Disusun Oleh :
Linda Permatasari
SN221092
2. Etiologi
Menurut SDKI (2017) penyebab defisit perawatan diri yaitu:
a. Gangguan musculoskeletal
b. Gangguan neuromuskuler
c. Kelemahan
d. Gangguan psikologis dan/atau psikotik
e. Penurunan motivasi/minat
Menurut Damaiyanti (2018) penyebab defisit perawatan diri yaitu:
a. Faktor Predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan sehingga
perkembangan inisiatif terganggu
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri
3) Kemampuan realita sturun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakperdualian dirinya dan lingkungan termasuk
keperawatan diri
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungan.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam
perawatan diri
b. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defissit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptua,cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri
3. Manifestasi Klinik
Menurut Depkes (2018) tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri yaitu :
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bau
5) Penampilan tidak rapi
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri, isolasi diri
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
4) Cara makan tidak teratur
5) BAK dan BAB di sembarang tempat
Menurut SDKI (2017) Tanda dan gejala defisit perawatan diri yaitu :
a. Tanda dan gejala Mayor
Subjektif
1) Menolak melakukan perawatan diri
Objektif
1) Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/berhias secara mandiri
2) Minat melakukan perawatan diri kurang
b. Tanda dan Gejala Minor
Subjektif : Tidak tersedia
Objektif : Tidak tersedia
Pathway
Isolasi sosial
6. Penatalaksanaan
Menurut Darmawan dan Rusdi (2019) tindakan keperawatan pada
pasien defisit perawatan diri juga bisa dilakukan dengan cara yaitu:
a. Melatih cara-cara perawatan kebersihan diri
b. Melatih berdandan dan berhias
c. Melatih pasien secara mandiri
d. Menganjurkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Defisit Perawatan Diri (D.0109)
b. Isolasi Sosial (D.0121)
c. Harga Diri Rendah Kronis (D.0086)
2. Diagnosa Keperawatan (SDKI, 2017)
a. Defisit Perawatan Diri (D.0109)
1) Definisi
Defisit perawatan diri adalah tidak mampu melakukan atau
menyelesaikan aktivitas perawatan diri (SDKI, 2017)
2) Tanda dan Gejala defisit perawatan diri
Tanda Dan Gejala Mayor
a) Subjektif
- Menolak melakukan perawatan diri
b) Objektif
- Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/ke toilet/berhias
secara mandiri
- Minat melakukan perawatan diri kurang
b. Isolasi Sosial (D.0121)
1) Definisi
Isolasi sosial adalah ketidakmampuan untuk membina hubungan erat,
hangat terbuka dan independen dengan orang lain (SDKI, 2017)
2) Tanda Dan Gejala Isolasi Sosial
Tanda dan gejala mayor
a) Subjektif
- Merasa ingin sendirian
- Merasa tidak aman di tempat umum
b) Objektif
- Menarik diri
- Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau
lingkungan
Tanda dan gejala minor
a) Subjektif
- Merasa berbeda dengan orang lain
- Merasa asyik dengan pikiran sendiri
- Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
b) Objektif
- Afek datar
- Afek sedih
- Riwayat ditolak
- Menunjukkan permusuhan
- Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
- Kondisi difabel
- Tindakan tidak berarti
- Tidak ada kontak mata
- Perkembangan terlambat
- Tidak bergairah/lesu
Azizah, L.A., Zainuri, I., Akbar, A. (2016). Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa-
teori dan aplikasi praktik klinik . Yogyakarta : indomedika pustaka
Copel, Linda Carman. 2017. Kesehatan jiwa dan psikiatri. Edisi 2. Jakarta : EGC
Damaiyanti dan Iskandar. 2018. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Depkes RI. 2018. Standar Pedoman Perawatan jiwa. Jakarta
Dermawan Deden dan Rusdi. 2018. Keperawatan jiwa ; Konsep dan Kerangka
Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Mukhripah & Iskandar. 2015, Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika
Aditama.
Rohima, D.A. (2020). Karya tulis ilmiah studi dokumentasi deficit perawatan diri
pada pasien dengan skizofrenia. Akadei keperawatan YKY Yogyakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2019), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
STRATEGI PELAKSANAAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
Pertemuan/ Sp : 1/I
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien terlihat kotor, rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki, bau, kuku
panjang dan hitam. Pakaian kotor, tidak bercukur, bab/bak disembarang
tepat.
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri
3. Tujuan Khusus / SP I
a. Klien dapat membina hubngan saling percaya
b. Mengidentifikasi kebutuhan kebersihan diri
c. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
d. Menjelaskan peralatan yang digunakan untuk menjaga kebersihan
e. Memasukkan kedalam jadwal latihan
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Identifikasi kebutuhan kebersihan diri
c. Jelaskan pentingnya kebersihan diri
d. Jelaskan peralatan yang digunakan untuk menjaga kebersihan
e. Masukkan kedalam jadwal kegiatan
B. Strategi Keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, ibu. Perkenalkan nama saya Yulia Wardah. Saya biasa
dipanggil Yulia. Saya perawat yang menjaga ibu pagi ini. Nama ibu
siapa? Biasa dipanggil siapa.”
b. Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Ibu pagi ini sudah mandi? Sudah
berganti baju? Menurut ibu, apa ibu cukup bersih sekarang?”.
c. Kontrak
“Ibu, sekarang kita akan berbincang-bincang tentang pentingnya
kebersihan ibu. Mau dimana kita berbincang-bincang/ bagaimana
kalau diruang tamu? Mau berapa lama, ibu? Bagaimana kalau 15
menit?”.
2. Fase kerja
“Menurut ibu, berapa kali sebaiknya ibu mandi sehari? Kenapa ibu perlu
mandi 2 kali? Kalau ibu mandi, ibu menggunakan sabun tidak? Ya betul,
selain wangi, sabun juga membersihkan badan kita dari kotoran dan
membunuh kuman yang ada ditubuh ibu.”
“Kalau habis mandi, ibu perlu memakai baju tidak? Betul. Pinter sekali
ibu. Habis mandi, kita perlu mengganti dan memakai baju yang bersih
supaya badan kita tetap sehat. Ibu tahu bagaimana cara mandi? Coba
ceritakan. Hebat. Sekarang coba ceritakan bagaimana cara menggosok
gigi. Betul.”
“Nah sekarang coba ibu praktekan bagaimana cara mandi dan gosok gigi,
ya. Jangan lupa siapkan baju ganti, sikat, pasta gigi, sabun, dan juga
handuknya ya.”
“Sekarang coba ibu mandi. Saya tunggu disini.”
3. Fase Terminasi
a. Validasi
“Wah.. kelihatan segar sekali ibu sekarang. Bagaimana perasaan ibu
setelah mandi? Coba ceritakan lagi bagaimana tadi ibu mandi dan
gosok gigi.”
b. Rencana Tidak Lanjut
“Nah, sekarang kita masukkan dijadwal ya bu. Sehari ibu harus mandi
dua kali, pagi jam 6 dan sore jam 4, ya bu.”
c. Kontrak
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang lagi besok. Kita
berbincangbincang bagaimana cara-cara berhias. Mau dimana kita
berbincang-bincang? Mau jam berapa ibu? Mau berapa menit?
Baiklah, besok jam 10 kita ketemu lagi ya bu. Ibu sekarang bisa
menonton tv.”