5. Dukungan spiritual
Definisi:
Memfasilitasi peningkatan perasaan seimbang dan terhubung dengan kekuatan yang lebih
besar.
Tindakan :
Observasi
1. Identifikasi perasaan khawatir, kesepian dan ketidak berdayaan
2. Identifikasi padangan tentang hubungan antara spiritual dan kesehatan
3. Identifikasi harapan dan kekuatan pasien
4. Identifikasi ketaatan dalam beragama.
Terapeutik
1. Berikan kesempatan mengekspresikan perasaan tentang penyakit dan kematian
2. Berikan kesempatan mengekspresikandan meredakan marah secara tepat
3. Yakinkan bahwa perawat bersedia mendukung selama masa ketidak berdayaan.
4. Sediakan privasi dan waktu tenang untuk aktivitas spiritual
5. Diskusikan keyakinan tentang makna dan tujuan hidup, jika perlu.
6. Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
Edukasi
1. Anjurkan berinteraksi dengan keluarga, teman dan /atau orang lain
2. Anjurkan berpartisipasi dalam kelompok pendukung
3. Ajarkan metode relaksasi, meditasi, dan imajinasi terbimbing
Kolaborasi
1. Atur kunjungan dengan rohaniawan ( mis, ustadz, pendeta, romo, biksu)
2. Konseling I.10334
Keluarga mampu membuat keputusan Konseling (I.10334)
Observasi:
1. Identifikasi kemampuan dan beri penguat
2. Identifikasi perilaku keluarga yang mempengaruhi pasien
Terapeutik :
1. Bina hubungan teraupetik berdasarkan rasa percaya dan penghargaan
2. Berikan empati, penghargaan dan kejujuran
3. Tetapkan tujuan dan lama hubungan konseling
4. Berikan prevasi dan pertahankan kerahasian
5. Berikan penguatan terhadap ketrampilan baru
6. Fasilitasi untuk mengidentifikasi masalah
Edukasi
1. Anjurkan mengekpresikan perasaan
2. Anjurkan membuat daftar alternatif pemecahan masalah
3. Anjurkan mengembangkan ketrampilan baru, jika perlu
4. Anjurkan mengganti kebiasaan maladaptif menjadi adaptif
5. Anjurkan untuk menunda saat lagi stress
3. Konsultasi
Observasi
1. Identifikasi tujuan konsultasi
2. Identifikasi masalah yang menjadi fokus konsultasi
3. Identifikasi harapan semua pihak yang terlibat
4. Identifikasi model konsultasi yang sesuai
5. Identifikasi ekspektasi biaya, Jika perlu
Terapeutik
1. Fasilitasi kontrak tertulis untuk menentukan kesepakatan jadwal konsultasi
2. Berikan tanggapan secara profesional terhadap penerimaan atau penolakan ide
3. Fasilitasi memutuskan pilihan alternatif solusi
Edukasi
1. Jelaskan masalah yang sedang dihadapi pasien
2. Jelaskan alternatif solusi yang dapat dilakukan oleh pasien atau keluarga
3. Jelaskan keuntungan dan kerugian masing-masing solusi
4. Anjurkan meningkatkan kemandirian menyelesaikan masalah
4. Latihan asertif
Observasi
1.Identifikasi hambatan kemampuan asertif (mis. tahap perkembangan, kondisi medis
kronis atau psikiatrik, dan sosial budaya)
2. Monitor tingkat ansietas dan ketidaknyamanan terkait perubahan perilaku
Terapeutik
1. Fasilitasi mengenali dan mengurangi distorsi kognitif yang menghalangi kemampuan
asertif
2. Fasilitasi membedakan perilaku asertif, pasif, dan agresif
3. Fasilitasi mengidentifikasi hak hak pribadi, tanggung jawab, dan norma yang
bertentangan
4.Fasilitasi mengklarifikasi permasalahan dalam hubungan interpersonal
5. Fasilitasi mengekspresikan pikiran dan perasaan positif dan negatif
6. Fasilitasi mengidentifikasi pikiran yang merusak diri
7. Fasilitasi membedakan antara pikiran dan kenyataan
8. Beri pujian pada upaya mengekspresikan perasaan dan pendapat
Edukasi
1. Anjurkan bertindak asertif dengan cara yang berbeda
2. Latih perilaku asertif (mis. membuat permintaan, mengucapkan tidak untuk permintaan
yang tidak bisa dipenuhi, serta mulai dan menutup percakapan)
5. Latihan memori
Observasi
1. Identifikasi masalah memori yang dialami
2. Identifikasi kesalahan terhadap orientasi
3. Monitor perilaku dan perubahan memori selama terapi
Terapeutik
1. Rencanakan metode mengajar sesuai kemampuan pasien
2. Stimulasi memori dengan mengulang pikiran yang terakhir kali diucapkan, Jika perlu
3. Koreksi kesalahan orientasi
