Anda di halaman 1dari 15

IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS ISLAM PADA PELAKU INDUSTRI

USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)


Muhamad Jazuli Mustofa
1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Alma Ata
Email : jazulimustofa70@gmail.com

Muhammad Zidny Naf’I Hasbi


Universitas Alma Ata
Email : zidny@almaata.ac.id

ABSTRAK

Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji dari praktik bisnis yang dilakukan oleh para
pelaku industry usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) muslim dari berbagai jenis usaha yang
menerapkan prinsip etika bisnis islam. Malakah ini mengkaji berdasarkan beberapa hasil
penelitian atau kajian literatur dari jurnal mengenai penerapan etika bisnis islam bagi para
pelaku industry kecil dan menengah. Prinsip-prinsip etika bisnis islam yang di syari’atkan yakni
prinsip tauhid, kebermanfaatan, kejujuran, bertanggung jawab, ihsan, dan keadilan. Industri yang
dijadikan obyek penelitian dari jurnal sebelumnya yaitu UMKM bidang makanan dan minuman
di kabupaten Tuban dan Industri rumah tangga penghasil bandeng di kabupeten Pemalang. Hasil
dari kajian ini berdasarkan penerapan etika bisnis islam pada dua industry tersebut yaitu,
pertama dari pelaku umkm bidang makanan dan minuman belum sepenuhnya menerpakan prinsip
etika bisnis Islam, yang mana hanya bisa menerapkan satu sampai tiga prinsip dari etika bisnis
Islam. Kedua yaitu dari industri rumah tangga penghasil bandeng di Pemalang yang telah
menerapkan prinsip etika bisnis Islam yang diterapkan mengacu pada lima aksioma, yaitu tauhid,
keseimbangan, kehendak bebas, ihsan, dan tanggung jawab. Dampak dari penerapan prinsip etika
bisnis tersebut diukur berdasarkan enam parameter kemajuan bisnis, yaitu aspek manajemen,
pemasaran dan SDM, sosial, hukum, dampak lingkungan, dan finansial.

Kata kunci : Etika bisnis Islam, UMKM, Industri rumah tangga

A. Pendahuluan
Kegiatan ekonomi yang dilakukan secara berniaga atau jual beli merupakan praktik yang sudah
dijalankan sejak zaman Nabi Muhammad saw. Berbisnis dengan cara muamalah sangat dianjurkan
Islam dan Rasulullah berkata untuk umatnya “Hendaklah kamu berdagang karena termasuk profesi
yang mulia dan dapat membukakan Sembilan puluh persen pintu rezeki”, hadist riwayat Imam
Ahmad. Dalam berbisnis berdasarkan syariat keislaman tentunya mempunyai keutamaan atau
prinsip-prinsip yang harus dijunjung dan diterapkan dalam kegiatan muamalah yaitu kerja,

1
efisiensi, kebebasan, keseimbangan, dan pemerataan kesempatan (Pusat Pengkajian dan
Pengembangan Ekonomi Islam, 2014: 65).

Etika bisnis Islam juga menjadi landasan pengendali perilaku bagi pengusaha agar
bisnisnya berjalan sesuai norma dan kemaslahatan baik untuk industrinya maupun lingkungan
termasuk negara, wilayah, serta masyarakat. Penerapan etika bisnis dinilai melalui lima prinsip
yaitu prinsip tauhid, kejujuran, kebermanfaatan, bertanggung jawab, dan keadilan. Ketika suatu
bisnis telah mengamalkan serta menerapkan prinsip diatas maka akan berdampak positif dengan
kemajuan bisnis perusahaan atau industry tersebut. Oleh karena itu ketika bisnis tidak
mengamalkan prinsip etika bisnis yang benar maka akan merugikan dan menimbulkan
kemudharatan.

