Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

DOKTER INTERNSHIP PERIODE II 2023


“PENATALAKSANAAN FRAKTUR ELLIS KLAS IV”

Disusun Oleh:

drg. Moh. Furqon Khomaini

Dokter Pendamping:

drg. Yerni Rita

POLI GIGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROF. DR. M.A HANAFIAH
SM
BATUSANGKAR
KABUPATEN TANAH DATAR
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT dan berkat rahmat-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus ini. Adapun dalam laporan kasus ini penulis
membahas secara rinci mengenai Penatalaksanaan Fraktur Ellis Klas IV.
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih
kepada ibu drg. Yerni Rita selaku dokter pembimbing yang telah begitu sabar
dalam memberikan bimbingan, waktu, perhatian, saran-saran serta dukungan
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya
kepada kita semua dan semoga laporan ini dapat bermanfaat serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang
memerlukan.

Batusangkar, Januari 2024

Penulis

i
iii
4

PENDAHULUAN
Trauma rongga mulut merupakan suatu kondisi dengan adanya cedera
pada jaringan keras gigi, pulpa, tulang alveolar, jaringan periodontal, gingiva, dan
mukosa oral. Sebuah studi di Swedia menunjukkan sebanyak 30% anak
mengalami trauma pada gigi sulung dan 22 % anak mengalami trauma pada gigi
tetap. Selain itu, Andreasen melaporkan prevalensi trauma gigi yang paling
banyak terjadi di Denmark adalah yang mengalami cedera luksasi yaitu sebanyak
30%-77% dan fraktur mahkota pada gigi anterior yaitu sebanyak 78%.2
Trauma pada wajah atau kepala seringkali diikuti oleh trauma pada gigi.
Trauma yang terjadi pada gigi dapat menimbulkan berbagai akibat pada gigi
tergantung derajat keparahan trauma. Akibat yang terjadi dapat berupa infraksi
korona, fraktur korona tanpa komplikasi, fraktur korona dengan komplikasi,
fraktur korona akar, fraktur akar, luksasi, hingga avulsi gigi. Bila mahkota atau
akar mengalami fraktur, dapat terjadi beberapa kemungkinan yaitu pulpa dapat
sembuh dan tetap vital, dapat segera mati, atau dapat mengalami degenerasi
progresif dan akhirnya mati.3
Trauma pada gigi harus selalu dipertimbangkan sebagai suatu keadaan
darurat dan harus segera dilakukan perawatan untuk mengurangi rasa sakit,
mengurangi risiko bertambahnya kerusakan gigi sehingga menghasilkan
prognosis yang lebih baik. Trauma yang melibatkan fraktur gigi anterior
merupakan pengalaman tidak menyenangkan bagi anak-anak dan remaja, yang
menimbulkan efek psikologis bagi pasien dan orang tua mereka.1
5

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Etiologi
Fraktur dentin adalah trauma patah pada fragmen gigi. Fraktur Ellis
mengacu pada jenis klasifikasi fraktur dentin menurut Ellis (1970
dalam Thomas, 2016).

Fraktur dentin umumnya disebabkan benturan atau trauma. Namun


menurut American Dental Association (ADA), fraktur dapat disebabkan
oleh kebiasaan buruk (contohnya membuka tutup botol dengan gigi),
kehilangan sebagian besar struktur gigi (contohnya karies gigi yang
meluas), dan paparan enamel terhadap suhu ekstrim (contohnya
mengunyah es batu setelah makan makanan panas). Fraktur Ellis
merupakan keadaan darurat yang harus ditangani, kecuali Ellis I yang
tidak begitu darurat (Thomas, 2016).

2.2 Fraktur pada Gigi

Klasifikasi ini cukup sederhana dimana sekelopok luka pada


gigi dan jaringannya di kelompokkan (Ellis, 1970 dalam Pagadala
& Tadikonda, 2015):

1. Ellis I
Fraktur terdiri dari mahkota dan di daerah enamel saja. Biasanya
gigi tidak nyeri dan tidak terdapat perubahan warna namun sudut
dan permukaannya kasar.

2. Ellis II
Fraktur pada enamel sampai lapisan dentin. Biasanya nyeri pada
sentuhan dan

paparan udara. Pada pemeriksaan lapisan dentin dapat terlihat.

3. Ellis III
Fraktur pada enamel, dentin, sampai pulpa. Terasa nyeri dan
terlihat area

berwarna merah muda atau merah, bahkan darah di tengah gigi.

4. Ellis IV
Gigi yang trauma menjadi non-vital dengan atau tanpa
kehilangan struktur mahkota.

5. Ellis V
Gigi hilang akibat trauma atau terjadi luksasi akibat dislokasi gigi dari
alveolus.

6. Ellis VI
6
Fraktur pada akar gigi dengan atau tanpa fraktur pada mahkota,
terjadi pelepasan gigi dari alveolus akibat trauma.

7. Ellis VII
Berpindah tempatnya gigi tanpa adanya fraktur akar gigi atau mahkota.

8. Ellis VIII
Fraktur crown en massase.

9. Ellis IX
Lepasnya banyak gigi, dan trauma pada gusi setempat.

Gambar Fraktur Ellis I Gambar Fraktur Ellis II Gambar Fraktur Ellis III
7

Gambar Fraktur Ellis IV Gambar Fraktur Ellis V

Gambar Fraktur Ellis VI Gambar Fraktur Ellis VII

Gambar Fraktur Ellis IX

2.3 Evaluasi Trauma


1. anamnesis
Anamnesis berupa kronologi trauma terjadi, kelainan hematologi pasien, alergi
pada pasien, riwayat medikasi sebelumnya, dan juga riwayat pemeriksaan giginya.

2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan menyeluruh perlu dilakukan untuk menilai tingkatan luka dan
trauma. Tanda vital, pemeriksaan sistem, pemeriksaan neurologis,
pemeriksaan kepala leher perlu diperiksa (NCEMI, 2013).

3. Pemeriksaan ekstraoral intraoral

Lokasi trauma pada ektraoral dan intraoral perlu diperiksa. Palpasi mandibula,
maksillaris, zygomaticus, tempuromandibularis junction, dan mastoideus perlu dilakukan.
Periksa apakah ada fraktur, bengkak, dan laserasi.
Sumbatan dan debris perlu dibersihkan sebelum dilakukan pemeriksaan intraoral.
Palpasi bagian alveolus apakah ada fraktur apa tidak, periksa bagian gigi apakah ada
luksasi atau kerusakan. Mukosa labial, frenum rahang atas,
jaringan ginggiva, dan lidah harus diperiksa untuk memar atau laserasi. Semua laserasi
intraoral harus dibersihkan dan dieksplorasi, dicari apakah ada benda asing (NCEMI,
2013).
8

4. Pemeriksaan radiologi

Mengevaluasi luka pada gigi maksila atau rahang bawah, radiograf oklusal
merupakan pilihan. Jika fraktur akar dicurigai, radiograf pada dua sudut berbeda diperlukan
untuk diagnosis yang pasti. Untuk gigi yang terintrusi, radiograf anterior lateral
memberikan informasi tambahan yang berguna. Radiograf
panoramik membantu mengevaluasi dicurigai fraktur mandibula atau condylar (Thomas,
2016).
9

2.4 Penatalaksanaan

1. Medikamentosa
Sebelumnya daerah leher dan mulut dikompres dahulu untuk
mengurangi

pendarahan dan inflamasi. Obat-obatan seperti analgesik,


antiinflamasi, dan antibiotik dapat diberikan. Imunisasi tetanus
dapat disuntikkan jika pasien belum diimunisasi (Ministry of
Health Fiji, 2010).

2. Perawatan
Perawatan untuk fraktur tergantung kondisi sisa akar gigi yang
tinggal atau

bagian yang mengalami fraktur. Tindakan pertama dapat dimulai


dengan melihat kondisi gigi, soket gigi harus diirigasi supaya
dapat dilihat jelas. Sisa akar gigi dikeluarkan dengan elevator
dengan daya yang ringan. Dilakukan dengan hati-hati sampai
sisa tersebut makin longgar pada soket lalu dikeluarkan. Jika
sisa gigi tidak dapat dikeluarkan, teknik transalveolar dapat
digunakan (Thomas, 2016).
Perawatan Ellis I dapat berupa pemotongan sudut tajam
akibat fraktur untuk menghindari luka tambahan pada jaringan
lunak mulut. Alternatif lainnya adalah diperbaiki dengan material
komposit. Pada fraktur Ellis II, dentin yang terpapar akibat
trauma sebaiknya ditumpat dengan Resin Modified Glass
Ionomer atau Fuji IX cement (Ministry of Health Fiji, 2010).
Tujuan utama dari tatalaksana fraktur Ellis III adalah
untuk mempertahankan pulpa gigi yang layak, dan
membantu penyelesaian
pertumbuhan akar. Oleh karena itu, jika paparan pulpa sangat
baru atau sangat kecil, pulp cap dapat digunakan. Untuk
eksposur yang lebih besar dari 2 mm,
pulpotomi dapat dilakukan (Thomas, 2016).

Eksodonti perlu dilakukan pada fraktur Ellis IV jika endodonti


10
tidak dapat dilakukan. Ellis V ditatalaksana dengan dilakukannya
reimplantasi gigi, prosedur endodonti, atau pemberian prostesis
(Ministry of Health Fiji, 2010).

