Anda di halaman 1dari 8

FRAKTUR ELLIS

Disusun oleh :
Agnes Yessy P.
G99162134

Penguji:

Vita Nirmala Ardanari, drg., Sp.Pros., Sp.KG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2017
FRAKTUR ELLIS

A. Definisi dan Etiologi


Fraktur dentin adalah trauma patah pada fragmen gigi. Fraktur Ellis mengacu
pada jenis klasifikasi fraktur dentin menurut Ellis (1970 dalam Thomas, 2016).
Fraktur dentin umumnya disebabkan benturan atau trauma. Namun menurut
American Dental Association (ADA), fraktur dapat disebabkan oleh kebiasaan buruk
(contohnya membuka tutup botol dengan gigi), kehilangan sebagian besar struktur
gigi (contohnya karies gigi yang meluas), dan paparan enamel terhadap suhu ekstrim
(contohnya mengunyah es batu setelah makan makanan panas). Fraktur Ellis
merupakan keadaan darurat yang harus ditangani, kecuali Ellis I yang tidak begitu
darurat (Thomas, 2016).

B. Klasifikasi Fraktur Ellis

Klasifikasi ini cukup sederhana dimana sekelopok luka pada gigi dan
jaringannya di kelompokkan (Ellis, 1970 dalam Pagadala & Tadikonda, 2015):
1. Ellis I
Fraktur terdiri dari mahkota dan di daerah enamel saja. Biasanya gigi tidak nyeri
dan tidak terdapat perubahan warna namun sudut dan permukaannya kasar.
2. Ellis II
Fraktur pada enamel sampai lapisan dentin. Biasanya nyeri pada sentuhan dan
paparan udara. Pada pemeriksaan lapisan dentin dapat terlihat.
3. Ellis III
Fraktur pada enamel, dentin, sampai pulpa. Terasa nyeri dan terlihat area
berwarna merah muda atau merah, bahkan darah di tengah gigi.
4. Ellis IV
Gigi yang trauma menjadi non-vital dengan atau tanpa kehilangan struktur
mahkota.
5. Ellis V
Gigi hilang akibat trauma atau terjadi luksasi akibat dislokasi gigi dari alveolus.
6. Ellis VI
Fraktur pada akar gigi dengan atau tanpa fraktur pada mahkota, terjadi pelepasan
gigi dari alveolus akibat trauma.
7. Ellis VII
Berpindah tempatnya gigi tanpa adanya fraktur akar gigi atau mahkota.
8. Ellis VIII
Fraktur crown en massase.
9. Ellis IX
Lepasnya banyak gigi, dan trauma pada gusi setempat.

Gambar 1. Klasifikasi Fraktur Ellis (Pagadala & Tadikonda, 2015)

Gambar 2. Fraktur Ellis I Gambar 3. Fraktur Ellis II Gambar 4. Fraktur Ellis III
(Pagadala & Tadikonda, 2015) (Pagadala & Tadikonda, 2015) (Pagadala & Tadikonda, 2015)
Gambar 5. Fraktur Ellis IV Gambar 6. Fraktur Ellis V
(Pagadala & Tadikonda, 2015) (Pagadala & Tadikonda, 2015)

Gambar 7. Fraktur Ellis VI Gambar 8. Fraktur Ellis VII


(Pagadala & Tadikonda, 2015) (Pagadala & Tadikonda, 2015)

Gambar 9. Fraktur Ellis IX (Pagadala & Tadikonda, 2015)

C. Evaluasi Trauma

1. Anamnesis
Anamnesis berupa kronologi trauma terjadi, kelainan hematologi pasien,
alergi pada pasien, riwayat medikasi sebelumnya, dan juga riwayat pemeriksaan
giginya.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan menyeluruh perlu dilakukan untuk menilai tingkatan luka
dan trauma. Tanda vital, pemeriksaan sistem, pemeriksaan neurologis,
pemeriksaan kepala leher perlu diperiksa (NCEMI, 2013).
3. Pemeriksaan ekstraoral intraoral
Lokasi trauma pada ektraoral dan intraoral perlu diperiksa. Palpasi
mandibula, maksillaris, zygomaticus, tempuromandibularis junction, dan
mastoideus perlu dilakukan. Periksa apakah ada fraktur, bengkak, dan laserasi.
Sumbatan dan debris perlu dibersihkan sebelum dilakukan pemeriksaan
intraoral. Palpasi bagian alveolus apakah ada fraktur apa tidak, periksa bagian
gigi apakah ada luksasi atau kerusakan. Mukosa labial, frenum rahang atas,
jaringan ginggiva, dan lidah harus diperiksa untuk memar atau laserasi. Semua
laserasi intraoral harus dibersihkan dan dieksplorasi, dicari apakah ada benda
asing (NCEMI, 2013).
4. Pemeriksaan radiologi
Mengevaluasi luka pada gigi maksila atau rahang bawah, radiograf oklusal
merupakan pilihan. Jika fraktur akar dicurigai, radiograf pada dua sudut berbeda
diperlukan untuk diagnosis yang pasti. Untuk gigi yang terintrusi, radiograf
anterior lateral memberikan informasi tambahan yang berguna. Radiograf
panoramik membantu mengevaluasi dicurigai fraktur mandibula atau condylar
(Thomas, 2016).

