Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK PROFESI NERS KEPERAWATAN JIWA


PADA KLIEN DENGAN MASALAH
DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Oleh :

Linda Permatasari
SN221092

PRODI PROFESI NERS PROGAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2022
A. KONDEP PENYAKIT
1. Definisi
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi
secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas,
dan penampilan tidak rapi (Rohima, 2020).
Deficit perawatan diri adalah salh satu kemampuan dasar manusia
dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya,
kesehatannya, dan kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan dirinya (Azizah dkk, 2016).
Deficit perawatan diri adalh tidak mampu melakukan atau
menyelesaikan aktivitas perawatan diri (SDKI, 2017).

2. Etiologi
Menurut SDKI (2017) penyebab defisit perawatan diri yaitu:
a. Gangguan musculoskeletal
b. Gangguan neuromuskuler
c. Kelemahan
d. Gangguan psikologis dan/atau psikotik
e. Penurunan motivasi/minat
Menurut Damaiyanti (2018) penyebab defisit perawatan diri yaitu:
a. Faktor Predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan sehingga
perkembangan inisiatif terganggu
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri
3) Kemampuan realita sturun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakperdualian dirinya dan lingkungan termasuk
keperawatan diri
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungan.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam
perawatan diri
b. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defissit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptua,cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri

3. Manifestasi Klinik
Menurut Depkes (2018) tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri yaitu :
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bau
5) Penampilan tidak rapi
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri, isolasi diri
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
4) Cara makan tidak teratur
5) BAK dan BAB di sembarang tempat
Menurut SDKI (2017) Tanda dan gejala defisit perawatan diri yaitu :
a. Tanda dan gejala Mayor
Subjektif
1) Menolak melakukan perawatan diri
Objektif
1) Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/berhias secara mandiri
2) Minat melakukan perawatan diri kurang
b. Tanda dan Gejala Minor
Subjektif : Tidak tersedia
Objektif : Tidak tersedia

4. Patofisiologi dan Pathway


Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi
akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk
melakukan aktifitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri
tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara
mandiri, berhias diri secra mandiri, dan toileting (BAB atau BAK)
secara mandiri (Yusuf dkk, 2019).

Pathway
Isolasi sosial

Defisit Perawatan Diri

Harga Diri Rendah Kronis

Sumber : Yusuf dkk (2015) , SDKI (2017)


5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang ada jenis alat untuk memeriksa gangguan
struktur otak yang mempengaruhi gangguan jiwa dapat menggunakan
alat sebagai berikut:
a. Electroencephalogram (EEG) adalah suatu pemeriksaan yang
bertujuan memberikan informasi penting tentang kerja dan fungsi
otak.
b. Single Photon EmissonComputed Tomography (SPECT) untuk
melihat wilayah otak dan tanda-tanda abnormalitas pada otak dan
menggambarkan perubahan-perubahan aliran darah yang terjadi.
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik radiologi
dengan menggunakan magnet, gelombang radio dan komputer untuk
mendapatkan gambaran struktur tubuh atau otak dan dapat
mendeteksi perubahan yang kecil sekalipun dalam struktur tubuh atau
otak

6. Penatalaksanaan
Menurut Darmawan dan Rusdi (2019) tindakan keperawatan pada
pasien defisit perawatan diri juga bisa dilakukan dengan cara yaitu:
a. Melatih cara-cara perawatan kebersihan diri
b. Melatih berdandan dan berhias
c. Melatih pasien secara mandiri
d. Menganjurkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Defisit Perawatan Diri (D.0109)
b. Isolasi Sosial (D.0121)
c. Harga Diri Rendah Kronis (D.0086)
2. Diagnosa Keperawatan (SDKI, 2017)
a. Defisit Perawatan Diri (D.0109)
1) Definisi
Defisit perawatan diri adalah tidak mampu melakukan atau
menyelesaikan aktivitas perawatan diri (SDKI, 2017)
2) Tanda dan Gejala defisit perawatan diri
Tanda Dan Gejala Mayor
a) Subjektif
- Menolak melakukan perawatan diri
b) Objektif
- Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/ke toilet/berhias
secara mandiri
- Minat melakukan perawatan diri kurang
b. Isolasi Sosial (D.0121)
1) Definisi
Isolasi sosial adalah ketidakmampuan untuk membina hubungan erat,
hangat terbuka dan independen dengan orang lain (SDKI, 2017)
2) Tanda Dan Gejala Isolasi Sosial
Tanda dan gejala mayor
a) Subjektif
- Merasa ingin sendirian
- Merasa tidak aman di tempat umum
b) Objektif
- Menarik diri
- Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau
lingkungan
Tanda dan gejala minor
a) Subjektif
- Merasa berbeda dengan orang lain
- Merasa asyik dengan pikiran sendiri
- Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
b) Objektif
- Afek datar
- Afek sedih
- Riwayat ditolak
- Menunjukkan permusuhan
- Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
- Kondisi difabel
- Tindakan tidak berarti
- Tidak ada kontak mata
- Perkembangan terlambat
- Tidak bergairah/lesu

c. Harga Diri Rendah (D.0086)