4. Fasilitasi mengingat kembali pengalaman masa lalu, Jika perlu
5. Fasilitasi tugas pembelajaran (mis. mengingat informasi verbal dan gambar)
6. Fasilitasi kemampuan konsentrasi (mis. bermain kartu pasangan), Jika perlu
7. Stimulasi menggunakan memori pada peristiwa yang baru terjadi (mis. bertanya ke
mana saja ia pergi akhir-akhir ini), Jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
2. Ajarkan teknik memori yang tepat (mis. imajinasi visual, perangkat mnemonik,
permainan memori, isyarat memori, teknik asosiasi, membuat daftar, komputer, papan
nama)
Kolaborasi
1. Rujuk pada terapi okupasi, Jika perlu
6. Manajemen delirium
Observasi
1. Identifikasi faktor resiko delirium (mis. usia >75 tahun, disfungsi kognitif, gangguan
penglihatan atau pendengaran, penurunan kemampuan fungsional, infeksi, hipo atau
hipertermia, hipoksia, malnurisi, efek obat, toksin, gangguan tidur, stress)
2. Identifikasi tipe delirium (mis.hipoaktif, hiperaktif, campuran)
3. Monitor status neurologis dan tingkat delirium
Terapeutik
1. Berikan pencahayaan yang baik
2. Sediakan jam dan kalender yang mudah terbaca
3. Hindari stimulus sensorik berlebih (mis. televisi, pengumuman interkom)
4. Lakukan pengekangan fisik, sesuai indikasi
5. Sediakan informasi tentang apa yang terjadi dan apa yang dapat terjadi selanjutnya
6. Batasi pembuatan keputusan
7. Hindari memvalidasi mispersepsi atau interprestasi realita yang tidak akurat (mis.
halusinasi, waham)
8. Nyatakan persepsi dengan cara yang tenang, menyakinkan, dan tidak argumentatif
9. Fokus pada apa yang dikenali dan bermakna saat interaksi interpersonal
10. Lakukan reorientasi
11. Sediakan lingkungan fisik dan rutinitas harian yang konsisten
12. Gunakan isyarat lingkungan untuk stimulasi memori, reorientasi, dan meningkatkan
perilaku yang sesuai (mis. tanda, gambar, jam, kalender, dan kode warna pada
lingkungan)
13. Berikan informasi baru secara perlahan, sedikit demi sedikit, diulang-ulang
Edukasi
1. Anjurkan kunjungan keluarga, Jika perlu
2. Anjurkan penggunaan alat bantu sensorik (mis. kacamata, alat bantu dengar, dan gigi
palsu)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat ansietas atau agitasi, Jika perlu
5. Manajemen lingkungan
Definisi
Memfasilitasi dan mengelola lingkungan untuk mendapatkan manfaat terapeutik,
stimulasi sensorik, dan kesejahteraan psikologis.
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi keamanan dan kenyamanan lingkungan
Terapeutik
1. Atur posisi furniture dengan rapi dan terjangkau
2. Atur suhu lingkungan yang sesuai
3. Sediakan ruang berjalan yang cukup dan aman
4. Sediakan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan nyaman
5. Sediakan pewangi ruangan, jika perlu
6. Hindari pandangan langsung ke kamar mandi, toilet, atau peralatan untuk eliminasi
7. Ganti pakaian secara berkala
8. Hindari paparan langsung dengan cahaya matahari atau cahaya yang tidak perlu
9. Izinkan membawa benda-benda yang disukai dari rumah
10. Izinkan keluarga untuk tinggal mendampingi pasien
11. Fasiliasi penggunaan barang-barang pribadi (mis.piyama, jubah, perlengkapan
mandi)
12. Pertahankan konsistensi kunjungan tenaga Kesehatan
13. Berikan bel atau alat komunikasi untuk memanggil perawat
Edukasi
1. Jelaskan cara membuat lingkungan rumah yang aman
2. Jelaskan cara menghadapi bahaya kebakaran
3. Ajarkan pasien dan keluarga/pengunjung tentang upaya pencegahan infeksi
6. Manajemen waham
Observasi :
1. Monitor waham yang lainnya yang membahayakan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
2. Monitor efek terapeutik dan afek samping obat (Rasinalisasi: Dengan memonitor
efek teraputik dan efek samping obat dapat mengetahui efektifitas pemberian obat dan
efek samping yang ditumbulkan obat sehingga dapat dilakukan upaya tindak lanjut
untuk mengurangi dan menghilangkan efek samping yang ditumbulkan oleh obat yang
dibeikan)
Terapeutik :
1. Bina hubungan interpersonal saling percaya
2. Tunjukan sikap tidak menghakimi secara konsisten