D. Tatalaksana
1. Medikamentosa
Sebelumnya daerah leher dan mulut dikompres dahulu untuk mengurangi
pendarahan dan inflamasi. Obat-obatan seperti analgesik, antiinflamasi, dan
antibiotik dapat diberikan. Imunisasi tetanus dapat disuntikkan jika pasien belum
diimunisasi (Ministry of Health Fiji, 2010).
2. Perawatan
Perawatan untuk fraktur tergantung kondisi sisa akar gigi yang tinggal atau
bagian yang mengalami fraktur. Tindakan pertama dapat dimulai dengan melihat
kondisi gigi, soket gigi harus diirigasi supaya dapat dilihat jelas. Sisa akar gigi
dikeluarkan dengan elevator dengan daya yang ringan. Dilakukan dengan hati-
hati sampai sisa tersebut makin longgar pada soket lalu dikeluarkan. Jika sisa
gigi tidak dapat dikeluarkan, teknik transalveolar dapat digunakan (Thomas,
2016).
Perawatan Ellis I dapat berupa pemotongan sudut tajam akibat fraktur
untuk menghindari luka tambahan pada jaringan lunak mulut. Alternatif lainnya
adalah diperbaiki dengan material komposit. Pada fraktur Ellis II, dentin yang
terpapar akibat trauma sebaiknya ditumpat dengan Resin Modified Glass
Ionomer atau Fuji IX cement (Ministry of Health Fiji, 2010).
Tujuan utama dari tatalaksana fraktur Ellis III adalah untuk
mempertahankan pulpa gigi yang layak, dan membantu penyelesaian
pertumbuhan akar. Oleh karena itu, jika paparan pulpa sangat baru atau sangat
kecil, pulp cap dapat digunakan. Untuk eksposur yang lebih besar dari 2 mm,
pulpotomi dapat dilakukan (Thomas, 2016).
Eksodonti perlu dilakukan pada fraktur Ellis IV jika endodonti tidak dapat
dilakukan. Ellis V ditatalaksana dengan dilakukannya reimplantasi gigi,
prosedur endodonti, atau pemberian prostesis (Ministry of Health Fiji, 2010).
Penanganan fraktur Ellis VI adalah pengurangan segmen fraktur yang
retak dan imobilisasi dari segmen koronal. Fraktur akar harus didiagnosis
sebelum bekuan darah mencegah aposisi segmen yang retak (Thomas, 2016).
Pada fraktur Ellis VII yang terdapat luksasi lateral, tatalaksana berupa
reposisi setelah diberi anestesi lokal dan pemberian bidai sementara. Untuk
luksasi ekstrusif, tatalaksana berupa reposisi segera dan pemberian bidai semi-
rigid sementara. Pada fraktur Ellis VIII dan IX perlu diberikan perawatan
saluran akar (Ministry of Health Fiji, 2010).

E. Kesimpulan

Fraktur Ellis adalah patahnya fragmen gigi dapat diakibatkan trauma,


kebiasaan, kelaianan struktur gigi, dan paparan enamel terhadap suhu ekstrim.
Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan ekstraoral intraoral, dan pemeriksaan
radiologi perlu dilakukan untuk mendiagnosis derajat fraktur. Penatalaksanaan awal
dapat diberikan kompres dan medikamentosa. Penatalaksanaan berikutnya seperti
penempelan fragmen fraktur, endodonti, pulpotomi, reposisi dilakukan sesuai derajat
fraktur.

F. Saran
Sebaiknya pasien dengan kasus fraktur Ellis segera ditangani karena defek yang
terjadi secara fungsi dan kosmetik. Pencegahan dapat dilakukan dengan memperbaiki
kebiasaan dan penggunaan mouth guard saat melakukan olahraga yang rentan
menyebabkan fraktur. Jika terkena fraktur, segera pergi ke dokter atau ke IGD untuk
segera ditangani. Selama perawatan, sebaiknya konsumsi makanan yang membantu
mineralisasi gigi, seperti susu, kacang, dan keju.
DAFTAR PUSTAKA

Pagadala S, Tadikonda DC. (2015). An overview of classification of dental


trauma. IAIM, 2(9): 157-164
Thomas JJ. (2016). Fractured Teeth. http://emedicine.medscape.com/article/827555-
overview. Diakses Oktober 2017
Ministry of Health Fiji. (2010). Clinical Practice Guideline For The Management of
Dental Trauma. http://www.health.gov.fj/wp-

Diakses

Oktober 2017
NCEMI. (2013). Dental Trauma (fracture, subluxation and displacement).
http://www.ncemi.org/cse/cse0414.htm. Diakses Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai