PEMBAHASAN
untuk mengetahui perbedaan perilaku masyarakat dalam buang air besar sebelum
A. Analisis Univariat
yang menyatakan tidak merasa air sumur tidak tercemar jika membuat
setelah BAB dengan sabun. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
juga dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Febrian (2016) yang
70
kurang baik yang mana tidak merasa air sumur dapat tercemar jika
(2009) salah satu syarat perilaku penggunaan jamban yang sehat yaitu
jarak septic tank dengan sumur gali yang sehat adalah lebih dari 10 meter.
Jarak sumur dan septic tank yang kurang dari 10 meter menyebabkan air
septic tank. Hal ini ditunjukkan dalam pengisian kuesioner No.4 yang
sehat antara sumur galian dengan septic tank yaitu sebanyak 7 orang
(43,8%). Mereka menyatakan bahwa “tidak tahu berapa jarak sehat antara
71
antara sumur galian dengan septic tank sejauh 5 meter yaitu sebanyak 7
septic tank yang aman adalah 5 meter”. Responden yang menyatakan jarak
sehat antara sumur galian dengan septic tank lebih dari 5 meter yaitu
“halaman sudah habis digunakan untuk kamar atau teras, sehingga tidak
Responden yang menyatakan selama ini mereka tidak ada masalah yaitu
sampai saat ini tidak pernah menimbulkan masalah kesehatan pada diri
mereka dan keluarga”. Responden ada yang menyatakan tidak tahu atau
orang (18,8%). Mereka mengatakan, “tidak tahu, sumur sudah ada sejah
jarak sehat antara sumur dan septic tank dengan alasan karena terpaksa
kotoran (tinja) dan limbah rumah tangga ke sungai belakang rumah. Hal
sabun dan air bersih yang mengalir. Waktu penting perlunya CTPS, antara
sarana CPTS yaitu air bersih yang dapat dialirkan, sabun dan
tempat berkembang biaknya (habitat) virus atau bakteri. Perilaku buang air
faktor yang menyebabkan perilaku BAB yang kategori kurang adalah jenis
pekerjaan.
dana dari pemerintah untuk dibuatkan septic tank yang layak bagi mereka.
sehingga mind set masyarakat yang bekerja di sektor formal lebih baik
dan merasa perlu untuk hidup sehat dan beraktifitas sesuai pekerjaannya
(Soemardji, 2009).
dengan pekerjaan tidak formal memiliki risiko perilaku 3,535 kali lebih
75
penggunaan jamban.
Sehingga jika hanya diberikan bantuan kloset saja hal itu belum cukup
keadaan yang dialami oleh responden lainnya . Mind set inilah yang masih
membangun jamban.
warga desa tidak mau membuat jamban karena pembuatan jamban yang
dianggap mahal, sehingga warga memilih buang air besar di sungai atau
karena kondisi wilayah yang dilintasi aliran sungai serta rawan banjir,
sehingga jika sungai meluap dan banjir terjadi maka tinja pada tempat
septic tank.
mengalir (100,0%).
untuk membuang tinja atau kotoran manusia bagi suatu keluarga yang
lazim disebut kakus atau WC. Menurut Kemenkes RI (2014), jamban sehat
efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Jamban sehat harus
dalam rumah atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh penghuni
rumah.
bagi keluarganya yang lazim disebut kakus atau WC. Jamban keluarga
yang digunakan terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan
pendidikan.
perilaku atau tindakan pada diri seseorang atau masyarakat. Faktor ini
beda faktor.
keganasan, dll.
untuk tidak mau menggunakan jamban pada waktu buang air besar (BAB).
yang menyatakan merasa air sumur dapat tercemar jika membuat jamban
datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit diare,
dengan kamar mandi dan meletakkan saptic tank di depan rumah bagian
81
ujung. Jenis jamban yang digunakan adalah leher angsa dilengkapi dengan
jarak lebih dari 10 meter yaitu di halaman depan rumah. Informasi yang
diperoleh peneliti dari warga, salah satu tujuan mereka meletakkan jamban
ke dalam sumur.
karena setelah tangan bersih, justru kuman bisa kembali lagi, termasuk
umur.
82
seseorang mengetahui mana yang benar dan mana yang salah yang akan
dengan umur muda dan tua tidak berbeda partisipasinya dalam program
kepala keluarga, selanjutnya istri pertama, hanya laki laki atau hanya
perempuan.
yang cukup (100,0%). Mereka juga tidak buang air besar di sungai bahkan
(100,0%).
menggunakan jamban dan air yang cukup setiap hari ketika BAB. Menurut
Dedi dan Ratna (2013), salah satu upaya untuk mencegah berkembangnya
penyakit dan menjaga lingkungan menjadi bersih dan sehat dengan cara
akan bermanfaat untuk menjaga lingkungan tetap bersih, nyaman dan tidak
berbau.
mencuci tangan setelah BAB menggunakan air bersih mengalir dan sabun
dilakukan di bawah air yang mengalir karena sabun bisa mengurangi atau
melemahkan kuman yang ada di tangan. Tujuan utama dari cuci tangan
pendapatan yang tinggi dan berperilaku buang air besar yang baik, hal ini
masyarakat mempunyai perilaku buang air besar yang baik. Hal tersebut
faktor yang berhubungan dengan kualitas Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
BABS, mereka merasa terpenjara oleh siang hari karena mereka hanya
dapat pergi dari rumah untuk buang air besar pada periode gelap baik di
pagi buta atau menjelang malam, apalagi ketika mereka sedang mengalami
Pikiran memiliki efek langsung pada perasaan dan efek tidak langsung
hanya bisa pergi untuk BAB pada saat hari gelap saja entah itu menjelang
pagi hari atau pada malam hari apalagi pada saat menstruasi. Sebuah
B. Analisis Bivariat
buang air besar sebelum dilakukan bimbingan konseling metode focus group
metode focus group discussion tentang program open defecation free pada
metode focus group discussion tentang program open defecation free dimana
pencemaran air di lingkungan (15,0%), merasa air sumur dapat tercemar jika
permukaan tangan saat mencuci tangan dengan sabun (60,0). Peneliti juga
mulai dari ujung jari sampai permukaan tangan ketika mengeringkan tangan
perilaku-perilaku yang lain (Glanz et al, 2009). Menurut Curtis (2011), upaya
dari pengalaman dan juga diperoleh dari informasi yang disampaikan orang
lain maupun didapat dari buku atau media massa. Pengetahuan tentang
dalam pemanfaatan jamban keluarga yang sehat selain itu juga masyarakat
dialirkan ke kolam. Salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh
2010).
(application) secara benar objek yang diketahui pada kehidupan sehari hari.
hasil tahu setelah seseorang melakukan suatu observasi tehadap suatu objek.
berubah dari tidak tahu menjadi tahu, sadar dari tahu menjadi mau dan dari
90
0,05 (α), maka dapat simpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna
perilaku masyarakat dalam buang air besar sebelum dan sesudah dilakukan
Semarang.
tinjanya pada tempat terbuka. Padahal sanitasi dan perilaku hidup sehat akan
2009).
91
rendah sebagai salah satu faktor yang mendukung proses terjadinya penularan
mempunyai peluang lebih besar lebih menyukai buang air besar di sembarang
dan sistematik yaitu antar pribadi, di mana satu orang yang dibantu oleh yang
dapat menyesuaikan diri secara lebih efektif baik terhadap dirinya sendiri
(Tohirin, 2009). Menurut penelitian yang dilakukan Lehoux dkk (2016), salah
Metode ini mengandalkan perolehan data atau informasi dari suatu interaksi
tertentu. Data atau informasi yang diperoleh melalui teknik ini, selain
memberikan data yang lebih kaya dan memberikan nilai tambah pada data
masyarakat dalam buang air besar di luar jamban di Desa Kemiri Kecamatan
menunjukkan ada perbedaan perilaku buang air besar sebelum dan sesudah
Pleret. Semakin baik dan efektif layanan bimbingan konseling maka semakin
C. Keterbatasan Penelitian
besar dari responden, akan tetapi bukan karena faktor bimbingan konseling