1) Definisi
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi atau perasaan negative
terhadap diri sendiri atau kemampuan klien seperti tidak berarti, tidak
berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam waktu lama (SDKI,
2017).
2) Tanda dan gejala
Tanda dan gejala mayor
a) Subjektif
- Menilai diri negative
- Merasa malu/ bersalah
- Merasa tidak mampu melakukan apapun
- Meremehkan kemampuan mengatasi masalah
- Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuan positif
- Melebih-lebihkan penilaian negative terhadap diri sendiri
- Menolak penilaian positif tentang diri
b) Objektif
- Enggan mencoba hal yang baru
- Berjalan menunduk
- Postur tubuh menunduk
Tanda dan gejala minor
a) Subjektif
- Merasa sulit berkonsentrasi
- Sulit tidur
- Mengungkapkan keputusaan
b) Objektif
- Kontak mata kurang
- Lesu dan tidak bergairah
- Berbicara pelan dan lirih
- Pasif
- Perilaku tidak asertif
- Mencari penguatan secara berlebih
- Bergantung pada pendapat orang lain
- Sulit membuat keputusan
- Sering kali mencari penegasan

3. Rencana Asuhan Keperawatan


No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil (SIKI, 2018)
(SDKI, 2017) (SLKI, 2019)
1 Defisit Setelah dilakukan Dukungan perawatan
perawatan diri intervensi keperawatan diri (l.11348)
(D.0109) 3x24 jam maka Perawatan 1. Observasi :
Diri meningkat dengan - Monitor tingkat
kriteria hasil (L.11103) : kemandirian
1. Kemampuan mandi - Identifikasi
denganskor 5 kebutuhanalat bantu
(meningkat) kebersihan diri,
2. Kemampuan berpakaian, berhias
mengenakan pakaian dan makan
dengan skor 5 2. Terapeutik :
(meningkat) - Sediakan
3. Kemampuan makan lingkungan yang
dengan skor 5 terapeutik (mis.
(meningkat) Suasana hangat,
4. Kemampuanke toilet relaks, privasi)
(BAB/BAK) - Siapkan keperluan
denganskor 5 pribadi(mis.
(meningkat) Parfum,sikatgigi,da
nsabun mandi)
- Dampingi dalam
melakukan
perawatan diri
sampai
- Fasilitasi
kemandirian, bantu
jika tidak mampu
melakukan
perawatan diri
- Fasilitasi
kemandirian, bantu
jika tidak mampu
melakukan
perawatan diri
- Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
3. Edukasi:
- Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai kemampuan

2 Isolasi sosial Setelah dilakukan Promosi Sosialisasi


(D.0121) intervensi keperawatan (I.13498) :
selama 3x24 jam masalah 1. Observasi
Keterlibatan Sosial - Identifikasi
meningkat dengan kriteria kemampuan
hasil (L.13116) : melakukan interaksi
1. Minat berinteraksi dengan orang lain
dengan skor 5 - Identifikasi
(meningkat) hambatan
2. Verbalisai isolasi melakuakn interaksi
dengan skor 4 (cukup dengan orang lain
menurun) 2. Terapeutik
3. Perilaku menarik diri - Motivasi
dengan skor 4 (cukup meningkatkan
menurun) keterlibatan dalam
4. Kontak mata membaik suatu hubungan
dengan skor 5 - Motivasi kesabaran
(meningkat) alam
mengembangkan
suatu hubungan
- Motivasi
berpartisipasi dalam
aktivitas baru dan
kegiatan kelompok
- Motivasi
berinteraksi di luar
lingkungan
- Diskusikan
kekuatan dan
keterbatasan dalam
berkomunikasi
dengan orang lain
- Diskusikan
perencanaan
kegiatan dimasa
depan
- Berikan umpan
balik positif dalam
perawatan diri
- Berikan umpan
balik positif
padasetiap
peningkatan
kemampuan
3. Edukasi
- Anjurkan
berinteraksi dengan
orang lain secara
bertahap
- Ajurkan ikut serta
kegiatan social dan
kemasyarakatan
- Anjurkan berbagi
pengalaman dengan
orang lain
- Anjurkan
meningkatkan
kejujuran diri dan
menghormati ha
orang lain
- Anjurkan
pengguanaan alat
bantu
- Anjurkan membuat
perencanaan
kelompok kecil
untuk kegiatan
khusus.
- Latih bermain peran
untuk meningkatkan
keterampilan
komunikasi
- Latih
mengekspresikan
marah dengan tepat
3 Harga Diri Setelah dilakukan Manajemen Perilaku
Rendah Kronis intervensi keperawatan (I.12463)
(D.0086) selama 3x24 jam masalah 1. Observasi
Harga diri (L.09069) - Identifikasi harapan
meningkat dengan kriteria untuk
hasil (L.09069) : mengendalikan
1. Penilaian positif perilaku
tentang diri klien 2. Terapeutik
dengan skor 5 - Diskusikan
(meningkat) tanggung jawab
2. Penerimaan penilaian terhadap perilaku
terhadap diri klien - Jadwalkan kegiatan
dengan skor 5 terstruktur
(meningkat)
3. Perasaan malu terhadap - Ciptakan dan
diri sendiri dengan skor pertahankan
5 (menurun) lingkungan dan
kegiatan perawatan
konsisten setiap
dinas
- Tingkatkan aktivitas
fisiksesuai
kemampuan
- Batasi jumlah
pengunjung
- Bicara dengan nada
rendah dan tenang
- Latih kegiatan
pengalihan terhadap
sumbr agitasi
- Cegah perilaku pasif
- Beri penguatan
positif terhadap
keberhasilan
mengendalikan
perilaku
- Lakukan
pengekangan
fisiksesuai indikasi
- Hindari sifat
mengancam dan
berdebat
- Hindari berdebat
atau menawar batas
perilaku yang telah
ditetapkan
3. Edukasi
Informasikan
keluarga bahwa
keluarga sebagai
dasar pembentukan
kognitif
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L.A., Zainuri, I., Akbar, A. (2016). Buku ajar keperawatan kesehatan jiwa-
teori dan aplikasi praktik klinik . Yogyakarta : indomedika pustaka
Copel, Linda Carman. 2017. Kesehatan jiwa dan psikiatri. Edisi 2. Jakarta : EGC
Damaiyanti dan Iskandar. 2018. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Depkes RI. 2018. Standar Pedoman Perawatan jiwa. Jakarta
Dermawan Deden dan Rusdi. 2018. Keperawatan jiwa ; Konsep dan Kerangka
Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Mukhripah & Iskandar. 2015, Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika
Aditama.
Rohima, D.A. (2020). Karya tulis ilmiah studi dokumentasi deficit perawatan diri
pada pasien dengan skizofrenia. Akadei keperawatan YKY Yogyakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2019), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
STRATEGI PELAKSANAAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