Perkembangan dunia bisnis mulai menjamur di Indonesia dengan maraknya bisnis usaha
mikro kecil dan menengah (UMKM) dan industry rumah tangga dengan berbagai macam jenis
produk yang dijual. Berdasarkan data Kementerian Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah
(KUKM) tahun 2018, jumlah pelaku UMKM sebanyak 64,2 juta atau 99,99% dari jumlah pelaku
usaha di Indonesia. Daya serap tenaga kerja UMKM adalah sebanyak 117 juta pekerja atau 97%
dari daya serap tenaga kerja dunia usaha. Sementara itu kontribusi UMKM terhadap perekonomian
nasional (PDB) sebesar 61,1%, dan sisanya yaitu 38,9% disumbangkan oleh pelaku usaha besar
yang jumlahnya hanya sebesar 5.550 atau 0,01% dari jumlah pelaku usaha. Dengan demikian
UMKM mempunyai peranan yang besar terhadap perekonomian negara, disisi lain berdasarkan
pengembangan industry halal diperkirakan lebih dari 60 juta unit usaha. Otomatis UMKM muslim
di Indonesia turut andil dalam memutarkan perekonomian negara. Hal ini menjadikan pentingnya
adanya penerapan etika bisnis islam terhadap pelaku bisnis baik UMKM maupun industry rumah
tangga karena mampu memenuhi kontribusi kepada negara sehingga di dalam kegiatan operasional
perlu diketahui seberapa dijunjungnya penerapan dari landasan prinsip-prinsip etika bisnis islam
yang ada. Sehingga dalam makalah ini ingin mengetahui dan mengkaji bagaimana penerapan etika
bisnis islam bagi para pelaku usaha UMKM dan industry rumah tangga dengan mengambil studi
literature dari penelian sebelumnya dengan dua jurnal mengenai implementasi etika bisnis Islam
bagi pelaku usaha atau industry dan bagaimana dampaknya bagi kemajuan industry rumah tangga.

2
B. Kajian Pustaka
1) Etika Bisnis Islam
Pengertian Etika Bisnis Menurut Islam
Etika berperan sebagai prinsip moral yang mampu mebedakan mana yang benar dan mana
yang salah sedangkan, bisnis merupakan serangkaian peristiwa yang melibatkan pelaku
bisnis3 . Dengan demikian etika bisnis mempelajari tentang mana yang baik/buruk,
benar/salah dalam dunia perbisnisan dengan berdasarkan prinsip moralitas. Etika bisnis
merupakan pemikiran yang mengenai moralitas dalam ekonomi dan bisnis. Menurut
Sudarsono, etika Islam adalah ajaran etika berdasarkan ajaran agama Islam yang
terkandung dalam Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, dengan nilai-nilai luhur,
sifat terpuji dan kebaikan mutlak. dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.
Dalam Islam bisnis merupakan suatu serangkaian aktivitas bisnis yang didalamnya
terdapat berbagai jenis yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan hartanya termasuk
profitnya, akan tetapi dibatasi dalam perolehannya dan pendayagunaan pada hartanya
(terdapat aturan halal dan haram).
2) Tujuan Etika Bisnis Dalam Islam
Etika bisnis merupakan hal yang penting guna untuk menjalankan sebuah aktivitas bisnis
yang profesional. Sehingga, etika bisnis Islam memiliki fungsi substansial guna untuk
membekali para pelau bisnis. Oleh karena itu dalam etika bisnis memiliki tujuan sebagai
berikut :
a. Membangun kode etik Islam yang mengatur, mengembangkan serta menancapkan
metode berbisnis dalam kerangka ajaran agama. Dalam hal ini kode etik sebagai
simbol arahan guna untuk melindungi pelaku bisnis dari berbagai risiko.
b. Kode etik bisa menjadi dasar hukum dalam menetapkan tanggungjawab bagi para
pelaku bisnis terutama bagi diri mereka sendiri, antar komunitas bisnis, masyarakat
serta diatas segalanya tersebut merupakan tanggungjawab di hadapan Allah SWT.
c. Dalam kode etik ini` digunakan sebagai dokumen hukum yang dapat
meunyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul daripada harus diserahkan
kepada pihak peradilan.
d. Kode etik dapat memberikan kontribusi yang besar dalam penyelesaian banyak
persoalan yang sedang terjadi baik antar sesama pelaku bisnis dan masyarakat

