Anda di halaman 1dari 9

Sureq Jurnal Pengabdian Masyarakat

Berbasis Seni dan Desain


Volume 1 Nomor 1 Jan-Jun 2022

Pelatihan Teater Rakyat Koa-Koayang pada Remaja Non-Produktif Komunitas


Budaya Sossorang di Tinambung Sulawesi Barat

Asia Ramli1), Rahma. M2), Khaeruddin3) Andi Taslim Saputra4).


1
Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Seni Pertunjukan, Universitas Negeri Makassar
email: asiaramli@unm.ac.id
2
Jurusan Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan, Universitas Negeri Makassar
email: rahma.m@unm.ac.id
3
Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Seni Pertunjukan, Universitas Negeri Makassar
email: khaeruddinfsd@unm.ac.id
4
Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Seni Pertunjukan, Universitas Negeri Makassar
email: taslimsaputra31@gmail.com

Abstrak
Pertumbuhan penduduk semakin cepat dan tinggi sampai hari ini, hal itu dapat dilihat dari angka
kelahiran yang mencapai angka tinggi. Kondisi ini menyebabkan terjadinya beragam
permasalahan di masyarakat. Hal itu terjadi dikarenakan subyek (orang) tidak diimbangi oleh
berkembangnya jumlah lowongan pekerjaan. Kejadian itu tentunya mempengaruhi
bertambahnya angka pengangguran atau dapat dikatakan tidak produktif, termasuk para remaja
di Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat. Remaja ini kemudian
digolongkan sebagai masyarakat yang non-produktif. Dalam kondisi ini membuat para remaja
ini melakukan perilaku permasalahan sosial. Salah satu cara untuk meredam permasalahan
sosial di Kecamatan ini adalah dengan memberikan pelatihan teater pada remaja non-produktif
Komunitas Budaya Sossorang di Tinambung Sulawesi Barat sebagai bentuk pengabdian
kepada masyarakat. Pengabdian ini bertujuan untuk memberikan pelatihan dasar-dasar teater
meliputi olah tubuh, olah rasa dan olah vokal serta dasar-dasar pemeranan sehingga peserta
dapat mementaskan Teater Rakyat Koa-koayang secara sederhana. Pelatihan ini dapat
dimanfaatkan sebagai media pembelajaran, alat untuk refleksi, mengubah dan mengajarkan
sesuatu yang bernilai bagi para remaja non-produktif dengan menggunakan model pelatihan
Teater Rakyat Koa-koayang. Pelaksanaan pelatihan dengan model pendampingan kepada
peserta atau mitra agar pelatihan lebih aktif, kreatif dan menyenangkan.

Keyword: Pelatihan, Sanggar Sossorang, Koa-koayang


Abstract
The growth of population is getting faster and higher to this day, it can be seen from the high
birth rate. This condition causes various problems in the society. It happens because the
population is not matched with the number of job vacancies. This incident certainly affects the
increase in the unemployment rate or can be said to be unproductive, including teenagers in
Tinambung District, Polewali Mandar Regency, West Sulawesi. These teenagers are then
classified as non-productive youth. In this condition, teenagers carry out social problem
behavior. One way to reduce social problems in this sub-district is to provide theater training to
non-productive youth of the Sossorang Cultural Community in Tinambung, West Sulawesi as a
form of community service. This service aims to provide training in theatrical basics including
physical exercise, taste and vocal processing, as well as the basics of acting so that participants
can perform the Koa-koayang Folk Theater in a simple way. This training can be used as a
learning media, a tool for reflection, and to recreate and teach something of value to non-
productive youth by using the Koa-koayang Folk Theater training model. The implementation of
training is using a mentoring model to participants or partners so that the training becomes
more active, creative and fun.

