Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kesejahteraan hidup merupakan dambaan setiap manusia. Masyarakat yang sejahtera

tidak akan terwujud jika para anggotanya hidup dalam keadaan miskin. Oleh karena itu,

kemiskinan harus dihapuskan karena merupakan suatu bentuk ketidak sejahteraan yang

menggambarkan suatu kondisi yang serba kurang dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi.

Substansi kemiskinan adalah kondisi deprivasi terhadap sumber-sumber pemenuhan

kebutuhan dasar yang berupa sandang, pangan, papan dan pendidikan dasar. Dalam syari’ah

islam ukuran kemiskinan adalah kurang lebih satu nisab zakat. Apabila seseorang berada

dibawah satu nisab maka seseorang tersebut sulit memenuhi kebutuhan dasar. Pedoman

utama dalam merumuskan kebijakan pengentasan kemiskinan adalah mencetak uang dan

menunjang masyarakat melalui peningkatan peran serta produktifitas dan efisiensi.

Pengentasan kemiskinan perlu di lakukan secara terus menerus, bertahap dan terpadu

didasarkan pada kemandirian, yaitu meningkatkan kemampuan penduduk yang miskin untuk

menolong mereka sendiri. Hal ini memberikan kesempatan yang luas bagi penduduk miskin

untuk melakukan kegiatan sosial ekonomi yang produktif. Ekonomi merupakan salah satu

faktor penting yang berperan dalam kehidupan manusia. Karena itu ajaran islam yang

merupakan petunjuk bagi pencapaian kebahagian hidup dunia dan akhirat juga mengajarkan

prinsip dan norma yang harus diperhatikan dalam bidang ekonomi. Modal, tenaga kerja, dan

produksi merupakan kebutuhan manusia dalam usaha memenuhi kebutuhannya kepada

barang dan jasa. Mengenai modal, islam mendorong supaya harta yang dimiliki dijadikan

modal dalam usaha yang produktif.


Keinginan manusia dalan hal kesejahteraan ekonomi adalah sebagaimana diakui

dalam islam, yaitu memberikan hak-hak yang pasti kepada manusia dan menyediakannya

sebagai tata tertib sosial yang menjamin kesejahteraan sosial bersama dan menghapus

kemiskinan. Kondisi perekonomian yang terpuruk akhir-akhir ini sudah mengarah pada

kondisi yang semakin tidak menentu. Pertumbuhan ekonomi yang digunakan pada masa lalu

justru menciptakan kesenjangan sosial yang cukup mencolok antara golongan kaya dan

miskin.

Kelompok orang yang bermodal besar dapat menguasai dan mengendalikan

perekonomian baik di tingkat nasional maupun daerah. Sebagian besar pemodal besar tinggal

dikota besar, sehingga aktifitas perekonomian termasuk putaran uang lebih banyak terjadi di

kota. Sementara di desa, yang mayoritas penduduk di negeri tidak mendapat kesempatan dan

perhatian yang semestinya baik dari pemerintah maupun pihak swasta, yang pada akhirnya

hanya sebagai pelengkap dan pengikut dari sistem pembangunan ekonomi.

Pengembangan usaha kecil dan menengah merupakan bagian dari upaya

memperkokoh struktur penggerak perekonomian nasional yang selama ini lebih menekankan

pertumbuhan daripada pemerataan telah melahirkan struktur masyarakat minoritas kelas atas

yang menguasai sebagian besar aset negara, sementara masyarakat mayoritas kelas menengah

kebawah hanya mendapat sebagian kecil.

Baitul Maal Wa Tamwil hadir memberikan solusi bagi kesenjangan di atas, yaitu

dengan memberi bantuan dalam bentuk pemodalan dengan sistem bagi hasil guna

penambahan modal dan demi peningkatan usaha dari para pengusaha. Kegiatan BMT

pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan

ekonomi pengusaha makro dan kecil antara lain dengan mendorong kegiatan menabung dan
menunjang pembiyaan kegiatan ekonominya, sedangkan kegiatan Baitul Maal menerima

titipan dari dan Zakat, Shadaqoh, dan menjalankan sesuai dengan peraturan dan amanahnya.

BMT Ibaadurrahman merupakan lembaga keuangan yang berada di daerah sekitar

terdapat beberapa kelompok usaha seperti pedagang, mebel, bengkel, salon, konveksi, dan

kelompok usaha kecil lain.

‘ANALISI PERAN BAITUL MAAL WA TAMWIL (BMT) IBAADURRAHMAN

TERHADAP PEMBERDAYAAN USAHA PEDAGANG KECIL DI PASAR KOTA

SUKABUMI”

1.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana peran BMT Ibaadurrahman terhadap pemberdayaan uasaha pedagang

kecil di pasar kota Sukabumi ?

2. Apa saja hambatan-hambatan yang dihadapi oleh BMT dan pedagang dalam

program BMT Ibaadurrahman ?

3. Bagaimana strategi meningkatkan pemberdayaan BMT Ibaadurrahman kepada

usaha pedagang kecil di pasar kota Sukabumi ?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui status badan hukum BMT Ibaadurrahman yang sudah ada

dan dipilih oleh BMT sebelum adanya UU No. 1 Tahun 2013 tentang

Lembaga Keuangan Mikro.


2. Untuk mengetahui eksistensi kelembagaan BMT dan status badan hukumnya

pasca UU No. Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro.

3. Mengkaji dan Menganalisis secara rechtsdogmatiek BMT Sebagai Lembga

Keuangan Mikro.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui proses pemberdayaan yang telah dan yang akan di lakukan.

2. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh BMT dan mencarikan

solusinya.

3. Untuk mengetahui strategi dalam menigkatkan pemberdayaan BMT

Ibaadurrahman terhadap usaha pedagang kecil di kota Sukabumi.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan teoritik yaitu dapat digunkan sebagai informasi dan kontribusi baru

bagi pengembangan masyarakat.

2. Kegunaan praktis yaitu sebagai bahan pertimbangan terhadap upaya perberdayaan

ekonomi masyarakat disekitar pasar kota Sukabumi oleh BMT Ibaadurrahman.

1.5. Kerangka Pemikiran

Pada penelitian ini, penulis mencoba membangun sebuah kerangka pemikiran

teoritis yang tepat untuk menganalisis peran BMT dalam pemberdayaan usaha

pedagang kecil. Hubungan alur berfikir pada penelitian ini dapat di lihat pada gambar

dibawah ini.
Kerangka pemikiran

BMT
IBAADURRAHMAN

PEMBERDAYAAN USAHA
PEDAGANG KECIL

Pembinaan dan
Pemberdayaan
Pendampingan
UMKM
kegiatan usaha
UMKM oleh BMT
1.6. Hipotesis Pemikiran

Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau salah. Hipotesis

ditolak apabila faktanya menyangkal dan diterima apabila faktanya membenarkan.,

jadi hipotesis adalah dugaan sementara yang perlu dibuktikan kebenarannya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diambil hipotesis yang akan diuji

kebenarannya sebagai berikut.

H1=Lemahnya strategi BMT dalam meningkatkan pemberdayaan terhadap pedagang

usaha kecil di kota Sukabumi.

H2=Kurangnya kesadaran masyarakat dalam kewajiban membayar pinjaman kepada

BMT pada tepat waktunya.

1.7. Metodologi Penelitian


1.7.1. Ranacangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif yang bersifat menggambarkan, memaparkan, dan menguraikan objek yang

di teliti (Arikumo. 2006). Penelitian kualitatif antara lain bersifat deskriptif, data yang

dikumpulkan lebih banyak berupa kata-kata atau gambar daripada angka-angka.

Dengan demikian, penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang

bermaksud untuk membuat deskripif atau gambaran untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dan lain-lain (Moleong. 2010).

Metode ini digunakan sesuai dengan tujuan yaitu mengkaji penelitian secara

ilmiah mengenai Analisis Peran Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Ibaadurrahman

Terhadap Pemberdayaan Usaha Pedagang Kecil Di Pasar Kota Sukabumi. Dalam

penelitian ini, peneliti terlibat dalam situasi dan setting fenomena yang diteliti.

Peneliti diharapkan selalu memusatkan perhatian pada kenyataan atau kejadian dalam

konteks yang diteliti. Setiap kejadian merupakan suatu yang unik berbeda dengan

yang lain karena perbedaan konteks.

1.7.2. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang di gunakan sebagai alat

untuk mengumpulkan data dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian.

Didalam prosedur penelitian ini, penulis membahas tentang metode dan teknik

pengumpulan data, populasi dan sampel penelitian, dan prosedur pengolahan data.

1.7.3. Unit Analisis


Unit analisis dalam penelitian ini adalah BMT Ibaadurrahman kota

Sukabumi. Penetapan unit analisis ini didasarkan pada tugas dan fungsi BMT

Ibaadurrahman kota Sukabumi sebagai unit pengembangan usaha-usaha produktif dan

bertanggung jawab dalam pelayanan terhadap pedagang usaha kecil di kota

Sukabumi.

1.7.4. Populasi dan Sampel

1.7.4.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah Pedagang Usaha Kecil, melalui analisis

Peran Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Ibaadurrahman kota Sukabumi. Data yang

digunakan untuk mengetahui tingkat kesadaran dan karakteristik umum dianalisis

secara deskripif. Nurfatimah Daulay (2013) menjelaskan metode deskriptif adalah

penelitian untuk menggambarkan objek atau subjek yang diteliti.

Sesuai dengan apa adanya, dengan tujuan menggambarkan secara sistematis,

fakta dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat.

Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa populasi bukan

hanya sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari tetapi meliputi

seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek tersebut.

Berdasarkan penelitian ini, yang menjadi sasaran populasi adalah karyawan

dan nasabah BMT yang berperan langsung dalam kegiatan pemberdayaan usaha

pedagang kecil di PASAR KOTA SUKABUMI.

1.7.4.2. Sampel

Menurut Sugiono (2008: 118) “sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Teknik pengambilan sampel


menggunakan probably sampling dengan simple random sampling yaitu pengambilan

sampel secara acak dari populasi karena populasi dianggap homogen.

Dalam penelitian ini dengan berpedoman pada Sugiyono (2009:100) yang

mengatakan bahwa:

“Untuk berpedoman umum dapat dikatakan bahwa bila populasi dibawah

100 orang maka dapat digunakan sampel 50% dan jika diatas 100 orang sebesar

15%”.

Maka jumlah sampel yang diambil sebesar 50% dari jumlah populasi

sebanyak 50 orang. Maka responden yang diambil adalah 25 orang berdasarkan

perhitungan 50% x 50 orang = 25 orang.

Adapun menurut Arikunto (2006: 134) apabila jumlah subjeknya kurang

dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan

penelitian populasi, tetapi apabila jumlahnya lebih besar maka diambil sebanyak 10-

15 % dari populasi.

1.7.5. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan langkah penting dalam melakukan

penelitian, karena data yang terkumpul akan dijadikan bahan analisis dalam

penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teknik

trigulasi (Moleong, 2004: 135), yaitu

1.7.5.1. Wawancara

Penelitian ini merupakan bentuk wawancara baku terbuka. Jenis wawancara

ini adalah wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku. Urutan

pertanyaan kata-katanya, dan cara penyajian sama untuk setiap responden (Moleong,
2011: 188). Alasan peneliti menggunakan jenis wawancara baku terbuka adalah untuk

mengurangi variasi hasil wawancara pada saat dilakukan.

Wawancara digunakan untuk mengetahui peran Baitul Maal Wa

Tamwil (BMT) Ibaadurrahman terhadap pemberdayaan usaha pedagang kecil di pasar

kota Sukabumi. Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data berupa instrument

yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang di tujukan kepada pengelola BMT.

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang Peran Baitul Maal Wa

Tamwil (BMT) Ibaadurrahman terhadap pemberdayaan usaha pedagang kecil di pasar

kota Sukabumi.

1.7.5.2. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu cara mengumpulkan data

dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.

Observasi merupakan penelitian yang di lakukan secara sistematis dan sengaja di

lakukan dengan menggunakan indra penglihatan untuk melihat kejadian yang

berlangsung serta langsung menganalisis kejadian tersebut langsung pada waktu

kejadian itu berlangsung. Jadi dalam penelitian ini observasi digunakan untuk

mendapatkan data tentang pengumpulan data Peran Baitul Maal Wa Tmwil (BMT)

Terhadap Pemberdayaan Usaha Pedagang Kecil Di Pasar Kota Sukabumi.

1.7.5.3. Dokumentasi

Peneliti melakukan dokumentasi pelaksana kegiatan penelitian melalui foto

atau gambar, sebagai bukti fisik pelaksanaan penelitian.

1.7.6. Operasionalisasi Variabel


Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian,

sering juga disebut sebagai faktor yang berperan dalam penelitian atau gejala yang

akan diteliti. Sandu Siyoto (2015). Adapun variabel yang digunakan peneliti adalah:

1.7.6.1. Variabel Independen (Variabel X)

Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya

atau timbul variabel terikat, yang menjadi variabel X peneliti yaitu “Peran BMT”.

1.7.6.2. Variabel Dependen

Variabel suatu variabel yang di pengaruhi atau yang menjadi akibat

karena adanya variabel bebas, yang menjadi variabel Y peneliti yaitu “Pemberdayaan Usaha

Pedagang Kecil”.

1.7.7. Analisis Data

Analisis data kulitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh adalah

data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka serta tidak

dapat disusun dalam kategori-kategori/struktur klasifikasi. Data bisa saja dikumpulkan dalam

aneka macam cara (observasi, wawancara, intisari, dokumen, pita rekaman) dan biasanya

diproses terlebih dahulu sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan,

penyuntingan, atau alih-tulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang

biasanya disusun kedalam teks yang diperluas, dan tidak menggunakan perhitungan

matematis atau statistika sebagai alat bantu analisis.


Menurut Miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari tiga alur

kegiatan yang menjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan/verifikasi. Terjadi secara bersamaan berarti reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang saling jalin menjalin merupakan proses

siklus dan interaksi pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk

sejajar yang membangun wawasan umum yang disebut “analisis” (Ulber Silalahi, 2009:339).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif mencakup

transkip hasil wawancara, reduksi data, analisis, interpretasi data dan triangulasi. Dari hasil

ananlisis data yang kemudian dapat ditarik kesimpulan berikut ini adalah teknik analisis data

yang digunakan oleh peneliti.

1.7.7.1. Reduksi Data

Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Reduksi

data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis

dilapangan. Kegiatan reduksi data berlangsung terus-menerus, terutama selama proyek yang

berorientasi kualitatif berlangsung atau selama pengumpulan data. Selama pengumpulan data

berlangsung, terjadi tahapan reduksi, yaitu membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema,

membuat gugus-gugus, membuat partisi, dan menulis memo.

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data

sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Reduksi data atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai

laporan akhir lengkap tersusun. Jadi dalam penelitian kualitatif dapat disederhanakan dan
ditransformasikan dalam aneka macam cara melalui seleksi ketat, melalui ringkasan atau

uraian singkat, menggolongkan dalam suatu pola yang lebih luas, dan sebagainya.

1.7.7.2. Triangulasi

Selain menggunakan reduksi data peneliti juga menggunakan teknik

triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya

triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330).

Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang

berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini

selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data.

Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas

tafsiaran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.

Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam

triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan

teori. Pada penelitian ini dari empat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan

teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber.

Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton, 1987:331). Adapun untuk mencapai kepercayaan

itu, maka ditempuh langkah sebagai beriku:


1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan

apa yang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

Sementara itu, dalam catatan Tedi Cahyono dilengkapi bahwa dalam

riset kualitatif triangulasi merupakan proses yang harus dilalui oleh

seorang peneliti disamping proses lainnya, dimana proses ini

menentukan aspek validitas informasi yang diperoleh untuk kemudian

disusun dalam suatu penelitian. Teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik

triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui

sumber lain. Model triangulasi diajukan untuk menghilangkan

dikotomi antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif sehingga benar-

benar ditemukan teori yang tepat.

Murti B, 2006 menyatakan bahwa tujuan umum dilakukan triangulasi

adalah untuk meningkatkan kekuatan teoritis, metodologis, maupun

interpretatif dari sebuah riset. Dengan demikian triangulasi memiliki

arti penting dalam menjembatani dikotomi riset kualitatif dan


kuantitatif, seadangkan menurut Yin R.K., 2003 menyatakan bahwa

pengumpulan data triangulasi (triangulation) melibatkan observasi,

wawancara dan dokumentasi.

Penyajian data merupakan kegiatan terpenting yang kedua dalam

penelitian kualitatif. Penyajian data yaitu sebagai sekumpulan

informasi yang tersusun member kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan (Ulber Silalahi, 2009:340).

1.7.7.3. Menarik Kesimpulan

Kegiatan analisis ketiga adalah menarik kesimpulan dan verifikasi.

Ketika kegiatan pengumpulan data dilakukan, seorang menganalisis kualitatif mulai mencari

arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang

mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan yang mula-mulanya belum jelas akan

meningkat menjadi lebih terperinci. Kesimpulan-kesimpulan “final” akan muncul bergantung

pada besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan, dan

metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan peneliti, dan tuntutan pemberi dana,

tetapi sering kali kesimpulan itu telah sering dirumuskan sebelumnya sejak awal.

1.8. Waktu dan Tempat Penelitian

1.8.1. Waktu Penelitian

Waktu yang akan dilakukan peneliti untuk penelitian ini akan dilaksanakan

setelah dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih 2 (dua) bulan 1 bulan
pengumpulan data dan 1 bulan pengolahan data yang meliputi penyajian dalam bentuk skripsi

dan proses bimbingan berlangsung.

1.8.2. Tempat Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di BMT Ibaadurrahman Kota

Sukabumi.

Anda mungkin juga menyukai