Disusun Oleh :
CELIYA WINANGRUM
223203040
Disusun Oleh :
CELIYA WINANGRUM
223203040
(Rizqi Wahyu Hidayati, M.Kep) (Ns. Tri Winarni) (Celiya Winangrum, S.Kep)
HALUSINASI
A. Pengertian Halusinasi
Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori
seseorang dimana tidak terdapat stimulus (Yosep dkk., 2022). Halusinasi dapat
berupa sederhana maupun kompleks (rumit). Halusinasi sederhana cenderung
singkat dan terpisah-pisah sedangkan halusinasi kompleks terdiri dari
fenomena sensorik yang terperinci (Frei et al., 2020).
B. Tipe Halusinasi
Halusinasi dibagi menjadi 4 tipe yakni :
1. Halusinasi pendengaran (auditory-hearing voice or sounds)
Menurut Frei (2020) halusinasi pendengaran dibagi menjadi halusinasi
sederhana dan kompleks. Halusinasi sederhana seperti suara berisik yang
ditimbulkan oleh suara gemerisik atau suara langkah kaki yang tidak
memiliki arti, sedangkan halusinasi kompleks seperti suara seseorang atau
suara musik. Suara tersebut dapat berasal dari dalam diri individu atau dari
luar dirinya. Suara dapat tunggal atau multiple. Suara dapat dikenali oleh
pasien (familiar) misalnya suara nenek yang sudah meninggal. Isi suara
dapat memerintahkan sesuatu pada klien atau seringnya tentang perilaku
pasien sendiri. Pasien merasa yakin bahwa suara itu berasal dari Tuhan,
setan, sahabat, atau musuh (Yosep dkk., 2022; Frei et al., 2020).
2. Halusinasi penglihatan (visual-seeing persons or things)
Halusinasi penglihatan dapat diartikan sebagai pasien melihat sesuatu
yang sebenernya tidak ada. Pasien dapat merasa melihat bayangan
seseorang duduk disofa atau diruang makan, melihat anak kecil atau melihat
seseorang dihalaman rumah (Yosep dkk., 2022; Frei et al., 2020).
3. Halusinasi penciuman (olfactory-smelling odors)
Halusinasi penciuman dapat berupa pasien membaui bau-bauan tertentu
padahal orang lain tidak merasakan sensasi serupa (Yosep dkk., 2022).
4. Halusinasi pengecapan (gustatory-experiencing tastes)
Halusinasi pengecapan dapat diartikan bahwa pasien merasakan
mengecap sesuatu padahal tidak sedang makan apapun (Yosep dkk., 2022).
C. Tahapan Halusinasi
Stage I : Sleep Disorder Pasien merasa banyak masalah, ingin menghindar
Fase awal seseorang sebelum muncul dari lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa
halusinasi dirinya banyak masalah. Masalah semakin terasa
sulit karena berbagai stressor terakumulasi. Masalah
terasa menekan karena terakumulasi sedangkan
support system kurang dan persepsi terhadap
masalah sangat buruk. Sulit tidur berlangsung terus-
menerus sehingga terbiasa menghayal. Pasien
menganggap lamunan-lamunan awal tersebut
sebagai pemecahan masalah.
Stage II : Comforting, Moderate Level Pasien mengalami emosi yang berlanjut sperti
of Anxiety adanya perasaan cemas, kesepian, perasaan berdosa,
Halusinasi secara umum pasien terima ketakutan dan mencoba memusatkan pemikiran pada
sebagai sesuatu yang alami timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa
pengalaman pikiran dan sensorinya dapat ia control
bila kecemasannya diatur. Dalam tahap ini ada
kecenderungan pasien merasa nyaman dengan
halusinasinya.
Stage III : Condemning, Severe Level Pengalaman sensori pasien menjadi sering datang
of Anxiety dan mengalami bias. Pasien mulai merasa tidak
Secara umum halusinasi sering mampu lagi mengontrolnya dan mulai berupaya
mendatangi pasien menjaga jarak diantara dirinya dengan objek yang
dipersepsikan. Pasien mulai menarik diri dari orang
lain dengan intensitas waktu yang lama.
Stage IV : Controlling, Severe Level of Pasien mencoba melawan suara-suara atau sensory
Anxiety abnormal yang datang. Pasien dapat merasakan
Fungsi sensori menjadi tidak relevan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah
dengan kenyataan dimulai fase gangguan psychotic.
