Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN JIWA


LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO
PERILAKU KEKERASAN DI RSJ DR. SOEROJO MAGELANG

Disusun Oleh :
CELIYA WINANGRUM
223203040

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XIX


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2023
LEMBAR PENGESAHAN

STASE KEPERAWATAN JIWA


LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO
PERILAKU KEKERASAN DI RSJ DR. SOEROJO MAGELANG

Disusun Oleh :

CELIYA WINANGRUM
223203040

Telah disetujui pada :


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

(Rizqi Wahyu Hidayati, M.Kep) ( Ns. Tri Winarni ) (Celiya Winangrum, S.Kep)
KONSEP RESIKO PERILAKU KEKERASAN
A. Pengertian
Kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang agresif yang akan
berakibat pada suatu penderitaan hingga menyakiti orang lain termasuk hewan
atau benda. Terdapat dua jenis agresi yaitu agresi sebagai bentuk perasaan dan
agresi sebagai bentuk perilaku. Arti dari agresi yaitu suatu respon dari
kemarahan, kekecewaan, atau perasaan dendam yang dapat menimbulkan suatu
perilaku kekerasan sebagai bentuk perlawanan atau menghukum. Tindakan
yang bisa terjadi yaitu menyerang, merusak, hingga membunuh (Muthih, 2020)
Menurut Damayanti & Iskandar (2020), perilaku kekerasan
merupakan status rentang respon emosi dan ungkapan kemarahan yang
status rentang emosi dan ungkapan kemarahan dimanifestasikan dalam
bentuk fisik.
B. Rentang Respon

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

1. Asertif
Sifat asertif yaitu sebuah perilaku dengan mengunkapkan kemarahan tanpa
menyakiti, melukai perasaan orang lain, tanpa merendahkan harga diri
orang lain
2. Frustasi
Frustasi merupakan sebuah respin yang timbul akibat dari sebuah kegagaln
dalam mencapai tujuan atau keinginan
3. Pasif
Sikap pasif merupakan bentuk respon dimana individu tidak mampu
mengungkapkan perasaan yang dialami
4. Agresif
Sikap agresif merupakan bentuk sikap membela diri dengan cara melanggar
hak orang lain
5. Kekerasan
Suatu perasaan gaduh atau gelisah hingga amuk (Muthih, 2020)
C. Tanda Gejala
1. Perubahan psikologik
Perubahan psikologik meliputi tekanan darah meningkat, denyut nadi dan
pernapasan meningkat, pupil dilatasi, tonus otot meningkat, mual
2. Perubahan emosional
Mudah tersinggung, tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah nampak tegang,
bila mengamuk kehilangan kontrol
3. Perubahan perilaku
Agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga, mengamuk, nada
suara keras dan kasar
4. Perilaku
- Menyerang atau menghindar
- Menyatakan secara aserfatif
- Memberontak
- Perilaku kekerasan
D. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
- Psikologis
Teori yang dikambangkan memiliki pendapat bahwa bila usaha
seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami sebuah hambatan,
maka akan menimbulkan sebuah dorongan agresif yang pada saatnya
akan membuat individu tersebut melakukan tindakan kekerasan hingga
melukai orang lain
- Sosial Budaya
Sosial budaya dapat mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan.
Adanya norma pada masyarakat dapat membantu memisahkan antara
ekspresi agresif yang dapat diterima dan tidak diterima. Hal ini akan
membantu individu untuk mengekspresikan perasaan marah dengan
cara asertif
- Biologis
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa dorongan agresif
mempunyai dasar biologis. Beberapa faktor yang mendukung yaitu
masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan, sering mengalami
kegagalan, kehidupan yang penuh tindakan agresif, dan lingkungan
yang tidak kondusif. Pengaruh hormonal dalam hal ini yang berperan
adalah pelepasan neurotransmitter otak yang di aktifkan akibat aktivasi
aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal akan menjadi triger pelepasan
dopamine dan noreprineprine yang mana akan berakibat timbulnya
respon amuk (Bobo et al, 2020).
b. Faktor Prespitasi
Individu akan mengeluarkan respon amarah apabila dirinya merasa
terancam. Terdapat dua ancaman yaitu ancaman internal dan eksternal.
Contoh eksternal yaitu serangan secara psikis, kehilangan hubungan yang
dianggap bermakna, dan adanya kritikan dari orang lain. Sedangkan contoh
dari internal yaitu merasa gagal dalam bekerja, merasa kehilangan orang
yang dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita (Muthih, 2020)

E. Fokus Pengkajian
Menurut Yusuf & Nihayati (2019), data yang perlu dikaji pada seseorang
dengan perilaku kekerasan , yaitu:
1. Aspek biologis
Respon fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi,
muka merah, pupil melebar, dan pengeluaran urine meningkat. Ada gejala
yang sama dengan kecemasan, seperti meningkatnya kewaspadaan,
ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan
refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah
bertambah.
2. Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya,
jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk,
bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan, dan menuntut.
3. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses
intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu
pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi
penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan
diintegrasikan.
4. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya, dan
ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain.
Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku
yang lain, sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-
kata kasar yang berlebihan disertai suara keras.
5. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu
dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki
dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan
rasa tidak berdosa
F. Diagnosa
1. Resiko Perilaku Kekerasan Terhadap Diri Sendiri
2. Resiko Perilaku Kekerasan Terhadap Orang Lain
3. Deficit perawatan diri ( mandi dan berhias)
G. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Resiko Perilaku Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Perilaku : Menyakiti
Kekerasan Diri Sendiri selama x jam diharapkan pasien dapat Diri (4354)
mengontrol perilaku kekerasan dengan - Tentukan motif atau alasan
kriteria hasil : tingkah laku
Menahan diri dari bunuh diri (1408) - Komunikasikan tingkah laku
- Mengekspresikan perasaan menjadi yang diharapkan dari pasien dan
sering menunjukkan (4) konsekuensinya bagi pasien
- Mengekspresikan harapan menjadi - Pindahkan barang berbahaya dari
sering menunjukkan (4) lingkungan sekitar pasien
- Mempertahankan jalinan hubungan - Antisipasi situasi pemicu yang
menjadi sering menunjukkan (4) mungkin membuat pasien
- Verbalisasi ide-ide bunuh diri menyakiti diri dan lakukan
menjadi sering menunjukkan (4) pencegan
- Mengontrol dorongan diri menjadi - Bantu pasien untuk
sering menunjukkan (4) mengidentifikasi situasi dan atau
perasaan yang mungkin memicu
perilaku menyakiti diri
- Menyingkap rencana bunuh diri jika - Ajarkan dan kuatkan pasien untuk
muncul menjadi sering menunjukkan melakukan tingkah laku koping
(4) yang efektif dan untuk
- Menahan diri dari percobaan bunuh mengekspresikan perasaan
diri menjadi sering menunjukkan (4) dengan cara yang tepat
- Menggunakan sumber-sumber - Komunikasikan risiko kepada
pencegahan bunuh diri menjadi petugas kesehatan lain
sering menunjukkan (4)
2 Resiko Perilaku Setelah dilakukan tindakan keperawatan Bantuan Kontrol Marah (4640)
Kekerasan Terhadap selama x jam diharapkan pasien dapat - Bangun rasa percaya dan
Orang Lain mengontrol perilaku kekerasan dengan hubungan yang dekat dan
kriteria hasil : harmonis dengan pasien
Menahan diri dari agresifitas (1401) - Gunakan pendekatan yang tenang
- Mengidentifikasi kapan merasa dan meyakinkan
marah menjadi sering dilakukan (4) - Tentukan harapan mengenai
- Mengidentifikasi kapan merasa tingkah laku yang tepat dalam
frustasi menjadi sering dilakukan mengekspresikan perasaan
(4) marah, tentukan fungsi kognitif
dan fisik pasien
- Mengidentifikasi tanggungjawab - Cegah menyakiti secara fisik jka
untuk mempertahankan kendali diri marah diarahkan pada diri atau
menjadi sering dilakukan (4) orang lain
- Mengidentifikasi saat merasa - Berikan pendidikan mengenai
agresif menjadi sering dilakukan (4) metode untuk mengatur
- Menghindari merusak ruang pengalaman emosi yang sangat
personal orang lain menjadi sering kuat
dilakukan (4) - Berikan obat-obatan oral dengan
- Menahan diri dari menyerang orang cara yang tepat
lain menjadi sering dilakukan (4) - Gunakan kontrol eksternal
- Menahan diri dari membahayakan
orang lain menjadi sering dilakukan
(4)
- Menggunakan teknik untuk
mengendalikan amarah menjadi
sering dilakukan (4)
3 Deficit perawatan diri ( Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Dukungan perawatan diri ( I. 11348)
mandi dan berhias) selama 3x24 jam di harapkan deficit Tindakan Observasi
perawatan diri ( mandi danberhias ) teratasi - Identifiksi kebiasaan aktivitas
Dengan kriteria hasil: perawatan diri.
1. Minat melakukan perawatan diri - Identifikasi kebutuhan alat bantu
meningkat dari dari nilai cukup kebersihan diri berpakaian , dan
menurun ke nilai sedang. berhias. Terapeutik
2. Mempertahankan kebersihan diri - Sediakan lingkungan yang
meningkat dari niali cukup menurun terapeutik yang nyaman.
meningkat ke niali sedang. ( SLKI - Jadwalkan rutinitas perawatan
L.11103) diri.
Edukasi
- Menegdukasi petingnya untuk
perawatan diri sperti mandi dan
berhias.
H. Strategi Pelaksanaan
SP PASIEN KELUARGA
1 1. Identifikasi penyebab, tanda & gejala, PK yang 1. Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat
dilakukan, akibat PK. pasien.
2. Jelaskan cara mengontrol PK: fisik, obat, verbal, 2. Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses
spiritual. terjadinya PK (gunakan booklet).
3. Latihan cara mengontrol PK secara fisik: tarik 3. Jelaskan cara merawat PK.
nafas dalam dan pukul kasur dan bantal. 4. Latih satu cara merawat PK dengan melakukan
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan kegiatan fisik: tarik nafas dalam dan pukul kasur dan
fisik. bantal
5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi
pujian.
2 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik. Beri pujian. 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih
2. Latih cara mengontrol PK dengan obat (jelaskan 6 pasien fisik. Beri pujian.
benar: jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas 2. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat.
minum obat). 3. Latih cara memberikan/membimbing minum obat
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik 4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi
dan minum obat. pujian.
3 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik & obat. Beri pujian. 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih
pasien fisik dan memberikan obat. Beri pujian.
2. Latih cara membimbing: cara bicara yang baik.
2. Latih cara mengontrol PK secara verbal (3 cara, 3. Latih cara membimbing kegiatan spiritual.
yaitu: mengungkapkan, meminta, menolak dengan 4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan
benar). memberikan pujian.
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik,
minum obat dan verbal.
4 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik & obat & verbal. Beri 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih
pujian. pasien fisik, memberikan obat, latihan bicara yang baik
2. Latih cara mengontrol spiritual (2 kegiatan). & kegiatan spiritual. Beri pujian.
3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik, 2. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh, rujukan.
minum obat, verbal dan spiritual. 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan
memberikan pujian.
DAFTAR PUSTAKA

Bobo, W.V., Rapoport, J.L., Abi-Dargham, A., Fatemi, H., and Meltzer, H.Y. (2020).
The Neurology of schizophrenia, Chapter 19. Psikiatry. Third Edition. John
Welly & Sons. Ltd, New York.
Damayanti, M., & Iskandar. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.
Muhith, A. (2020). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
ANDI.
Yusuf, A. H., & Nihayati, H. E. (2019). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai