Anda di halaman 1dari 2

Nama :

NIM :
Kelas :
Tugas: Review Jurnal Dengan Judul Conservatism of Islamic Legal Arguments
in Granting Marriage Dispensation at the Indonesian Religious Courts

Jurnal dengan judul “Conservatism of Islamic Legal Arguments in Granting


Marriage Dispensation at the Indonesian Religious Courts” adalah salah satu jurnal
karya Mhd Yazid. Jurnal ini membhasa tentang argumentasi serta konservatisme dalil
hukum Islam yang menjadi landasan bagi seoarang hakim dalam memberikan
keputusan di Pengadilan Agama khususnya berkaitan dengan dispensasi pernikahan.
Penelitian ini didasari oleh munculnya permohonan pernikahan masala yang
diajukan oleh para siswa atau anak di bawah umur dengan alasan hamil diluar nikah.
Jika ditinjau melalui peraturan per-Undang-Undangan di Indonesia yaitu Undang-
undang No.16 tahun 019 disebutkan bahwa pernikahan hanya bisa dilakukan bila
pihak laki-laki dan perempuan berusia minimal 19 tahun. Namun dalam kasus yang
disebutkan sebelumnya pernikahan yang diajukan belum memenuhi persyaratan usia
oleh mempelai. Oleh karena itu diperlukan adanya dispensasi pernikahan. Penelitian
yang dilakukan oleh Mhd Yazid membahas tentang dalil-dalil hukum yang bisa
menjadi acuan hakim dalam memebrikan putusan dispensasi nikah bagi anak di
bawah umur.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode library research atau
berupa studi pustaka dengan mengumpulkan putusan-putusan hakim di pengadilan
Agama terkait dengan pernikahan dari tahun 2020-2022. Pemilihan waktu yang
dilakukan oleh hakim karena perubahan UU pernikahan yang baru dilakukan pada
tahun 2019.
Hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti membagi pokok permasalahan
menjadi 3 bagian. Pertama, keputusan dispensasi nikah bagi anak di bawah umur
berkaitan erat dengan poin perlindungan anak di Indonesia. Hal tersebut ditunjukkan
dengan adanya perubahan peraturan perundang-undangantentang usia pernikahan di
Indonesia. Pada awalnya adalah UU Nomor 1 Tahun 1974 yang menetapkan usia
pernikahan bagi mempelai pria minimal 21 tahun dan untuk wanita minimal 18 tahun,
namun terjad perubahan pada tahun 2019 dengan diterbitkannya UU Nomor 16
Tahun 2019 yang membatasai usia pernikahan bagi kedua mempelai adalah 19 tahun.
Namun banyaknya bermunculan kasus dispensasi nikah akhirnya dikeluarkanlah
PERMA Nomor 5 Tahun 2019 yang mengatur tentang pemberian dispensasi nikah
bagi anak di bawah umur. Dalam PERMA tersebut dijelaskan bahwa hakim harus
memeprhatikan kepentingan dan kemaslahatan anak dalam memberikan keputusan
dispensasi nikah kepada mempelai.
Kedua, pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara dispensasi
perkawinan didasarkan pada asas fiqh, nash, dan kondisi sosial yang berlaku. Apabila
keadaan mengharuskan untuk menikah meskipun secara UU tidak memenuhi syarat
maka hakim dapat memberikan dispensasi nikah yang didasarkan pada kaidah fiqh
seperti kaidah Ad-Dharuratu tubih al-Mahdzurot, Izha ta'aradha dararani daf'u
akhaffahuma, Al-akhzu Bi akhaffi al-Dhararaini Wajibun, Addararu yuzalu, Al-
Hajah tanzilu Manzilata al-Darurah. Kelima kaidah tersebut bisa menjadi rujukan
bagi hakim dalam memberikan putusan dispensasi nikah bagi anak di bawah umur.
Kemudian dalam memberikan putusan dispensasi nikah hakim juga harus
memperhatikan prinsip mafsadat dan maslahah keadaan yang akan diberi putusan
tersebut.
Ketiga, selain menggunakan qaidah fiqh dalam memberikan putusan di
pengadilan, hakim juga harus mengacu kepada sumber pokok hukum Islam yaitu al-
Qur’an dan hadist. Meskipun dalam hukum perundang-undangan dilarang, namun
dalam memberikan putusan hakim harus tetap mengacu kepada sumber utama yaitu
al-qur’an dan hadist. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan
bahwasanya hakim tidak dapat mengabulkan dispensasi nikah tanpa adanya
argumentasi tambahan. seperti kaidah fikih, alquran atau tafsir, hadits, pendapat fikih,
dan kondisi sosial.

Anda mungkin juga menyukai