3
tempat mereka bekerja. Suatu hal yang dapat membangun persaudaraan (ukhuwah)
dan kerja sama antara mereka semua.
3) UMKM
Menurut UU No. 20 tahun 2008 mengenai Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM),
maka yang dimaksud dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah :
a) Usaha dalam lingkup mikro ialah usaha produktif milik perorangan atau badan
usaha perorongan yang memenuhi kriteria-kriteria Usaha Mikro sesuai dengan yang
diatur dalam Undang-Undang ini.
b) Usaha dalam lingkup kecil ialah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilaksanakan oleh perorangan maupun badan usaha dimana badan usaha tersebut
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai ataupun menjadi bagian baik secara langsung ataupun tidak langsung daru
Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria usaha kecil
sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang ini.
c) Usaha menengah ialah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, dimana usaha
tersebut dilakukan oleh perorangan maupun badan usaha yang bukan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai ataupun menjadi bagian
baik langsung ataupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
jumlah kekayaan bersih maupun hasil penjualan tahunan sebagaimana yang diatur
dalam UndangUndang ini.
4) Tujuan UMKM
Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2008 mengenai Usaha Mikro Kecil dan Menengah, dalam
Undang-Undang tersebut menjelaskan mengenai tujuan dari Usaha Mikro Kecil dan
Menengah itu sendiri yaitu :
1. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki
Usaha Mikro Kecil dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
2. Dengan adanya Usaha Mikro Kecil dan Menengah dapat mewujudkan struktur
ekonomi nasional secara seimbang, berkembang dan berkeadilan.
3. Dengan adanya Usaha Mikro Kecil dan Menengah dapat meningkatkan peran
dalam hal pembangunan daerah, pemerataan pendapatan, menciptakan lapangan
pekerjaan serta pengentasan rakyat dari kemiskinan

4
Pembahasan

Etika Bisnis Islam

Etika dalam Islam adalah hasil dari keimanan, ketaqwaan, dan keislaman yang didasarkan pada
keyakinan yang kuat terhadap kebenaran Allah SWT. Islam merupakan sumber nilai dan etika
dalam segala aspek kehidupan manusia secara menyeluruh, termasuk dalam bidang bisnis. Bisnis
yang dijalankan oleh seorang muslim harus lahir untuk kepentingan beribadah kepada Allah SWT
dengan niatan untuk memenuhi aturan Ilahi (Harahap, 2010, p. 70). Islam memandang bisnis
dalam kegiatannya terbagi menjadi dua arah, pertama yaitu pada prinsip-prinsip dasar yang telah
ditetapkan oleh Al-Quran dan Sunnah dengan konsep yang tidak akan berubah sampai kapanpun,
sedangkan arah yang kedua pada perkembangan ilmu pengetahuan (Shihab, 2011, p. 9).

Terdapat beberapa prinsip dalam etika bisnis Islam yang merupakan aksioma-aksioma etik
diantaranya meliputi tauhid, keseimbangan, kehendak bebas, ihsan, dan tanggung jawab (Djakfar,
2012, p. 22; Muhammad, 2004, p. 53; Naqvi, 1997). Di dalam aturan kehidupan manusia secara
mendasar etika bisnis Islam bukanlah satu-satunya untuk dijadikan sebagai parameter, karena
masih banyak parameter-parameter lain yang disusun oleh manusia di muka bumi ini (Djakfar,
2012, p. 42). Berdasarkan lima aksioma etik tersebut, sudah seharusnya seluruh kegiatan, proses,
bahkan sistem pada suatu perusahaan bisnis mengacu kepadanya agar sesuai dengan etika bisnis
Islam (Wahyu Mijil, 2016, p. 16). Segala unsur yang terkait mengenai perusahaan harus selalu
diwujudkan secara baik dan optimal. Berlandaskan kelima aksioma etika bisnis Islam, perusahaan
akan terminimalisir dari kegiatan-kegiatan yang tidak diperbolehkan atau kegiatan yang
bertentangan dengan ketetapan prinsip syariah.

Berdasarkan dari masing-masing prinsip tentunya memiliki indikator-indikator seperti


pada tauhid (tidak mengganggu kegiatan ibadah sholat wajib serta memberikan sebagian
keuntungan kepada orang yang membutuhkan), kebermanfaatan (menjual barang yang baik dan
halal, tidak melakukan bisnis yang mempunyai unsur kemudharatan), kejujuran (tidak melakukan
sumpah palsu, tidak melakukan praktik ba’I najassyi, tidak menjual produk yang memiliki aib,
jujur dalam ukuran/takaran/timbangan, dan tidak melakukan ikhtikar), bertanggung jawab
(membayar upah karyawan secepat mungkin, menepati janji kepada konsumen/mitra usaha, dan
informasi simetri), dan keadilan (tidak memberikan kerugian kepada pihak yang terkait langsung
dengan bisnis maupun pihak lain).

5
Implementasi Etika Bisnis Islam

Penerapan mengenai etika bisnis islam merupakan etika normatif karena mempunyai filosofi yang
menginvestigasi penilaian mengenai tingkah laku benar atau salah yang harus dilakukan atau tidak
boleh dilakukan oleh pelaku usaha muslim (Noorma Yunia, 2018). Kebutuhan yang timbul
menjadi keinginan akan usaha yang berjalan tanpa ada masalah-masalah dari bisnis yang
dijalankan merupakan suatu hal yang pasti. Etika sendiri tidak mengglorifikasikan pada suatu
kepercayaan atau keyakinan dari apa yang seharusnya dianut atau tidak dianut karena telah
menyangkut masalah keagamaan. Etika yang ada dalam islam mengatur perilaku manusia dengan
prinsip-prinsip syariat maupun sunah dari Rasulullah saw. Rasulullah saw telah memberikan
petunjuk mengenai etika bisnis dengan ciri-ciri yang dilakukannya sebagai berikut ;

1. Bahwa prinsip esensial dalam berbisnis merupakan kejujuran. Pada doktrin Islam,
kejujuran adalah syarat fundamental dalam kegiatan bisnis. Rasulullah sangat intens
menganjurkan sikap kejujuran pada kegiatan bisnis. Dalam tataran ini, rasulullah bersabda:
“Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jalan yang mempunyai aib, kecuali ia
menjelaskan aibnya” (H.R.Al-Quzwani).
2. Kesadaran bahwa bisnis bukan hanya merupakan urusan pribadi tetapi didalamnya terdapat
aspek social seperti yang ditegaskan Adam Smith, tetapi juga harus berorientasi pada sikap
ta’awun (menolong sesama) sebagai penguatan hubungan social dalam bisnis.
3. Aktivitas dari bisnis tidak boleh mengganggu kewajiban beribahah kepada Allah Swt.
Allah berfirman ,“Orang yang tidak dilalaikan oleh bisnis lantaran mengingat Allah, dan
dari mendirikan shalat dan membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang hari itu,
hati dan penglihatan menjadi goncang”.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut dan beberapa prinsip etika bisnis islam dalam penerapannya pada
usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Tuban serta Industri rumah tangga bandeng di
Pemalang apakah telah sepenuhnya dilakukan dan bagaimana kendala yang dihadapi dalam
melaksanakan etika bisnis sesuai dengan ketentuan syariat islam.

6
Penerapan Etika Bisnis Islam Pada Pelaku UMKM di TUBAN

Tujuan dari penelitian ini sama seperti penelitian sebelumnya yakni untuk mengetahui seberapa
besar penerapan etika bisnis islam pada pelaku UMKM bidang makanan dan minuman di
kabupaten Tuban. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode interaksi
simbolik. Informan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu informan kunci dan informan
pendukung. Informan kunci dalam penelitian ini adalah para pelaku UMKM, dengan kriteria
muslim, home industry makanan dan minuman, memiliki karyawan, dan lama usaha minimal 10
tahun. Sedangkan informan pendukung adalah konsumen dan karyawan yang relevan mengenai
praktik bisnis yang dijalankan oleh informan kunci.

Metode pengumpulan data menggunakan dua jenis sumber data yaitu data primer berupa
observasi dan wawancara dan data sekunder berupa buku, jurnal, internet, serta dokumentasi.
Metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Obyek penelitian yang dilakukan oleh Dwi Hardika Sari ialah dari 5 pelaku UMKM
muslim di Tuban diantaranya pertama, usaha tahu uap yang berjalan selama 30 tahun dengan lima
anggota karyawan. Kedua, usaha kerupuk yang telah berjalan selama 28 tahun dengan memiliki
sebelas anggota karyawan. Ketiga, yaitu pelaku usaha mini bakery yang telah berjalan selama 10
tahun dengan delapan anggota karyawan. Selanjutnya pemilik usaha keripik tempe melati yang
telah berjalan 20 tahun dengan memiliki dua anggota karyawan. Kelima yaitu pemilik usaha
kerupuk yang telah berdiri selama 37 tahun dengan memiliki lima anggota karyawan.

Pelaku usaha pertama belum sepenuhnya menerapkan etika bisnis islam dalam aktivitas
operasional bisnisnya. Oleh karenanya pelaku UMKM ini hanya mampu menerapkan satu dari
lima prinsip etika bisnis yaitu kejujuran. Sedangkan, keempat prinsip lainnya yaitu prinsip tauhid,
tanggung jawab, kebermanfaatan, dan keadilan belum sepenuhnya diterapkan oleh pelaku UMKM
tahu uap. Prinsip kejujuran telah diterapkan oleh pelaku usaha ini karena dalam bisnisnya tidak
pernah melakukan tindakan curang seperti tidak menjual produk yang memiliki aib, tidak pernah
megutarakan sumpah palsu, dan tidak melakukan ikhtikar. Selain itu pelaku usaha ini tidak
melakukan penipuan terhadap konsumen dengan produk yang dijual terkait kualitas produk karena
konsumen dapat memilih sendiri barang yang akan dibeli. Selanjutnya prinsip yang belum
diterapkan yakni tauhid, dalam kegiatanya seperti untuk melakukan ibadah sholat wajib karena
terganggu pekerjaan yang harus dilakukan pekerja meskipun pemilik sering menyisihkan sebagain

7
keuntungannya kepada orang yang membutuhkan. Prinsip tanggung jawab, pelaku tidak
bertanggung jawab terhadap limbah yang dihasilkan dari kegiatan produksinya karena
memberikan dampak buruk terhadap lingungkan meskipun pelaku selalu menepati janji tepat
waktu kepada konsumen dan karyawan dan memberikan gaji tepat waktu, akan tetapi pelaku
belum bertanggung jawab seutuhnya. Selain itu prinsip yang belum diterapkan yaitu
kebermanfaatan, karena dalam menjalankan bisnis memberikan dampak pada lingkungan yaitu
limbah hasil produksi yang belum dikelola dengan baik sehingga mengganggu lingkungan sekitar.
Terakhir yaitu prinsip keadilan, karena dalam aktivitas bisnisnya menyebabkan kerugian kepada
pihak lain yaitu masyarakat.

Kedua, pelaku bisnis usaha kerupuk belum diterapkan sepenuhnya etika bisnis islam dalam
aktivitas bisnisnya. Hal ini dikarenakan pelaku hanya menerapkan dua prinsip etika bisnis yaitu
bertanggung jawab dan kebermanfaatan. Prinsip tanggung jawab telah diterapkan oleh pemilik
bisnis dengan cara memberikan upah tepat waktu, dapat memenuhi pesanan konsumen, dan
transparan terkait dengan produk yang dijual. Kedua, prinsip kebermanfaatan telah diterapkan oleh
pelaku usaha karena produk yang dihasilkan termasuk makanan yang bermanfaat dan tidak ada
unsur kemudharatan dalam kegiatan bisnis maupun dari pihak lainnya. Selanjutnya prinsip lain
seperti tauhid belum diterapkan karena dalam aktivitas produksinya tidak ada kelonggaran untuk
melaksanakan ibadah sholat wajib khususnya dzuhur bagi para karyawannya. Prinsip kejujuran
belum diterapkan oleh pemilik usaha kedua ini, karena dalam bisnisnya melakukan tindakan
curang berupa penimbunan bahan baku maupun produk. Selanjutnya prinsip keadilan belum
diterapkan pada bisnis ini, dimana penimbunan bahan baku dapat merugikan pelaku bisnis lain.

Ketiga, pelaku usaha murni bakery belum sepenuhnya menerapkan prinsip etika bisnis
islam. Pelaku bisnis hanya menerpakan dua prinsip etika bisnis islam yaitu prinsip kejujuran dan
kebermanfaatan. Prinsip kejujuran diterapkan oleh pelaku dengan cara menghindari tindakan-
tindakan curang seperti menjual produk rusak. Kedua, prinsip kebermanfaatan telah diterapkan
oleh pelaku usaha ini dengan menghindari bahan-bahan yang mampu memberikan dampak buruk
bagi kesehatan konsumen kedalam proses produksi makanan. Selanjutnya prinsip yang belum
diterapkan oleh pemilik yaitu prinsip tauhid, karena dalam produksi menganggu aktivitas ibadah
sholat wajib, karena dalam melaksanakan ibadah sholat harus dilakukan secara bergantian,
sedangkan sholat merupakan ibadah yang harus disegerakan. Hal ini berarti belum sepenuhnya

8
mentaati prinsip dari tauhid itu sendiri. Prinsip bertanggung jawab juga belum sepenuhnya
diterapkan, hal ini diketahui karena dalam perjanjian terhadap konsumen belum memenuhi
kesepakatan yang telah dijanjikan seperti pesanan dari konsumen dan upah yang harus dibayarkan
pada pekerja tidak tepat waktu. Prinsip keadilan pun juga belum diterapkan, karena dalam
memenuhi hak konsumen dan karyawan tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati
sebelumnya.

Keempat, yaitu pelaku usaha keripik tempe yang telah menerapkan dua dari lima prinsip
etika bisnis islam. Prinsip tauhid telah diterapka oleh pemilik karena dalam proses produksinya
tidak mengganggu waktu ibadah sholat wajib serta telah memberikan sebagaian keuntungan pada
orang yang membutuhkan maupun infaq. Prinsip kejujuran telah diterapkan oleh pelaku seperti
tidak melakukan tindakan curang, mengurangi takaran timbangan, menjual barang rusak.
Selanjutnya prinsip kebermanfaatan masih belum diterapkan, karena dalam produksi
menghasilkan limbah yang mencemari lingkungan sekitar. Prinsip bertanggung jawab juga belum
diterapkan karena pemilik usaha belum mampu mengolah limbah sendiri dan hanya mengandalkan
orang lain. Prinsip keadilan pun masih belum diterapkan oleh pelaku karena masih merugikan
lingkungan serta tidak memenuhi hak atas upah karyawan secara tepat waktu.

Kelima, yaitu dari pelaku usaha kerupuk yang belum sepenuhnya menerapkan etika bisnis
islam. Pelaku dalam aktivitas bisnisnya hanya mampu memenuhi tiga prinsip etika bisnis islam
saja. Prinsip pertama yang telah dipenuhi yakni tauhid, dalam aktivitas produksinya tidak
mengganggu ibadah sholat wajib karena mempunyai jam istirahat bagi karyawannya untuk sholat
serta membagikan sebagian keuntungan dengan cara bersedekah. Kedua prinsip kejujuran telah
diterapkan dengan cara menghindari tindakan-tindakan curang seperti mengurangi takaran
timbangan, memberitahukan produk yang cacat kepada konsumen, tidak menutupi produk cacat
kepada konsumen. Prinsip kebermanfaatan juga telah diterapkan oleh pelaku, dari unsur produk
dan bisnisnya memberikan kemaslahatan bagi konsumen serta tidak ada unsur kemudharatan.
Selanjutnya prinsip yang belum sepenuhnya diterapkan yakni bertanggung jawab, pemilik tidak
selalu memberikan upah tepat waktu kepada karyawan dan belum memenuhi janji secara tepat
waktu pada konsumen atas pesanan yang diterima. Prinsip keadilan juga belum sepenuhnya
dilakukan, berdasarkan kesepakatan sebelumnya pemilik tidak selalu memenuhi hak karyawan
atas upah dan pesanan dari konsumen secara tepat waktu, hal ini menjadikan kerugian pihak lain.

9
Kendala Implementasi Etika Bisnis Islam Pada Pelaku UMKM

Belum diterapkannya prinsip-prinsip dari etika bisnis islam pada pelaku industry UMKM
bidang makanan dan minuman di kabupaten Tuban karena mempunyai beberapa kendala dalam
aktivitas bisnisnya. Pertama, prinsip tauhid belum sepenuhnya bisa diterapkan dalam aktivitas
bisnisnya karena terkendala proses produksi yang tidak bisa ditinggalkan, sehingga ketika akan
menunaikan ibadah sholat harus dilakukan secara bergantian antar karyawan. Kedua, prinsip
kejujuran belum diterapkan dalam kegiatan bisnisnya karena pemilik kerap melakukan
penimbunan bahan baku karena harga bahan baku cenderung naik, hal ini untuk berjaga-jaga
karena kendala harga tidak stabil. Ketiga, kendala prinsip kebermanfaatan karena dalam proses
produksinya menghasilkan limbah, limbah ini tidak dikelola dengan baik oleh pemilik sehingga
menimbulkan pencemaran lingkungan dan mengganggu aktivitas masyarakat.

Keempat, kendala penerapan prinsip tanggung jawab oleh jarak dan waktu. Terbatasnya
peralatan seperti mesin dan kurangnya karyawan sehingga tidak bisa pasti memenuhi pesanan
pelanggan dan pembayaran upah pada karyawan. Kelima, kendala penerapan prinsip keadilan
dikarenakan dalam bisnisnya melakukan tindakan curang yang dilakukan oleh pemilik UMKM
ini. Selain itu merugikan pihak-pihak lain seperti karyawan dan konsumen yang tidak mampu
menepati membayar upah dan pesanan konsumen, selain itu bisnisnya menimbulkan
kemudharatan bagi masyarakat dan lingkungan karena limbah.

10
Penerapan Etika Bisnis Islam Oleh Industri Rumah Tangga Penghasil Bandeng di Kab.
Pemalang

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis penerapan etika bisnis islam dan dampaknya bagi
perusahaan industry penghasil bandeng di Kabupaten Pemalang. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan data observasi, wawancara, dan
dokumentasi (Moleong, 1990, p. 157). Informasi dari penelitian ini menggunakan dua data yakni
data primer dan data sekunder. Data primer bersumber dari perusahaan lapangan bandeng di
Kabupaten Pemalang, sedangkan data sekunder diperoleh dari literature yang berhubungan dengan
obyek terkait (Moleong, 1990, p. 159).
Pada penerapan etika bisnis islam oleh perusahaan bandeng di kabupaten Pemalang, Jawa
Tengah menunjukkan hasil yang positif karena mampu memberikan enam dampak kemajuan
bisnis bandeng kepada perusahaan. Perusahaan bandeng ini menjunjung dan melaksanakan lima
aksioma etika bisnis islam antara lain tauhid, keseimbangan, kehendak bebas, ihsan, dan tanggung
jawab.
Penerapan tauhid oleh perusahaan bandeng dilakukan dengan cara melakukan kegiatan
pengajian dan briefing sebelum melaksanakan proses produksi. Selain itu penerapan tauhid juga
diterapkan dalam menjaga kualitas produk, pengaturan kinerja SDM, dan proses produksi. Kedua,
penerapan etika keseimbangan dilakukan perusahaan bandeng dengan cara menjaga kualitas
produksi yang berjalan sampai dengan proses distribusi untuk memastikan produk tetap terjaga
dan aman untuk sampai ke tangan konsumen, selain itu menjalin hubungan yang baik kepada
konsumen dengan melayani segala kebutuhan konsumen akan produk yang diinginkan. Ketiga,
penerapan etika kehendak bebas hal ini dilakukan dengan cara menjaga zat produk bandeng
dengan tidak menambahkan dan menggunakan bahan penyedap rasa atau MSG. Selanjutnya
penerapan tanggung jawab, penerapan ini dilakukan dengan mendaftarkan perusahaan ke badan
hukum atau BPOM atas produk bandeng tersebut agar menunjukan perusahaan ini telah benar-
benar serius dalam mendirikan usahanya dan sebagai upaya tanggung jawab kepada konsumen.
Kelima, penerapan etika kebajikan (ihsan) dengan menerpakan keempat aksioma etika bisnis
lainnya berarti perusahaan telah benar-benar menunjukkan manfaat dari berbagai aspek ekonomi,
memenuhi kebutuhan masyarakat, serta tidak menimbulkan kemudharatan bagi pihak-pihak
masyarakat lingkungan sekitar.

11
Dampak Penerapan Etika Bisnis Islam
Hasil penelitian tersebut menunjukkan dampak kemajuan perusahaan bandeng atas penerapan
etika bisnis islam dari enam parameter kemajuan bisnis. Penerapan etika bisnis islam memberikan
dampak pada aspek pemasaran dengan berhasil memasarkan produk olahan bandeng ke beberapa
provinsi pulau Jawa. Aspek dasar dari keberhasilan pemasaran ini yaitu berdasarkan kualitas
produk, harga terjangkau, promosi yang menarik, dan keamanan distribusi sehingga membuat
perusahaan berkembang dan mendapatkan loyalitas dari konsumen di berbagai kota. Dampak
kedua yaitu dari aspek manajemen dan SDM pada kegiatan operasional perusahaan. Keberhasilan
ini didapat karena perusahaan menanamkan sifat kejujuran dan tanggung jawab yang di
implementasikan baik untuk dunia dan akhirat (Wahyu Mijil, 2016, p 15).
Penerapan ketiga yaitu berdampak pada aspek hukum, dengan perusahaan mendaftarkan
usahanya pada badan hukum menghasilkan pernyataan sebagai standar perusahaan yang baik oleh
pemerintah daerah maupun pusat. Hal tersebut terbukti dengan kepemilikan surat izin P-IRT
(Pangan Industri Rumah Tangga) yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Daerah Pemalang, Jawa
Tengah, Sertifikat Halal, Nomor Pokok Wajib Pajak, dan surat akta yang dikeluarkan oleh notaris.
Penerapan etika bisnis islam juga berdampak pada aspek ekonomi masyarakat dilakukan dengan
cara membentuk kelompok binaan usaha, menyisihkan sebagian keuntungan untuk shodaqoh dan
zakat. Selain itu perusahaan memenfaatkan seluruh bagian dari bandeng untuk diolah agar
meminimalisir limbah dari bandeng itu sendiri kepada lingkungan. Dengan menerapkan berbagai
aspek tersebut tentunya menghasilkan aspek pada finansial perusahaan dan menjadikan prospek
lebih baik lagi serta omzet yang didapatkan dapat dimaksimalkan lebih lanjut mengingat pasar
sudah mengetahui keterjaminan mutu dari perusahaan bandeng kabupaten Pemalang.

12
Kesimpulan
Mempunyai bisnis baik usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) maupun perusahaan yang
dijalankan oleh seorang muslim hendaknya menjunjung tinggi prinsip-prinsip dari etika bisnis
sesuai syariat kaidah islam pada penerapan kegiatan operasional dalam bisnisnya. Ketika
perusahaan mengimplementasikan aksioma dari etika bisnis islam sepenuhnya maka akan
menimbulkan dampak positif bagi keberlangsungan usahanya. Sebaliknya jika bisnis dijalankan
tidak sepenuhnya menerapkan aksioma etika bisnis islam maka akan menimbulkan masalah-
masalah lain baik untuk keberlangsungan usaha maupun dampak buruk seperti lingkungan, social,
hubungan antar pemilik dan karyawan, kepercayaan dari konsumen sehingga menimbulkan
kemudharatan. Bisnis yang baik ialah bisnis yang mematuhi segala aturan dan ketentuan yang telah
diajarkan Rasulullah dan dijabarkan dalam Al-Quran, ketika semua etika bisnis islam diterapkan
dengan baik maka Allah akan memberikan kemudahan dan keridhaan atas bisnis yang kita
jalankan serta membawa keberkahan baik di dunia maupun di akhirat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Darmawati, “Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam : Eksplorasi Prinsip Etis Al-Qur’an Dan
Sunnah,” Jurnal Pemikiran Hukum Islam 11, no. 1 (2013): 58–68.

Djakfar M. 2012. Etika Bisnis (Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan Moral Ajaran Bumi).
Jakarta: Penebar Plus.

Feni Dwi Anggraeni, Imam Hardjanto, and Ainul Hayat, “Pengembangan Usaha Mikro, Kecil,
Dan Menengah (UMKM) Melalui Fasilitasi Pihak Eksternal Dan Potensi Internal,” Jurnal
Administrasi Publik (JAP) 1, no. 6 (2013): 1286–95.

Ferry Duwi Kurniawan and Luluk Fauziah, “Pembedayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menegah
(UMKM) Dalam Penanggulangan Kemiskinan,” JKMP 2, no. 2 (2014): 165–76.

Harahap, S. S. (2010). Etika bisnis dalam perpektif Islam. Jakarta, Indonesia: Salemba Empat.

Mikro, Pelaku Usaha et al. 2019. “IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS ISLAM PADA PELAKU
UMKM DI TUBAN. UNIVERSITAS BRAWIJAYA”

Moleong, L. J. (1990). Metodologi penulisan kualitatif. Bandung, Indonesia: Tarsito.

Muhammad. (2004). Etika bisnis Islam. Yogyakarta, Indonesia: UPP AMP YKPN.

Naqvi, S. N. H. (1997). The dimensions of an Islamic economic model. Islamic Economic Studies,

4(2), 1–23. Retrieved from http://www.irti.org/English/Research/Documents/IES/128.pdf

Norvadewi, “Bisnis Dalam Perspektif Islam (Telaah Konsep, Prinsip Dan Landasan Normatif),”
2015, 33– 46.

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam UII. 2014. Ekonomi Islam. Jakarta: Rajawali
Pers.

Shihab, M. Q. (2011). Bisnis sukses dunia akhirat. Ciputat, Indonesia: Lentera Hati.

Wahyu Mijil. 2016. “‘Penerapan Etika Bisnis Islam Dandampaknya Terhadap Kemajuan Bisnis
Industri Rumah Tangga.’” Journal of Islamic Economics Lariba 2(1): 34.

Yunia, Noorma. 2018. “Implementasi Etika Bisnis Islam Dalam Menjalankan Usaha Kecil.”

14
Jurnal Aksioma Al-Musaqoh 1(1): 77–92.

15

Anda mungkin juga menyukai