3. Diskusikan waham dengan berfokus pada perasaan yang mendasari
4. Hindari perdebatan tentang keyakinan yang keliru, nyatakan keraguan sesuai fakta
5. Hindari memperkuat gagasan waham
6. Sediakan lingkungan aman dan nyaman
7. Berikan aktifitas rekreasi dan pengalihan sesuai dengan kebutuhan
8. Lakukan intervensi mengngontrol perilaku waham
Edukasi
1. Anjurkan mengungkapkan dan memvalidasi waham Anjurkan melakukan rutinitas
harian secara konsisten
2. Latih manajemen stress
3. Jelaskan tentang waham serta penyakit terkait, cara mengatasi dan obat yang
dibutuhkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
7. Pelibatan keluarga
Observasi
1. Identifikasi kesiapan keluarga untuk terlibat dalam perawatan
Terapeutik
1. Ciptakan hubungan terapeutik pasien dengan keluarga dalam perawatan
2. Diskusikan cara perawatan di rumah (mis: kelompok, perawatan di rumah, atau rumah
singgah)
3. Motivasi keluarga mengembangkan aspek positif rencana perawatan
4. Fasilitasi keluarga membuat keputusan perawatan
Edukasi
1. Jelaskan kondisi pasien kepada keluarga
2. Informasikan tingkat ketergantungan pasien kepada keluarga
3. Informasikan harapan pasien kepada keluarga
4. Anjurkan keluarga bersikap asertif dalam perawatan
5. Anjurkan keluarga terlibat dalam perawatan
8. Pemberian obat
Observasi :
1. Identifikasi kemungkinanna alergi, interaksi, dan kontraindikasi obat
2. verivikasi order obat sesuai dengan indikasi
3. periksa tanggal kedaluarsa
4. monitor tanda vital dan nilai laboratorium sebelum pemberian obat, jika perlu
5. monitor efek terapeutik obat
6. Monitor efek samping, toksisitas, dan interaksi obat
Terapeutik :
1. Perhatikan prosedur pemberian obat yang aman dan akurat
2. Hindari interupsi saat mempersiapkan, memverivikasi, atau mengelola obat
3. Lakukan prinsip 6 benar ( pasien, obat, dosis, rute, waktu, dokumentasi)
4. Perhatikan jadwal pemberian obat, jenis hipnotik, narkotuik dan antibiotik
5. Hindari pemberian obat yang tidak diberi label dengan benar
6. Buang obat yang tidak terpakai atau kedaluarsa
7. Fasilitasi minum obat
8. Tandatangani pemberian narkotika sesuai protocol
9. Dokumentasi pemberian obat dan respon terhadap obat
Edukasi
1. Jelaskan jenis obat, alas an pemberian, Tindakan yang diharapkan , dan efek samping
sebelum pemberian
2. Jelaskan factor yang dapat meningkatkan dan menurunkan efektifitas obat
Observasi
1. Identifikasi gejala risiko bunuh diri
2. Identifikasi keinginan dan pikiran rencana bunuh diri
3. Monitor lingkungan bebas bahaya secara rutin (mis: barang pribadi, pisau cukur,
jendela)
4. Monitor adanya perubahan mood atau perilaku
Terapeutik
1. Libatkan dalam perencanaan perawatan mandiri
2. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3. Lakukan pendekatan langsung dan tidak menghakimi saat membahas bunuh diri
4. Berikan lingkungan dengan pengamanan ketat dan mudah dipantau (mis: tempat tidur
dekat ruang perawat)
5. Tingkatkan pengawasan pada kondisi tertentu (mis: rapat staf, pergantian shift)
6. Lakukan intervensi perlindungan (mis: pembatasan area, pengekangan fisik), jika
diperlukan
7. Hindari diskusi berulang tentang bunuh diri sebelumnya, diskusi berorientasi pada
masa sekarang dan masa depan
8. Diskusikan rencana menghadapi ide bunuh diri di masa depan (mis: orang yang
dihubungi, ke mana mencari bantuan)
9. Pastikan obat ditelan
Edukasi
1. Anjurkan mendiskusikan perasaan yang dialami kepada orang lain
2. Anjurkan menggunakan sumber pendukung (mis: layanan spiritual, penyedia layanan)
3. Jelaskan tindakan pencegahan bunuh diri kepada keluarga atau orang terdekat
4. Informasikan sumber daya masyarakat dan program yang tersedia
5. Latih pencegahan risiko bunuh diri (mis: latihan asertif, relaksasi otot progresif)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, atau antipsikotik, sesuai indikasi
2. Kolaborasi tindakan keselamatan kepada PPA
3. Rujuk ke pelayanan kesehatan mental, jika perlu