Pertemuan/ Sp : 1/I
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien terlihat kotor, rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki, bau, kuku
panjang dan hitam. Pakaian kotor, tidak bercukur, bab/bak disembarang
tepat.
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri
3. Tujuan Khusus / SP I
a. Klien dapat membina hubngan saling percaya
b. Mengidentifikasi kebutuhan kebersihan diri
c. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
d. Menjelaskan peralatan yang digunakan untuk menjaga kebersihan
e. Memasukkan kedalam jadwal latihan
4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Identifikasi kebutuhan kebersihan diri
c. Jelaskan pentingnya kebersihan diri
d. Jelaskan peralatan yang digunakan untuk menjaga kebersihan
e. Masukkan kedalam jadwal kegiatan

B. Strategi Keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, ibu. Perkenalkan nama saya Yulia Wardah. Saya biasa
dipanggil Yulia. Saya perawat yang menjaga ibu pagi ini. Nama ibu
siapa? Biasa dipanggil siapa.”
b. Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Ibu pagi ini sudah mandi? Sudah
berganti baju? Menurut ibu, apa ibu cukup bersih sekarang?”.
c. Kontrak
“Ibu, sekarang kita akan berbincang-bincang tentang pentingnya
kebersihan ibu. Mau dimana kita berbincang-bincang/ bagaimana
kalau diruang tamu? Mau berapa lama, ibu? Bagaimana kalau 15
menit?”.
2. Fase kerja
“Menurut ibu, berapa kali sebaiknya ibu mandi sehari? Kenapa ibu perlu
mandi 2 kali? Kalau ibu mandi, ibu menggunakan sabun tidak? Ya betul,
selain wangi, sabun juga membersihkan badan kita dari kotoran dan
membunuh kuman yang ada ditubuh ibu.”
“Kalau habis mandi, ibu perlu memakai baju tidak? Betul. Pinter sekali
ibu. Habis mandi, kita perlu mengganti dan memakai baju yang bersih
supaya badan kita tetap sehat. Ibu tahu bagaimana cara mandi? Coba
ceritakan. Hebat. Sekarang coba ceritakan bagaimana cara menggosok
gigi. Betul.”
“Nah sekarang coba ibu praktekan bagaimana cara mandi dan gosok gigi,
ya. Jangan lupa siapkan baju ganti, sikat, pasta gigi, sabun, dan juga
handuknya ya.”
“Sekarang coba ibu mandi. Saya tunggu disini.”
3. Fase Terminasi
a. Validasi
“Wah.. kelihatan segar sekali ibu sekarang. Bagaimana perasaan ibu
setelah mandi? Coba ceritakan lagi bagaimana tadi ibu mandi dan
gosok gigi.”
b. Rencana Tidak Lanjut
“Nah, sekarang kita masukkan dijadwal ya bu. Sehari ibu harus mandi
dua kali, pagi jam 6 dan sore jam 4, ya bu.”
c. Kontrak
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang lagi besok. Kita
berbincangbincang bagaimana cara-cara berhias. Mau dimana kita
berbincang-bincang? Mau jam berapa ibu? Mau berapa menit?
Baiklah, besok jam 10 kita ketemu lagi ya bu. Ibu sekarang bisa
menonton tv.”

Anda mungkin juga menyukai