. (2021). Pengaruh Penerapan Standar
Komunikasi Defisit Perawatan Diri terhadap Kemandirian Merawat Diri
pada Pasien Skizofrenia di Ruang Rawat Inap Delta Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Jambi. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, 10(1), 31.
https://doi.org/10.36565/jab.v10i1.266
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesai
(1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Wati, C. S., Hasanah, U., & Utami, I. T. (2023). Penerapan Latihan Personal
Hygiene : Kebersihan Diri Terhadap Kemampuan Pasien Defisit Perawatan
Diri Di Ruang Kutilang Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung. Jurnal
Cendikia Muda, 3(1), 103–111.
chrome-extension://oemmndcbldboiebfnladdacbdfmadadm/https://jurnal.akp
erdharmawacana.ac.id/index.php/JWC/article/download/445/280

Anda mungkin juga menyukai