SP II SP II
1. Evaluasi 1. Evaluasi
kegiatan kegiatan
menghardik. keluarga dalam
Beri pujian. merawat/melatih
2. Latih cara pasien
mengontrol menghardik.
halusinasi Beri pujian.
dengan obat 2. Jelaskan 6 benar
(jelaskan 6 cara memberikan
benar: jenis, obat.
guna, dosis, 3. Latih cara
frekuensi, memberikan/
cara, membimbing
kontinuitas minum obat.
minum obat). 4. Anjurkan
3. Masukkan membantu
pada jadwal pasien sesuai
kegiatan jadwal dan
untuk latihan memberi pujian.
menghardik
dan minum
obat.
SP III
SP III
1. Evaluasi
1. Evaluasi kegiatan
kegiatan keluarga dalam
latihan merawat/melatih
menghardik & pasien
obat. Beri menghardik dan
pujian. memberikan
2. Latih cara obat. Beri pujian.
mengontrol 2. Jelaskan cara
halusinasi bercakap-cakap
dengan dan melakukan
bercakap- kegiatan untuk
cakap saat mengontrol
halusinasi.
terjadi 3. Latih dan
halusinasi. sediakan waktu
3. Masukkan bercakap-cakap
pada jadwal dengan pasien
kegiatan terutama saat
untuk latihan halusinasi.
menghardik, 4. Anjurkan
minum obat membantu
dan bercakap- pasien sesuai
cakap. jadwal dan
memberikan
pujian.
SP IV
SP IV
1. Evaluasi
1. Evaluasi
kegiatan
kegiatan
keluarga dalam
latihan
merawat/melatih
menghardik &
pasien
obat &
menghardik,
bercakap-
memberikan
cakap. Beri
obat & bercakap-
pujian.
cakap. Beri
2. Latih cara
pujian.
mengontrol
2. Jelaskan follow
halusinasi
up ke RSJ/PKM,
dengan
tanda kambuh,
melakukan
rujukan.
kegiatan
3. Anjurkan
harian (mulai
membantu
2 kegiatan).
pasien sesuai
3. Masukkan
jadwal dan
pada jadwal
memberikan
kegiatan
pujian.
untuk latihan
menghardik,
minum obat,
bercakap-
cakap dan
kegiatan
harian.
SP V
SP V
1. Evaluasi
1. Evaluasi kegiatan
kegiatan
keluarga dalam
latihan
menghardik, merawat/melatih
obat, pasien
bercakap- menghardik,
cakap dan memberikan
kegiatan obat dan
harian. Beri bercakap-cakap
pujian.
dan melakukan
2. Latih
kegiatan kegiatan harian
harian. dan follow up.
3. Nilai Beri pujian.
kemampuan 2. Nilai
yang telah kemampuan
mandiri. keluarga
4. Nilai apakah
merawat pasien.
halusinasi
terkontrol. 3. Nilai
kemampuan
keluarga
melakukan
kontrol ke PKM
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI
PERTEMUAN PERTAMA
A. Proses Keperawatan
1. Identitas Pasien
Tanggal pengkajian :
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Status :
Agama :
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Tanggal masuk :
Penanggung jawab :
2. Kondisi Pasien
a. Data Subjektif : Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk
kartoon, melihat hantu atau monster, Membaui bau-bauan seperti bau
darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu menyenangkan, Mendengar suara
menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya, dan mengatakan serangga
dipermukaan kulit.
b. Data Objektif : Bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
menutup telinga, menutup hidung, mengisap-isap seperti sedang membaui
bau-bauan tertentu, dan sering meludah-ludah.
3. Diagnosa Keperawatan : Gangguan persepsi sensori:halusinasi.
4. Tujuan
a. Tujuan Umum
Klien mampu mengontrol halusinasi
b. Tujuan Khusus :
1) Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
2) Klien mampu mengontrol halusinasi dengan mengkonsumsi obat.
3) Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap.
4) Klien mampu mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan.
5. Intervensi
SP I
a. Identifikasi jenis halusinasi
b. Identifikasi isi halusinasi
c. Identifikasi frekuensi halusinasi
d. Identifikasi waktu terjadinya halusinasi
e. Identifikasi situasi yang menyebabkan halusinasi
f. Identifikasi respon pasien terhadap halusinasi
g. Jelaskan cara mengontrol halusinasi: menghardik, obat, bercakap-cakap,
dan aktivitas latihan
h. Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
i. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik.