Anda di halaman 1dari 1

Islam Wasathiyyah, Islam yang di Tengah

1. Di awal, Najwa Shihab membacakan kutipan dari buku yang ditulis oleh Quraish
Shihab, persoalan Wasathiyyah (moderasi) bukan sekadar urusan dan kepentingan
orang per orang. Melainkan urusan dan kepentingan kelompok, masyarakat, dan
negara. Lebih-lebih dewasa ini ketika aneka ide masuk ke rumah kita tanpa izin dan
aneka kelompok ekstrem atau atau lawannya telah menampakkan wajahnya disertai
dengan dalih-dalih agama yang penafsirannya sangat jauh dari hakikat Islam.
Memang semua pihak mengakui pentingnya moderasi, tetapi apa makna, tujuan, dan
bagaimana menerapkan serta mewujudkannya tidak jarang kabur bagi sementara kita.

Quraish Shihab memberikan contoh untuk memahami makna Wasathiyyah, seperti


kata 'Berani' yang berada di tengah-tengah sifat 'penakut' dan 'ceroboh'. Contohnya,
kedermawanan itu baik karena berada di tengah kekikiran dan keborosan. Sedangkan
dalam pandangan filosofis Muslim, tidak selalu yang berada di tengah itu baik.
Seperti tingkat sekolah, ada SD, SMP, dan SMA, SMP tidak berarti baik karena
berada di tengah. Oleh karena itu, jangan pahami secara matematis bahwa di tengah
itu baik, walaupun ada benarnya. Lalu, ukuran terbaik dari Wasathiyyah adalah
agama. Sehingga, untuk menerapkan moderasi, kunci yang diperlukan adalah 'ilmu
pengetahuan' tentang ilmu agama dan kondisi yang sedang dihadapi. Wasathiyyah
bisa memiliki perbedaan makna dan prinsip dalam berbagai kehidupan. Namun,
prinsip yang pasti dan tidak berubah dalam Wasathiyyah adalah 'Ketuhanan yang
Maha Esa, keyakinan bahwa Muhammad adalah Nabi, Al-quran adalah kebenaran.'

2. Kunci memahami Wasathiyyah adalah 'Jangan emosi'. Quraish Shihab mengatakan


'Gantilah emosi keagamaan dengan cinta agama.'. Emosi keagamaan bisa kita lihat
ketika seseorang terlalu berlebihan dalam melakukan suatu hal yang melenceng dan
bisa disalahkan dalam agama. Karena itulah peliharalah emosi keagamaan, karena
emosi keagamaan bisa membuat seseorang melanggar agama yang diyakini sekalipun.
Berlebih-lebihan dalam hal agama juga termasuk melanggar prinsip Wasathiyyah.

3. Terdapat prinsip dasar dalam berbagai hal, 'Siapapun yang anda temui, dia adalah
saudara seagama dan saudara se-kemanusiaan.'. Allah swt. berfirman, "Katakanlah
Muhammad, boleh jadi kami yang benar, boleh jadi juga kami yang salah. Boleh juga
kamu yang benar, dan boleh jadi juga kamu yang salah. Nanti Allah yang akan
menghimpun kita di kemudian hari. Kemudian Allah juga yang akan menentukan
siapa yang benar dan siapa yang salah.". Sebagai seorang muslim, kita harus yakin
bahwa Islam itu benar, sedangkan yang selain Islam itu salah jika bertentangan
dengan ajaran agama Islam. Namun, hal itu tidak perlu disampaikan kepada orang
lain.

Anda mungkin juga menyukai