Penanganan fraktur Ellis VI adalah pengurangan segmen


fraktur yang retak dan imobilisasi dari segmen koronal. Fraktur
akar harus didiagnosis sebelum bekuan darah mencegah aposisi
segmen yang retak (Thomas, 2016). Pada fraktur Ellis VII yang
terdapat luksasi lateral, tatalaksana berupa reposisi setelah diberi
anestesi lokal dan pemberian bidai sementara. Untuk luksasi
ekstrusif, tatalaksana berupa reposisi segera dan pemberian bidai
semi- rigid sementara. Pada fraktur Ellis VIII dan IX perlu
diberikan perawatan saluran akar (Ministry of Health Fiji, 2010).
11

LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN KLINIS
Seorang anak laki-laki usia 9 tahun datang ke RSUD PROF DR M A
Hanafiah SM Batusangkar bersama ibunya dengan keluhan gigi depan atas kiri
patah setelah terjatuh saat bermain beberapa hari yang lalu. Gigi terasa sakit dan
tidak terjadi pembengkakan. Gigi tersebut terasa ngilu bila makan dan minum air
dingin. Pasien merasa malu dan ingin menambalkan giginya agar terlihat seperti
semula.
Pemeriksaan ekstra oral tidak terdapat kelainan. Pemeriksaan intra oral,
gigi 21 mengalami fraktur pada insisal sampai mengenai pulpa. Pada
pemeriksaan termal menggunakan chlor-ethyl (CE), gigi terasa ngilu. tidak ada
kegoyahan gigi. Perkusi serta palpasi negatif. Tidak terdapat fraktur akar dan
tidak ada lesi di regio periapikal berdasarkan perkusi. Diagnosis yang ditegakkan
adalah gigi 11 Fraktur Ellis Kelas IV. Rencana perawatan yaitu perawatan
saluran akar.

Gambar 2. Gambaran Klinis

PENATALAKSANAAN KASUS
A. PERSIAPAN ALAT BAHAN
Alat yang disiapkan adalah: Highspeed contra-angle, instrumen
diagnostik (kaca mulut, sonde halfmoon, sonde lurus, eskavator, pinset),
endomotor, bur preparasi (round dan fissure diamond bur),

Bahan yang disiapkan adalah: Cotton roll, cutton pellet, spuit irigasi dan
saline, suction tip, tambalan sementara
12

B. Penatalaksanaan

1. Kunjngan pertama

- Dilakukan anastesi infiltrasi agar pasien nyaman saat dilakukan


pengerjaan

- Pengukuran Panjang kerja dengan menggunakan endomotor

- Pembuangan jaringan pulpa dan Preparasi biomekanis dengan


menggunakan endomotor

- Irigasi dengan menggunakan cairan CaOH

- Dressing dengan menggunakan bahan CHKM

- Tumpatan sementara

2. Kunjungan Kedua

- Melakukan penggantia bahan dressing yang baru dengan


menggunakan CHKM

- Tumpatan sementara

3. Kunjungan Ketiga

- Jika pasien tidak merasakan sakit Kembali maka dilakukan


obturasi dengan menggunakan bahal 3 ALL

- Apikasikan basis dengan GIC tipe 1

- Tumpatan sementara

4. Kunjungan Keempat

- Restorasi permanen dengan resin komposit


13
14

KESIMPULAN

Fraktur Ellis adalah patahnya fragmen gigi dapat diakibatkan


trauma, kebiasaan, kelaianan struktur gigi, dan paparan enamel
terhadap suhu ekstrim. Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
ekstraoral intraoral, dan pemeriksaan radiologi perlu dilakukan untuk
mendiagnosis derajat fraktur. Penatalaksanaan awal dapat diberikan
kompres dan medikamentosa. Penatalaksanaan berikutnya seperti
penempelan fragmen fraktur, endodonti, pulpotomi, reposisi
dilakukan sesuai derajat fraktur.

DAFTAR PUSTAKA

Pagadala S, Tadikonda DC. (2015). An overview of classification of dental


trauma. IAIM, 2(9): 157-164
Thomas JJ. (2016). Fractured Teeth.
http://emedicine.medscape.com/article/827555- overview. Diakses
Oktober 2017
Ministry of Health Fiji. (2010). Clinical Practice Guideline For The
Management of Dental Trauma.

content/uploads/2014/05/Management-of-Dental-Trauma.doc.pdf.
http://www.health.gov.fj/wp-

Oktober 2017

NCEMI. (2013). Dental Trauma (fracture, subluxation and


displacement).
http://www.ncemi.org/cse/cse0414.htm. Diakses Oktober 2017

5. Pary, FC & Kristanti, Y. Perawatan gigi insisivus lateralis kanan maksila


fraktur ellis kelas III. MKGK; 2015: 1(2): 155-162.
6. Nugroho DA. Uji Kekuatan Fleksural, Kekuatan Tekan Dan Perlekatan
Bakteri S.Mutans Pada Bahan Tumpatan (Tambalan Gigi) Resin
Komposit Dengan Nanosisal Sebagai Filler (Bahan Pengisi). Disertasi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2018.
7. Anusavice J. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Trans. Johan Arif
15
Budiman, Susi Puwoko. Lilian Juwono. 2003 Edisi 10. Jakarta: EGC. 49-
55, 197-210.
8. American Academy of Pediatric Dentistry. Guidelines for the Management
16

of Traumatic Dental Injuries : 1 . Fractures and Luxations of Permanent


Teeth. 2013; (6): 2-12.
9. Dewiyani, S. Restorasi gigi anterior menggunakan teknik direct komposit,
Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM(B) 2017; 13
(2): 5-9.

Anda mungkin juga menyukai