Anda di halaman 1dari 13

PEMBERDAYAAN UMKM PERCETAKAN MELALUI LEMBAGA KEUANGAN

MIKRO SYARIAH: STUDI KASUS PADA PENGUSAHA PERCETAKAN


(UMKM SYARIAH)

ARTIKEL
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Wahdatul Ulum

Oleh:
Royhan Alihasim Hutapea
3004233022

MAGISTER EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2023/1444 H
PEMBERDAYAAN UMKM PERCETAKAN MELALUI LEMBAGA KEUANGAN
MIKRO SYARIAH: STUDI KASUS PADA PENGUSAHA PERCETAKAN
(UMKM SYARIAH)

Royhan Alihasim Hutapea

Email
Royhanhutapea@gmail.com

ABSTRAK

UMKM Syariah adalah sebutan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang
beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi syariah atau prinsip-prinsip Islam. Seperti
UMKM biasanya, UMKM Syariah memiliki peran dalam menjaga kestabilan ekonomi
nasional. Pemerintah menyiapkan regulasi yang mengatur perkembangan dan keberlanjutan
dari UMKM. Penerapan dan pelaksanaan pemberdayaan UMKM dapat dilihat dengan
Konsep Wahdatul Ulum, bagaimana aspek keberlanjutan dapat mempengaruhi Diskusi
tentang bagaimana UMKM percetakan dapat menjadi agen perubahan sosial dalam semangat
wahdatul ulum. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Adapun penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Penelitian ini menunjukan
perannya dalam pemenuhan kebutuhan usaha UMKM melalui produk pembiayaan atau
permodalan yang dapat menambah peningkatan aset.

Kata Kunci : Lembaga Keuangan, Mikro Syariah, UMKM

PENDAHULUAN

UMKM Syariah adalah sebutan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang
beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi syariah atau prinsip-prinsip Islam. Seperti
UMKM biasanya, UMKM Syariah memiliki peran dalam menjaga kestabilan ekonomi
nasional. Dalam lingkup global, UMKM berperan vital pertumbuhan dan pembangunan suatu
negara baik negara maju ataupun negara berkembang. Poin plus dari UMKM Syariah adalah,
ia berusaha untuk menjalankan aktivitas bisnisnya dengan mematuhi aturan-aturan ekonomi
dan keuangan yang sesuai dengan ajaran Islam. Berikut beberapa karakteristik utama UMKM
Syariah:
1. Kepatuhan Terhadap Prinsip Syariah: UMKM Syariah mengikuti prinsip-prinsip ekonomi
syariah, yang melarang riba (bunga), maisir (judi), gharar (ketidakpastian berlebihan), dan
aktivitas yang diharamkan dalam Islam. Mereka juga mematuhi etika bisnis Islam, seperti
jujur, transparan, dan adil dalam berbisnis.
2. Pembiayaan Syariah: UMKM Syariah mencari pembiayaan dari lembaga keuangan yang
mengikuti prinsip-prinsip keuangan syariah. Ini berarti mereka tidak menggunakan sistem
bunga konvensional, tetapi menggunakan pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(profit and loss sharing) atau pembiayaan murabahah (jual-beli dengan keuntungan tetap).
3. Produk dan Layanan Syariah: UMKM Syariah mungkin menawarkan produk dan layanan
yang sesuai dengan prinsip syariah, seperti makanan halal, produk keuangan syariah, atau
barang-barang dan jasa lain yang tidak melanggar aturan Islam.
4. Kepedulian Sosial: UMKM Syariah dapat memiliki komitmen terhadap kepedulian sosial
dan lingkungan yang sejalan dengan ajaran Islam. Mereka mungkin mengadopsi praktik
bisnis yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.
5. Keterlibatan dalam Masyarakat: UMKM Syariah mungkin juga berperan dalam
pengembangan masyarakat dan ekonomi lokal dengan memberikan peluang kerja dan
berkontribusi pada perekonomian lokal.

UMKM Syariah menjadi semakin populer di banyak negara dengan mayoritas penduduk
Muslim, seperti Indonesia, Malaysia, dan negara-negara Timur Tengah. Mereka mencoba
menggabungkan aspek bisnis dengan nilai-nilai Islam untuk mencapai kesuksesan ekonomi
yang berkelanjutan dan sesuai dengan prinsip-prinsip agama mereka.

Pada kaitannya dengan pelaksanaan pemberdayaan UMKM khususnya di Indonesia, lembaga


keuangan baik syariah dan non syariah, pemerintah saling berkerjasama. Pemerintah
menyiapkan regulasi yang mengatur perkembangan dan keberlanjutan dari UMKM.
Kemudian Lembaga Keuangan memberikan lahan untuk UMKM Mengembangkan usahanya.

Penerapan dan pelaksanaan pemberdayaan UMKM dapat dilihat dengan Konsep Wahdatul
Ulum, bagaimana aspek keberlanjutan dapat mempengaruhi

Aspek Keberlanjutan dengan Konsep Wahdatul Ulum, Penyelidikan tentang bagaimana


konsep wahdatul ulum (persatuan ilmu) dapat diterapkan dalam pengembangan UMKM
percetakan yang berkelanjutan. Pertimbangan terhadap dampak positif UMKM percetakan
yang berbasis syariah terhadap masyarakat, lingkungan, dan ekonomi secara keseluruhan.
Diskusi tentang bagaimana UMKM percetakan dapat menjadi agen perubahan sosial dalam
semangat wahdatul ulum.

1. Keislaman:
a. Analisis kesesuaian prinsip syariah dalam pembiayaan dan operasional
UMKM percetakan.
b. Tinjauan terhadap pentingnya etika dan moral Islam dalam bisnis percetakan.
c. Evaluasi kepatuhan UMKM percetakan terhadap prinsip-prinsip syariah dalam
kegiatan sehari-hari.
2. Keindonesiaan:
a. Konteks UMKM percetakan dalam ekosistem bisnis Indonesia.
b. Pengaruh budaya lokal dan tradisi bisnis di Indonesia terhadap UMKM
percetakan.
c. Pemahaman tentang bagaimana UMKM percetakan berkontribusi pada
perekonomian lokal.
3. Keekonomian:
a. Analisis dampak pemberdayaan UMKM percetakan melalui lembaga
keuangan mikro syariah terhadap pertumbuhan ekonomi mikro dan makro.
b. Evaluasi kinerja finansial dan ekonomi UMKM percetakan sebelum dan
setelah mendapatkan pembiayaan dari lembaga keuangan mikro syariah.
c. Pembahasan mengenai peningkatan akses UMKM percetakan ke modal usaha
melalui skema keuangan mikro syariah.

Dengan memadukan elemen-elemen di atas, dapat memberikan pemahaman yang holistik


tentang pemberdayaan UMKM percetakan melalui lembaga keuangan mikro syariah dengan
mempertimbangkan aspek keislaman, keindonesiaan, keekonomian, dan keberlanjutan sesuai
dengan konsep wahdatul ulum. Selain itu dapat memberikan pandangan yang kaya terhadap
bagaimana UMKM percetakan dapat menjadi motor penggerak ekonomi dan pembangunan
berkelanjutan di Indonesia dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip syariah.
Berdasarkanpemaparan di atas, peneliti tertarik untukmengkaji lebih dalam bagaimana
strategi yang digunakan oleh KSPPS BMT NU Jombang Cabang Kesamben dalam
pengembangan lembaganya. Penelitian ini mengunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan
pendekatan studi kasus. Dengan harapan strategi-strategi pengembangan pengembangan
lembaga keuangan mikro syariah dapat dideskripsikan dan mengambarkan kondisi yang
sebenarnya.
KAJIAN TEORI
1. Usaha Mikro Kecil dan Menengah
UMKM merupakan suatu usaha yang hanya memiliki ruang lingkup pasar yang kecil, tenaga
kerja yang sedikit, dan dikelola sendiri oleh pemilik usaha (Simmons, Armstrong & Durkin,
2008). Menurut Bank Dunia, UMKM merupakan suatu bisnis yang memenuhi dua dari tiga
kriteria yaitu kekuatan karyawan, ukuran aset atau penjualan tahunan

Menurut Warkum Sumitro, usaha mikro kecil dan menengah adalah usaha yang dilakukan
oleh suatu perusahaan dengan tenaga kerja yang digunakan tidak melebihi dari 50 orang.1
Usaha skala mikro merupakan sebagian besar dari bentuk usaha mikro dan usaha kecil
misalnya pedagang kaki lima, kerajinan tangan, usaha souvenir, dan sejenisnya

Sedangkan menurut Udang-undang Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM bahwa unit usaha
mikro adalah usaha produktif yang dimiliki orang per orang dan/atau badan usaha perorangan
yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana yang diatur dalam udang-undang (Udang-
undang Nomor 20 tahun 2008).2 Kriteria usaha mikro yang dimaksud, yaitu: 1) Memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp .50 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha,
atau 2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300 juta.3
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008, UMKM atau Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah memiliki pengertian sebagai Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik orang
perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro
sebagaimana diatur dalam undang-undang.

1
Warkum Sumitro, Azas-azas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait ( Jakarta: Raja Grafindo Perkasa,
2004 ) hlm 168
2
Pasal 1 Undang Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
3
Pasal 6 Undang Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Sebagai Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang.
Sebagai Usaha Menengah yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.
Secara umum, tujuan yang ingin dicapai adalah terwujudnya Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) yang tangguh dan mandiri yang memiliki daya saing tinggi dan
berperan utama dalam produksi dan distribusi kebutuhan pokok, bahan baku, serta dalam
permodalan untuk menghadapi pasar persaingan bebas.

2. Lembaga Keuangan Mikro Syariah


Lembaga keuangan (financial institutions) adalah suatu perusahaan yang usahanya bergerak
di bidang jasa keuangan4. Ini berarti bahwa kegiatan yang dilakukan oleh lembaga ini akan
selalu berkaitan dengan bidang keuangan, berupa penghimpunan dana, menyalurkan, dan/
atau jasa-jasa keuangan lainnya. Lembaga ini memiliki fungsi sangat penting, terutama
sebagai lembaga intermediasi diantara para pemilik modal dengan pihak lain yang
membutuhkannya.
Selain lembaga keuangan yang telah ada, maka dalam perkembangannya hadir pula lembaga
keuangan yang dalam menjalankan usahanya berdasarnya prinsip syariah, disebut sebagai
Lembaga Keuangan Syari’ah. Kehadiran lembaga keuangan inilah yang memfasilitasi arus
peredaran uang, sehingga uang dari masyarakat dapat dikumpulkan melalui berbagai bentuk
produk penghimpunan dana sebelum disalurkan kembali kepada pihak yang membutuhkan
dalam bentuk pembiayaan, baik yang bersifat sosial maupun bisnis.
Sudarsono (2008) mendefinisikan lembaga keuangan syariah sebagai lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Lembaga

4
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, ( Jakarta : Rajawali Press, 1998), hlm 2
keuangan syariah yang ada antara antara lain Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Baitul Maal
wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitut tamwil5.
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) tidak jauh berbeda dengan perbankan syariah,
LKMS merupakan lembaga intermediasi sebagaimana bank pada umumnya, akan tetapi
bergerak di industri kecil dan menengah. Lima belas tahun terakhir, LKMS terbilang
mengalami perkembangan yang pesat, jika dibandingkan dengan berbagai lembaga keuangan
syariah maupun konvensional lainnya di Indonesia.

METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Adapun penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah
deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan
masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data.
Sumber data pada penelitian ini adalah bersumber pada buku dan penelitian-penelitian ter

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. PENERAPAN KONSEP WAHDATUL ULUM PADA UMKM PERCETAKAN
a. Konsep Keislaman
Karakteristik UMKM menurut pandangan ekonomi islam yang paling utama dalam
pelaksanaannya harus menggunakan konsep ketuhanan/ ilahiah ( Nizhamun Rabbaniyah )
dimana sesuai dengan konsep ekonomi islam, dasar aturan oleh seluruh kegiaannya harus
sesuai dengan ketetaapan yang telah dibuat oleh Allah SWT. Sebagaimana yang telah
dituangkan pada al-Qur’an dan Hadis. UMKM juga harus berdimensi pada akidah dan
keakidahan ( iqtishadun ‘aqdiyyun ), mengingat ekonomi islam lahir sebagai manifestasi dari
akidah islamiah yang didalamnya terdapat tanggung jawab atas akidah yang diyakininya.
UMKM Syariah haruslah berkarakter ta’abbudi ( thabi’un ta’abbudiyun ). Dimana Ekonomi
islam adalah tata aturan yang berdasarkan pada islam, apakah UMKM percetakan telah

5
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (Jogjakarta: Ekonesia, 2008 )
Hlm 56
menerapkan konseptual diatas? Jika diliat dari bagaimana sistem operasional dan
pembiayaannya, maka dapat dikatakan jika beberapa poin diatas telah dilakukan, maka
UMKM Percetekan ttelah menjalankan Usahanya sesuai dengan prinsip syariah.
Jika berbicara dengan etika dan moral Islam, setiap UMKM. Dalam ekonomi islam tidak
pernah disebutkan bahwasannya harus ada klasifikasi antara akhlak dan ekonomi,
pembangunan ekonomi dapat berjalan dengan perlindungan akhlak islam, bisnis percetakan
harus mempertahankan etika dan moral islam dalam keseharian bisninsya, karena islam
dalam hal ini al-Qur’an dan Hadis dapa dijadikan sebagai sumber asasi ekonomi.
Islam mengajarkan umatnya untuk berlaku objektif dalam kegiatan, termasuk dalam
ekonomi, aktivitas ekonomi pada hakikatnya merupakan pelaksanaan amanat yang harus
dipenuhi oleh setiap pelaku ekonomi tanpa membedakan jenis kelamin, warna kulit, dan lain
sebagainya. Objektifitas ini juga dapat menjadi bahan evaluasi bagaimana pelayanan yang
telah diterapkan kepada pelanggan oleh UMKM Percetekan tersebut?
b. Konsep Keindonesiaan
UMKM merupakan pilar terpenting dalam perekonomian Indonesia. Berdasarkan data
Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah UMKM saat ini mencapai 64,2 juta dengan
kontribusi terhadap PDB sebesar 61,07% atau senilai 8.573,89 triliun rupiah. Kontribusi
UMKM terhadap perekonomian Indonesia meliputi kemampuan menyerap 97% dari total
tenaga kerja yang ada serta dapat menghimpun sampai 60,4% dari total investasi. Namun,
tingginya jumlah UMKM di Indonesia juga tidak terlepas dari tantangan yang ada. Termasuk
didalamnya adalah bisnis UMKM Percetakan, Percetakan baik itu percetakan baju atau
konveksi, percetakan digital, buku dan lain sebagainya saat ini telah banyak menjamur.
Percetakan tetap menjadi bisnis yang hangat untuk digeluti saat ini. Sesuai dengan fakta yang
ada dilapangan.
Saat ini, UMKM sedang dalam tren yang positif dengan jumlahnya yang terus bertambah
setiap tahunnya. Tren positif ini akan berdampak baik bagi perekonomian Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, kontribusi UMKM terhadap PDB
Nasional sebesar 60,5%. Ini menunjukkan bahwa UMKM yang ada di Indonesia sangat
potensial untuk dikembangkan hingga dapat berkontribusi lebih besar lagi bagi
perekonomian.
Gairah dan potensi dari pengembangan Usaha percetakan lambat laun akan memberikan
dampak yang besar bagi perekonomian lokal, ketika Usaha tersebut dalam skala mikro
tentunya usaha ini akan menyerap tenaga kerja 3-5 orang, kemudian usaha akan terus
berkembang hingga nantinya akan menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi. Perkembangan
sebuah usaha juga akan membuat motivasi masyrakat sekitar meningkat, motivasi ini dapat
berupa kerjasama baik itu membuka kios disekitar percetakan, atau menjadi reseller, atau lain
sebagainya, ekonomi masyarakat dapat bergerak tumbuh ketika sebuah Usaha dapat
berkembang
2. Konsep Ekonomi dalam Wahdatul Ulum dan Kaitannya dengan Perkembangan
UMKM Melalui Lembaga Keuangan Syariah
Pemberdayaan UMKM Percetakan melalui Lembaga keuangan mikro Syariah dapat memiliki
dampak yang berkaitan dengan pengembangan umkm tersebut, dampak tersebut antara lain:

1. UMKM mengetahui kejelasan harga barang yang sebenarnya


Pembiayaan murabahah dapat membantu UMKM untuk mengetahui harga yang sebenarnya
dari barang yang akan dibeli dari penjual baik harga asal atau harga pokok. Harga yang jelas
dalam pembiayaan murabahah dapat digunakan UMKM sebagai acuan untuk membeli
barang yang sesuai dengan daya beli UMKM. Pembiayaan murabahah merupakan
pembiayaan dengan akad yang bisa dipastikan keuntungannya, sehingga dapat membantu
berjalannya usaha UMKM dengan tingkat risiko yang kecil.
2. UMKM dapat memenuhi kebutuhan modal kerja, investasi dan konsumsi
Berdasarkan kebutuhan dari setiap responden, maka pembiayaan murabahah merupakan
pembiayaan yang tepat sebagai permodalan untuk menjalankan usaha. Pembiayaan
murabahah dapat membantu UMKM dalam usaha yang bersifat produktif seperti modal kerja
dan investasi maupun konsumtif untuk kepentingan pribadi. Kebutuhan modal kerja
digunakan pelaku UMKM untuk penggunaan persediaan bahan baku dan pembelian mesin.
3. UMKM dapat melakukan pembayaran dengan angsuran
Pembiayaan murabahah dengan sistem pembayaran angsuran akan membantu UMKM dalam
masalah keuangannya karena pendapatan usahanya yang tidak bisa diperkirakan. Selain itu
UMKM dapat membayar angsuran dengan waktu yang di inginkan baik per minggu atau per
bulan yang harus disesuaikan dengan kapasitas atau kemampuan UMKM.

Dilihat dari potensi dan sumber pendanaan yang sudah berjalan, sebenarnya LKMS
mempunyai pendanaan yang cukup baik dalam melayani nasabahnya serta dalam pengelolaan
dana yang berbasis syariah. Apabila pengelolaan dana yang dilakukan oleh lembaga
keuangan syariah bisa saling berkoordinasi ,maka hal tersebut dapat dijadikan sebagai
kekuatan yang besar.Contoh yang bisa diambil adalah dalam pengelola zakat, infak, dan
shadaqah (ZIS),apabila dalam pengelolannya bisa lebih efektif dan berkoordinasi dengan
institusi syariah lainnya tentu akan lebih bisa menstimulasi pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Dengan ketetapan program-program yang di jalankan mengarah pada sasaran yang
tepat. Di dalam Ekonomi islam, terdapat beberapa instrumen lembaga keuangan yang bisa
dijadikan jaring pengaman sosial yang dapat dialokasikan bagi golongan masyarakat yang
membutuhkan bisa berupa zakat, infaq, shadaqah maupun wakaf (ZISWAF). Dalam konteks
LKMS dan UMKM, ZISWAF bisa juga menjadi solusi pemecahan masalah bagi keterbatasan
akses finansial yang dihadapi oleh LKMS dalam memberikan pelayanan finansial bagi
UMKM. LKMS dengan institusi ZISWAF-nya mampu memberikan jalan keluar untuk
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang bersifat konsumtif dan bisa menutupi
kebutuhan dasar investasi UMKM. Dengan dana yang tidak terlalu mahal dan
berkelanjutan,dalam jangka yang panjang. bisa di maksimalkan. Bagaimanapun, target atau
segmen Lembaga Keuangan Mikro senantiasa bersentuhan dengan masyarakat yang relatif
miskin atau berpenghasilan rendah. Di tengah perkembangan lembaga keuangan Bank
berlabel syariah dalam pada beberapa tahun terakhir ini menjadi salah satu sinyalemen terus
berkembang pesatnya lembaga keuangan yang menggunakan prinsip syariah. Keberadaannya
pun sudah menjangkau ke berbagai pelosok daerah, sehingga bertambah mudahnya
masyarakat pedesaan bersentuhan langsung dengan lembaga keuangan tersebut. Keberadaan
Lembaga keuangan mikro syariah yang cukup strategis dalam meningkatkan permberdayaan
ekonomi masyarakat kecil menengah harus senantiasa terus dipupuk dan dipelihara sehingga
akan menjadi salah satu alternatif paling baik dalam memecahkan kendala berkembangnya
usaha mikro kecil terutama dalam hal permodalan. Pemberdayaan tersebut yakni melalui
optimalisasi pemanfaatan produk-produk layanan dan jasa yang ada di lembaga keuangan
mikro syariah. Dengan adanya pengembangan usaha mikro kecil berupa bertambahnya modal
ataupun bertambahnya jenis usaha, maka akan berdampak terhadap bertambahnya tingkat
penghasilan dan pendapatan, yang secara langsung akan menekan angka kemiskinan,
menekan angka pengangguran. Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro Syariah semisal
BMT, koperasi syariah ataupun BPRS secara tidak langsung akan terpacu pertumbuhannya
seiring kebutuhan real masyarakat akan adanya lembaga tersebut. Namun hal ini harus
diimbangi dengan bertambah baiknya pelayanan LKMS terhadap masyarakat, baik dari sisi
sumber daya manusia pengelolanya ataupun usaha untuk menghilangkan stigma negatif BMT
yang ribet dan kesan pelepas uang berganti baju. Dipelukan edukasi yang berkesinambungan
terhadap pelaku usaha di sektor mikro dan kecil, mengingat kompetisi memikat nasabah
tingkat menengah ke bawah bukan saja menjadi lahan empuk LKMS saja, melainkan pihak
perbankan pun sudah banyak melirik segmen ini, karena bagaimanapun segmen masyarakat
kecil adalah lahan yang masih banyak belum tergarap, apalagi pihak perbankan baik
konvensional ataupun yang berlabel syariah terus menggenjot produkproduk perbankannya
yang lebih masuk dan menggaet masyarakat tanpa batasan. Dengan produk LKMS yang tidak
jauh beda dengan produk perbankan syariah, akan menjadi salah satu sisi sentuh
mengoptimalkan perannya dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat kecil menengah.
Apalagi LKMS secara teritori akan lebih dekat dengan masyarakat tingkat bawah, sehingga
selanjutnya akan menjadi alternatif solusi positif bagi pengusaha mikro kecil dalam
mengembangkan usahanya di tengah gempuran gurita rentenir yang masih cukup kuat
mencengkram. Optimalnya pemanfaatan LKMS secara langsung akan meningkatkan
pendapatan dan penghasilan masyarakat kecil menengah dengan bertambahnya modal dan
bertambahnya kuantitas tempat usaha. Hal mana Pendapatan kecil ini terkadang dijadikan
standar penilaian garis kemiskinan, sehingga pada akhirnya kemiskinan tersebut dapat
dientaskan diganti dengan kesejahteraan masyarakat yang merata, tentram lahir maupun
batin.

KESIMPULAN
Lembaga Keuangan Mikro Syariah telah menunjukan perannya dalam pemenuhan kebutuhan
usaha UMKM melalui produk pembiayaan atau permodalan yang dapat menambah
peningkatan aset. Peningkatan aset UMKM dapat terjadi karena pengelolaan permodalan oleh
UMKM sebagai kegiatan produktif seperti modal kerja dan investasi, namun penggunaan
modal sebagai konsumsi tidak berpengaruh terhadap peningkatan aset. Selain itu terdapat
Kebijakan Pemerintah dalam pengembangan UMKM diantaranya pemberian akses
permodalan, pembinaan atau pelatihan, peningkatan promosi produk, perluasan pemasaran
dan penyediaan sarana dan prasarana. Hal tersebut tidak terjadi pada semua responden yang
mendapatkan kebijakan pemerintah.
Usaha kecil dan menengah sangat memerlukan peranan Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah
terutama dalam hal permodalan yang digunakan untuk memperluas pasar dan
mengembangkan usahanya sehingga berkontribusi besar dalam perekonomian nasional. Peran
lembaga keuangan mikro syariah bisa telah teruji dan melampuai krisis ekonomi beberapa
waktu bahkan lalu bahkan semakin menguatkan. UMKM termasuk unit usaha yang sangat
mengandalkan LKMS dalam jangka panjang demi kebaikan perekonomian Indonesia, tidak
heran banyak pihak yang melirik LKMS, namun perhatian yang diberikan belum secara
penuh bisa menyentuh persoalan yang mendasar yang dihadapi LKMS sehingga benar-benar
bisa memperkuat dan mengembangkan lembaga pembiayaan untuk UMKM utamanya
masyarakat kecil. LKMS ini bisa terbentuk karena didorong oleh adanya kebutuhan
masyarakat akan permodalan yang digunakan dalam mengembangkan usahanya.Masalah
kebutuhan modal yang di alami sebagian banyak masyarakat tersebut di respon positif oleh
sebagian orang yang bersedia meminjamkan sebagian uangnya untuk modal UMKM. Dana
yang di pinjamkan kepada nasabah berasal dari uang LKMS sendiri atau uang yang berasal
dari nasabah yang menyimpan uangnya di LKMS. Dilihat dari potensi dan sumber pendanaan
yang sudah berjalan, sebenarnya LKMS mempunyai pendanaan yang cukup baik dalam
melayani nasabahnya serta dalam pengelolaan dana yang berbasis syariah. Apabila
pengelolaan dana yang dilakukan oleh lembaga keuangan syariah bisa saling berkoordinasi,
maka hal tersebut dapat dijadikan sebagai kekuatan yang besar
REFERENSI
Adam, M., & Nawawi, Z. M. (2022). Pemahaman UMKM terhadap Sumber Modal di
Lembaga Keuangan Mikro Syariah. JEKKP (Jurnal Ekonomi, Keuangan dan Kebijakan
Publik), 4(2), 7-14.

Warkum Sumitro, Azas-azas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait ( Jakarta: Raja
Grafindo Perkasa, 2004 ) hlm 168

Pasal 1 Undang Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Pasal 6 Undang Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Fajri, I., & Zuliani, Z. (2022). LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH (LKMS)
SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF TERHADAP KETERBATASAN FINANSIAL BAGI
UMKM DAN KOPERASI DALAM MENINGKATKAN KOMUNITAS EKSPOR KOPI
ARABICA DI KABUPATEN ACEH TENGAH. In Prosiding Seminar Nasional USM (Vol. 3,
No. 1, pp. 856-864).
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, ( Jakarta : Rajawali Press, 1998), hlm 2

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (Jogjakarta:
Ekonesia, 2008 ) Hlm 56

Paramita, M., & Zulkarnain, M. I. (2018). Peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah Terhadap
Pemenuhan Kebutuhan Permodalan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah. Jurnal Syarikah:
Jurnal Ekonomi Islam, 4(1).

Bahagia, R., & Ridwan, R. (2022). Peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah dalam
Pemberdayaan UMKM. Jurnal AKMAMI (Akuntansi Manajemen Ekonomi), 3(1), 97-107.

Fauzi, I., & Saputro, E. P. (2022). Peran Koperasi Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Terhadap Pendampingan Dan Pemberdayaan UMKM Melalui Analisis Swot (Studi Kasus
Bank Wakaf Mikro Imam Syuhodo Sukoharjo) (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).

Anda mungkin juga menyukai