Keywords: Training, Sanggar Sossorang, Koa-koayang

9
1. PENDAHULUAN lebih nyata dirasakan oleh remaja ini.
Pertumbuhan manusia semakin cepat Seperti itu aktivitas mereka setiap kali
sampai hari ini. Kondisi ini menyebabkan berkumpul di sekitar Komunitas Budaya
terjadinya ketimpangan sosial di masyarakat. Sossorang.
Hal itu terjadi dikarenakan jumlah subyek
(orang) tidak diimbangi oleh
berkembangannya jumlah lowongan
pekerjaan. Kejadian itu tentunya
mempengaruhi bertambahnya angka
pengangguran atau dikatakan tidak
produktif. Ketimpangan itu misalnya,
golongan keluarga kaya mampu membiayai
anaknya dalam pendidikan hingga memiliki
andil dalam mendapatkan pekerjaan
dikarenakan adanya kedekatan hubungan
dengan pimpinan perusahaan. Kemudian
golongan orang miskin, pada hari ini, Gambar 1 Para Remaja Bermain Handphone
kebanyakan tidak melanjutkan
Kebiasaan bermain handphone ini
pendidikannya sehingga ketika mereka
memberikan efek yang negatif bagi
melamar pekerjaan terdapat penilaian yang
keberlanjutan kehidupan sosial para remaja.
berhubungan dengan tingkatan pendidikan.
Mereka akan kehilangan interaksi sosial satu
Dengan demikian kelompok ini tersisihkan
sama lain. Pada dasarnya, remaja ini berada
dari kehidupan pekerjaan. Seperti halnya,
pada situasi yang membuat perkembangan
para remaja yang bertempat tinggal dan
kognitif, motorik dan psikomotoriknya
berkumpul di sekitar Komunitas Budaya
mengalami penurunan perkembangan
Sossorang. Mereka menjadi seorang remaja
dikarenakan wilayah interaksinya yang
yang pengangguran. Dengan kata lain, para
terbatas pada aktivitas bermain game. Saat
remaja tersebut tidak memiliki penghasilan.
ini, gejala itu disebut dengan autis. Padahal
Remaja adalah seorang anak-anak hal ini suatu aktivitas yang membosankan
yang menuju dewasa, namun belum cukup dan menjenuhkan. Akibatnya, ruang
matang dikatakan sebagai seorang dewasa interaksi mereka sempit dengan aktivitas
(Sumaera, 2017:346). Pada usia remaja yang dilakukan tersebut. Tingkat
banyak hal yang ingin dilakukan. Keinginan pertemanan mereka terbatas dan membentuk
untuk mempelajari sesuatu sangat tinggi, suatu perkumpulan un-faedah yang
sehingga yang dikerjakan menjadi beragam. ujungnya mempraktikan kenakalan remaja.
Bahkan usia dewasa juga ini terdapat juga
sifat seseorang yang tidak ingin melakukan
sesuatu. Artinya, perilaku dewasa manusia
terdapat sifat rasa penasaran (rasa ingin
tahu) dan bahkan ada juga sifat yang
berkebalikan dari sifat yang disebutkan tadi
yaitu sifat tidak ingin tahu atas dunia ini.
Dominan remaja ini berkutak pada
persoalan rutinitas yang tidak berfaedah,
mereka lebih mempriotitaskan untuk tetap di
zona tersebut. Inilah yang dikatakan sebagai
remaja yang tidak ingin tahu banyak tentang
dunia. Realitasnya, remaja dengan sifat yang Gambar 2 Penangkapan Pelaku Pengguna
tidak ingin mengetahui banyak tentang dunia Narkoba di Tinambung
ini lebih dominan di Indonesia, Khususnya Pertemuan para remaja dengan tingkat
di Tinambung Sulawesi Barat. Remaja ini pendidikan yang rendah membuat para
lebih nyaman berdiam diri dan memegang remaja ini akan berpikiran pendek.
handphonenya memainkan game Highs Memunculkan pikiran-pikiran yang negatif
Domino (semacam game togel kekinian). yang muaranya nanti terjadi sesuatu yang
Dunia yang dihadirkan oleh handphone, tidak diinginkan bisa terjadi di lingkungan
10
masyarakat. Para remaja ini akan melakukan kehidupan masyarakat Mandar pada zaman
tindakan penggunaan narkoba atau tindakan dulu. Kisah yang diangkat dalam permainan
menyimpang lainnya. Bermacam-macam ini dipercayai oleh masyarakat Mandar yaitu
perbuatan negatif atau yang menyimpang subuah kisah yang benar-benar pernah
dilakukan oleh beberapa remaja, yang terjadi atau kisah nyata (Junaid, 2019: 9).
kelihatannya dikira oleh mereka hanya biasa- Teater Rakyat Koa-koayang dijadikan
biasa saja, apalagi ada yang menganggapnya instrument untuk membuat para remaja ini
sebagai sesuatu kebanggaan (Karlina, disibukkan oleh kegiatan positif. Selain itu,
2020:148). program pengabdian masyarakat ini
Aktivitas yang tersebutkan sebelumnya, dimanfaatkan sebagai media pembelajaran
dialami oleh remaja-remaja yang tinggal di untuk mendemonstrasikan, dan memberikan
Tinambung Sulawesi Barat. Seperti pemahaman tentang identitas dan nilai-nilai
kemunculan gejala-gejala sosial seperti budaya lokal sebagai landasan untuk
ketimpangan sosial, kemalasan, pengangguran, mengkonstruksi Teater Rakyat Koa-koayang
begal, peperangan, pencurian sehingga terjadi kepada remaja-remaja yang non-produktif.
peningkatan kejahatan pada kelompok remaja Teater ini juga dianggap mempunyai
di daerah ini. Hal tersebut merupakan nilai pendidikan, nilai moral, nilai estetik,
permasalahan yang kiranya perlu ada solusi nilai sosial-kultur dan nilai kemanusiaan.
untuk mencegahnya. Salah satu bentuk Nilai-nilai ini sebagai penguat dalam
pencegahan agar dapat mengurangi kenakalan pelatihan Teater Rakyat Koa-koayang
remaja di daerah ini adalah dengan memberikan sehingga dapat menjadi solusi meredam
pelatihan Teater Rakyat Koa-koayang yang permasalahan sosial di kalangan remaja non-
mengandung nilai-nilai budaya lokal, nilai produktif Komunitas Budaya Sossorang di
moral, nilai Pendidikan dan nilai hiburan. Kecamatan Tinambung Sulawesi Barat.
Pelatihan Teater Rakyat Koa-koayang kepada
3. METODE PELAKSANAAN
kelompok mitra ini sangat tepat karena akan
diberikan pelatihan teater yang kreatif dan Metode Pelaksanaan program
menyenangkan serta membantu remaja pengabdian kepada masyarakat dalam
mengenal dan melestarikan budaya. kegiatan pemberdayaan ini berupa pelatihan
teater Koa-koayang yang diperuntukkan
Kelompok mitra ini akan diberikan
remaja non-produktif, dengan materi pokok:
pelatihan teater rakyat Kondobuleng mencakup
(a) sosialisasi; (b) Observasi; (c) pengenalan
pelatihan olah tubuh, olah rasa, olah vokal serta
dan pengarahan; (d) latihan; (e) monitoring;
dasar-dasar pemeranan sehingga mereka dapat
(f) geladi bersih; (g) pementasan; dan (h)
mementaskan Teater Rakyat Koa-koayang
evaluasi. Metode ini merupakan buah pikir
secara sederhana. Selain itu, dalam pelatihan,
yang dikhususkan sebagai metode untuk
peserta akan diberikan pemahaman tentang
remaja non-produktif.
nilai-nilai budaya dan pesan moral yang
terkandung di dalam Teater Rakyat Koa-
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
koayang sehingga peserta dapat menghadapi
segala permasalahan di lingkungannya dengan Pelatihan teater Koa-koayang yang
baik. Dalam pelatihan, peserta akan dilatih dilakukan adalah sebuah hal yang
kesadaran atau sensitifitas atas sesuatu. membangun dan memanggil kembali
Misalnya, kesadaran terhadap teknologi, ingatan yang berhubungan dengan
kesadaran budaya, kesadaran sosial, kesadaran pembangunan karakter dalam konteks
politik, kesadaran ekonomi dan sebagainya. identitas lokal. Selain itu, pelatihan ini
Atas dasar hal itu, situasi ini sangat relevan meningkatkan kesadaran dan meredam
untuk melaksanakan kegiatan pengabdian permasalah sosial seperti yang dicita-citakan
pelatihan Teater Rakyat Koa-koayang yang oleh sebagian besar orang serta tim pelatihan
diperuntukkan kepada para remaja non- yang menggagas pelatihan ini. Kelompok
produktif di Komunitas Budaya Sossorang di masyarakat yang berada pada status remaja
Tinambung Sulawesi Barat. non-produktif menjadi objek pelatihan teater
2. TUJUAN DAN MANFAAT Koa-koayang. Hal itu berdasarkan inisiatif
KEGIATAN bahwasanya teater sebagai instrumen
mampu mengatasi problem-problem sosial.
Teater Rakyat Koa-koayang bersumber
Hal ini seirama dengan peran teater dalam
dari cerita lokal yang mempresentasekan
11
melatih kepekaan partisipan terhadap masalah- daerah pesisir dan dikenal dengan yang
masalah sosial yang ada di komunitas serta penghasil atau pembuat tali. Pelaksanaan
mampu menyadarkan potensi diri dan kegiatan dilaksanakan pada pukul 10:00
memanfaatkan potensi tersebut dalam Wita. Pada waktu ini, adalah waktu para
membantu menemukan solusi atas masalah- remaja sedang dalam waktu beristirahat,
masalah sosial yang ada (Suprajitno, 2017:98). sehingga pelaksanaan sosialisasi dapat
Atas dasar argumentasi di atas, kemudian terlaksana dan dihadiri oleh beberapa
pelaksanaan kegiatan ini diuraikan ke dalam 8 remaja. Para remaja sangat antusias ketika
tahapan sebagai instrumen untuk menyelesaikan ada kegiatan yang berhubungan dengan seni
masalah. Adapun tahapan-tahapan yang yang dilaksanakan. Pada saat pelaksanaan
dimaksud adalah sebagai berikut. kegiatan selain para remaja, terdapat anak
kecil dan juga ibu-ibu turut hadir dalam
Tahap Sosialisasi
mendengarkan dan menyaksikan kegiatan
Kegiatan pertama yang dilakukan pada sosialisasi. Hal ini dikarenakan kegiatan ini
kegiatan pelatihan Koa-Koayang adalah dilaksanakan jaraknya dekat dengan rumah-
kegiatan sosialisasi pelatihan Koa-Koayang rumah warga, sehingga banyak warga yang
pada remaja Non-Produktif Komunitas Budaya hadir di kegiatan ini. Para remaja yang hadir
Sossorang di Tinambung Sulawesi Selatan. sebagai peserta tentunya mendengar dengan
Pelaksanaan kegiatan sosialisasi adalah tahapan seksama penjelasan yang disampaikan oleh
untuk memberikan pemahaman tentang latar tim pelaksana kegiatan. Adapun tim
belakang dilaksanakan kegiatan ini dan juga pelaksana yaitu ketua yaitu Dr. Asia Ramli,
memberikan penjelasan mengenai Koa- M.Pd, Anggota yaitu Rahma M, S.Pd., M.Sn
Koayang secara historis dan juga Khaeruddin, S.Sn., M.Pd dan Andi Taslim
keberadaannya. Sosialisasi adalah salah satu Saputra, S.Pd., M.Sn.
sarana yang mempengaruhi kepribadian
Sosialisasi ini disampaikan langsung
seseorang (Murtani, 2019:279). Dengan
oleh Dr. Asia Ramli, M.Pd selaku ketua tim
hadirnya sosialisasi dapat menambah dan
pelaksana kegiatan pelatihan. Kegiatan ini
merubah wawasan seseorang untuk berpikir
dihadiri oleh remaja non-produktif sebanyak
bahwa kegiatan seni dapat membawa manusia
10 orang dan anak-anak kecil yang berumur
ke arah yang lebih baik bagi kehidupan
5-10 tahun turut hadir mendengarkan
manusia. Sosialisasi tentang kesenian teater
pembicaraan mengenai teater rakyat koa-
rakyat ini sebagai upaya dan penerapan
koayang. Penempatan sebagai narasumber
pemajuan kebudayaan yang berhubungan
didasarkan pada keahlian narasumber yang
dengan adat-istiadat, pengetahuan tradisional
berkompeten dan latarbelakang pendidikan
dan seni yang dikeluarkan oleh peraturan yang
dari S1,S2 dan S3 adalah basis keilmuan
dikeluarkan oleh pemerintah melalui Undang-
yang meneliti tentang teater. Adapun hal lain
Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
adalah kedekatan bentuk Koa-koayang
2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
dengan objek disertasi dari narasumber
yakni Kondobuleng memiliki banyak
kesamaan dari segi struktur cerita, pemain,
dan sebagainya. Salah satu yang membuat
kelancaran dari sosialisasi adalah faktor dari
narasumber. Hal ini terlihat jelas di lapangan
bahwa argumentasi-argumentasi yang
dipaparkan sangat mudah diterima,
penjelasannya diperkuat praktek, dan juga
kelugasannya dalam menyampaikan materi
sosialisasi.
Hasil kegiatan sosialisasi ini
memperlihatkan bahwa para peserta dapat
Gambar 3 Sosialisasi Program Pengabdian meningkatkan wawasan tentang Koa-
Koayang. Dalam hal lain, pemahaman
Pada pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sosialisasi juga dipahami sebagai upaya
di Kelurahan Karama Kecamatan Tinambung penyebarluasan isi atau substansi suatu
Sulawesi Barat. Daerah Karama berada di kebijakan yang telah dibuat dengan maksud
12
untuk memunculkan pengetahuan dan shalat isya. Pada saat itu, grup ini sedang
pemahaman dari berbagai pihak yang terkait, melakukan pertunjukan yang dilakukan di
termasuk didalamnya kelompok sasaran (target rumah panggung. Tim pelaksana melihat
group) agar mau dan mampu menjalankan secara langsung pertunjukan tersebut.
perannya dalam menyukseskan tujuan Jumlah pemain yang melaksanakan
sebagaimana tercantum (Herdiana, 2018:13). pertunjukan tersebut sekitar 10 orang.
Berdasarkan pengertian yang dijelaskan di atas, Pemain tersebut terdiri dari 5 orang pemain
hasil sosialisasi yang dikerjakan memenuhi hal rebana yang berusia 40 tahun ke atas,
tersebut. Para peserta mendapatkan pemain rebana yang berusia 20-25 tahun
pengetahuan dan pemahaman tentang Koa- sekitar 3 orang, dan pemain rebana yang
Koayang yang sebelumnya mereka hanya berusia 5-10 tahun 2 orang. Pemain yang
sebatas mendengar dari mulut ke mulut. menjadi tokoh Koa-koayang bermain ganda
Lingkungan peserta pelatihan yang jauh dari yaitu dari pemain dengan tokoh Koa-
aktivitas kesenian membuat pengetahuan koayang kemudian memainkan rebana. Hal
mereka tentang Koa-koayang sangat minim. ini ada sebuah hal yang lumrah bagi pemain
Dengan adanya program sosialisasi yang teater rakyat ataupun teater tradisional.
mengawali program membuat pelatihan ini Pada saat itu, terdapat seorang pemain
dapat tercapai dengan maksimal. yang memainkan beberapa karakter
Tahap Observasi penokohan sekaligus menjadi pemain
Pada Tahapan Observasi adalah sebuah rebana. Pemain ini memainkan beragam
tahapan untuk mengamati dan menginvestigasi tokoh seperti memainkan tokoh Madenggo
hal-hal yang berkaitan dengan keadaan sosial Seru (menari menggunakan sendok),
masyarakat dengan kedekatannya dengan objek Patebba (penembak), dan Pappatuo
kesenian yang menjadi bahan pelatihan yaitu Koayang (Orang yang menghidupkan Koa-
Koa-koayang. Kegiatan observasi ini untuk koayang). Peristiwa teater rakyat Koa-
mengumpulkan data-data yang relevan dengan koayang di atas disaksikan langsung oleh
pertunjukan teater rakyat Koa-koayang dan tim peneliti untuk dijadikan sebagai bahan
data-data berkaitan dengan kehidupan sosial untuk pelatihan dengan peserta remaja Non-
para peserta pelatihan. Sesuai dengan peran produktif yang ada di sekitar sanggar budaya
metode observasi maka hal ini membantu tim Sossorang di desa Karama Polewali Mandar
pelaksana untuk memahami secara mendalam Sulawesi Barat.
keadaan sosial yang berkaitan dengan teater Selain itu, observasi kondisi
rakyat yang menjadikan objek yang kemudian masyarakat yang ada di sekitar sanggar
diterapkan kepada peserta pelatihan. Tim budaya Sossorang juga dilakukan untuk
pelaksana melakukan observasi di kelompok memahami situasi, kondisi, sosial, adat dan
kesenian Grup Rebana Sipatuo. budaya masyarakat. Hal ini dilakukan agar
memudahkan interaksi dengan para peserta
pelatihan. Dengan adanya observasi
lingkungan masyarakat ini, maka pelatihan
ini dapat terlaksana tanpa adanya konflik
budaya atau arogansi budaya. Seperti halnya
fakta yang terjadi di lapangan, bahwasanya
tim pelaksana pelatihan dapat berinteraksi
dan berkomunikasi dengan baik dan hangat.
Hal itu didasari dari tim pelatihan yang
sudah memahami budaya dan juga
menyesuaikan budaya yang ada di lokasi
pelatihan. Akhirnya, pelatihan dapat
dinikmati dan berkesan sangat baik oleh tim
pelaksana dan juga peserta pelatihan.
Gambar 4 Sanggar Sipatuo melakukan
Tahap Pengenalan dan Pengarahan
pertunjukan Koa-koayang
Tahap pengenalan dan pengarahan
adalah tahapan ini mengungkapkan
Kegiatan observasi dilaksanakan setelah persoalan Koa-koayang dalam konteks

13
kesejarahan dan juga nilai-nilai yang
terkandung. Secara sejarah, Koa-koayang
berangkat dari cerita mitos dari masyarakat
Mandar. Bagi masyarakat Mandar, pertunjukan
Koa-koayang ini terdiri dari empat versi model
cerita. Pernyataan tersebut berdasarkan hasil
wawancara dan juga penelusuran bentuk teater
rakyat Koa-koayang pernah dinonton oleh
masyarakat Mandar. Versi pertama ceritanya
tentang Koa-koayang yang merusak kebun
warga, versi yang kedua Koa-koayang
menggangu putri kerajaan, versi ketiga Koa-
koayang yang menggangu atau berinteraksi Gambar 5 Latihan Program Pengabdian
dengan nelayan yang di daerah pesisir dan di
daerah rawa-rawa, dan versi terakhir adalah
Koa-koayang yang menembus aras atau Pada pelatihan ini, dipimpin langsung
perjalanan Koa-koayang yang menelusuri oleh Dr. Asia Ramli, M.Pd dan didampingi
langit. Hal yang disebutkan sebelumnya oleh Andi Taslim Saputra sebagai asisten
disampaikan kepada peserta dan memilih versi dari pelatihan. Pada pelatihan ini, dibagi ke
Koa-koayang dengan versi cerita Koa-koayang dalam dua tahapan yaitu melatih dasar
di Pesisir atau di rawa. Setelah pengenalan akting dan melatih struktur pertunjukan
dalam historis, selanjutnya menjelaskan nilai- teater rakyat Koa-koayang. Pada tahap
nilai yang terkandung dalam cerita kisah Koa- melatih dasar akting, tim Dr. Asia Ramli
koayang yang mengandung nilai kemanusian, mengajar dasar akting olah tubuh. Olah
nilai hiburan, nilai spiritual, nilai sosial dan tubuh yang diajarkan adalah olah tubuh
nilai ritus. Surya Namaskar. Surya Namaskar sebuah
gerakan yoga dengan 12 sikap tubuh yang
Tahap Pelatihan
dilakukan secara berurutan mulai dari
Tahap pelatihan merupakan tahap yang gerakan dengan level atas sampai level
ketiga dari pelaksanaan pengabdian ini. Tahap bawah dan kembali ke level atas. Setelah itu,
pelatihan dilakukan untuk mencapai bentuk latihan selanjutnya adalah latihan olah nafas
penyajian yang standar untuk sebuah dan olah vokal. Pada latihan olah nafas dan
pertunjukan teater. Seni pertunjukan teater olah vokal melakukan aktivitas yang
mengandung seni kolektif yang diekspresikan berhubungan dengan nafas dan suara.
melalui simbol-simbol bahasa, dialog, Latihan untuk memperkuat intensitas suara
tokoh/karakter, rupa/dekor/properti, tari atau baik itu kecil ataupun besar. Latihan vokal
gerak, kostum, rias, musik dan lagu (Ramli, dan nafas ini juga berfungsi sebagai cara
2018: 118-119). untuk mampu mengontrol nafas agar tidak
Hal tersebut sebelumnya perlu diberikan terlalu boros dan menambah ketahanan
penjelasan karena bagian dari elemen-elemen stamina dalam bermain peran selama
teater dan menjadi sebuah pemahaman dalam pertunjukan berlangsung. Setelah latihan
hal basis teater. Hal lain adalah mengenai dasar olah tubuh, olah nafas dan olah vokal telah
akting yang perlu diperkenalkan. Ketika para selesai, maka latihan terakhir dari dasar-
peserta pelatihan tidak diberi dasar akting, dasar akting ini adalah olah rasa. Olah rasa
maka akan kerepotan dalam memasuki ruang berguna untuk memasuki ruang sukma dan
penokohan yang dituntut oleh suatu cerita juga berfungsi sebagai usaha untuk
dalam kegiatan pertunjukan teater. Atas dasar memasuki memory (ingatan) masa lampau
hal itu, tim pelaksana melakukan tahapan yang berhubungan dengan perasaan sedih,
pelatihan dasar-dasar akting. Dasar akting yang senang, marah, bahagia, dan sebagainya.
dijadikan bahan untuk pelatihan yaitu olah Pada tahap lanjutan, tim menfokuskan
tubuh, olah vokal, olah nafas, dan olah rasa. latihan yang memasuki tema dari pelatihan
Selain itu, terdapat pelatihan yang merujuk yaitu teater rakyat Koa-koayang. Pada sesi
pada struktur cerita dari teater rakyat Koa- latihan ini, peserta diberikan arahan dengan
koayang. gaya penyutradaraan Gordon Graig yaitu
aktor harus mampu mengekspresikan dirinya

14
berdasarkan keinginan sutradara serta mandiri, sudah bisa melakukan improvisasi
dipadukan dengan gaya penyutradaraan Laissez dari pemain asalkan improvisasi masih
Faire yaitu gaya penyutradaraan yang dalam koridor struktur dramatik teater Koa-
membebaskan keinginan aktor dalam hal koayang dan tidak ada lagi sistem cut to cut
mengekspresikan dirinya (Novarian, 2022:86). dari tim pelaksana. Pementasan peserta
Dengan menggunakan kedua gaya ini, terbukti pelatihan dapat terlaksana dengan baik dan
peserta latihan mampu menyelesaikan sesi lancar. Pementasan ini dilihat oleh warga
latihan dengan lancar. sekitar yang terdiri dari anak-anak yang
Dalam proses latihan dibagi ke dalam berusia 5-10 tahun sebanyak 10 orang, ibu-
tahapan yaitu peserta diberikan arahan ibu sekitar 5 orang dan juga para orang-tua
mengenai struktur dari teater rakyat Koa- yang melihat pertunjukan ini. Para penonton
koayang. Struktur dari teater ini pada latihan ini menikmati pertunjukan tersebut. Hal ini
dibagi ke dalam bagian eksposisi, komplikasi, dilihat dari interaksi penonton dengan
konflik, resolusi, dan konklusi. Latihan pemain yang saling bersahut-sahutan, dan
selanjutnya peserta diberi pemahaman cerita juga penonton tersenyum dan tertawa
disetiap struktur serta bloking pemain. melihat adegan-adegan dan dialog yang
Selanjutnya, latihan aksi penokohan dirinya dan tercipta di pertunjukan tersebut.
aksi tokoh dengan tokoh lainnya. Para pemain mampu menyelesaikan
Tahap Monitoring tugas dan tanggung jawab mereka
berdasarkan tokoh yang mereka perankan.
Tahap Monitoring adalah Tahap yang
Mereka mampu menghadirkan dan
mengamati perkembangan latihan Teater
memainkan tokoh-tokoh dalam cerita Koa-
Rakyat Koa-koayang. Pada tahap ini akan
koayang, seperti tokoh Koa-koayang,
membuka ruang diskusi dengan peserta untuk
pemburu, dan nelayan. Para pemain
mengetahui masalah atau hambatan dalam
mempersiapkan pertunjukan di halaman
latihan. Dengan adanya ruang diskusi dan
Sanggar Budaya Sossorang dan para pemain
mengetahui kekurangan atau hambatan yang
juga menampilkan pertunjukan dengan
dialami oleh peserta latihan maka tim pelaksana
perlengkapan properti dan kostum yang
akan memberikan masukan-masukan yang
sederhana. Pertunjukan ini juga diiringi oleh
bernilai agar latihan semakin mantap.
musik tradisi yang dikenal dengan musik
Tahap Gladi Bersih Parrawana Mandar (sejenis permainan
Pada tahap gladi bersih difungsikan rebana). Pada tahapan pertunjukan, para
untuk membuat para pemain merasakan suatu peserta pelatihan merangkap pemain
simulasi pertunjukan. Pada pelaksanaan gladi sekaligus pemusik. Pada dasarnya, beberapa
bersih, para pemain melakukan pemetaan pola pemain memiliki dasar kemampuan musik
lantai di setiap bagian struktur cerita. Jadi, pada atau memiliki jiwa musikal yang tinggi,
tahap gladi bersih tidak melakukan penyajian sehingga ketika dilatih bermain musik
secara utuh, hanya bagian penting di setiap rebana mereka mampu menangkap dengan
babakkan yang di adegankan. Saat gladi bersih cepat apapun yang diajarkan. Inti dari
dilaksanakan para tokoh dan pemusik sangat pertunjukan teater rakyat identik dengan
paham apa yang dilakukan. Mereka pada satu pemain yang multi fungsi. Artinya pemain
titik tempat memainkan tidak secara penuh. mampu bermain segala hal, baik sebagai
Hanya memainkan bagian-bagian yang di mana pemain atau mampu menempatkan dirinya
menjadi bagian penting, seperti di bagian sebagai pemusik dalam satu waktu dan
opening, bagian ketika musik dan pemain adegan.
bermain bersama, bagian ketika konflik, dan Bagian eksposisi atau bagian
bagian penutup. permulaan dari pementasan Koa-koayang -
Tahap Pementasan adalah dua orang pemain rebana duduk
Tahap Pementasan adalah tahapan bersila di sebelah kiri dan kanan panggung.
klimaks dari pelatihan ini. Tahap ini Kedua pemain rebana memainkan rebana
memperlihatkan kemampuan akting para dengan ekspresi yang bersemangat dan
peserta pelatihan yang dipertunjukan di depan menggerak tangan dengan tempo yang cepat
para penonton. Artinya, intervensi dari tim dengan irama yang mampu dinikmati oleh
pelaksana pelatihan sudah tidak ada lagi. penonton. Berselang beberapa menit, dari
Peserta pelatihan sudah melakukan secara sebelah kiri panggung muncul seorang yang
15
memegang sarung dan membungkukkan dilakukan oleh para peserta selama
badannya ke arah penonton. Pemain ini sedang melakukan kegiatan pelatihan Koa-koayang
melakukan penghormatan kepada penonton. yang dilakukan oleh tim pengabdian kepada
Setelah melakukan penghormatan pemain ini masyarakat. Dalam hal ini, tentunya tim
bergerak mengikuti irama dari suara yang pelaksana menginginkan hal yang bisa
dihasilkan oleh pemain rebana. Pemain ini menopang pengetahuan dan juga kegiatan
bergerak begitu lentur dari kiri ke kanan dan ini berkontribusi secara langsung untuk
tangannya bergerak seperti seorang burung meredam permasalahan sosial.
yang sedang terbang. Tokoh inilah yang disebut Tahap evaluasi dilakukan dengan dua
dengan tokoh Koa-koayang selaku tokoh yang cara yakni dengan cara formatif dan sumatif.
paling penting dan membawa cerita dari awal Evaluasi formatif dilakukan selama dan di
sampai ending. Setelah itu, Koa-koayang keluar antara fase-fase tersebut. Setelah melakukan
dari panggung. pertunjukan pementasan secara sederhana
Dan teriakan terdengar dari arah yang dilakukan oleh pementasan, maka tim
kejauhan dan semakin lama semakin dekat dan melakukan evaluasi formatif dan evaluasi
muncul dipanggung sebelah kiri. Orang yang sumatif. Tim melakukan evaluasi ini untuk
berteriak itu adalah para nelayan yang memperbaiki metode pembelajaran yang
membawa pancing, membawa pukat dan dibuat setelah menerapkan model
beberapa jenis alat tangkap ikan. Mereka pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan cara
sedang mencari ikan, tiba-tiba tokoh Koa- mengamati peserta pelatihan dan setelah
koayang hadir di tengah-tengah para pemain pementasan mengumpulkan peserta dalam
nelayan. Burung itu menganggu aktivitas satu forum kemudian berdiskusi tentang hal-
menangkap para nelayan. Meskipun diganggu hal yang berkaitan dengan pelatihan dari
para nelayan tetap melakukan aktivitas segi materi dan praktek. Kemudian tahap
menangkap ikannya. Tidak lama muncul tokoh Evaluasi sumatif dilakukan dengan cara
penembak yang bergerak secara sembunyi- menilai keefektifan pembelajaran secara
sembunyi dan secara cepat pemburu itu keseluruhan dari segi materi yang
menembak burung Koa-koayang. Suara dor disampaikan dan juga metode praktik teater
terdengar dan membuat burung itu jatuh. yang disampaikan, dan juga teater rakyat
Setelah itu, ombak laut menyapu tubuh Koa-koayang yang diterapkan kepada
burung itu dan menghilang ditelan ombak. Para peserta pelatihan.
nelayan kemudian bersama-sama mencari
burung itu dengan menaiki perahu. Perahu yang 5. KESIMPULAN
dibentuk dari tubuh dan sebuah bantal guling. Kegiatan ini untuk mengatasi
Bantal yang digunakan sebagai penanda dari permasalahan yang kompleks bagi remaja
perahu. Tidak lama menaiki perahu para non-produktif, maka kami tim pengabdian
pemain melihat burung itu dan kemudian masyarakat menawarkan sebuah solusi yaitu
mereka mendekati burung itu dan melaksanakan program pelatihan teater Koa-
mengangkatnya ke suatu tempat. Para pemain koayang bagi remaja non-produktif.
melakukan sebuah ritus penghidupan dan Kegiatan pertama, tahap sosialisasi yang
melantungkan sebuah nyanyian sakral yang memaparkan tentang agenda pelatihan,
membuat burung yang itu bergerak dan kembali tujuan, dan bentuk pelatihan. Kedua,
terbang. Peristiwa burung yang terbang itu aktivitas observasi. Ketiga, kegiatan
adalah bagian ending dari pertunjukan ini.para pengenalan dan pengarahan dari teater
pemain kemudian melakukan penghormatan rakyat Koa-koayang. Keempat, kegiatan
dan pertunjukan telah selesai dan terdengar riuh tahap pelatihan. Kelima, monitoring
tepuk tangan dari penonton. berfungsi untuk melihat perkembangan dari
Tahap Evaluasi pelatihan. Keenam, geladi bersih. Ketujuh,
Tahap Evaluasi adalah tahapan yang tahap pementasan. Dan terakhir adalah
dianggap menjadi salah satu tahapan yang mengevaluasi dan menguraikan potensi-
paling penting dan sebagai tahapan akhir dari potensi dari para peserta pelatihan dari
pelatihan dalam rangka pengabdian kepada penerapan teater sebagai hal yang baru yang
masuk ke kehidupannya. Implementasi
masyarakat. Evaluasi yang dilakukan mengenai
persoalan pemahaman dan praktek yang teater Koa-koayang dari kegiatan ini
tentunya memberi warna baru terhadap
16
keberlagsungan hidup bagi remaja-remaja ini. Pengabdian Kepada Masyarakat
Dan tentunya, remaja non-produktif yang (Indonesian Journal of Community
melakukan kegiatan ini mendapatkan Engagement), 3(1), 96.
pengalaman pembelajaran serta pengetahuan
baru dalam dimensi seni, khususnya
pengalaman berdasarkan teater rakyat Koa-
koayang.

6. UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih diucapkan kepada Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Negeri Makassar dan Fakultas Seni
dan Desain atas bantuan dana dan perlengkapan
kegiatan sehingga pelaksanaan kegiatan dapat
dengan mudah dan lancar. Serta mitra
pengabdian kepada masyarakat yaitu Sanggar
Budaya Sossorang Tinambung Sulawesi Barat
yang memberikan tempat untuk
mengimplementasikan ilmu pengetahuan
lokalitas sehingga kami dapat melaksanakan
kegiatan pelatihan dengan lancar dan sukses.

7. REFERENSI
Herdiana, D. (2018). Sosialisasi Kebijakan
Publik: Pengertian dan Konsep Dasar.
Jurnal Ilmiah Wawasan Insan Akademik,
14(November), 13–26.
Junaid, Muh. 2019. Persepsi Masyarakat
Terhadap Seni Pertunjukan Koa-
Koayang Dalam Upaya Pelestarian
Teater Tradisonal di Dusun La’mase
Desa Renggeang Kecamatan Limboro
Kabupaten Polewali Mandar. Jurnal
Eprints. UNM.
Karlina, Lilis. (2020). Fenomena Terjadinya
Kenakalan Remaja. Jurnal Edukasi
Nonformal. Volume 1 Nomor 1.
Murtani, A. (2019). Sosialisasi Gerakan
Menabung. Seminar Nasional Hasil
Pengabdian Kepada Masyarakat Stimik
Pontianak. 29 Juli 2019.
Novarian, T, E. (2022). Membangun Karakter
Melalui Variasi Visual Dalam Drama
Televisi Banyu. Ikonik:Jurnal Seni Dan
Desain, 4(1), 83–89.
Ramli, Asia. (2021). Nilai-nilai Pendidikan
dalam Pertunjukan Teater Rakyat
Kondobuleng. Jurnal Publikasi
Pendidikan. Volume 11 Nomor 2.
Sumaera, D, Sahadi, S, Meilanni, B, S. (2017).
Kenakalan Remaja dan Penanganannya.
Jurnal Penelitian dan PPM. Volume 4 No
2.
Suprajitno, S. (2017). Teater Sebagai Media
untuk Pengabdian Masyarakat. Jurnal
17

Anda mungkin juga menyukai