Anda di halaman 1dari 3

B.

Uraikan etos (sikap moral) pihak Kasunanan Surakarta dan pihak

Mangkunegaran serta uraikan masing-masing dan tunjukkan contohnya

dalam karya sastra atau pada tingkah laku semasanya.

Objektivikasi etos Mangkunegara 1 itu juga ditunjukkan di bidang keagamaan

islam. Berbagai cara bersikap dalam etos itu biasanya ditunjukkan disini,

misalnya, ketika ia bergabung dengan tentara Belanda dan Kesulatanan

Yogyakarta dalam peristiwa pakepung yang tidak berakibat kekerasan atau

perangnya berbagai pihak tersebut.

latar belakang peristiwa pakepung serta keterlibatan berbagai pihak maka

mengimplikasikan kedalaman maksud sikap sebagai kecenderungan

kemandirian dan keberanian moral sebagai keutamaan kedua belah pihak

berbeda, masing-masing dapar dipahami pada 3 karakteristik kecenderungan,

pertama, pola etos pihak Mangkunegaran cenderung bersifat realistis dan

rasional.

realistis adalah cara berpikir yang penuh perhitungan dan bertindak sesuai

kemampuannya. sedangkan rasional adalah suatu pola pikir dimana seseorang

cenderung bersikap dan bertindak berdasarkan logika dan nalar manusia.

Contohnya, pada perundingan Salatiga dan Babad prayut dan juga pada peristiwa

pakepung, Mangkunegara 1 bersikap berani menghadapi penilaian kafir dan

kyai-priyayi dengan jimat-jimat. kedua, cenderung memilih perjuangan tanpa

kekerasan yang artinya, suatu perjuangan alternatif yang menaruh sikap hormat

terhadap nilai-nilai moral (moralitas) lawan. ketiga, pada pengalaman,

keagamaan, islam, cenderung sesuai dengan cara bersikap dalam pengertian

objektivikasi islam, menurut Kuntowidjoyo, adalah sebuah konkretisasi

keyakinan yang dihayati secara internal.


Contoh dalam karya sastra (Kesultanan Surakarta)

Salah satu karya Sunan Paku Buwana IV yaitu, serat Wulangreh memuat bait-bait

yang menguraikan berbagai ajaran moral bagi priyayi ketika baru ngenger

kepada raja. Dia harus dengan ikhlas lahir batin mengikuti segala perintah raja.

ia tidak boleh ragu, dan harus mengumpamakan dirinya seperti: "sarah

munggeng jaladri, darma lumaku sapakon", artinya sebagai sampah di laut, wajib

berjalan menurut perintahnya. Dia harus manteb dan madhep, artinya mantab

dan tidak gentar menghadapi kesukaran. Dia harus memelihara milik raja

dengan gemi (tidak boros), terhadap perintahnya ia harus nastiti

(memperhatikan dengan cermat) dan, ngati-ati yang artinya hati-hati dalam

menjaga tuannya atau rajanya siang dan malam. Sikapnya ketika di paseban,

harus datang lebih dahulu dari pada rajanya, dan wajib secara tertib menghadap

di paseban pada hari-hari tertentu, sekalipun raja tidak keluar dari kedhaton.

kitab Nitisruti, menyebut nama patih Koja Jajahan dari Mesir, bahwa orang yang

ngawula dikatakan baik, jika dia bisa membuat dirinya seperti bayangan dikaca

yang mengikuti kemauan tuannya.

Serat Raja Kapakapa dilambangkan abdi dalem (priyayi) bagaikan kuda, curiga

dan wanita (kuda, keris, dan wanita). tingkah laku dan sopan santun, cara

bersikap dan sebagainya seperti wanita, tidak merasa dirinya pria. serat swaka,

dengan mengutip Serat Nitipraja menyatakan harus bersedia dengan

berdasarkan pada guna, kaya, dan purun (kepandaian, kekayaan, dan

keberanian). Tiga hal itu dapat diringkas menjadi tata titi. Tata artinya tertib,

sedangkan Titi artinya teliti. Dia ditutut bisa memeriksa dengan cermat segala

hal yang akan dihadapi, tidak akan bertindak sebelum selesai pemeriksaannya.
Segi tingkah laku (Kesultanan Surakarta)

sikapnya yang tidak hormat kepada umat islam menurut saya saat, Kaisar (Paku

Buwana IX) membungkuk kepada kami, dan memperlihatkan betapa dia tidak

menghormati kami, dia meludah ke dalam tempat yang terbuat dari emas, tinggi

besar dengan kaki-kaki indah yang terbuat dari perak, yang tegak berdiri

disampingnya. Dia kemudian mengambil surat itu yang terbungkus kain kuning

yang diberikan kepadanha, dan dengan mengeluarkan sebuah sapu tangan

sutera besar dia mencari-cari pisau disakunya guna membuka surat. Akhirnya

dia menemukan pisau saku itu.

Anda mungkin juga menyukai